Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Single-Shot Thoracic Spinal Anesthesia (TSA) In Pediatric Patient Under Laparoscopic Cholecystectomy: A Case Report Ghozali, Imam; Hamdi, Tasrif; Yusmaidi, Yusmaidi; Sitepu, John Frans
Journal of Society Medicine Vol. 1 No. 3 (2022): December
Publisher : CoinReads Media Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.059 KB) | DOI: 10.47353/jsocmed.v1i3.15

Abstract

Introduction: Laparoscopy is mostly performed under general anesthesia (GA) but laparoscopy using anesthesia such as thoracic spinal anesthesia (TSA) is mostly performed by some anesthesiologists and it is very useful when compared to GA. Method: This paper presents a case report of the use of TSA in healthy pediatric patients who administered anesthesia with TSA in the T10-T11 interspace, using 1 ml of hyperbaric Bupivacaine 5 mg/ml mixed with: 1 ml of Levobupivacaine isobaric 5 mg/ml, Fentanyl 50 μg, Ketamine 10 mg and Dexmedetomidine 10 μg mixed in 1 syringe. Results: During procedure, hemodynamically stable, no nausea, vomiting, or discomfort. Postoperative recovery process was very smooth, hemodynamically stable, no pain was reported or PDPH (Post Dural Puncture Headache) even though we used a 26G spinal needle. The use of TSA is considered very practical and more economical even though it is still carried out very carefully. Conclusion: This is only one single case report. TSA can be a better choice compare with general anesthesia. Stable hemodynamic during laparoscope and TSA can avoid systemic effect of general anesthesia like cognitive affect after general anesthesia, longer for recovery from anesthesia, nausea, vomiting, poor control pain and high cost.
HUBUNGAN PERAWATAN LUKA DAN KEPATUHAN MINUM OBAT UNTUK PENYEMBUHAN SIRKUMSISI DI KLINIK AINUN MAREZA PERCUT Siringo-ringo, Boy Rizky Anriano; Lubis, Siska Anggreni; Hasibuan, Hardy; Sitepu, John Frans; Lubis, Tifanni Tantina
Jurnal Kedokteran STM (Sains dan Teknologi Medik) Vol. 7 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/stm.v7i2.623

Abstract

Sirkumsisi merupakan operasi pengangkatan preputium pada penis. Penyembuhan luka merupakan proses alami tubuh dalam memperbaiki atau mengembalikan integritas jaringan yang rusak atau terluka. Penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh obat dan kebersihan diri karena dapat meminimalkan risiko infeksi atau mengurangi peradangan sehingga penyembuhan lebih cepat terjadi. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka dan kepatuhan meminum obat dengan lama penyembuhan luka post sirkumsisi metode konvensional di Klinik Ainun Mareza Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional dengan pengambilan data menggunakan data primer berupa kuesioner untuk mengukur perawatan luka dan kepatuhan meminum obat, sedangkan lama penyembuhan luka sirkumsisi diukur dengan cara observasi. Teknik pengambilan sampel merupakan purposive sampling dan didapatkan sebanyak 38 responden di Klinik Ainun Mareza. Hasil uji gamma terhadap kepatuhan meminum obat-obatan dengan lama penyembuhan luka diperoleh nilai signifikansi p=0,00. yang artinya lebih kecil dari = 0,05. Hasil uji gamma terhadap perawatan luka dengan lama penyembuhan luka diperoleh nilai signifikansi (p) = 0,001 yang artinya lebih kecil dari = 0,05. Terdapat hubungan antara perawatan luka dan kepatuhan meminum obat dengan lama penyembuhan luka di Klinik Ainun Mareza.
Pelatihan Penanganan Cardiac Arrest (Henti Jantung) dengan Menggunakan Metode Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi Pengemudi Ojek Online Se Kota Medan Siahaan, Dwi Lunarta D. S.; Sinatra, Jadeny; Nazma, Diani; Lubis, Andriamuri P.; Tanjung, Qodri F.; Sitepu, John Frans; Hamdi, Tasrif; Hamdani, Irfan; Chalil, M. Jalaluddin A.; Yunafri, Andri; Irina, Sinta; Zainumi, Cut M.; Fadinie, Wulan; Silaen, Ester L. R.; Simbolon, Boyke M.; Siahaan, Jekson M.; Lim, Hadyanto; Anto, Endy Juli; Tobing, Paul S. M. L.; Rimbun, Surjadi; Hutasoit, Eka Samuel P.; Tambunan, Ronald T. H.; Tarigan, Juliyanti; Stephanie S., Kezia; Natalie S., Karen
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI
Publisher : Universitas Methodist Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46880/methabdi.Vol4No2.pp188-193

Abstract

Cardiac Arrest is the leading cause of death in the world including Indonesia, which can occur anytime and anywhere. The causes vary, ranging from fatigue, and underlying health conditions, to traffic accidents. Basic Life Support (BLS) is the initial step that can be taken to restore respiratory and circulatory function in individuals experiencing respiratory or cardiac arrest. It is important for online motorcycle taxi drivers to possess these skills, as they often spend time on the road and interact with various people in different situations. Perhimpunan Dokter Spesialis Anesthesiology dan Terapi Intensif (PERDATIN) North Sumatra Branch concluded a series of Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Anestesia (KPPIA) by providing basic life support training to 521 public transport or online motorcycle taxi drivers in the city of Medan on September 29, 2024. Held at the Gedung Serba Guna of the North Sumatra Provincial Government, the participants were divided into 52 groups guided directly by anesthesiologist specialists as instructors. By providing this education and training, they can be better prepared to face emergency situations on the road, thereby enhancing safety and service for passengers
Anesthesia in Awake Craniotomy Patients Akim, Mhd; Bisono, Luwih; Hamdi, Tasrif; Sitepu, John Frans; Harahap, Awi Tifani Mayandisa
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) Vol 17, No 1 (2025): JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jai.v0i0.65478

Abstract

Background: Awake craniotomy is a neurosurgical procedure performed while the patient is conscious and cooperative, commonly used to remove brain tumors or epileptic foci located close to brain regions that control in real-time critical functions such as speech, movement, or vision.Case: A 26-year-old male presented to Haji Adam Malik Hospital, Medan with progressive blurred vision in both eyes and headaches over three months diagnosed with secondary headache due to intracranial space-occupying lesions (SOL) (thalamic glioma). The patient was referred to a neurosurgical colleague for further treatment in the form of a craniotomy. The craniotomy was performed using awake anesthesia techniques for the excision of diffuse glioma in the thalamic region. The awake anesthesia technique involved intravenous premedication with 0.25 mg atropine sulfate, 5 mg dexamethasone, 50 mg phenytoin, 2.5 mg diazepam, 100 mcg fentanyl, and dexmedetomidine administered at 20 mcg/hour to achieve the desired sedation level. Prior to incision, infiltration was performed in the area to be incised using 0.75% ropivacaine 20 ml mixed with 2% lidocaine 4 ml, and before the burr hole was made in the cranium, 50 mcg fentanyl was administered intravenously. The surgery proceeded according to protocol, and the patient was transferred to the recovery room.Discussion: Awake craniotomy requires clear communication for brain mapping, making severe aphasia and respiratory disorders like sleep apnea contraindications. Dexmedetomidine is favored for sedation due to its minimal respiratory effects. Local analgesia with ropivacaine and lidocaine ensures pain control and hemodynamic stability, reducing opioid use. The lack of bispectral index monitoring to assess sedation depth is a noted limitation.Conclusion: Considering the benefits and challenges associated with awake surgery, the use of this method should be considered on an individual case basis to ensure surgical success and patient safety.
Teknik Anestesi pada Awake Craniotomy: Sebuah Laporan Kasus Simamora, Fareza Rifki; Bisono, Luwih; Hamdi, Tasrif; Sitepu, John Frans; Harahap, Awi Tifani M
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 1 (2025): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i1.401

Abstract

Latar Belakang: Awake craniotomy adalah prosedur bedah saraf yang dilakukan pada pasien kondisi sadar yang umumnya dilakukan pada fokal epilepsi dan pengangkatan tumor otak di daerah vital. Prosedur ini memungkinkan pengangkatan lesi sambil menilai gejala yang dialami pasien secara real-time. Ilustrasi Kasus: Laki-laki 33 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP H. Adam Malik Medan dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Gejala ini semakin memberat dalam 12 jam terakhir disertai riwayat muntah dua kali. Pasien memiliki riwayat penyakit space-occupying lesion (SOL) intrakranial, riwayat kemoterapi 11 kali, dan riwayat operasi VP shunt. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis SOL intrakranial dengan masa residu tumor. SOL ini juga mengobliterasi ventrikel lateralis bilateral. Setelah mendapat penanganan awal, pasien kemudian dirujuk ke sejawat bedah saraf untuk penanganan lebih lanjut, sejawat bedah saraf memutuskan untuk melakukan tindakan kraniotomi stereotatik biopsi. Tindakan ini difasilitasi dengan teknik anestesi awake. Tindakan anestesi pada awake craniotomy ini menggunakan premedikasi intravena yaitu sulfas atropin 0,25mg, dexamethasone 5mg, fenitoin 50mg, diazepam 2,5mg, fentanil 100mcg, dexmetomidin 20mcg/jam. Sebelum dilakukan insisi diberikan infiltrasi di daerah yang akan diinsisi menggunakan ropivikain 0,75% 20ml yang dicampur dengan lidokain 2% 4ml dan sebelum dilakukan burr-holl tengkorak di daerah kranium diberikan fentanil 50 mcg secara intravena. Simpulan: Dalam prosedur awake craniotomy, menjaga kesadaran pasien selama operasi memungkinkan tim medis untuk memantau fungsi vital di otak secara langsung, sehingga meminimalkan risiko kerusakan pada area otak yang kritis.
FAKTOR RISIKO PEKERJAAN TERHADAP MUNCULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI POLI REHABILITASI MEDIK RSUD LANGSA: OCCUPATIONAL RISK FACTORS OF APPEARANCE LBP COMPLAINTS IN THE MEDICAL REHABILITATION CLINIC OF RSUD LANGSA Raihan, Farah; Sitepu, John Frans
Jurnal Kedokteran Ibnu Nafis Vol. 14 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/jkin.v14i1.718

Abstract

Nyeri punggung bawah bisa terjadi bukan hanya karena faktor usia namun juga akibat dari sikap kerja. Pekerjaan dengan beban yang berat dapat memicu terjadinya nyeri punggung bawah di antaranya adalah pekerjaan dengan beban yang berat (gerakan yang menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi tidak bergerak dalam waktu yang lama), dan waktu pemulihan yang tidak memadai akibat kurangnya waktu istirahat. Sampel penelitian ini berjumlah 142 reponden. Pada penelitian ini digunakan uji statistika Chi-square dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara kategori pekerjaan dengan munculnya keluhan nyeri punggung bawah di Poli Rehabilitasi Medik RSUD Langsa dengan nilai p value=0,001 (<0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara durasi kerja dengan munculnya keluhan nyeri punggung bawah di Poli Rehabilitasi Medik RSUD Langsa dengan nilai p value=0,006 (<0,05) dan terdapat adanya hubungan antara masa kerja dengan munculnya keluhan nyeri punggung bawah di Poli Rehabilitasi Medik RSUD Langsa dengan nilai p value=0,001 (<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara faktor risiko pekerjaan terhadap munculnya keluhan nyeri punggung bawah di Poli Rehabilitasi Medik RSUD Langsa meliputi kategori pekerjaan, durasi kerja dan masa kerjanya.