Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Hubungan Riwayat Abortus pada Ibu Hamil terhadap Faktor Usia, Pekerjaan, dan Indeks Massa Tubuh di Rumah Sakit Umum Kudus Tahun 2023 Fitri, Natasya Putri Nur; Herdiman, Julia
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.176

Abstract

Abortus atau keguguran merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, pekerjaan, dan indeks massa tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, pekerjaan, dan IMT ibu hamil dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Kudus selama tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang terdaftar di Rumah Sakit Umum Kudus pada tahun 2023. Sampel penelitian terdiri dari 123 ibu hamil yang mengalami abortus maupun tidak mengalami abortus, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dan dianalisis menggunakan SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan signifikan antara usia, pekerjaan, dan IMT dengan kejadian abortus. Ibu hamil yang berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, memiliki IMT underweight (<18,5), serta yang bekerja memiliki risiko lebih tinggi mengalami abortus. Penelitian ini memberikan wawasan penting untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi ibu hamil guna mengurangi risiko abortus.
Hubungan Tingkat Stres dengan Sindrom Pramenstruasi pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Angkatan 2021 Universitas Tarumanagara Fadhilah, Windy Hazmi; Herdiman, Julia
Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 11 No. 3 (2022): Online November 2022
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v11i3.2086

Abstract

Premenstrual syndrome (PMS) is physical and non-physical symptoms experienced by women of the reproductive age two to fourteen days before menstruation. One of the factors can cause PMS is stress. Objective: To determined the correlation between stress and premenstrual syndrome among year 2021 Faculty of Medicine students at University of Tarumanagara. Methods: This research was an observational analytic study with a cross-sectional research design. The stress variable was measured using the Depression Anxiety Stress Scales-21 (DASS-21) questionnaire and the premenstrual syndrome variable was measured based on prospective questionnaire by the American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). The number of respondents obtained was 138 and the chi-square test was analyzed as a hypothesis test. Results: There were 56 (62,2%) respondents classified as having stress and experienced PMS, while 15 (31,3%) respondents not having stress experienced PMS. The 34 (37,8%) respondents were classified as being stressed but not experiencing PMS, and 33 (68,8%) respondents were not stressed and not experiencing PMS. The affective and somatic symptoms most often experienced irritability (77,54%) and joint or muscle pain (49,28%). There was a significant relationship between stress and premenstrual syndrome with p-value = 0,001 (p-value <0,05). Conclusion: There is a statistically significant relationship between stress and PMS (p<0,05). Affective symptoms were felt more than the somatic ones.Keywords: DASS-21, diagnostic criteria of PMS, premenstrual syndrome, stress
PEMERIKSAAN LEMAK SUBKUTAN EMPAT TITIK DAN EDUKASI GIZI UNTUK PENCEGAHAN OBESITAS SENTRAL PADA USIA DEWASA Herdiman, Julia; Santoso, Alexander Halim; Destra, Edwin; Khoto, Anthon Eka Prayoga; Philo, Andrew
Jurnal Pengabdian Kolaborasi dan Inovasi IPTEKS Vol. 3 No. 3 (2025): Juni
Publisher : CV. Alina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59407/jpki2.v3i3.2606

Abstract

Obesitas sentral merupakan faktor risiko utama berbagai gangguan metabolik. Akumulasi lemak di area subkutan sering kali tidak disadari hingga menimbulkan keluhan klinis. Pemeriksaan ketebalan lemak subkutan dengan skinfold caliper empat titik dapat digunakan sebagai metode skrining awal untuk mendeteksi distribusi lemak tubuh yang tidak seimbang akibat asupan kalori berlebih. Kegiatan pemeriksaan dan edukasi dilaksanakan pada 71 peserta dewasa di Sekolah Santo Yoseph, Jakarta Timur. Pemeriksaan ketebalan lipatan kulit dilakukan menggunakan skinfold caliper pada empat titik: biseps, trisep, suprailiaka, dan subskapula. Data dianalisis secara deskriptif berdasarkan kategori nilai rujukan. Hasil kemudian dijadikan dasar penyampaian edukasi kelompok mengenai risiko obesitas sentral. Rerata ketebalan lipatan kulit tertinggi ditemukan pada titik suprailiaka (15,77 mm) dan skapular (13,87 mm). Mayoritas peserta berada dalam kategori rendah, namun proporsi dengan kadar lemak normal hingga tinggi mencapai 30,99% pada suprailiaka dan 30,99% pada subskapula. Titik biseps dan trisep didominasi oleh kategori rendah (94,37% dan 80,28%). Distribusi ini menunjukkan potensi risiko penumpukan lemak sentral pada sebagian peserta. Skinfold caliper empat titik efektif digunakan sebagai alat skrining lapangan untuk mendeteksi potensi obesitas sentral. Hasil pengukuran menjadi dasar edukasi berbasis data yang mampu meningkatkan kesadaran peserta terhadap hubungan antara asupan kalori dan penumpukan lemak subkutan, serta mendorong perubahan perilaku hidup sehat secara preventif. Kata Kunci: Obesitas Sentral, Fat Caliper, Lemak Subkutan, Pemeriksaan Antropometri, Deteksi Dini
Skrining Komposisi Tubuh: Langkah Awal Cegah Risiko Kesehatan pada Laki-Laki dan Wanita Usia Produktif Herdiman, Julia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Christiana, Catherine; Soebrata, Linginda
Science and Technology: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 3 (2025): September
Publisher : CV. Science Tech Group

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69930/scitec.v2i3.472

Abstract

Komposisi tubuh merupakan indikator kesehatan yang penting, yang mencakup lemak dan massa otot. Hal ini berperan penting dalam menentukan risiko gangguan metabolik dan degeneratif. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Kelurahan Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat, dengan skrining komposisi tubuh pada 107 peserta usia produktif menggunakan metode Bioelectrical Impedance Analysis (BIA). Pengukuran meliputi persentase lemak tubuh total, lemak viseral, lemak subkutan, serta massa otot rangka. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas peserta memiliki kadar lemak tubuh sangat tinggi (53,27%) dan sebagian besar (71,96%) memiliki massa otot rangka rendah, mengindikasikan risiko tinggi terhadap gangguan metabolik. Edukasi mengenai pentingnya menjaga keseimbangan komposisi tubuh dan anjuran pemeriksaan lebih lanjut diberikan kepada peserta. Kegiatan ini menegaskan pentingnya deteksi dini perubahan komposisi tubuh sebagai langkah preventif dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat usia produktif.
Prediktivitas Usia dan Gula Darah Puasa terhadap Kelemahan Kekuatan Genggaman Tangan pada Perempuan Dewasa: Studi Multicenter di DKI Jakarta: Predictability of Age and Fasting Blood Sugar on Hand Grip Strength Weakness in Adult Women. A Multicenter Study in DKI Jakarta Herdiman, Julia; Santoso, Alexander; Teguh, Stanislas; Jap, Ayleen
Jurnal Keperawatan Bunda Delima Vol 7 No 2 (2025): EDISI AGUSTUS
Publisher : Akademi Keperawatan Bunda Delima Bandar Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59030/jkbd.v7i2.179

Abstract

Pendahuluan: Kekuatan genggaman tangan merupakan indikator penting dari status fungsional dan kesehatan otot secara umum. Penurunan kekuatan otot, khususnya pada perempuan dewasa, berkaitan erat dengan risiko disabilitas, penurunan kemandirian, dan peningkatan kejadian sindrom geriatrik. Usia dan gangguan metabolik seperti hiperglikemia diketahui turut memengaruhi fungsi otot, namun bukti empiris pada populasi perempuan dewasa di Indonesia masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prediktivitas usia dan kadar gula darah puasa terhadap kelemahan kekuatan genggaman tangan pada perempuan dewasa. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang multicenter yang melibatkan 325 perempuan dewasa di DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui pengukuran kekuatan genggaman tangan menggunakan dinamometer digital dan pemeriksaan kadar gula darah puasa (GDP) melalui metode kapiler. Analisis Receiver Operating Characteristic (ROC) dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan prediktif usia dan GDP terhadap kelemahan kekuatan otot (cut-off <18 kg), dengan interpretasi nilai Area Under the Curve (AUC). Uji beda antar kelompok juga digunakan untuk membandingkan rerata usia dan GDP antara kelompok dengan kekuatan otot lemah dan normal.  Hasil: Usia menunjukkan kemampuan prediktif yang baik terhadap kelemahan kekuatan genggaman dengan AUC tinggi dan signifikansi statistik kuat. Sementara itu, GDP juga berhubungan signifikan dengan kelemahan otot, namun memiliki AUC lebih rendah, mengindikasikan kekuatan prediksi yang lebih lemah. Kelompok dengan kelemahan genggaman tangan cenderung memiliki usia dan kadar GDP yang lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan kekuatan normal. Kesimpulan: Usia merupakan faktor prediktif utama kelemahan kekuatan otot pada perempuan dewasa, sedangkan GDP memberikan kontribusi lebih rendah tapi signifikan. Hasil ini menegaskan pentingnya skrining multifaktorial, sebagai pencegahan dini penurunan fungsi otot.
Pengabdian Masyarakat: Edukasi dan Skrining Hemoglobin-Hematokrit sebagai Deteksi Dini Anemia pada Usia Produktif Herdiman, Julia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Setia, Nicholas; Rayhan, Naufal
Jurnal Pengabdian West Science Vol 4 No 07 (2025): Jurnal Pengabdian West Science
Publisher : Westscience Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58812/jpws.v4i07.2418

Abstract

Anemia is a health condition characterized by low hemoglobin or hematocrit levels, which affects the blood's ability to carry oxygen, resulting in a decrease in quality of life. This condition is common in the productive and elderly population, and has the potential to cause physical and cognitive disorders. This Community Service Activity aims to conduct early detection of anemia in the adult population in Sunter, North Jakarta through screening of hemoglobin and hematocrit levels using the Plan-Do-Check-Action (PDCA) method. Hemoglobin and hematocrit measurements were carried out using the Point of Care Testing (POCT) tool. The results showed that 5 men (22.73%) and 17 women (77.27%) had hemoglobin levels below normal. Increasing public awareness of adequate nutritional intake and healthy eating patterns, especially those rich in iron and vitamin B12, can prevent anemia. Early detection of anemia is very important to identify individuals at risk, so that timely intervention can be given. This is expected to reduce the prevalence of anemia and improve the quality of life of the community
Hubungan Riwayat Abortus pada Ibu Hamil terhadap Faktor Usia, Pekerjaan, dan Indeks Massa Tubuh di Rumah Sakit Umum Kudus Tahun 2023 Fitri, Natasya Putri Nur; Herdiman, Julia
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.176

Abstract

Abortus atau keguguran merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, pekerjaan, dan indeks massa tubuh (IMT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara usia, pekerjaan, dan IMT ibu hamil dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Umum Kudus selama tahun 2023. Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang terdaftar di Rumah Sakit Umum Kudus pada tahun 2023. Sampel penelitian terdiri dari 123 ibu hamil yang mengalami abortus maupun tidak mengalami abortus, yang diambil menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dari rekam medis pasien dan dianalisis menggunakan SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan signifikan antara usia, pekerjaan, dan IMT dengan kejadian abortus. Ibu hamil yang berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun, memiliki IMT underweight (<18,5), serta yang bekerja memiliki risiko lebih tinggi mengalami abortus. Penelitian ini memberikan wawasan penting untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi ibu hamil guna mengurangi risiko abortus.
Preeklamsia dengan Faktor Risiko pada RS Hermina Ciputat periode 2017-2021 Elviani, Calista Haniifa Elviani; Herdiman, Julia
Ebers Papyrus Vol. 29 No. 1 (2023): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v29i1.24511

Abstract

Preeklamsia adalah suatu kondisi serius yang bersifat progresif, ditandai dengan meningkatnya tekanan darah ≥140/90 mmHg dan/atau protein dalam urin ≥300mg/24 jam pada kehamilan di atas 20 minggu. Salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil di Indonesia adalah preeklamsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi preeklamsia pada ibu hamil dengan faktor risiko di RS Hermina Ciputat Tangerang Selatan tahun 2017-2021. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian didapatkan dari rekam medis yang diambil dari RS Hermina Ciputat dengan total kelahiran sebanyak 5.243 ibu pada tahun 2017-2021 dengan yang memenuhi kriteria inklusi preeklamsia sebanyak 134 (3%). Didapatkan ibu hamil yang mengalami preeklamsia memiliki berbagai faktor risiko, diantaranya terdapat 34,3% ibu mengalami berat badan berlebih, 38,1% ibu yang memiliki berat badan berlebih dan riwayat hipertensi, 20,9% ibu mengalami berat badan berlebih dan berusia lebih dari 35 tahun, 3,7% ibu memiliki berat badan berlebih, riwayat hipertensi, dan berusia di atas 35 tahun, serta 3% ibu memiliki memiliki berat badan berlebih, riwayat hipertensi, berusia lebih dari 35 tahun dan riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya. Kesimpulan: prevalensi kejadian preeklamsia pada ibu hamil dengan faktor risiko pada tahun 2017-2021 sebesar 3%. Ibu hamil yang memiliki riwayat hipertensi berisiko lebih besar 2,19 kali untuk terkena preeklamsia gejala berat. Obesitas II 2,46 kali lebih berisiko terkena preeklamsia dengan gejala berat dibanding obesitas I.
Hubungan Stres dengan Siklus Menstruasi yang Tidak Teratur pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sinaga, Oktri Lentina; Herdiman, Julia
Ebers Papyrus Vol. 29 No. 2 (2023): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v29i2.25081

Abstract

Background: Menstruasi merupakan keadaan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan. Siklus menstruasi terjadi rata-rata sekitar 28 hari. Stres merupakan reaksi fisik maupun emosional yang terjadi ketika terdapat perubahan lingkungan dimana seseorang harus menyesuaikan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan yang normal, tetapi apabila berlangsung lama dapat merusak kesehatan. Kajian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara angkatan 2022. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Untuk menilai tingkat stres pada mahasiswi digunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scales-42 (DASS-42) dan untuk menilai siklus menstruasi digunakan kuesioner siklus menstruasi. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 140 mahasiswi. Hasil: Pada hasil penelitian didapatkan mahasiswi dengan rentang usia 17-26 tahun, dimana 137 mahasiswi berusia 17-20 tahun (97,9%). Responden dengan siklus menstruasi yang tidak teratur sebanyak 66,4%. Mahasiswi angkatan 2022 yang mengalami stres sangat parah sebanyak (60,7%), parah (17,9%), sedang (11,4%), ringan (2,1%) dan normal atau tidak mengalami stres (7,9%). Responden yang termasuk dalam kategori stres dan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur sebesar 88 (62,2%), sedangkan yang tidak mengalami stres dan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur sebesar 5 responden (45,4%), tidak stres dan mengalami siklus menstruasi yang teratur 6 responden (54,5%), dan yang mengalami stres tetapi siklus menstruasi teratur sebanyak 41 responden (31,7%). Hasil analisis memakai uji chi-square didapatkan p-value sebesar 0.125. Hal ini menunjukkan tidak didapati hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus menstruasi. Kesimpulan: tidak terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Tarumanagara. ABSTRACT Background: Menstruation is a state of physiological changes in a woman's body. The menstrual cycle occurs on average about 28 days. Stress is a person's reaction both physically and emotionally when there is a change in the environment that requires a person to adapt. Stress is a normal part, but if it lasts for a long time it can be detrimental to health. This study aims to determine whether there is a relationship between stress levels and irregular menstrual cycles in medical students at Tarumanagara University class of 2022. Methods: This research is an observational analytic study with a cross-sectional design. To assess the level of stress in female students, Depression Anxiety Stress Scales-42 (DASS-42) questionnaire was used. To assess the menstrual cycle in female students, menstrual cycle questionnaire was used. Results: Out of 140 students that were recruited, 137 (97,9%) were in the range of age between 17-20 year old. 66,4% had irregular menstrual cycles. Those experiencing very severe stress were (6,7%), severe (17,9%), moderate (11,4%), mild (2,1%) and normal or not experiencing stress (7,9%). Female students who were included in the stress category and experiencing irregular menstrual cycles were 88 (62,2%), while those who did not experience stress and experiencing irregular menstrual cycles were 5 (45,4%); 6 (54,5%) were not stressed and having regular menstual cycles, and 41 (31,7%) experienced stress and regular menstrual cycles. A p-value of 0.125 was obtained on the chi-square test. Conclusion: There was no significant relationship between stress and menstrual cycle among medical students at University of Tarumanagara.