Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

3D VISUALIZATION OF CULTURAL HERITAGE USING TERRESTRIAL LASER SCANNER (A Case Study : Monument of Heroes, Surabaya, East Java) Pribadi , Cherie Bhekti; Handayani, Hepi Hapsari; Rachmawan, Firdiansyah Eka
GEOID Vol. 11 No. 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v11i2.1502

Abstract

Research subjects reported was the visualization of three-dimensional (3D) surface models in three-dimensional mapping survey using terrestrial laser scanning (TLS). Tugu Pahlawan (Heroes Monument), located in Surabaya city center near the office of the Governor of East Java was chosen as the research object.Laser technology instruments used for comparison is GeoMax Zoom 300 (Terrestrial Laser Scanner) and Gowin TKS-202 (Electronic Total Station) as well as for geodetic GPS coordinates and altitude reference measurement Heroes Monument are georeferenced. Coordinate measurement results Electronic Total Station and Terrestrial Laser Scanner are then converted into global coordinates (UTM) using georeferencing process from Geodetic GPS measurement results. Coordinates, diameter and height of Tugu Pahlawan calculated for each model. Statistical test is used as data validation terrestrial laser scanner with electronic total station.With 90% confidence interval on statistical tests, 80% of them into confidence intervals. Height of Tugu Pahlawan according to archived data is 41.448 m, in contrast with the results of measurements from Total Station is 41.144 m, while the results of TLS is 41.447 m. Statistical test results concluded that the height of heights TLS is outside the confidence interval. Expected in the future, such as the visualization of 3D surface models can be used for documentation, preservation and reconstruction of cultural heritage.
SIMULASI TIGA DIMENSI POLA ARUS DAN DISTRIBUSI SEDIMEN DI PERAIRAN CILACAP SEBAGAI EVALUASI TERHADAP KONDISI DERMAGA Pratomo , Danar Guruh; Froditu, Nicolody Ofirla Eflal; Pribadi , Cherie Bhekti
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i2.1608

Abstract

Pemodelan distribusi arus di Perairan Cilacap, Indonesia sangat dipengaruhi oleh kedaan geografinya. Area ini berada di Selat Cilacap dan langsung berhadapan dengan Samudera India dengan karakteristik arus yang kuat. Model tiga dimensi yang telah dihasilkan, akan diketahui pola arus dan distribusi sedimen di perairan tersebut. Parameter yang digunakan dalam pemodelan ini termasuk hidro-oseanografi seperti pasang surut, river discharge, batimetri dan sedimen. Dengan river discharge yang digunakan berasal dari Sungai Donan dan Yasa. Dalam penelitian ini model arus dan sedimentasi akan dibentuk berdasarkan simulasi numerik dengan persamaan hidrodinamika. Berdasarkan hasil simulasi hidrodinamika, pada periode spring tide, kecepatan arus rata-rata dan maksimum adalah 0,6 m/s dan 0,8 m/s dengan ketebalan sedimen yang mengalami erosi sebesar 0,004 – 0,01 meter. Sedangkan, kondisi sedimentasi mengakibatkan terjadinya ketebalan sedimen mencapai 0,002 – 0,01 meter. Selama periode neap tide, kecepatan arus rata-rata yang terjadi sebesar 0,2 m/s dan sedimen bergerak secara signifikan. Sehingga pada periode ini terjadi sedimentasi yang besar, yakni 0,002 – 0,01 meter. Dengan tipe sedimen yang dominan di perairan ini berupa pasir. Deposisi memberikan efek terhadap aktivitas pelayaran, terutama disekitar dermaga dengan peristiwa sedimentasi sebesar 165,571 mm/bulan.
Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut antara Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Kalimantan Barat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Sari, Anggun Aprilia; Khomsin, -; Pribadi , Cherie Bhekti
GEOID Vol. 17 No. 2 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v17i2.1745

Abstract

Provinsi Kepualauan Riau merupakan daerah yang berbatasan dengan provinsi Kalimantan Barat. Posisi dari kedua daerah tersebut adalah berhadapan dan dipisahkan oleh laut. Menurut undang-undang No. 23 Tahun 2014 batas pengelolaan laut daerah adalah seluas 12 mil laut diukur dari garis pantai terluar sebuah pulau. Sehingga apabila diukur sejauh 12 mil laut dari masing-masing daerah terjadi tumpang tindih pengelolaan wilayah laut antara Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Kalimantan Barat. Penetapan batas wilayah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No.141 Tahun 2017. Dalam peraturan ini dijelaskan untuk menentukan batas pengelolaan laut yang posisi kedua daerah berhadapan adalah dengan median line. Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil luas pengelolaan laut Provinsi Kepulauan Riau adalah seluas 108530.11 km2 dan luas pengelolaan laut Provinsi Kalimantan Barat adalah seluas 14.407 km2.
Pembuatan Peta Wisata Waduk Selorejo, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur Yuwono, Yuwono; Pratomo, Danar Guruh; Pribadi , Cherie Bhekti; Khomsin, Khomsin; Kurniawan, Akbar; Anjasmara , Ira Mutiara
GEOID Vol. 18 No. 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v18i2.1772

Abstract

Sektor pariwisata dapat mendatangkan pemasukan untuk suatu daerah dan juga berakibat positif bagi masyarakat sekitarnya untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Di Indonesia sangat banyak destinasi wisata, baik wisata alam, wisata budaya, wisata pendidikan, dan sebagainya.Waduk Selorejo merupakan salah satu objek wisata yang berada di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waduk ini dikelola oleh Perum Jasa Tirta. Objek wisata disini lebih tepat sebagai wisata keluarga. Pengelola yang dalam hal ini Perum Jasa Tirta berusaha untuk meningkat jumlah kunjungan wisata, salah satunya dengan menggelar pagelaran yang disukai dan diminati rakyat. Promosi pariwisata dilakukan dengan harapan memberikan hasil yang memuaskan pengunjung dan kontribusi pendapatan yang dapat membantu perusahaan untuk mempertahankan fungsinya sebagai pengelola infrastruktur sumber daya air. Selain untuk wisata, waduk juga untuk irigasi, PLTA, keperluan sehari hari masyarakat hilir yang membutuhkan air. Mengingat pentingnya fungsi waduk ini dan untuk menjaga kerbelangsungan kondisi air waduk dari pendangkalan misalnya, juga untuk membantu perencanaan pengembangan secara fisik daerah wisata ini, tentu dibutuhkan peta. Peta yang dapat menggambarkan integrasi antara kondisi daerah darat dan kondisi waduk (perairan) tersebut dapat dibuat integrasi dari Peta Topografi dan Peta Batimetri. Metode yang digunakan pada pembuatan Peta Topografi adalah dengan mengukur kondisi topografi daerah tersebut dengan peraltan Total Station, GPS, dan Waterpass. Selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan koordinat. Selanjutnya koordinat diplot dengan skala tertentu yang diberi keterangan atau infomasi tambahan untuk menjadikan Peta Topografi. Untuk pembuaatan Peta Batimetri, pada prinsipnya sama tahapannya dengan pembuatan peta topografi, namun peralatan yang digunakan adalah alat ukur kedalaman dasar perairan (Echosounder) dan untuk positioning digunakan Global Positioning System (GPS). Integrasi dari dua peta ini akan dibuat Peta Wisata yang dapat membantu Pengelola Waduk Selorejo untuk memonitoring waduk dan juga untuk bahan pengembangan fisik daerah tersebut.
Analisis Tingkat Bahaya Bencana Tsunami Berbasis Sistem Informasi Geografis di Kota Palu Pribadi , Cherie Bhekti; Bioresita, Filsa; Shafira, Aqilla Khairani
GEOID Vol. 19 No. 1 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i1.1789

Abstract

Kota Palu merupakan daerah rawan bencana gempa bumi maupun tsunami karena berada di wilayah persimpangan lempeng Australia, Filipina, dan Pasifik. Pada bulan September 2018, gempa bumi dengan kekuatan 7,4 skala Richter mengguncang wilayah Sulawesi Tengah hingga memicu terjadinya bencana tsunami yang menyebabkan beberapa kerugian besar. Dalam upaya penanggulangan bencana dan mitigasi untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari bencana tsunami, dapat dilakukan pemetaan tingkat bahaya tsunami yang dikaji dari seberapa besar potensi inundasi (genangan) di daratan berdasarkan potensi ketinggian gelombang maksimum yang tiba di garis pantai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah perhitungan matematis yang dikembangkan oleh Berryman dan fuzzy logic dengan menggunakan software pengolah data spasial untuk menghasilkan Peta Tingkat Bahaya Tsunami. Analisis tingkat bahaya dilakukan berdasarkan parameter kelerengan, koefisien kekasaran permukaan, ketinggian tsunami, dan garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa Kota Palu memiliki tingkat bahaya kelas rendah, sedang, dan tinggi yang didominasi oleh kelas bahaya tinggi. Distribusi spasial tingkat bahaya bencana tsunami di Kota Palu dengan ketinggian maksimum tsunami di garis pantai sebesar 11,3 meter menyebabkan 8 kecamatan terdampak oleh sebaran genangan tsunami. Kecamatan yang memperoleh sebaran genangan terbanyak adalah Kecamatan Mantikulore dengan luas area tergenang sebesar 248,983 hektare atau memperoleh 20,309% dari total keseluruhan genangan tsunami Kota Palu. Selain itu, diperoleh luas area permukiman terdampak tsunami dengan total luas area permukiman terpapar sebesar 276,852 hektare dari total luas pemukiman sebesar 3370,862 hektare. Berdasarkan hasil peta bahaya tsunami, Kota Palu terindikasi termasuk ke dalam tingkat bahaya tsunami tinggi dengan nilai indeks bahaya tertinggi, yaitu 0,954.