Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Comparative Analysis of Antioxidants in Moringa Leaves and Soursop Leaves Kamaluddin, Irna Diyana Kartika; Ramadhani, Pratiwi Trisda; Bima, Irmayanti Haidir; Irwan, Andi Alamanda; Matoo, Rasfayanah F.
Jurnal Biologi Tropis Vol. 24 No. 2 (2024): April - Juni
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v24i2.6760

Abstract

Antioxidants are chemical compounds that can donate one or more electrons to free radicals, so antioxidants function to neutralize free radicals. Antioxidants delay and inhibit cell damage through their properties that can neutralize free radicals. Several studies have reported that M.oleifera has antioxidant activity to various pharmacological effects such as anti-inflammatory and anti-cancer. Moringa oleifera or better known as Moringa is a plant that is widely used by the community to overcome various disease complaints. In addition to Moringa leaves, Soursop leaves (Annona muricata L) also have high antioxidant content in their leaves so that these plants can be divided into synthetic antioxidants and natural antioxidants. The use of synthetic antioxidants is currently decreasing due to consideration of the negative effects on health such as liver damage and can cause carcinogens so that their use is replaced by natural antioxidants. The natural antioxidants in question are compounds found in natural materials such as Moringa leaves and Soursop leaves. The type of research used in this study is experimental research by testing the comparison of antioxidant compound activity between Moringa leaves and Soursop leaves using the DPPH method. Moringa leaves had antioxidant activity of 141.34 ppm, while Soursop leaves had antioxidant activity of 82.39 ppm. There is no significant difference in antioxidant activity between Moringa leaves and Soursop leaves.
EFEKTIVITAS PEEFEKTIVITAS PEMBERIAN OBAT HERBAL BAWANG PUTIH TERHADAP PENDERITA HIPERTENSIMBERIAN OBAT HERBAL BAWANG PUTIH TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI Oktaviani Ibrahim, Cindy; Mokhtar, Shulhana; Bima, Irmayanti Haidir
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 8 No. 2 (2024): AGUSTUS 2024
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v8i2.28075

Abstract

Berbagai macam tantangan yang dihadapi dunia terkait dengan permasalahan Kesehatan, salah satunya penyakit hipertensi, berupa peningkatan darah sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Penelitian Christina Rahayuningrum, dkk (2020) bahwa penderita hipertensi didunia 46% tinggal di wilayah yang tingkat pendapatan masyarakat rendah sampai pendapatan masyarakat menengah. WHO (2023) Indonesia termasuk negara berpendapatan menengah kebawah (lower middle income). Artinya warga negara Indonesia termasuk dalam 46% penderita hipertensi. Riskesdas dalam Mutaqqin dkk, (2020) Di Indonesia prevalensi hipertensi 36,8% sebagian besar kasus hipertensi dimasyarakat tidak terdiagnosis 63,2%. DataKemenkes RI (2018) prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%. Penelitian Iswahyudi Yasril, dkk, 2020 Prevalensi hipertensi 34,1%, sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan 13,3% orang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat, terdapat 32,3% tidak rutin minum obat. Ini menunjukkan sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui dirinya hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan. Pengobatan hipertensi non farmakologis lebih aman dikarenakan efek samping ditimbulkan hanya sedikit bahkan tidak menimbulkan efek samping. Bawang putih sebagai salah satu ramuan herbal mempunyai efek antihipertensi karena terdapat kandungan zat alisin dan hydrogen sulfide. Senyawa alisin bawang putih dapat menghancurkan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi tekanan darah. Penelitian ini menggunakan metode Literature Review dengan desain Narrative Review, bertujuan mengidentifikasi dan merangkum artikel yang telah diterbitkan sebelumnya mengenai efektivitas pemberian obat herbal bawang putih terhadap penderita hipertensi. Hasil penelitian beberapa literature didapatkan terdapat efek pemberian obat herbal bawang putih terhadap penderita hipertensi. Kesimpulan bahwa pemberian air seduhan bawang putih mampu menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Comparison of Antioxidants in Red Ginger Powder Preparations with the Addition of Sucrose and Red Ginger Powder Preparations Without the Addition of Sucrose Kamaluddin, Irna Diyana Kartika; Nawawi, Nurafni Maharani; Syamsu, Rachmat Faisal; Royani, Ida; Bima, Irmayanti Haidir
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 4 (2024): February
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i4.3554

Abstract

Antioxidants are compounds that can inhibit oxidation reactions in the human body. Antioxidants can be obtained from food intake. Intake containing antioxidant compounds can also be found in red ginger. Red ginger is available in the form of instant powder obtained through a crystallization process using sucrose as the main agent. Granulated sugar has a sucrose content of 99.95% and functions as a sweetener as well as a crystallization agent that affects the speed of crystallization. This study aims to determine the comparison of antioxidant levels contained in red ginger powder with the addition of sucrose and without the addition of sucrose. The research design used was experimental research design by testing the comparison of antioxidant compound activity between red ginger powder added sucrose and red ginger powder without added sucrose using DPPH reagent measured by spectrophotometer. The measurement of antioxidant content showed that red ginger powder without added sucrose has a very strong IC50 value of antioxidant activity with a value of 46.12 ppm while red ginger powder without added sucrose has a weak IC50 value of antioxidant activity with a value of 205.47 ppm. The results of antioxidant activity testing on both red ginger powders were then statistically tested using the unpaired T-Test test with a p-value <0.05 which means significant. It can be concluded that there is a significant difference in antioxidant activity values ​​between red ginger powder without added sucrose and red ginger powder with added sucrose.
Literature Review: Potensial Ekstrak Bawang Putih (Allium Sativum) sebagai Obat Anti-Tuberkulosis Rijal, Syamsu; Bima, Irmayanti Haidir; Aprilia, Salsabila Tirta
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i6.15589

Abstract

Tuberkulosis (TB) secara luas dikenal sebagai penyakit menular yang sangat menular di dunia. Tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah kesehatan global yang umum terjadi, yang menyebabkan banyak orang terinfeksi setiap tahunnya. Indonesia menduduki posisi kedua penyumbang kematian terbesar akibat penyakit ini di seluruh dunia, setelah HIV- AIDS. Setiap tahunnya, TBC merenggut nyawa 1,5 juta orang di seluruh dunia. Saat ini, India menduduki peringkat kedua secara global dalam hal jumlah orang yang terkena tuberkulosis, setelah India sendiri. Informasi ini berasal dari laporan tahun 2020 yang diterbitkan oleh WHO. Angka kejadian tuberkulosis global pada tahun 2020 berjumlah 10 juta kasus dan mengakibatkan 1,2 juta kematian secara global. Pada tahun 2020, Indonesia melaporkan total 824.000 kasus yang semakin diperburuk dengan dimulainya pandemi virus Covid-19. Bawang putih menjadi tumbuhan yang memiliki berbagai sifat biologis, meliputi antibakteri, antikanker, antioksidan, imunomodulator, antiinflamasi, hipoglikemik, dan efek kardiovaskular. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai khasiat ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam menghambat perkembangbiakan Mycobacterium tuberculosa. Peneliti melakukan penelusuran literatur menggunakan Google Scholar, NCBI, dan sciencedirect.com dengan menggunakan kata kunci Mycobacterium tuberculosa, bawang putih, dan Allium sativum. Selanjutnya, total enam makalah yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan diperiksa. Bawang putih, agen antimikroba yang diakui, digunakan dalam penelitian ini untuk memerangi Mycobacterium tuberculosa. Bawang putih dikenal karena sifat antimikroba yang melekat. Allicin adalah senyawa bioaktif yang ditemukan dalam bawang putih yang menunjukkan sifat antibakteri. Allicin, bahan kimia yang ditemukan dalam bawang putih (Allium sativum Linn), memiliki sifat antibakteri yang secara efektif dapat menghambat kuman penyebab tuberkulosis.
Efektivitas Interprofesional Education (IPE) Terhadap Peningkatan Kemampuan Kompetensi Mahasiswa Kedokteran dan Profesi Kesehatan Lainnya: Literature Review Wardini, Wardini; Mokhtar, Shulhana; Bima, Irmayanti Haidir
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i5.15696

Abstract

Interprofessional Education (IPE) mengacu pada proses pembelajaran kolaboratif di mana pelajar dari berbagai latar belakang petugas kesehatan terlibat dalam interaksi dan kolaborasi untuk mengembangkan dan memberikan layanan kesehatan yang mencakup promosi, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi. Penggabungan program IPE ke dalam pendidikan akademis memiliki arti penting dalam menumbuhkan gagasan kolaborasi dan kerja sama di antara para praktisi kesehatan, sehingga meningkatkan kesiapan dan kemahiran para tenaga kesehatan dalam mengatasi tantangan kesehatan. Artikel ini menyajikan tinjauan literatur tentang efektivitas interprofesional education (IPE) terhadap peningkatan kemampuan kompetensi mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lainnya: literature review. Penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif studi literature review. Penelusuran ResearchGate, Google Scholar dan Academia.edu mengulas efektivitas interprofesional education (IPE) terhadap peningkatan kemampuan kompetensi mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lainnya: literature review. Sebanyak 10 studi yang dilakukan antara tahun 2020–2024 dimasukkan dalam tinjauan ini. Sebanyak 347 judul telah diidentifikasi, yang pada akhirnya menghasilkan 10 penelitian yang memenuhi kriteria yang berkaitan dengan kemanjuran Interprofessional Education (IPE) dalam meningkatkan kemahiran mahasiswa kedokteran dan tenaga kesehatan lainnya: literature review. Interprofessional Education (IPE) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi kolaborasi antar profesi yang berbeda, sehingga menumbuhkan tenaga kesehatan yang dapat berkolaborasi secara efektif dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Analysis of Neutrophil-Lymphocyte Ratio and Platelet-Lymphocyte Ratio in Dengue-Infected Patients Sari, Nurul Adha; Julyani, Sri; Harahap, Muhammad Wirawan; Bima, Irmayanti Haidir; Karim, Abdul Mubdi Ardiansar Arifuddin
Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIKA) Vol. 7 No. 2 (2025): Volume 7 Nomor 2 Agustus 2025
Publisher : Sarana Ilmu Indonesia (salnesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36590/jika.v7i2.1375

Abstract

Dengue infection, caused by the dengue virus and transmitted by Aedes mosquitoes, remains a significant public health issue in Indonesia. The ability to identify reliable biomarkers for assessing disease severity is critical for improving clinical management. This study aimed to evaluate the relationship between the Neutrophil-to-Lymphocyte Ratio (NLR) and Platelet-to-Lymphocyte Ratio (PLR) as potential biomarkers of severity in dengue infection. An observational cross-sectional design was employed, analyzing 76 dengue cases at RSAU dr. Dody Sardjoto. Data were collected from medical records of patients during the critical fever period (days 4-7). The majority of patients were male and adult, with a higher incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Statistical analysis showed no significant correlation between NLR and PLR with disease severity (p-value >0,05), although a positive correlation between NLR and PLR was observed. However, neither NLR nor PLR effectively predicted hospitalization duration. These results suggest that while NLR and PLR reflect immune responses in dengue infection, they are not suitable biomarkers for assessing disease severity. Further research is needed to identify more reliable biomarkers for better management of dengue infection.