Articles
Analisis Strukturalisme Lévi-Strauss dalam Cerita Rakyat Tundung Mediyun: Sebagai Alternatif Baru Sumber Sejarah
Afiyanto, Hendra;
Nurullita, Hervina
Jurnal Candrasangkala Pendidikan Sejarah Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i2.4525
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah pertanyaan, mengapa mitos, cerita rakyat, karya sastra, legenda selalu ditempatkan pada ranah fiksi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai sumber sejarah? Sutherland mengatakan esensinya historiografi yang dibutuhkan adalah historicizing history. Demikianlah, artinya sebuah historiografi saat ini haruslah memahamkan sejarah itu sendiri. Untuk memahamkan sejarah yang diperlukan adalah semangat dekonstruksi. Ketika dekonstruksi menyisip dalam sebuah peristiwa sejarah akan terjadi kecenderungan historiografi mulai meninggalkan narasi besarnya. Historiografi akan bergeser dari makro ke mikro dengan bantuan sumber-sumber alternatif. Salah satu sumber alternatif yang bisa digunakan adalah mitos, cerita rakyat, karya sastra, atau legenda. Ketika sumber-sumber sejarah tersebut masih dianggap penuh unsur fiksinya, maka diperlukan alat bantu untuk membuatnya memiliki unsur fakta. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka digunakanlah cerita rakyat Keris Tundung Mediyun yang akan dianalis menggunakan Strukturalisme Lévi-Strauss sehingga nantinya dapat ditemukan unsur-unsur faktanya sebagai sumber alternatif historiografi.
Nilai Karakter Damarwulan-Minakjinggo dan Relevansinya Terhadap Mata Kuliah Sejarah Lokal
Nurullita, Hervina
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 8 No 1 (2022): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Februari)
Publisher : Ideas Publishing
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32884/ideas.v8i1.541
Pembangunan sumber daya manusia di Indonesia tidak luput dari pembangunan karakter bangsa. Untuk mewujudkan karakter bangsa yang kuat dalam menghadapi masa depan, salah satu cara yang paling tepat adalah melalui pembelajaran sejarah perjalanan bangsa. Damarwulan dan Minakjinggo adalah tokoh dalam kearifan lokal Banyuwangi. Kesenian Janger adalah salah satu kesenian yang terkenal di Banyuwangi.Janger Banyuwangi memainkan cerita yang terdapat dalam Serat Damarwulan.Tokoh utama dalam seni Janger ini adalah Damarwulan dan Minakjinggo. Tujuan dari penelitian ini adalah pembangunan karakter welas asih, kesatria dan tegas bagi mahasiswa akan lebih mudah jika berangkat dari lingkungan sekitar mahasiswa, yaitu lingkungan budayanya. Meneladani karakter baik dari tokoh dalam budaya setempat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Sumber data penelitian ini didapat dengan wawancara dan observasi langsung dilapangan.Hasil dari penelitian ini adalah terdapat nilai karakter yang baik dan buruk.Nilai karakter baik dari tokoh Damarwulan yaitu, welas asih, kesatria dan tegas yang bisa diteladani oleh mahasiswa.Sedangkan nilai karakter buruk dari tokoh Minakjinggo yaitu tamak, bangga diri yang berlebihan yang hendaknya dihindari. Building Indonesian human resources cannot be separated from nation-building character. In order to build a strong nation character in the future, we can learn our nation’s history. Damarwulan and Minakjinggo is the figure of Banyuwangi local wisdom. It is a performing art called Janger playing story which is written in the Serat Damarwulan. The main character of Janger Banyuwangi is Damarwulan and Minakjinggo. This research seeks to show how building a character in students is feasible when it begins from the students’ surrounding and cultural experiences. This research used descriptive and analys method. Researcher obtained data from snowball methode by using depth interview and observation. The result showed that Damarwulan and Minakjinggo have good character like welas asih, gentleman, responsibility, honestly, and strong can be role model by student.
THE ROLE OF KIAI HAJI DAILAMI AHMAD IN THE ESTABLISHMENT OF A FORMAL SCHOOL IN BANYUWANGI 1965-2015
Hervina Nurullita;
Agus Mursidi;
Aris Susiyanto
International Jurnal of Education Schoolars Vol. 2 No. 1 (2021): INTERNATIONAL JOURNAL OF EDUCATION SCHOOLARS
Publisher : MAN Insan Cendekia Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Kiai is always synonymous with the owner of the pesantren or someone who is in education at the pesantren. Pesantren education was originally used to learn to deepen religious teachings. But along with the times, in pesantren education, general knowledge is also taught which is needed at that time. is Kiai Dailami Ahmad, a figure in Banyuwangi who pays more attention to religious education and formal education with formal education from elementary, middle and high levels. The question of this research is how the participation of Kiai Dailami in formal schools in Banyuwangi in the period 1965-2015. The purpose of this study is to determine the gait of a kiai who is not only involved in Islamic boarding schools but also in the world of formal education. This study uses the historical method which consists of four stages, namely heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The result of this research is that Kiai Dailami's persistence in establishing Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah and Madrasah Aliyah needs to be appreciated. With many failures, however, Kiai Dailami was able to realize the establishment of a school that was beneficial for him.
PEREMPUAN DAN GAYA HIDUP BARAT DI KOTA YOGYAKARTA PADA AWAL KEMERDEKAAN INDONESIA
Hervina Nurullita;
Hendra Afiyanto
Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 5, No. 1, December 2021
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33652/handep.v5i1.147
The article came as the inheritance reconstruction of the colonial effect phenomenon in Yogyakarta after the declaration of independence. It is interesting to discuss how the people of Yogyakarta show an anti-Netherland attitude toward colonial heritage, which is interpreted widely as anticolonial and anti-Netherland, but accept western lifestyle in daily life. The spread of western lifestyles makes Yogyakarta women begin to reconstruct culture to look for a new identity in their life which is paradoxical with the mainstream attitude and behavior of Yogyakarta people at the beginning of Independence Day. The paper aims to explain the acceptance of women in Yogyakarta to western lifestyles in daily life amidst the strengthening of anti-western sentiment. This paper presents the historical study result using the historical method with the stage of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. This study used modernization theory. Modernization has a significant influence on the easy access of women in Yogyakarta to keep up with the times. The study shows how western lifestyles grew and became a trend of women’s appearance in Yogyakarta at that time.
DARI DAMARWULAN KE JINGGOAN: DINAMIKA KESENIAN JANGER DI BANYUWANGI 1930’AN-1970
hervina - nurullita
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 15, No 2 (2019): ISTORIA Edisi September 2019, Vol. 15, No.2
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (29.101 KB)
|
DOI: 10.21831/istoria.v15i2.26487
ABSTRAKPenelitian ini berangkat dari sebuah pertanyaan bagaimana sejarah kesenian Janger yang sangat populer di Banyuwangi berkembang dengan pesat dan masih menjadi minat masyarakat dari tahun 1930’an sampai sekarang. Janger yang merupakan akulturasi dari Jawa, Bali dan Banyuwangi terus dilestarikan oleh para seniman pendukungnya. Janger identik dengan lakon Damarwulan-Minakjinggo pun menjadi perdebatan antara sejarah dan fiksi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa akulturasi dari seni Janger inilah yang menyebabkan kelestarian Janger Banyuwangi. Selain itu banyak dari seniman Banyuwangi yang menggantungkan hidupnya dari kesenian ini. Kata Kunci: Janger, Banyuwangi, Damarwulan-Minakjinggo, Akulturasi. ABSTRACTThis research come from the question history of Janger which too popular in Banyuwangi and still exist since 1930st until now. Janger is tradisional drama which acculturation from Java, Bali and Bali. Janger identic with story about Damarwulan-Minakjinggo. This story stil argued fiction or non fiction. Thi research using historical method such as heuristic, critic, interpretation and historiography. Result from this research know that acculturation between Java, Bali and Banyuwangi which make them sustainable until now. And the other many artist depend on their life in this drama. Keywords: Janger, Banyuwangi, Damarwulan-Minakjinggo, Acculturation
ANALISIS STRUKTURALISME LÉVI-STRAUSS DALAM CERITA RAKYAT TUNDUNG MEDIYUN: SEBAGAI ALTERNATIF BARU SUMBER SEJARAH
Hendra Afiyanto;
Hervina Nurullita
Candrasangkala: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30870/candrasangkala.v4i2.4631
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh sebuah pertanyaan, mengapa mitos, cerita rakyat, karya sastra, legenda selalu ditempatkan pada ranah fiksi, sehingga tidak bisa digunakan sebagai sumber sejarah? Sutherland mengatakan esensinya historiografi yang dibutuhkan adalah historicizing history. Demikianlah, artinya sebuah historiografi saat ini haruslah memahamkan sejarah itu sendiri. Untuk memahamkan sejarah yang diperlukan adalah semangat dekonstruksi. Ketika dekonstruksi menyisip dalam sebuah peristiwa sejarah akan terjadi kecenderungan historiografi mulai meninggalkan narasi besarnya. Historiografi akan bergeser dari makro ke mikro dengan bantuan sumber-sumber alternatif. Salah satu sumber alternatif yang bisa digunakan adalah mitos, cerita rakyat, karya sastra, atau legenda. Ketika sumber-sumber sejarah tersebut masih dianggap penuh unsur fiksinya, maka diperlukan alat bantu untuk membuatnya memiliki unsur fakta. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka digunakanlah cerita rakyat Keris Tundung Mediyun yang akan dianalis menggunakan Strukturalisme Lévi-Strauss sehingga nantinya dapat ditemukan unsur-unsur faktanya sebagai sumber alternatif historiografi.
GELIAT KAUM MUDA DALAM PRESERVASI TRADISI MOCOAN LONTAR YUSUP DI BANYUWANGI
Wiwin Indiarti;
Hervina Nurullita
UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Mocoan Lontar Yusup di Banyuwangi merupakan tradisi lisan pelantunan tembang manuskrip kuno berjudul Lontar Yusup yang menjadi salah satu representasi kultural masyarakat Osing. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur dalam tradisi lisan mocoan Lontar Yusup dan kiprah kaum muda dalam upaya preservasi dan pewarisan tradisi mocoan Lontar Yusup. Metode yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data melalui metode wawancara dan analisis dokumen. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa mocoan Lontar Yusup merupakan tradisi masyarakat Osing yang dibangun dari tiga komponen penting: manuskrip Lontar Yusup, ragam variasi tembang, dan ritual. Setiap unsur saling menunjang guna membangun fungsi utama mocoan Lontar Yusup sebagai representasi tradisi dan identitas budaya masyarakat Osing di Banyuwangi. Dalam perkembangannya, jumlah kelompok mocoan ini semakin berkurang karena keberadaan para pelaku mocoan, yang sebagian besar merupakan generasi tua, semakin berkurang karena usia. Pewarisan seni tradisi ini mengalami kendala karena minat kaum muda pada seni tradisi ini rendah. Kemunculan kelompok Mocoan Lontar Yusup Milenial (MLYM), yang terdiri dari anak-anak muda pegiat mocoan, merupakan angin segar bagi perkembangan tradisi ini dan merupakan salah satu bentuk preservasi dan pewarisan tradisi lintas generasi. Kata kunci: mocoan Lontar Yusup, tradisi lisan, preservasi.
Budidaya Naga di Kebun: Pengolahan Buah Naga dalam Rangka Peningkatan Produksi Ekonomi Desa Bululor, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo
Hervina Nurullita;
Hendra Afiyanto;
Endrik Safudin
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 10, No 2 (2019): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26877/e-dimas.v10i2.3297
Penelitian ini bertujuan untuk memotong mata rantai kemiskinan di Desa Bululor, Kecamatan Jambon. Mata rantai kemiskinan di Desa Bulu Lor dapat dipotong jika masyarakat mampu mengubah pola pikir terkait tanaman pertanian. Tanaman pertanian untuk konsumsi didiversifikasi dengan tanaman alternatif untuk produksi. Berubahnya pola pikir ini akan mengubah jenis tanaman pertanian dari padi ke buah naga. Efeknya adalah lahan pertanian tidak hanya untuk tanaman padi (baca=konsumsi), tetapi masyarakat sudah berpikir lahan pertanian dan pekarangan kosong juga digunakan untuk buah naga (baca=produksi). Perubahan pola pikir dan diversifikasi tanaman pertanian akan mampu meningkatkan income lebih untuk kenaikan taraf ekonomi masyarakat. Nantinya dengan banyak munculnya wirausahawan buah naga maka pendapatan masyarakat meningkat. Peningkatan pendapatan masyarakat berelasi dengan meningkatnya tingkat pendidikan generasi muda. Jika tingkat pendidikan sudah mulai mengalami peningkatan maka secara perlahan angka kemiskinan di tahun berikutnya sedikit dapat dikurangi. Melalui tulisan ini disimpulkan adanya agen dari luar sangat diperlukan bagi masyarakat Desa Bulu Lor. Agen berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang budidaya buah naga. Dengan adanya agen akan dapat memotong mata rantai pola pikir masyarakat yang cenderung take it for granted, sehingga masyarakat terbuka peluangnya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki sendiri.
LEADERSHIP OF THE REGENT ABDULLAH AZWAR ANAS IN DEVELOPING AND ADVANCING THE DISTRICT OF BANYUWANGI ERA 2010-2015
Agus Mursidi;
Hervina Nurullita;
Nafiatur Rizki
International Jurnal of Education Schoolars Vol. 2 No. 3 (2021): INTERNATIONAL JOURNAL OF EDUCATION SCHOOLARS
Publisher : MAN Insan Cendekia Jambi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Leadership is an important part of a government. Because a leader is influential as a figure of change to achieve a goal for the common interest. To achieve the goal of developing and advancing Banyuwangi Regency in the 2010-2015 era, Banyuwangi is led by Regent Abdullah Azwar Anas. The topics of the problem in this research are: (1) Regent Abdullah Azwar Anas's efforts in developing Banyuwangi Regency in the 2010-2015 era, (2) the progress that has been made by Regent Abdullah Azwar Anas in Banyuwangi in the field of education and tourism, (3) the impact of the success of the Regent's leadership Abdullah Azwar Anas on the economy and welfare of society. The method used in this research is historical with heuristic data collection techniques, source criticism, interpretation, and historiography. The theory used in analyzing this research isbehavior theories and Contingency Theories. The results of this study indicate that (1) Anas' effort in developing Banyuwangi Regency in the 2010-2015 era is to create a vision and mission so that goals and objectives for Banyuwangi Regency achievement can be structured properly, (2) the progress that has been obtained from the leadership of Regent Anas in the field education and tourism is an increasing achievement from the previous leadership, (3) the impact of success on the economy and welfare of the Banyuwangi people, can be seen from the declining poverty rate in Banyuwangi and the per capita income of the Banyuwangi community continues to increase.
Milenial dan Seni Tradisi
Wiwin Indiarti;
Hervina Nurullita
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 4 No 2 (2020): Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta (DIS) Jawa Timur
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36339/je.v4i2.339
This article is based on the Community Partnership Program (PKM) which seeks to solve the problems faced by Osing ethnic group, in this case MLY Milenial, from the aspects of preservation strategies and revitalization of traditional art of Lontar Yusup reading session called mocoan. The solutions offered by this program are the procurement of mocoan costumes based on traditional Osing fabrics, procurement of Lontar Yusup learning materials / books for Mocoan Lontar Yusup training, procurement of violin instruments for mocoan accompaniment, and Mocoan Lontar Yusup training for young people. The activities are in the form of procuring mocoan costumes based on traditional Osing fabrics, procuring materials / learning books for Lontar Yusup for Mocoan Lontar Yusup training, procuring violin instruments for mocoan accompaniment, and Mocoan Lontar Yusup training for young people while the team continuously doing mentoring during the period of the PKM program. The outputs are articles in journals and seminars, printed mass media publications, videos of activities implementation and increased partner empowerment.