Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

STATUS ZINC PADA LANSIA LAKI-LAKI YANG ANEMIA DAN TIDAK ANEMIA DI DESA DAN KOTA Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih; Fitrah Ernawati
GIZI INDONESIA Vol 27, No 2 (2004): September 2004
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v27i2.10

Abstract

ZINC STATUS OF ANEMIC AND NON-ANEMIC MALE ELDERLY IN RURAL AND URBAN AREASThe elderly peoples are prone to micronutrients deficiency such as zinc. The impact of low intake of zinc is impaired functions of wound healing, immunity and taste and smell. The article presents the zinc state of elderly people with or without anemia. The age of subjects was 60 – 75 years. physically and clinically healthy, and agreed to participate in this study. Data collection including anthropometric measurements (body weight, height, mid-upper circumference), zinc, and Hb. Body Mass Index was calculated using ratio body weight to height. Hemoglobin level was analyzed using cyanmethemoglobin method and serum zinc was analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometer method. The average Body weight, height and MUAC of urban elderly were statistically higher compared to rural elderly. The proportion of anemic among elderly in rural was 29.0 percent and 15.7 percent in urban. Serum zinc level showed that the proportion of elderly who have low serum zinc level was higher in rural compared to urban area (76.0% vs 54.9%). Out of 54 elderly whose anemic 87.1 percent have serum zinc level below 70 mg/L, while in urban area out of 64 anemic elderly 68.8 % have serum zinc level below 70 mg/L.The proportion of elderly who have suffered anemia and have low serum level were higher in rural compared to urban area.Keywords: anemia, zinc, elderly
PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT GIZI MIKRO TERHADAP STATUS BESI DAN STATUS VITAMIN A PADA SISWA SLTP Dewi Permaesih; Fitrah Ernawati; Endi Ridwan; Sihadi .; Sukati Saidin
GIZI INDONESIA Vol 34, No 1 (2011): Maret 2011
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v34i1.97

Abstract

Penelitian status gizi siswa sekolah lima tahun terakhir mengungkapkan bahwa prevalensi anemia, yang dapat menyebabkan turunnya konsentrasi belajar, dan kurang vitamin A, yang dapat menyebabkan turunnya daya tahan tubuh, masih cukup tinggi, sehingga menjadi kendala dalam upaya mengoptimalkan prestasi belajar. Keadaannya semakin buruk jika kedua masalah ini diderita secara bersama-sama oleh siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak suplementasi zat gizi mikro (Fe dan Vitamin A)terhadap perbaikan status besi dan status vitamin A. Penelitian dilaksanakan pada 150 siswa anemia yang tinggal di kabupaten Bogor. Data yang dikumpulkan meliputi: identitas siswa, kadar Hb, s-transferin, vitamin A serum (retinol), konsumsi makanan/zat gizi dan energi. Sebelum pemberian suplemen, dilakukan “deworming” dengan pemberian obat cacing dosis tunggal “Combantrin”. Sampel dibagi tiga kelompok, masing-masing 50 siswa. Pada kelompok A setiap siswa mendapat satu pil besi (ferro sulfat) dengan dosis 60 mg besi elemental +0,25 mg asam folat dan kapsul vitamin A (10.000 SI) dua kali per minggu. Kelompok B hanya mendapat satu pil besi seperti pada kelompok A, diberikan dua kali per minggu. Kelompok C adalah kelompok pembanding yang mendapat plasebo. Suplementasi berlangsung selama 12 minggu. Pemberian suplemen satu pil besi (60 mg besi elemental + 0,25 mg asam folat) dan vitamin A (10.000 SI) disertai pemberian snack mengandung energi (15% AKG), dua kali per minggu selama 12 minggu dapat memeningkatkan kadar Hb sebesar 1,40 g/dl, serum transferrin receptor (sTFR) sebesar – 1,0 µg/L, serum vitamin A (retinol) sebesar 6,1 µg/dl. Tidak ada perbedaan bermakna konsumsizat gizi (energi dan protein) sebelum dan sesudah pemberian suplementasi.Kata kunci: vitamin A, zat besi, siswa, anemia, KVA
ASUPAN NATRIUM PENDUDUK INDONESIA: Analisis Data Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 Sri Prihatini; Dewi Permaesih; Elisa Diana Julianti
GIZI INDONESIA Vol 39, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v39i1.205

Abstract

AKTIFITAS FISIK DAN PENGGUNAAN ENERGI PEKERJA LAKI-LAKI DENGAN JENIS PEKERJAAN BERBEDA Yuniar Rosmalina; Dewi Permaesih
GIZI INDONESIA Vol 31, No 2 (2008): September 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i2.60

Abstract

PHISICAL ACTIVITY AND ENERGY EXPENDITURE OF MALE WORKER WITH DIFFERENT ACTIVITY LEVELDaily physical activities considered as main component in estimating energy expenditure for group ofcommunity. Data on physical activities of male worker relating to their job/occupation in Indonesian isstill rarely found. The objective of the study is to compare daily physical activities and daily energyexpenditure of male workers with different of their activity level.Respondents were 51 male workers considered as light activity level and 50 as heavy activity level.Data collection including anthropometric measurement, physical activities was measured at their joblocation using combination of observation method and recall method 5 day consecutively. Total energyexpenditure was estimated using factorial estimated of total energy expenditure. The results showedthat male worker with light activity level spent their time in doing their job significantly longer than highactivity level (589 minutes vs. 520 minutes). However in term of the energy cost for their doing the jobthe male worker with high activity level was higher compared to male worker with light activity level(2273 Kcal vs. 1242 Kcal). Mean value daily total energy expenditure was 2408 Kcal/day for lightactivity and 3548 Kcal/day for high activity.Keywords: physical activities, energy expenditure, male worker.
PENILAIAN STATUS VITAMIN A SECARA BIOKIMIA Dewi Permaesih
GIZI INDONESIA Vol 31, No 2 (2008): September 2008
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v31i2.55

Abstract

VITAMIN A ASSESSMENT BY BIOCHEMICAL METHODSVitamin A has an important preventive effects on maternal and child mortality. Vitamin A deficiency(VAD) is one of the most devastating dietary deficiencies. Several methods are available to assessVAD. Tradisionally, clinical signs and symptoms of xerophthalmia were used to identify theseverity of population with vitamin A deficiency. Biochemical assessment methods availablewhich include serum retinol, serum retinol binding protein, serum retinyl ester, serum carotenoids,dose response test, the deuterated retinol isotope dilution test and breast milk retinolconcentrations. The determination of of retinol in blood (serum retinol concentrations) is one of themost frequently used methods, have been used extensively to identify populations at risk ofvitamin A deficiency. However, this method has several limitations. The major drawback of serumretinol is taking blood samples are required. Beside that, serum retinol is decreased only in severVAD, when liver stores are nearly exhausted. Because the majority of vitamin A in the body isstored in the liver, then the tests to measure vitamin A stores should be developed in order toknow the vitamin A status. Vitamin A concentration in breast milk is a prospective indicator ofVAD. Breast milk collection is less invasive and usually easier than blood drawing, do not have tobe further processed at the field station, thus shortening sample preparation. For the futureindicator of vitamin A, methods that are in development include using isotope dilution.Keywords: breast milk retinol, serum retinol, vitamin A analysis
HUBUNGAN STATUS ANEMI DAN STATUS BESI WANITA REMAJA SANTRI Dewi Permaesih; Ance M. Dahro; Hadi Riyadi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 11 (1988)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1984.

Abstract

Telah diteliti status gizi, status anemia dan status besi 108 orang wanita remaja di suatu pesantren di Kabupaten Bogor. Status gizi ditentukan dengan mengukur berat dan tinggi badan; anemi dengan penentuan kadar Hb menurut cara cyanmethemoglobin; dan status besi dengan penentuan ferritin secara ELISA. Penentuan ferritin hanya dilakukan pada sub-sampel sebanyak masing-masing 18 orang per kelompok pada subjek yang denga nilai Hb kurang dari 11 g/dl, 12-13 g/dl dan lebih dari 13 g/dl. Semua santri wanita remaja contoh termasuk gizi baik. Status gizi dinilai berdasarkan berat badan per tinggi badan. Dengan batas Hb 12 g/dl, prevalensi anemi pada wanita remaja adalah 44,4 persen, 46 persen, berada di bawah nilai hematokrit normal (37%).  Nilai ferritin kelompok dengan Hb kurang dari 11 g/dl adalah 4,8 + 3,6 ug/dl, kelompok dengan Hb 12-13 g/dl adalah 18 + 11,8 ug/dl dan kelompok dengan Hb di atas 13 g/dl adalah 37,8 + 18,3 ug/dl.  Hal ini menggambarkan bahwa makin rendah nilai Hb makin rendah pula nilai ferritin sebagai refleks status besi mereka. Atas dasar nilai ferritin dan Hb ini terungkap bahwa kekurangan zat gizi besi merupakan salah satu penyebab anemi pada wanita remaja pesantren yang diteliti.
DAMPAK PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI PADA IBU MENYUSUI TERHADAP STATUS VITAMIN A ANAK Muhilal Muhilal; Dewi Permaesih; M. Saidin; Ance Murdiana; Kunkun K. Wiramihardja; Darwin Karyadi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 8 (1985)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1932.

Abstract

Defisiensi vitamin A merupakan masalah gizi utama. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu menyusui mungkin dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menyampaikan vitamin A pada bayi/anak yang di susui. Kemungkinan adanya toksisitas kecil, karena vitamin A disampaikan melalui air susu ibu (ASI) sedikit demi sedikit. Sebelum menjadi program perlu diteliti kemanfaatan cara tersebut dengan melihat dampaknya pada status vitamin A bayi.Sejumlah ibu (pada permulaan penelitian sebanyak 160 orang) di lingkungan Cipedes Kotamadya Bandung, dibagi menjadi 2 kelompok secara acak. Kelompok sampel diberi vitamin A dosis tinggi (400 000 IU) sedangkan kelompok kontrol diberi plasebo. Status gizi ibu dan bayi dan kadar vitamin A ASI diteliti 3 bulan dan 6 bulan setelah intervensi. Pemeriksaan vitamin A darah pada bayi dilakukan 6 bulan setelah intervensi.Tidak ada perbedaan status gizi ibu yang bermakna antara kelompok sampel dan kelompok kontrol pada tiga kali pemeriksaan. Enam bulan setelah intervensi keadaan gizi bayi yang berumur 10-11 bulan pada kelompok sampel lebih baik "dari kelompok kontrol. Kadar vitamin A ASI kelompok sampel 3 bulan setelah intervensi naik secara bermakna,yaitu dari 23 ,2 mcg/dl menjadi 32,2 mcg/dl. "Enam bulan setelah , intervensi kadar vitamin A ASI kelompok sampel dan kelompok kontrol masing-masing 16,7 mcg/dl dan 13,5 mcg/dl. Kadar plasma vitamin A pada bayi kelompok sampel (24,2 mcg/dl) lebih tinggi secara bermakna dari kelompok kontrol ialah 18,4 mcg/dl.Pada penelitian ini diamati: (i) kadar vitamin A ASI mengalami kenaikan bermakna sampai 3 bulan setelah intervensi, (ii) status vitamin A bayi yang ibunya diberi vitamin A dosis tinggi lebih baik dari kelompok kontrol, (iii) adanya kemungkinan terjadinya kenaikan berat yang lebih baik pada bayi yang ibunya mendapat vitamin A dosis tinggi. Mengingat kemungkinan adanya efek negatif vitamin A dosis tinggi pada janin, pemberian vitamin A pada ibu menyusui seyogyanya dilakukan hanya pada masa nifas.
LEMAK TUBUH DAN KESEGARAN JASMANI PEKERJA INDONESIA Y. Krisdinamurtirin; Dewi Permaesih; Ance Murdiana; Sri Murni Prastowo
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 16 (1993)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2281.

Abstract

Penelitian mengenai Lemak Tubuh dan Kesegaran Jasmani telah dilakukan terhadap 62 orang karyawan gemuk, 73 orang karyawan sedang dan 86 orang karyawan kurus. Mereka terdiri atas kelompok Gemuk Aktif (GPA): 33 orang; Gemuk Sendentary (GPSD): 29 orang; Sedang Aktif (SPA): 33 orang; Sedang Sendentary (SPSD): 40 orang; Kurus Aktif (KPA): 35 orang; Kurus Sendentary (KPSD): 51 orang. Umur mereka adalah antara 20 tahun dan 40 tahun. Uji Kesegaran jasmani menggunakan cara Harvard Step Test (HST) menunjukkan bahwa skor list kelompok Gemuk cenderung kurang bila dibandingkan dengan kelompok Sedang maupun Kurus. Uji kemaknaan perbedaan secara statistik menggunakan Student test, ternyata perbedaan terdapat pada tingkat Kegemukan, sedangkan pada tingkat jenis kegiatan (aktif/sendentary ) tidak menunjukkan perbedaan skor. Demikian pula clengan menggunakan Analisis Variance, menunjukkan bahwu ada kailan antaru Kegemuknn dengan skor HST (P:0,002), sedangkan antara jenis kegiatan dengan skor HST tidak ada kaitan (P:0,9049). Garis regresi memberikan gambaran bahwa makin tinggi presentase lemak tubuh, tingkat kesegaran jasmani yang dinyatakan dalam skor HST makin menurun. Garis regresi antara% 88/TB dengan kesegaran jasmani, memberikan gambaran pula ada kecenderungan bahwa pada % 88/TB 100%, kesegaran jasmani menurun. Sedangkan regresi antara kesegaran jasmani dengan tinggi duduk tidak menunjukkan kaitan yang jelas. Tetapi antara urnur dan kesegaran jasmani, menunjukkan ada kecenderungan makin tinggi urnur, kesegaran jasmani menurun. Kesimpulan dari penelitlan inl ialah bahwa ada kaitan antara kesegaran jasmani yang dinyatakan dalam skor Uji HST dengan (a) kegemukan dan (b) umur.
HUBUNGAN ANTARA STATUS BESI DAN STATUS VITAMIN A PADA IBU MENYUSUI Ance Murdiana Dahro; Clara M. Kusharto; Sukati Saidin; Dewi Permaesih; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 16 (1993)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2285.

Abstract

Kualitas ASI pada ibi hamil khususnya kandungan besi dan vitamin A dipengaruhi oleh status besi dan status vitamin A ibu. Ibu menyusui yang tinggal di pedesaan hingga saat ini masih mempunyai kebiasaan memberikan ASI pada anak balitanya walau sudah berumur 2 tahun. Sampai saat ini belum ada data status besi dan status vitamin A ibu menyusui, kecuali status besi dan status vitamin A ibu hamil. Data ibu hamil menunjukkan bahwa anemi gizi masih merupakan masalah dan status vitamin A ibu hamil pun sebagian masih rendah. Kedua masalah gizi tersebut merupakan masalah yang terpisah akan tetapi ada kemungkinan keduanya merupakan masalah yang berkaitan antara satu dengan lainnya. Penelitian status besi dan status vitamin A telah dilakukan pada 75 orang ibu menyusui dari pedesaan di Kabupaten Bogor. Sampel berumur antara 16 tahun sampai dengan 35 tahun dengan status gizi baik, yang mempunyai anak balita berumur sampai dengan 2 tahun. Dari hasil penelitian terungkap bahwa rata-rata kadar vitamin A ibu menyusui tersebut adalah 32.8±11 ug/dl, sedangkan kadar ferritin (besi) adalah 20.4±12.6 ng/ml. Uji regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 ug/dl vitamin A akan terjadi kenaikan ferritin sebesar 0.32 ng/ml (Fsign.=0.0149), Uji korelasi Pearson antara vitamin A dan ferritin adalah 0.2803 (p<0.05).
PREVALENSI KKP ANAK BALITA DI WILAYAH INDONESIA BAGIAN TIMUR Dewi Permaesih; Atmarita Atmarita; Ignatius Tarwotjo; Muhilal Muhilal
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 15 (1992)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2252.

Abstract

Telah dianalisis data berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak Balita yang dikumpulkan pada waktu pelaksanaan Studi Prevalensi Defisiensi Vitamin A dan Zat-zat Gizi Lainnya di Wilayah Indonesia Timur pada tahun 1990/1991. Tujuan analisis ini terutama untuk mengetahui prevalensi Kurang Kalori Protein (KKP) di empat propinsi Wilayah Indonesia Bagian Timur (IBT) dan perbandingan antara prevalensi KKP menurut perhitungan berdasarkan median baku Harvard dengan Z-skor berdasarkan baku WHO-NCHS. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk dan sedang (KKP) di wilayah IBT masing-masing 17% menurut indeks BB/U berdasarkan median baku Harvard dan 44% menurut indeks BB/U berdasarkan -2 SB baku WHO-NCHS. Prevalensi KKP menurut TB/U berdasarkan Z-skor WHO-NCHS hampir sama dengan prevalensi menurut indeks BB/U berdasarkan median bahan baku Harvard. Untuk mendapatkan prevalensi KKP yang hampir sama antara kedua indikator tersebut, batas ambang penentuan status KKP (gizi baik dan gizi kurang) menurut indeks BB/U berdasarkan baku WHO-NCHS adalah antara -2.6 SB dan -2.8 SB, atau rata-rata -2.75 SB.