Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Pemanfaatan Informasi Geospasial untuk Pemetaan Akses Fasilitas Umum di Desa Banturejo sebagai Usulan Desa Wisata Nurwatik, Nurwatik; Jaelani, Lalu Muhammad; Sukojo, Bangun Muljo; Handayani, Hepi Hapsari; Budisusanto, Yanto; Deviantari, Udiana Wahyu; Hidayat, Husnul; Taslyanto, Chelsea Alfarelia Putri; Hadjoe, Muhammad Nabil; Hermawan, Raihan Daffa
Sewagati Vol 8 No 4 (2024)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v8i4.1447

Abstract

Desa Banturejo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa Banturejo memiliki berbagai macam pariwisata yang mampu menarik wisatawan. Desa Banturejo juga memberikan beberapa fasilitas umum tambahan yang akan mempermudah para wisatawan untuk memenuhi kebutuhan, seperti fasilitas kesehatan, tempat ibadah, rumah makan, dan kantor pelayanan. Fasilitas yang telah disediakan ini merupakan sarana penunjang bagi kegiatan pariwisata di Desa Banturejo. Pada kegiatan pengabdian kepa masyarakat ini dibuat peta tematik dengan memanfaatkan informasi geografis untuk pemetaan rute menuju fasilitas umum. Pembuatan peta tematik ini bertujuan untuk mengidentifikasi sebaran fasilitas penunjang wisata yang terdapat di Desa Banturejo serta membuat rekomendasi rute efisien menuju fasilitas penunjang wisata berdasarkan jangkauannya terhadap objek wisata guna mengusulkan Desa Banturejo sebagai desa wisata. Kegiatan ini dilakukan menggunakan metode GeoTagging untuk menandai posisi dan Network Analysis untuk menganalisis rute paling efisien. Kegiatan ini juga melibatkan aspirasi warga setempat untuk menunjukkan lokasi setiap fasilitas umum serta jalan yang dapat dilalui mobil ataupun dnegan berjalan kaki. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini berupa peta rute dari Waduk Selorejo menuju fasilitas umum di Desa Banturejo, karya cipta video pelaksanaan kegiatan, dan berita pada media massa. Hasil tersebut telah dimanfaatkan oleh pemerintah setempat sebagai sumber informasi kepada pengunjung objek wisata Waduk Selorejo mengenai rute ke fasiltas umum terdekat.
Pemetaan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dalam Mendukung Upaya Pencapaian Tanpa Kemiskinan (Studi Kasus : Kelurahan Semolowaru) Budisusanto, Yanto; Handayani, Hepi Hapsari; Maulida, Putra; Nusantara, Candida Aulia De Silva; Pratomo, Danar Guruh; Hariyanto, Teguh; Miftahurrahman, Miftahurrahman; Ramadhani, Alita Tri Utami; Rozaqi, Muhammad Abduh; Srimulyarini, Yenny; Hidayat, Vlado Yusyanda
Sewagati Vol 9 No 3 (2025)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j26139960.v9i3.2453

Abstract

Rumah layak huni merupakan kebutuhan dasar yang sulit dijangkau oleh masyarakat miskin, termasuk di Kelurahan Semolowaru, Kota Surabaya, yang memiliki banyak Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Untuk mendukung upaya pengentasan kemiskinan, pengabdian masyarakat (abmas) ini melakukan pemetaan dan penentuan prioritas pembangunan RTLH dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis WebGIS. Data spasial dan non-spasial diperoleh melalui survei, wawancara, dan kuesioner berbobot dan selanjutnya dianalisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Tujuan pemetaan RTLH ini adalah untuk menyediakan persebaran RTLH secara spasial di Semolowaru guna meningkatkan efektivitas dan ketepatan proses pendistribusi bantuan untuk mencapai pengurangan kemiskinan. Hasil analisis menunjukkan bahwa persebaran RTLH di Semolowaru terkonsentrasi di RW 1, 2, dan 3, dengan prioritas perbaikan berdasarkan kondisi MCK, dinding, atap, dan lantai. Hasil pemetaan divisualisasikan dalam WebGIS yang menampilkan lokasi, status perbaikan dan parameter fisik rumah, untuk mempermudah pengambilan keputusan strategis. Abmas ini menghasilkan peta WebGIS, database RTLH, dan publikasi ilmiah untuk mempercepat perbaikan RTLH secara tepat sasaran. Ke depannya, akan dikembangkan dengan menambahkan parameter lingkungan seperti kesehatan, sanitasi, dan penyebaran penyakit. Kegiatan ini menjadi langkah awal menuju sistem informasi desa berbasis geospasial yang komprehensif dan terintegrasi.
Penggunaan Deep Learning dan Post-Processing Algoritma Douglas-Peucker untuk Ekstraksi Jaringan Jalan pada Area Urban dari Orthophoto Bimanjaya, Alfian; Handayani, Hepi Hapsari; Rachmadi, Reza Fuad
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1127

Abstract

Peta dasar skala besar sangat dibutuhkan oleh kota besar/metropolitan seperti Kota Surabaya untuk perencanaan kota dan menunjang pembangunan kota cerdas. Beberapa informasi utama yang paling dibutuhkan dari peta skala besar adalah fitur bangunan dan jaringan jalan. Ekstraksi jaringan jalan merupakan pekerjaan yang menantang karena banyak alasan, termasuk sifat heterogen dari geometri dan spektral, kompleksitas objek yang sulit dimodelkan, dan data sensor yang kurang baik. Intepretasi yang dilakukan oleh operator secara visual masih merupakan pendekatan yang umum digunakan untuk ekstraksi informasi dari orthophoto. Akurasi intepretasi yang dihasilkan tergantung pada keterampilan dan pengalaman dari operator. Sehingga, dapat terjadi inkonsistensi pada data yang dihasilkan oleh operator yang berbeda. Beberapa tahun terakhir ini, ekstraksi otomatis jalan dari orthophoto maupun CSRT menjadi isu penelitian penting dan menantang yang mendapat perhatian lebih besar. Dalam penelitian ini, penulis menerapkan metode deteksi objek berbasis Mask Region-based Convolutional Neural Network (Mask R-CNN) untuk ekstraksi jaringan jalan memanfaatkan orthophoto dan DSM LiDAR di daerah urban Kota Surabaya. Beberapa strategi dirancang dan digabungkan dengan model deteksi objek berbasis Mask R-CNN, termasuk post-processing yang terdiri dari regularisasi poligon algoritma Douglass-Peucker, remove overlap, fill gap, dan penghalusan poligon. Metode yang penulis terapkan menghasilkan kinerja yang cukup baik untuk ekstraksi jalan menghasilkan nilai presisi 90,28%; kelengkapan (recall) 85,85%; skor-F1 88,01%; dan IoU 78,59%; serta overall accuracy 95,25 % dan nilai kappa 90,5%.
Perbandingan Hasil Klasifikasi Tutupan Lahan Menggunakan Metode Artificial Neural Network (ANN), Support Vector Machine (SVM), dan Random Forest (RF) dengan Bahasa Pemrograman R Putri, Klarissa Ardilia; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1145

Abstract

Teknologi penginderaan jauh telah mengalami perkembangan yang pesat terutama dalam metode klasifikasi citra. Klasifikasi citra merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi objek di permukaan bumi pada citra satelit. Saat ini telah dikembangkan berbagai metode klasifikasi citra satelit, salah satunya adalah metode klasifikasi berbasis parameter, seperti MLC (Maximum Likelihood). Namun, metode ini tidak dapat dilakukan di lingkungan dengan fitur objek yang kompleks (seperti di daerah perkotaan atau daerah yang dibangun dengan padat). Hal ini dikarenakan metode klasifikasi berdasarkan parameter yang dibutuhkan dari dataset tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu, dikembangkan metode klasifikasi berbasis non-parametrik yang tidak bergantung pada sifat sebaran data, sehingga tidak diperlukan parameter statistik untuk memisahkan banyak kelas pada citra dan digunakan untuk menganalisis citra satelit dengan lahan padat dan kompleks. fitur penutup. Melalui penelitian ini dilakukan analisis komparatif klasifikasi tutupan lahan menggunakan metode klasifikasi berbasis non parametrik dengan pendekatan Machine Learning (Artificial Neural Network, Support Vector Machine, dan Random Forest) untuk wilayah Kota Surabaya menggunakan Landsat-8 data citra satelit, untuk mengetahui hasil klasifikasi kinerja yang dihasilkan dari ketiga metode tersebut. Klasifikasi tutupan lahan yang diterapkan pada penelitian ini terdiri dari empat kelas yaitu, badan air, lahan terbuka, lahan terbangun, dan vegetasi. Adapun komposisi training point yang digunakan adalah 80:20, dimana 80% titik sebagai titik sample dan 20% sebagai titik validasi. Dan jumlah seluruh training point adalah 237 titik. Hasil klasifikasi tutupan lahan pada penelitian ini kemudian dilakukan uji akurasi secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan uji akurasi secara kuantitatif metode Random Forest menunjukkan hasil yang paling baik dengan nilai overal accuracy 93,33% dan kappa accuracy sebesar 91,07%.
Analisis Tingkat Kerawanan COVID-19 Menggunakan Metode Random Forest (Studi Kasus: Unit Pengembangan II Kertajaya dan III Tambak Wedi Kota Surabaya) Deradjat, Andy Kusuma; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1146

Abstract

Pada bulan Maret 2020 pandemi COVID-19 telah melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dinas kesehatan, pemerintah, dan layanan publik perlu bekerja sama secara global untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Analisis dan pemetaan kerawanan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan informasi terkait pandemi COVID-19 dari beberapa faktor yang yang mempengaruhi penularan COVID-19, salah satunya adalah faktor sosial- ekonomi yang memiliki tingkat interaksi antar manusia yang cukup beresiko. Dengan Machine Learning Technique Random forest dapat membantu dalam memberikan keputusan tingkatan atau prioritas parameter dalam analisis dan pemetaan kerawanan pandemi COVID-19 dengan akurat dan mendukung keputusan serta tindakan pencegahan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dan pemetaan kerawanan pandemi COVID-19 berdasarkan faktor sosial-ekonomi di Unit Pengembangan II Kertajaya dan III Tambak Wedi Kota Surabaya. Penelitian ini menggunakan data statistik jumlah kasus penderita COVID-19 pada bulan Maret tahun 2020 hingga Agustus tahun 2021 dan data fasilitas sosial-ekonomi berupa jumlah fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan klinik), objek wisata (tempat wisata dan taman kota), perbankan (atm dan bank), pasar, mall, SPBU, dan terminal. Hasil pengolahan random forest didapatkan tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap penyebaran COVID-19, yaitu fasilitas kesehatan 24,135%, terminal 20,338%, objek wisata 19,916%, mall 19,574%, pasar 11,317%, perbankan 2,628%, dan SPBU 2,092%. Berdasarkan penelitian terdahulu, uji akurasi model yang dihasilkan dapat dikatakan baik dengan nilai akurasi sebesar 0,946 dan nilai kappa sebesar 0,892 serta nilai AUC sebesar 0,984. Hasil pemetaan dari model random forest tersebut, didapatkan daerah dengan tingkat kerawanan rendah pada bagian sebelah utara Kecamatan Kenjeran dan sebelah timur Kecamatan Sukolilo dan Kecamatan Mulyorejo, sedangkan tingkat kerawanan tinggi pada bagian tengah Kecamatan Mulyorejo, dan bagian tengah Kecamatan Sukolilo.
Perencanaan Jalur Pipa Distribusi Sekunder PDAM Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process dan Cost Path Analysis (Studi Kasus : Kecamatan Gunung Anyar ke Zona 3 PDAM Surya Sembada) Luberta, Sendi Khoirul Irham; Handayani, Hepi Hapsari; Nurwatik, Nurwatik
GEOID Vol. 19 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v19i2.1201

Abstract

Zona 3 Pelayanan PDAM Surya Sembada memiliki tekanan air dan debit air terrendah jika dibandingkan dengan zona lain. Hal ini menyebabkan zona 3 belum dapat teraliri air secara keseluruhan dan terus-menerus. PDAM merencanakan pemasangan jaringan pipa baru menuju 3 dengan titik awal berada di Kecamatan Gunung Anyar agar dapat menambah kapasitas air zona 3 tersebut. Dalam penelitian ini digunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Cost Path Analysis dengan mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu kelerengan, arah hadap lereng, penggunaan lahan, jaringan jalan, jaringan sungai, daerah rawan bencana, banjir, dan jenis tanah. Metode AHP digunakan untuk menentukan bobot setiap kriteria dan sub-kriteria. Sedangkan cost path analysis diproses dengan berdasarkan bobot setiap kriteria dan skor sub-kriteria yang didapat dari pembobotan AHP. Didapatkan kriteria dengan bobot tertinggi ialah jaringan jalan sebesar 44%, diikuti kriteria penggunaan lahan sebesar 22%, untuk kriteria lain memiliki bobot antara 4%-10%. Pada penelitian ini direncanakan terdapat beberapa pilihan jalur pipa yaitu sebanyak 3, sehingga proses cost path analysis perlu dilakukan dengan input 3 titik akhir dan didapatkan 3 jalur pipa pilihan. Setelah didapatkan jalur pipa hasil pemodelan cost path analysis, dilakukan analisis kesesuaian mengacu pada SNI pemasangan pipa tahun 2004 serta RDTR Kota Surabaya Tahun 2018-2038. Diperlukan adanya modifikasi jalur pipa dikarenakan untuk masing-masing jalur 1, jalur 2, dan jalur 3 sebesar 12,6 %; 14,0 %; dan 7,4 % dari total panjang jalurnya intersect dengan area pemukiman. Modifikasi dilakukan dengan menggeser bagian jalur pipa yang intersect dengan pemukiman menuju jaringan jalan terdekat dikarenakan jaringan jalan memiliki pengaruh tersesar dalam penelitian ini dan menyesuaikan dengan peraturan. Kemudian, melakukan simulasi tekanan air dan debit air menggunakan software waterGems untuk megetahui tekanan air dan debit air yang mampu dihasilkan setiap jalur pipa dan didapatkan jalur 1 dapat menghasilkan tekanan air rata-rata dan debit air tertinggi masing-masing sebesar 6,096 m dan 77 l/s.
STUDI PERUBAHAN KANDUNGAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DI SELAT MADURA AKIBAT PEMBUANGAN LUMPUR PANAS LAPINDO Nurjati , Chatarina; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 4 No. 2 (2009)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peristiwa semburan lumpur panas di lokasi pengeboran PT.  Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terjadi sejak 27 Mei 2006. Peristiwa ini menjadi sebuah tragedi ketika lumpur panas tersebut mulai menggenangi areal persawahan, permukiman penduduk dan kawasan industri. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban lumpur di daratan adalah dengan membuang langsung lumpur panas tersebut ke selat Madura melalui Sungai Porong. Hal ini akan mempengaruhi kualitas perairan di Selat Madura. Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk penghitungan serta analisa tentang kualitas air di Selat Madura adalah kandungan Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid ,TSS). Di dalam penelitian ini dilakukan perhitungan kandungan sedimen tersuspensi (TSS) menggunakan teknologi penginderaan jauh. Adapun citra satelit yang digunakan adalah citra ASTER multitemporal tahun 2005, 2006, 2007, dan 2008. Dengan menggunakan algoritma Budiman dilakukan perhitungan kandungan sedimen tersuspensi (TSS) di perairan Delta Pororng. Berdasarkan cek lapangan dan perhitungan dari citra satelit, dapat kita simpulkan bahwa terjadi peningkatan kandungan sedimen tersuspensi yang tajam di perairan Delta Porong.  Kandungan sedimen tersuspensi di perairan Delta Porong sebesar rata-rata 1090 mg/l. Namun demikian, hasil perhitungan menggunakan citra satelit masih jauh dibandingkan dengan perhitungan hasil cek lapangan. Hal ini dikarenakan, algoritma yang dipakai kurang sesuai apabila diterapkan untuk perhitungan kandungan sedimen tersuspensi di Delta Porong.
SPACE INTERSECTION BY COLLINEARITY Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 5 No. 2 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Intersection refers to the determination of a point’s position in object space by intersecting the image rays from two or more images. The standard method is application of the collinearity equations, with two equations for each image of the point. Approximate coordinates of the point, calculated by collinearity equations. EOPs are obtained by using space resection. Initial approximations are required for ground coordinate. In this experiment, we use several data types on flat, rugged, and incline terrain. The data has random and systematic error. We create a simulated data of ground coordinate points then we compute the image points using collinearity equations. Finally, we can conclude that the data with systematic error achieves the best precise than data with random error. This is occurred in all of terrain types. The RMS error in data with systematic error achieves constantly after the limitation number 100 control points. Therefore, data with systematic radial lens error can be used in intersection case. The RMSx is more than RMSy in almost all of data types.
DIGITAL IMAGE MATCHING METHOD USING NORMALIZED CROSS-CORRELATION (NCC) Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 6 No. 1 (2010)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Digital image-matching techniques fall into three general categories: area-based, feature-based, and hybrid methods. In this experiment we use an area-based method that is Normalized Cross-Correlation (NCC) technique. In this approach, a statistical comparison is computed from digital numbers taken from same-size subarrays in the left and right images. The correlation coefficient can range from -1 to +1, with +1 indicating perfect correlation (exact match). a threshold value, such as 0.7, is chosen and if he correlation coefficient exceeds that value, the subarrays are assumed to match The results present that using threshold=0.7, we can conclude that the similarity of two images using window size 3x3, 5x5, 7x7, 9x9 is 100%. But the similarity of two images using window size 11x11 is 70%. Then, using window size 3x3 and 5x5, we can achieve low RMSerror. It means that the different of position before and after NCC computation is not significant. However, using window size more than 8x8, RMSerror is so high more than 1 pixel. The conclusions of this experiment are gaining larger window size, the correlation coefficient will be lower. It means that the similarity is low and the images are not exactly match. Then, the large of window size give more number of grey value so it give effect in computation of average, then it will make the position of new pixel moved. Getting larger window size so the movement will be so larger too, then the RMSerror will be high. And, the location of point will give contribution for the correlation coefficient. Because it will determine the varieties of pixel number
ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya) Gutama, Andika Yudha; Jaelani, Lalu Muhamad; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 7 No. 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan teknologi penginderaan jauh telah menyediakan banyak pilihan citra beresolusi tinggi. Sebagai citra beresolusi tinggi, ALOS PRISM dan FORMOSAT-2 dapat digunakan untuk memperbaharui peta yang sudah ada selama ketelitian dan hasil yang diperoleh memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Penelitian mengenai kemampuan keduanya dalam mengukur luasan bidang tanah memungkinkan pembuatan peta-peta skala besar dari citra satelit ini. Dalam penelitian ini, citra ALOS PRISM dan FORMOSAT-2 dipotong, lalu dikoreksi geometrik menggunakan metode polinomial orde kedua dengan 7 GCP. Sampel bidang tanah pada citra diukur untuk mendapatkan data panjang dan luas. Uji t dilakukan pada hasil pengukuran menggunakan derajat kepercayaan 5%. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan data bidang tanah BPN untuk mendapatkan nilai ketelitian dan akurasinya. Berdasarkan hasil koreksi geometrik, diperoleh RMSE sebesar 0,619 untuk ALOS PRISM dan 0,354 untuk FORMOSAT-2. Selain itu, diperoleh standar deviasi 0,590 untuk ALOS PRISM dan 0,522 untuk FORMOSAT-2. Persentase perbedaan luas antara pengukuran pada data acuan dengan hasil dijitasi sampel pada citra adalah sebesar 1,83% untuk FORMOSAT-2 dan 4,01% untuk ALOS PRISM. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa citra FORMOSAT-2 mempunyai ketelitian dan akurasi posisi yang lebih baik daripada citra ALOS PRISM. Untuk cakupan wilayah yang sempit FORMOSAT-2 lebih efektif digunakan karena ketelitian dan akurasinya lebih baik daripada ALOS PRISM. Untuk cakupan wilayah yang luas, citra ALOS PRISM lebih efisien digunakan karena lebih murah dengan ketelitian dan akurasi yang relatif sama dengan citra FORMOSAT-2.