Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Association Between Low Birth Weight and Stunting Incidence: Scoping Review Silviatul Amalia; Ismarwati Ismarwati
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 2 (2023): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i2.2171

Abstract

Babies with low birth weight have slower growth and development compared to babies with normal birth weight as they experience digestive disorders resulting in poor nutritional intake. If this condition lasts longer without inadequate nutrition, children can be infected and experience stunting. This research aims to examine the association's evidentiary basis between low birth weight and stunting. Inclusion criteria: Indonesian or English articles published in the last 5 years; original articles focused on low birth weight on stunting incidence.  This study used PRISMA-ScR Checklist with 5 stages referring to Arksey and O'Malley. The article search used 4 databases: PubMed, DOAJ, Wiley Online Library, and EBSCO. The result is a total of 16 out of 2704 articles obtained were relevant and met the inclusion criteria. This review generated two themes: the factors and impact of low birth weight.  It can be concluded that babies with low birth weight significantly correlate with stunting incidence.
Association Between Low Birth Weight and Stunting Incidence: Scoping Review Silviatul Amalia; Ismarwati Ismarwati
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 2 (2023): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i2.2171

Abstract

Babies with low birth weight have slower growth and development compared to babies with normal birth weight as they experience digestive disorders resulting in poor nutritional intake. If this condition lasts longer without inadequate nutrition, children can be infected and experience stunting. This research aims to examine the association's evidentiary basis between low birth weight and stunting. Inclusion criteria: Indonesian or English articles published in the last 5 years; original articles focused on low birth weight on stunting incidence.  This study used PRISMA-ScR Checklist with 5 stages referring to Arksey and O'Malley. The article search used 4 databases: PubMed, DOAJ, Wiley Online Library, and EBSCO. The result is a total of 16 out of 2704 articles obtained were relevant and met the inclusion criteria. This review generated two themes: the factors and impact of low birth weight.  It can be concluded that babies with low birth weight significantly correlate with stunting incidence.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Seks Pranikah pada Remaja Amalia, Silviatul; Safitri, Yulia Retno; Aslina, Wiwit Indriyani
Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida Vol 12 No 1 (2025): Januari
Publisher : Akademi Kesehatan Rustida

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55500/jikr.v12i1.263

Abstract

Perilaku seks pranikah pada remaja masih menjadi masalah hingga saat ini. Negara Indonesia berada di peringkat kedua di ASEAN dan di peringkat ke tujuh tertinggi di dunia. Seks pranikah merusak masa depan remaja, seperti putus sekolah dan tanggung jawab menjadi orang tua muda. Dampak yang ditimbulkan oleh perilaku seksual remaja, yang merupakan sumber masalah yang harus segera diselesaikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan perilaku seksual pranikah dikalangan remaja. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. 216 responden dengan teknik simple random sampling, Pengambilan data menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas, data di uji menggunakan uji Spearman Rank. Hasil uji Spearman Rank menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, dengan nilai p=0,000 (<0,05). Kesimpulan: terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku seks pranikah. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor penting dalam memahami sikap terhadap hubungan seksual yang merupakan fakta yang konsisten dengan temuan dari negara-negara Asia. Hal ini dipengaruhi oleh stigma atau norma subyektif yang ada di masyarakat bahwa remaja laki-laki dianggap wajar dalam melakukan perilaku. Menanamkan nilai-nilai 8 fungsi keluarga, mengawasi media komunikasi agar tidak menyalahgunakan, dan mendorong remaja untuk bergabung di Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK) untuk mencegah TRIAD Kesehatan Reproduksi Remaja (tidak menikah muda, melakukan hubungan seks sebelas tahun atau lebih muda) merupakan cara untuk menghentikan seks pranikah.
Hubungan Pengetahuan tentang Premenstrual Syndrome dengan Kecemasan Amalia, Silviatul; Aningsih, Sri; Safitri, Yulia Retno
Jurnal Ilmiah Kesehatan Rustida Vol 12 No 1 (2025): Januari
Publisher : Akademi Kesehatan Rustida

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55500/jikr.v12i1.265

Abstract

Premenstrual syndrome lebih sering terjadi pada remaja, yang merupakan kelompok wanita yang subur, 70-90% wanita usia subur mengalami sindrom premenstrual. Di seluruh dunia, PMS didiagnosis pada 47,8% wanita usia reproduksi. Sekitar 20% dari mereka mengalami gejala yang cukup parah sehingga mengganggu rutinitas sehari-hari mereka, dan sisanya mengalami gejala yang ringan hingga sedang. Salah satu Gejala PMS yaitu kecemasan. Kecemasan dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti perasaan gugup, ketakutan, atau khawatir. Kecemasan yang berlebihan atau berkepanjangan dapat berbahaya bagi kesehatan mental seseorang, meskipun beberapa tingkat kecemasan ringan mungkin tak terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan dapat terjadi karena tidak cukup pengetahuan, pengalaman, atau informasi tentang premenstrual syndrome pada remaja putri. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan premenstrual syndrome dengan tingkat kecemasan pada remaja putri. Metode penelitian ini kuantitatif, sampel sebanyak 63 individu yang mengalami sindrom premenstrual dan mengalami menstruasi menggunakan teknik purposive sampling. Data diuji dengan uji rho spearman. Penelitian ini dilakukan di 63 pondok jember. Sebagian besar responden berusia 13 tahun, 25 responden (39,7%), dan menggunakan informasi lingkungan, 49 responden (77,8%). Sebagian besar responden juga mengalami kecemasan berat, 38 responden (60,3 %). Hasil uji analisis rho spearman menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak, dengan nilai p=0,009 (<0,05). Ada hubungan antara pengetahuan tentang premenstrual syndrome (PMS) dan tingkat kecemasan remaja perempuan. Kurangnya pengetahuan, pengalaman, atau informasi tentang kondisi ini dapat menyebabkan gejala kecemasan yang lebih parah. Kesehatan mental dapat terancam oleh kecemasan yang berlebihan atau berkepanjangan.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA: SCOPING REVIEW Nita Indah; Silviatul Amalia
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Vol. 16 No. 01 (2025): Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Utama Pati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52299/jks.v16i01.380

Abstract

Stunting telah menjadi masalah dan tantangan global. Masalah Stunting pada anak perlu ditangani dengan segera. Meskipun demikian, penelitian sebelumnya masih belum konsisten dan masih banyak ketidakpastian mengenai faktor risiko dominan yang menyebabkan stunting. scoping review ini bertujuan untuk mengevaluasi dan mengevaluasi faktor yang berkontribusi pada stunting pada balita. Artikel dalam bahasa Indonesia atau Inggris yang diterbitkan dalam 5 tahun terakhir; artikel asli yang berfokus pada faktor yang berkontribusi pada stunting pada balita. Studi ini menggunakan PRISMA-ScR Checklist dengan 5 tahap merujuk pada Arksey dan O'Malley. Pencarian artikel menggunakan 4 basis data: PubMed, DOAJ, Wiley Online Library, dan Sience Direct. Sebanyak 10 dari 2442 artikel yang diperoleh relevan dan memenuhi kriteria inklusi. Tinjauan ini menghasilkan dua tema: faktor-faktor resiko kejadian stunting dari ibu dan anak. Dapat disimpulkan bahwa faktor dominan kejadian stunting yaitu ekonomi, pendidikan, BB kuran dan paritas dari persepsi ibu dan dari persepsi anak terdapat faktor usia, jenis kelamin, ASI, dan BBLR
Association Between Maternal Anemia and the Incidence of Postpartum Hemorrhage: A Study at Dr. H. Koesnadi General Hospital, Bondowoso Indriyani Aslina, Wiwit; Amalia, Silviatul
JURNAL KEBIDANAN KESTRA (JKK) Vol. 7 No. 2 (2025): Jurnal Kebidanan Kestra (JKK)
Publisher : Fakultas Kebidanan Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/jkk.v7i2.2688

Abstract

Postpartum hemorrhage (PPH) constitutes a critical obstetric emergency arising subsequent to either vaginal birth or cesarean delivery. Its defining characteristic is a quantifiable blood loss surpassing a volume of 500 milliliters. PPH underscores its significance as a major factor influencing both the prevalence of maternal illness and the rates of maternal death in Indonesia and globally. This study aimed to examine the effect of anemia in pregnant women on the PPH incidence at dr. H. Koesnadi General Hospital, Bondowoso, in 2018. The design used a retrospective study with a cross-sectional. The population consisted of 57 postpartum mothers, with 46 respondents as samples determined using Slovin's formula. Probability sampling technique was employed, specifically simple random sampling. Data acquisition was conducted utilizing a standardized checklist, and subsequent statistical analysis involved the application of the Chi-Square test, executed via SPSS version 25. The analysis yielded a statistically significant result, with a p-value of 0.001 (p<0.05), leading to the rejection of the null hypothesis. Consequently, the findings indicate a significant association between the presence of anemia and the PPH occurrence. In anemic pregnant women, reduced oxygen supply leads to fatigue and inadequate uterine muscle contractions, resulting in postpartum hemorrhage.
Association between high-risk pregnancy and mode of delivery in Kalibaru Aslina, Wiwit; Silviatul Amalia; Nita Indah Lestari
Journal of Health Technology Assessment in Midwifery Vol. 8 No. 1 (2025): May
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/jhtam.4087

Abstract

High-risk pregnancy is a critical public health concern associated with increased maternal and neonatal morbidity and mortality, particularly in developing regions such as Banyuwangi, Indonesia. The Kalibaru area reported the highest number of pregnant women with complications in 2024. This study aims to examine the relationship between high-risk pregnancy status and mode of delivery in Kalibaru, addressing a gap in literature regarding their association. A retrospective cross-sectional study was conducted using secondary data from 762 postpartum mothers in Kalibaru. A total of 262 samples were selected using Slovin’s formula with a 5% margin of error and simple random sampling. Eligibility criteria included complete medical records from women who delivered in Kalibaru in 2024. Data were anonymized and analyzed using the Chi-Square test to determine the association between high-risk pregnancy status (categorized as high-risk or not) and delivery method (vaginal or cesarean section).Among the 262 respondents, 198 (75.6%) had high-risk pregnancies and delivered via cesarean section (CS), while 64 (24.4%) had spontaneous vaginal births. The Chi-Square test showed a statistically significant association between high-risk pregnancy and cesarean delivery (p = 0.000). Odds ratio analysis revealed that high-risk pregnant women were 63.68 times more likely to undergo cesarean section (OR = 63.677; 95% CI: 9.108–445.161) compared to non-high-risk women. Key risk factors contributing to the increased likelihood of cesarean delivery included maternal age <20 or >35 years, height ≤145 cm, low parity, and prior cesarean history. These findings highlight the importance of early detection and comprehensive risk assessment during antenatal care to reduce medically unnecessary cesarean sections. Implementation of routine pregnancy risk screening using tools such as the Poedji Rochyati Scorecard (KSPR), along with strengthening referral systems and public education, is essential for improving maternal outcomes in high-risk pregnancies.
The Effectiveness of Video and Leaflet Media on Mothers' Knowledge, Attitudes, And Behavior in Stunting Prevention Efforts at Puskesmas Karangmojo II Amalia, Silviatul; Ismarwati; Rokhanawati, Dewi
PROFESSIONAL HEALTH JOURNAL Vol. 7 No. 2 (2026)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (PPPM) STIKES Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54832/phj.v7i2.1186

Abstract

Introduction: Stunting is a global challenges and issues faced by societies around the world. The prevalence of stunting in the world is 148.1 million or 22.3%. The highest incidence of stunting is in Asian countries (52%) and African countries (43%). Stunting causes morbidity and mortality. Objective: to analyze the effectiveness of video and Leaflet media on mothers' knowledge, attitudes, and behavior to prevent stunting. Method: This quasi-experiment study used a non-equivalent control group design. It involved 32 mothers who have low birth weight babies (LBW) selected using purposive sampling techniques. Prior to its use, the questionnaire was subjected to tests of validity and reliability. The collected data were subsequently analyzed using statistical techniques, specifically paired t-tests and independent samples t-tests. Results: video and leaflet media effectively increased mothers' knowledge, attitudes, and behavior with a sig value of p = 0.000. The intervention group got the highest score with an average value of 15.62, 12.00, and 13.44 for knowledge, attitude, and behavior respectively. There was no significant difference in mothers’ knowledge (0.522), attitude (0.052), and behavior (0.476). Multiple Regression Analysis with a dummy on age, education and occupation did not influence mothers’ knowledge, attitude, and behavior to prevent stunting. Conclusions: Videos and leaflets effectively improve mothers' knowledge, attitudes, and behaviors towards stunting prevention efforts at Puskesmas Karangmojo II. however, no significant difference was found between the two grous. Keywords: Knowledge; Attitudes; Behaviors; Mothers; Stunting; Prevention
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA Aningsih, Sri; Amalia, Silviatul
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.47138

Abstract

Prevalensi persalinan dengan sectio caesarea (SC) menunjukkan peningkatan signifikan di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Banyuwangi, yang melebihi batas ideal rekomendasi WHO sebesar 10–15%. Tingginya angka persalinan dengan sectio caesarea (SC) menjadi perhatian serius dalam bidang kesehatan ibu dan anak, terutama apabila prosedur dilakukan tanpa indikasi medis yang jelas. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor determinan yang memengaruhi persalinan SC di rumah sakit wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2024. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional retrospektif dengan sampel 2.057 ibu bersalin, dipilih melalui metode cluster sampling. Data dikumpulkan menggunakan checklist dan dianalisis dengan uji Chi-Square serta regresi logistik. Temuan mengindikasikan 62,2% ibu melahirkan melalui SC. Analisis bivariat dan multivariat mengidentifikasi bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian SC adalah paritas (AOR = 2,277), riwayat SC sebelumnya (AOR = 0,132), ketuban pecah dini (KPD) (AOR = 0,003), preeklampsia (AOR = 0,010), letak janin abnormal (AOR = 0,058), dan cephalopelvic disproportion (CPD) (OR = 73,810). CPD merupakan faktor paling dominan dalam menentukan tindakan SC. Sementara itu, usia ibu tidak berpengaruh secara signifikan. Temuan ini menekankan pentingnya skrining risiko obstetri secara komprehensif, peningkatan edukasi kepada ibu hamil, serta pengambilan keputusan berbasis bukti untuk menurunkan angka SC yang tidak berdasar pada indikasi medis.
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA Amalia, silviatul; Aslina, Wiwit Indriyani
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 2 (2025): JUNI 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i2.45124

Abstract

Angka persalinan dengan tindakan sectio caesarea  (SC) terus meningkat di berbagai wilayah, termasuk Kabupaten Banyuwangi, yang menunjukkan tingginya angka komplikasi kehamilan dan persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian persalinan sectio caesarea  di Puskesmas Kalibaru Kulon. Metode dalam Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 223 ibu bersalin dengan penyulit, dan teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Data dikumpulkan menggunakan checklist dan dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,2% responden menjalani sectio caesarea  , sedangkan 44,8% melahirkan secara normal. Faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan kejadian sectio caesarea  adalah riwayat sectio caesarea  sebelumnya (p=0,014), Ketuban Pecah Dini/KPD (p=0,000), letak janin tidak normal (p=0,000), dan cephalopelvic disproportion/CPD (p=0,000). Sementara itu, preeklampsia tidak menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik (p=0,093). sehingga dapat disumpulkan bahwa terdapat hubungan antara Riwayat sectio caesarea , Ketuban Pecah Dini, Letak dan Cephalopelvic disproportion dengan kejadian sectio caesarea  dan tidak terdapat hubungan antara Preeklampsia dengan kejadian sectio caesarea . Meskipun preeklampsia tidak menunjukkan hubungan signifikan dalam analisis ini, kondisi tersebut tetap menjadi perhatian dalam manajemen kehamilan. Penting bagi tenaga kesehatan untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam pengambilan keputusan terkait metode persalinan, dengan tetap mengedepankan keselamatan ibu dan bayi.