Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kinerja guru PPKn bersertifikat pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran inovatif di SMA Negeri 2 Tomia dan untuk mengidentifikasi kendala guru PPKn bersertifikat pendidik di SMA Negeri 2 Tomia dalam merumuskan tujuan pembelajaran inovatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif, responden dalam penelitian ini adalah dua orang guru PPKn SMA Negeri 2 Tomia sedangkan informan penelitian ini adaah kepala sekolah SMA Negeri 2 Tomia. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja guru PPKn bersertifikat pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran inovatif di SMA Negeri 2 Tomia belum memenuhi keseluruhan unsur-unsur rumusan tujuan pembelajaran inovatif seperti: (1) pada unsur ABCD (audience, behavior, condition, dan degree) masih ditemukan rumusan tujuan pembelajaran hanya ada pada audience, behavior, condition, tidak dicantumkan unsur degree, bahkan hanya mencantumkan unsur behavior saja, (2) pada unsur kolaborasi peserta didik dan guru tidak ditemukan kolaborasi peserta didik dan guru hanya fokus pada siswa, (3) pada unsur HOTS rumusan tujuan pembelajaran yang dirumuskan guru PPKn belum sepenuhnya memuat unsur HOTS di mana rumusan tujuan pembelajarannya masih ada yang menggunakan kata kerja LOTS, (4) pada unsur integrasi teknologi informasi dan komunikasi, rumusan tujuan pembelajaran yang dirumuskan masih ada yang belum mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (ICT), (5) rumusan tujuan pembelajarannya masih ada yang belum berorientasi pada keterampilan belajar dan mengembangkan keterampilan abad 21 (4C), (6) rumusan tujuan pembelajarannya hanya mencantumkan paling banyak dua kemampuan literasi dari enam kemampuan literasi, dan (7) rumusan tujuan pembelajarannya masih ada yang belum mencantumkan penguatan pendidikan karakter. Kendala guru PPKn dalam merumuskan tujuan pembelajaran inovatif, antara lain: (1) Kecenderungan paradigma berpikir guru bahwa RPP merupakan pemenuhan kelengkapan administrasi saja, sehingga tidak memperhatikan unsur-unsur penting dalam perumusan tujuan pembelajaran inovatif, (2) Kurangnya kerjasama dan dukungan yang baik antara guru dalam kelompok guru mata pelajaran dan atasan, (3) Kurangnya kesadaran untuk mengikuti pelatihan-pelatihan pembelajaran inovatif, (4) Sarana dan prasarana yang kurang memadai, dan (5) Manajemen waktu.