Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KOMPOSISI TIGA JENIS BASO DI JAKARTA Ignatius Tarwotjo; Sri Hartini; S. Soekirman; Sumartono Sumartono
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 1 (1971)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2033.

Abstract

Komposisi tiga djenis baso di Djakarta. (The nutrient composition of three kinds of "baso" (meat ball) in Djakarta). "Baso" (meat ball) is a popular dish in the urban commu­nities. Its significance in the daily consumption pattern can not be neglected. Proximate analysis was carried out on three kinds of "baso" available in Djakarta, namely: "baso sapi" (beef baso) sold in restaurants and also by house-to-house vendor, and "baso ikan" (fish baso). The protein contents were as follows: 10.91% in "baso sapi" sold in restaurants, 5.04% in "baso sapi" sold by the vendor, and 9.21% in "baso ikan". Mengingat banyaknya penjual baso, maka tidak mustahil makanan ini memegang peranan yang tak dapat diabaikan dalam konsumsi zat gizi penduduk, terutama pada masyarakat kota. Ternyata baso belum tercantum dalam Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia yang ada sampai saat ini.Penyelidikan ini ditujukan untuk melengkapkan data tentang bahan makanan ini, dalam rangka penyempurnaan Daftar Komposisi Bahan Makanan Indonesia.
KOMPOSISI ZAT GIZI MAKANAN INDONESIA Dewi Sabita Slamet; Ignatius Tarwotjo
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 4 (1980)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1894.

Abstract

Pada tahun 1970 sampai 1978 dilakukan analisa kadar zat gizi dalam 193 macam makanan Indonesia, untuk melengkapi Daftar Komposisi Bahan Makanan (1967) yang telah beredar selama ini. Bahan makanan yang dianalisa dibeli di pasar, toko, warung dan penjual keliling di daerah Bogor dan Jakarta. Beberapa contoh diperoleh dari Lembaga Pusat Penelitian Pertanian di Bogor. Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat juga membantu dalam pengadaan bahan contoh. Pada pembelian contoh dicatat tempat membeli, produsen, daerah konsumen, konsumen utama, frekwensi konsumsi, harga dan bobot tiap satuan, dan sifat-sifat organoleptik. Analisa dilakukan terhadap bahan makanan mentah, terolah dan masak. Bahan makanan terolah dan masak dibeli, atau diolah dan dimasak di laboratorium. Metode analisa yang digunakan ialah metode American Official Agricultural Chemists (1975), kecuali untuk beberapa zat gizi digunakan cara lain. Penelitian ini dilaksanakan oleh tenaga di Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, serta Akademi Gizi.
THE CHANGE OF PREVALENCE OF XEROPHTHALMIA ON LOMBOK, SEPTEMBER 1977 - SEPTEMBER 1983 Ignatius Tarwotjo; Robert Tilden; Farida Farida; Atmarita Atmarita; robert Grosse; Alfred Sommer; Barbara Perry; Kathleen Richlen-Tilden
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 12 (1989)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2000.

Abstract

Berdasarkan data "Survei Prevalensi Kebutaan Gizi" tahun 1977, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dinyatakan sebagai wilayah tinggi prevalensi xeroftalmia. Sebagai suatu wilayah dengan prevalensi xeroftalmia paling tinggi di Indonesia, banyak faktor risiko yang diidentifikasi bagi daerah ini, termasuk kejadian kecacingan, kekurangan frekuensi pemberian ASI pada anak yang masih menyusu; kekurangan "kamar cuci" di dalam rumah; variasi diet yang terbatas, tidak ada variasi konsumsi bahan pokok selain beras; dan kecilnya konsumsi sumber-sumber protein. Faktor risiko khusus xeroftalmi-korneal berkaitan dengan riwayat penyakit yang baru diderita si anak (campak dan infestasi berat kecacingan) dan kurang kalori protein berat. Sejak tahun 1978, Pemerintah Indonesia telah mengembangkan berbagai macam pendekatan untuk mengawasi (kontrol) xeroftalmia; sampai tahun 1982 telah mencapai 80% sasaran (anak Balita) dan telah menghasilkan penurunan prevalensi xeroftalmia di wilayah ini. Penurunan prevalensi ini dicapai tanpa penurunan secara proporsional faktor-faktor risiko terkait.
PREVALENSI ANEMIA ANAK SEKOLAH DASAR DI DAERAH PENGHASIL DAN BUKAN PENGHASIL SAYURAN HIJAU DI KABUPATEN BOGOR Sukati Saidin; M. A. Husaini; Ignatius Tarwotjo; Suhardjo Suhardjo; Yuniar R.
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 16 (1993)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2282.

Abstract

Telah dilakukan penelitian secara cross-sectional untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi sayuran hijau dan prevalensi anemia anak SD di daerah penghasil dan bukan penghasil sayuran hijau di Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan di tlga desa penghasil sayuran hijau di Kecamatan Ciampea dan tiga desa bukan penghasil sayuran hijau di Kecamatan Nanggung di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak SD di daerah penghasil sayuran hijau lebih sering dan lebih banyak mengkonsumsi sayuran hijau dibandingkan dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau (P<0.05). Prevalensi anemia pada anak SD di daerah penghasil sayuran hijau tidak berbeda nyata dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau. Tetapi rata-rata kadar Hb anak SD di daerah penghasil sayuran hijau berbeda nyata dengan anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau (12.3 g/dl vs 11.9 g/dl). Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada kadar Hb anak SD di daerah penghasil sayuran hijau ialah frekuensi makan sayur dan konsumsi zat besi dengan koefisien regresi sebesar 0.38009 dan 0.32432. Demikian juga faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap kadar Hb anak SD di daerah bukan penghasil sayuran hijau ialah konsumsi zat besi dan frekuensi makan sayur dengan koefisien regresi sebesar 0.49240 dan 0.43696.
PREVALENSI KKP ANAK BALITA DI WILAYAH INDONESIA BAGIAN TIMUR Dewi Permaesih; Atmarita Atmarita; Ignatius Tarwotjo; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 15 (1992)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2252.

Abstract

Telah dianalisis data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak Balita yang dikumpulkan pada waktu pelaksanaan Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat-zat Gizi Lainnya di Wilayah Indonesia Timur pada tahun 1990/1991. Tujuan analisis ini terutama untuk mengetahui prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) di empat propinsi Wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT) dan perbandingan antara prevalensi KKP menurut perhitungan berdasarkan median baku Harvard dengan Z-skor berdasarkan baku WHO-NCHS. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan sedang (KKP) di wilayah IBT masing-masing 17% menurut indeks BB/U berdasarkan median baku Harvard dan 44% menurut indeks BB/U berdasarkan -2 SB baku WHO-NCHS. Prevalensi KKP menurut TB/U berdasarkan Z-skor WHO-NCHS hampir sama dengan prevalensi menurut indeks BB/U berdasarkan median bahan baku Harvard. Untuk mendapatkan prevalensi KKP yang hampir sama antara kedua indikator tersebut, batas ambang penentuan status KKP (gizi baik dan gizi kurang) menurut indeks BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS adalah antara -2.6 SB dan -2.8 SB, atau rata-rata -2.75 SB.