Rabbani, Dzun Nun Septin Renda
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMANFAATAN CHINESE KNOT (中国结) SEBAGAI MEDIA EDUKASI BUDAYA TIONGHOA DI SMA KHADIJAH SURABAYA Rabbani, Dzun Nun Septin Renda; Amri, Miftachul; Adhimas, Yogi Bagus; Qorie, Tiffany; Syafiyah, Nabillah Hanan; Laode, Astianti; Ren, Huiling; Hu, Yifan
Transformasi dan Inovasi : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 5 No 2 (2025): Volume 5, Nomor 2, Juli 2025
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpm.v5n2.p133-140

Abstract

This Community Service Program (PKM) addresses the limited understanding of Chinese culture among high school students, particularly at SMA Khadijah Surabaya. Although interest in learning Mandarin has continued to increase, cultural aspects often receive insufficient emphasis in the curriculum. This makes practical cultural exposure an important yet under-implemented strategy. The primary objective of this program is to provide students with direct cross-cultural learning experiences through a training workshop on crafting Chinese Knot (中国结), a traditional Chinese art form rich in philosophical meanings. The implementation method employed a participatory approach involving live demonstrations, group practice, and cultural reflection, supported by comprehensive documentation and reporting. Data analysis was conducted qualitatively through observation, interviews, and evaluation of students’ final craft products. The results indicate an enhanced student understanding of Chinese cultural values and increased enthusiasm in exploring traditional art through hands-on activities. The main outputs include a video documentary, media coverage, and a nationally published scientific article, all of which contribute to the dissemination and sustainability of the program. In conclusion, the training not only enriches students’ cultural competence but also reinforces the relevance of Mandarin language learning within its authentic cultural context, positively contributing to character development and multicultural awareness.
Kajian Ekokritik : Representasi Alam dalam Karya Sastra Klasik Tiongkok pada Era 宋朝 (Sòng Cháo) Firdaus, Dhevy Olivia; Mardasar, Octi Rjeky; Ventivani, Aiga; Usadani, Galuh Bunga; Rabbani, Dzun Nun Septin Renda
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 4 (2025)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i4.6986

Abstract

Sastra klasik Tiongkok merupakan warisan budaya yang sarat nilai filosofis, di mana alam tidak hanya menjadi latar, tetapi juga simbol bermakna. Dalam konteks tersebut, ekokritik hadir sebagai pendekatan untuk memahami bagaimana karya sastra merefleksikan interaksi manusia dengan lingkungannya. Penelitian ini bertujuan mengkaji representasi alam dalam puisi Dinasti Song melalui perspektif ekokritik. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan sumber data antologi 宋词三百首 (Sòng Cí Sān Bǎi Shǒu), dianalisis menggunakan pendekatan ekokritik Cheryll Glotfelty (1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur alam seperti bunga, kupu-kupu, burung walet, gunung, awan, dan gerimis berfungsi bukan sekadar sebagai ornamen estetis, tetapi juga simbol filosofis yang mencerminkan cinta, kefanaan, ketenangan batin, dan harmoni kosmos. Relasi manusia dan alam dalam keempat puisi tersebut memperlihatkan kesadaran ekologis yang kuat, di mana alam dipandang sebagai entitas hidup yang menyatu dengan batin manusia. Pandangan alam dalam karya-karya ini berpijak pada nilai-nilai filsafat Konfusianisme dan Taoisme: Konfusianisme menekankan keseimbangan moral dan sosial, sedangkan Taoisme mengajarkan keselarasan alami melalui prinsip ziran (自然) dan wu wei (无为). Kedua pandangan tersebut berpadu dalam konsep tian ren he yi (天人合一), yaitu kesatuan antara manusia dan alam. Dengan demikian, puisi-puisi Dinasti Song tidak hanya menghadirkan keindahan alam secara puitis, tetapi juga menyampaikan pesan ekologis lintas zaman bahwa kebijaksanaan sejati tercapai ketika manusia hidup selaras dengan alam dan menjaga keseimbangan kosmos.