Claim Missing Document
Check
Articles

Found 38 Documents
Search

Sebaran Land Surface Temperature dan Indeks Vegetasi di Wilayah Kota Semarang pada Bulan Oktober 2019 Almy Faturahim Nur Insan; F. V. Astrolabe Sian Prasetya
Poltanesa Vol 22 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.808 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i1.471

Abstract

Land Surface Temperature (LST) didefinisikan sebagai kondisi suhu bagian terluar dari suatu objek yang ada di permukaan tanah. Pada umumnya nilai Land Surface Temperature tertinggi akan terdapat di pusat kota dan menurun secara bertahap ke arah pinggir kota sampai ke desa. Dimana diketahui bahwa daerah pinggir kota sampai ke desa, memiliki kondisi tutupan lahan yang dominan dengan vegetasi. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa, LST akan berbanding terbalik dengan indeks kerapatan vegetasi (NDVI). Dalam 17 tahun terakhir, BMKG menyatakan bahwa Nilai Land Surface Temperature Kota Semarang mencapai angka 39,4 °C, dimana sebelumnya Land Surface Temperature Kota Semarang mencapai angka 38,5 °C pada Tahun 2002. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sebaran LST Kota Semarang pada waktu kajian, dan mencari hubungan dengan NDVI pada wilayah tersebut.
Studi Volume Kapasitas Air dengan Menggunakan Single Beam Echosounder di Area Kolam Retensi Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda Shabri Indra Suryalfihra; Dana Rahmadi; F. V. Astrolabe Sian Prasetya
Poltanesa Vol 22 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.497 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i1.473

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya kapasitas tampungan kolam retensi kelurahan Air Hitam yang diakibatkan akumulasi sedimen yang masuk ke dalam kolam retensi yang berakibat terjadinya perubahan pada kurva luas dan volume tampungan kolam retensi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan pelimpah dalam mengalirkan besaran air yang datang dari drainase. Untuk dapat mengetahui volume kolam retensi tersebut harus dilakukan pengukuran kedalaman/batimetri di kolam retensi maka dilakukanlah pemeruman. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui volume kapasitas air di area kolam retensi kelurahan Air Hitam menggunakan Singlebeam Echosounder dengan metode pemeruman. Dari hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk gambar peta batimetri dan modeling tiga dimensi, sehingga ke depan penelitian ini dapat sebagai data pendukung untuk kolam retensi kelurahan Air Hitam dapat direnovasi lagi dari segi penampungannya karena berkurangnya tampungan air diakibatkan akumulasi sedimen. Hasil penelitian ini didapat beberapa informasi terkait dengan keadaan eksisting area kolam retensi Kelurahan Air Hitam Kota Samarinda. Pada studi volume kapasitas air pada kolam retensi Kelurahan Air Hitam didapatkan data posisi titik perum sebanyak 5.286 titik pada 17 lajur Cross Sounding dengan interval 1 detik pada tiap titiknya. Selain itu didapat informasi spasial antara lain, volume rata-rata kapasitas air adalah sebesar 122.462,513 m3, kedalaman rata-rata adalah 2,135 meter, kedalaman terdangkal adalah 1,070 meter, dan kedalaman terdalam adalah 3,420 meter.
Kajian Karakteristik Pasang Surut di Perairan Teluk Balikpapan Menggunakan Metode Admiralty Alvina Resha Octaferina; F. V. Astrolabe Sian Prasetya
Poltanesa Vol 22 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.449 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i1.474

Abstract

Banyaknya kegiatan di Perairan Teluk Balikpapan sehingga diperlukan pengamatan pasang surut untuk mengetahui karakterisik dan tipe pasang surut. Karakteristik dan tipe pasang surut memiliki manfaat untuk memberikan gambaran umum tentang berapa kali pasang atau surut, tanggal LLWL dan HHWL serat fase bulannya, sehingga dapat memberikan acuan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan di Perairan Teluk Balikpapan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan grafik pasang surut di Perairan Teluk Balikpapan. Data yang digunakan merupakan data pasang surut bulan November tahun 2019 dari Stasiun Pengamatan Pasang Surut yang berlokasi di Pelabuhan Semayang, Teluk Balikpapan. Metode yang digunakan adalah metode perhitungan Admiralty dan Formzahl. Hasil dari penelitian ini berupa 2 (dua) nilai konstituen komponen harmonic pasang surut dari perhitungan metode Admiralty yaitu nilai amplitudo (A) dan sudut fase (g˚), nilai Formzahl, nilai MSL, HHWL dan LLWL dari perhitungan metode Admiralty, nilai HHWL dan LLWL dari analisa data pasang surut serta fase bulan dan grafik pasang surut. Karakteristik pasang surut di Perairan Teluk Balikpapan pada bulan November didominasi oleh gaya pembangkit pasang surut dari matahari (S) dengan nilai amplitudo (A) sebesar 67,990 cm. Tipe pasang surut di Perairan Teluk Balikpapan adalah mixed, prevailling semidiurnal (campuran, condong ke harian ganda) dengan nilai Formzahl sebesar 0,33. Nilai MSL dari perhitungan Admiralty sebesar 1,42 m, nilai HHWL sebesar 3,30 m dan nilai LLWL sebesar -0,31 m. Pada tanggal 14 November 2019, nilai HHWL sebesar 2,90 m dan nilai LLWL sebesar 0,20 m. Pada tanggal 28 November 2019, nilai HHWL sebesar 2,80 m dan LLWL sebesar 0,20 m. Fase bulan pada tanggal 14 yaitu Waning Gibbous 94% dan pada tanggal 28 yaitu Waxing Crescent 5%.
Pemetaan Fasilitas Kesehatan BPJS Kota Samarinda Studi Kasus Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik Pratama Arsya Farky Fadjuani; Dyah Widyasasi; Nia Kurniadin; F. V. Astrolabe Sian Prasetya
Poltanesa Vol 22 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.674 KB) | DOI: 10.51967/tanesa.v22i2.885

Abstract

Sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur Samarinda memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. BPS (Badan Pusat Stastistik) Kota Samarinda menunjukan jumlah penduduk pada tahun 2020 mencapai 886.806 jiwa. Jumlah tersebut tersebar dalam 10 Kecamatan dan 59 Kelurahan. Besarnya populasi manusia di Kota Samarinda mengakibatkan besar pula kebutuhan akan pelayanan fasilitas kesehatan khususnya Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik Pratama di wilayah ini. Demikinan pula kebutuhan akan ketersediaan fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan serta kemudahan akses informasi jenis layanan yang dicover oleh BPJS Kesehatan. Tujuan dari kegiatan penelitian ini yaitu untuk memetakan lokasi Rumah Sakit, Puskesmas, dan Klinik yang menyediakan layanan BPJS Kesehatan di Kota Samarinda. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pengambilan data yang terdapat pada website BPJS Kesehatan, yang selanjutnya dilakukan pengambilan data koordinat dan data mengenai jenis layanan, informasi serta ketersediaan layanan BPJS yang terdapat pada fasilitas Kesehatan di Kota Samarinda. Data selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak SIG dengan hasil akhir berupa layout peta. Hasil pada penelitian ini menunjukan terdapat 12 dari 15 Rumah Sakit melayani pasien BPJS, 14 Puskesmas seluruhnya menyediakan layanan BPJS, serta 40 dari 49 Klinik melayani BPJS.
PENENTUAN MUSIM TANAM PADI SAWAH MENGGUNAKAN DATA TIME SERIES CURAH HUJAN DI DAS LIMBOTO BONE BOLANGO Romansah Wumu; F.V. Astrolabe Sian Prasetya
JURNAL AGRIMENT Vol 6 No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.611 KB) | DOI: 10.51967/jurnalagriment.v6i1.497

Abstract

Paddy is a staple food for most Indonesian people. A number of efforts were made to maintain the availability of paddy in the country. One of these efforts is to determine the beginning of the paddy planting season, especially lowland paddy in order to get maximum results and minimize crop failure. This study aims to determine the beginning of the growing season in the Limboto Bone Bolango watershed area. The beginning of the rainy season is the best time to be the beginning of the paddy planting season which requires sufficient irrigation in the vegetative phase. The data used in this study is rainfall time series data which is processed from TRMM 3B43 data: Monthly Precipitation Estimates (TRMM/3B43V7) and ERA5-Land monthly averaged - ECMWF climate reanalysis (ECMWF/ERA5_LAND/MONTHLY). Based on the time series data, the beginning of the rainy season is in February (DOY > 60) and October (DOY > 273). Based on this, it is expected that farmers in the Limboto Bone Bolango watershed can start the planting season in February and October.
PEMETAAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) SEBAGAI PARAMETER PENENTUAN POTENSI PERIKANAN DAN BUDIDAYA DI PESISIR PERAIRAN DELTA MAHAKAM, KALIMANTAN TIMUR Radik Khairil Insanu; F.V. Astrolabe Sian Prasetya
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 4, No 01 (2021): Volume 04 Issue 01 Year 2021
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/elipsoida.2021.10050

Abstract

Delta Mahakam terbentuk pada muara Sungai Mahakam yang terletak di pantai timur Pulau Kalimantan, antara 0°20' LS dan 117°40' BT. Kawasan Delta Mahakam merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya alam, terutama minyak bumi dan gas alam (migas). Selain potensi sumber daya alam ini, delta Mahakam juga memiliki potensi dalam bidang perikanan maupun budidaya perairan. Potensi lingkungan pesisir ini dapat ditinjau dari parameter-parameter oseanografinya seperti suhu permukaan laut (SPL), salinitas serta padatan tersuspensi (TSS) dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sebaran suhu permukaan laut sebagai salah satu parameter penentuan potensi lingkungan pesisir. Metode penelitian ini menggunakan citra satelit LANDSAT 8 pada tanggal 23 Januari, 12 April dan 24 April dengan algoritma USGS 2013 dari artikel sijuntak untuk memperoleh nilai suhu permukaan laut perairan Delta Mahakam. Hasil dari penelitian ini suhu permukaan laut didominasi pada rentang suhu 19˚C -27˚C yang menyebar di Delta Mahakam. Selisih suhu antara suhu lapangan dengan suhu pengolahan citra sekitar 8 – 9 ˚C. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memperoleh algoritma suhu permukaan laut citra satelit LANDSAT 8 pada perairan Delta Mahakam.
ANALISIS INDEKS KEKRITISAN LINGKUNGAN DI KOTA MAKASSAR MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT 8 OLI/TIRS Feri Fadlin; Nia Kurniadin; Astrolabe Sian Prasetya
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 3, No 01 (2020): Volume 03 Issue 01 Year 2020
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1452.591 KB) | DOI: 10.14710/elipsoida.2020.6232

Abstract

Indeks Kekritisan Lingkungan (ECI) didefinisikan sebagai kondisi kritis lingkungan akibat peningkatan suhu permukaan tanah (LST) dan berkurangnya indeks kerapatan vegetasi (NDVI). Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa ECI berbanding lurus dengan peningkatan suhu dan berbanding terbalik dengan tutupan vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ECI di Kota Makassar dengan memanfaatkan citra satelit landsat 8 OLI/TIRS perekaman tahun 2013-2018. Metode penelitian untuk analisa ECI selain menggunakan algoritma LST dan NDVI juga dilakukan dengan menggunakan persamaan deduktif modifikasi dengan penambahan algoritma indeks kawasan terbangun (NDBI) dan indeks kebasahan (NDWI) untuk meningkatkan akurasi klsifikasi ECI di wilayah Kota Makassar.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi tren peningkatan LST dan NDBI serta penurunan NDVI di wilayah Kota Makassar tahun 2013 – 2018. . Algoritma indeks kebasahan NDWI juga dapat digunakan sebagai tambahan dalam formula deduktif ECI dan mampu meningkatkan akurasi klasifikasi dengan mengeliminasi tubuh air sebagai kategori lingkungan kritis. Hasil klasifikasi indeks kekritisan lingkungan ECI menunjukkan bahwa 46,69% wilayah Kota Makassar termasuk dalam kategori tidak kritis, 51,55% masuk kategori kritis dan 1,76% termasuk kategori sangat kritis. Wilayah dengan kategori sangat kritis tersebar di Jalan Tamalate, wilayah Jalan Maccini Raya, Jalan Teuku Umar 11, Jalan Tinumbu Jalan Abdul Rahman Hakim, Jalan Manuruki, dan sekitar jalan Tol Reformasi.
ANALISIS DISTRIBUSI PARAMETER FISIKA DAN KIMIA PADA KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS Astrolabe Sian Prasetya; Arini Rajab
Elipsoida : Jurnal Geodesi dan Geomatika Vol 1, No 02 (2018): Volume 01 Issue 02 Year 2018
Publisher : Department of Geodesy Engineering, Faculty of Engineering, Diponegoro University,Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.161 KB) | DOI: 10.14710/elipsoida.2018.3467

Abstract

ABSTRAK Distribusi parameter merupakan tindakan awal dalam penentuan lokasi untuk budidaya rumput laut. Penentuan distribusi ini menggunakan faktor fisika, yaitu muatan padatan tersuspensi (TSS) dan suhu sebagai parameter untuk menentukan lokasi yang layak untuk budidaya rumput laut. Selain itu juga faktor kimia, yaitu salinitas, merupakan parameter yang digunakan juga untuk penentuan lokasi budidaya rumput laut. Dengan nilai parameter yang sesuai dengan syarat untuk tumbuh kembang rumput laut, diharapkan akan dapat memaksimalkan sebaran daerah yang dapat digunakan untuk melakukan budidaya rumput laut. Selain itu juga, diharapkan akan memberikan dampak akan maksimalnya tumbuh perkembangan rumput laut tersebut, sehingga akan menghasilkan produk yang unggul dan melimpah.Dalam penentuan distribusi parameter fisika dan kimia pada kawasan budidaya rumput laut tersebut dapat diamati dengan satelit oseanografi Terra MODIS. Dengan menggunakan algoritma ATBD (Algorithm Theoretical Basic Document Modis) 25 untuk menentukan nilai Sea Surface Temperature (SST), algoritma Guzman-Santaella untuk menentukan distribusi kandungan Total Suspended Solid (TSS), dan algoritma SSS MODIS untuk menentukan distribusi kandungan salinitas pada daerah penelitian. Citra yang digunakan untuk melakukan pengamatan parameter - parameter ini diambil dari tanggal 22 dan 23 Juli 2018.Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa sea surface temperature daerah pengamatan tergolong memiliki suhu yang hangat, yaitu berada pada kisaran 26°C - 32°C. Kandungan total suspended solid yang dominan pada kawasan budidaya rumput laut bernilai kurang dari 20 mg/L. Kandungan salinitas yang dominan pada kawasan budidaya rumput laut bernilai pada kisaran 28-33 ‰ terdapat pada daerah di daerah pesisir Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Sidoarjo dan sedikit di wilayah Kabupaten Pasuruan, dimana rentang sea surface salinity ini sangat sesuai untuk pertumbuhan budidaya rumput laut. Selain itu terdapat daerah pesisir Kabupaten Pasuruan, sedikit wilayah pesisir di Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Situbondo yang memiliki nilai dengan  kisaran antara 25-28 ‰ dan 33-37 ‰, dimana kisaran nilai tersebut merupakan rentang nilai yang cukup sesuai untuk budidaya rumput laut. Untuk uji korelasi korelasi untuk SPL penelitian ini sebesar r = 0.747 dengan nilai RMS Error = 1,22. Uji korelasi kandungan TSS sebesar r = 0,882 dengan nilai RMS error = 1,41. Uji korelasi kandungan SSS sebesar r = 0,742 dengan nilai RMS error = 9,82.Kata kunci :  Rumput laut, Sea Surface Temperature, Total Suspended Solid, Sea Surface Salinity, Terra MODIS
Geographic Information System of Dengue Hemorrhagic Fever Area Mapping in the City Of Samarinda Tarsius Aloysius Pedor; Syafei Karim; F.V Astrolabe Sian Prasetya
TEPIAN Vol 2 No 4 (2021): December 2021
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.41 KB) | DOI: 10.51967/tepian.v2i4.677

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still one of the main public health problems in Indonesia. This disease can threaten public health, efforts to prevent its spread need to be done. As the first step for prevention, it is necessary to do the mapping. Environmental factors have a major influence on the increase and transmission of mosquito-borne diseases such as DHF. The most influential factors include the physical environment consisting of rainfall, air humidity, and population density. The city of Samarinda itself has not maximized the DHF control program, because the government is less effective in mapping the DHF-vulnerable areas based on indicators of increasing cases over the last few years using spatial maps. Mapping the DHF area with the spatial method can maximize the implementation of the DHF control program, the implementation of the fogging program, and other DHF control programs. So to get this information, a geographical information system (GIS) is needed or commonly known as a geographic information system (GIS). This web-based geographic information system application for mapping dengue areas can display detailed information such as the address of the Public Health Center that provides information on the number of cases that occur in each sub-district and a polygon map showing which sub-district has the most cases.
Geographic Information System of Distribution of Poor Households in the Palaran District Kevin Rivaldi Sosang; Syafei Karim; F.V Astrolabe Sian Prasetya
TEPIAN Vol 3 No 1 (2022): March 2022
Publisher : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.273 KB) | DOI: 10.51967/tepian.v3i1.679

Abstract

Related to poverty, an important issue that needs attention is the relatively large number of poor people. This relatively large number of poor people is mainly associated with poverty alleviation efforts, both through funding by the central government and local governments. However, such a high-quantity effort has not been able to significantly alleviate poverty. This can be seen from the worsening quality of the poor. So to get these results, a geographical information system (GIS) is needed or commonly known as a geographic information system (GIS) so that data on poor households is right on target. A geographic Information System is a tool that can be used to assist in analyzing the condition of an area in the field of the population to determine the level of welfare of its population. GIS can also convey information in the form of thematic maps so that the condition of an area towards poverty can be presented in the form of visualization of thematic maps and can make it easier for users to understand the information conveyed. The expected result is that this GIS application can make it easier to provide information to the public about the existence of poor households in the Palaran District.