Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Stigmatisasi terhadap Tiga Jenis Seni Pertunjukan di Banyuwangi: dari Kreativitas Budaya ke Politik Hervina Nurullita
Jurnal Kajian Seni Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Kajian Seni Vol 2 No 1 November 2015
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.155 KB) | DOI: 10.22146/art.11648

Abstract

This research aims to fi nd out how stigmatization toward Banyuwangi people throughthree performing arts: Damarwulan, Gandrung and Banyuwangi local music. At thefi rst emergence of three performing arts come from cultural creativity has backgroundof each. In their developments, these three performing arts genres becomes even morepopularized, for not only Banyuwangi people but also Javanese people especially EastJava and Middle Java. This popularization happened along with social, cultural andpolitical change in Java, especially Banyuwangi. Along with this, all of this social,cultural and political change becomes stigmatized towards the three performing artsin Banyuwangi. This stigmatization is related to social reality and political events inBanyuwangi especially in the postcolonial era.This research concludes that there is no purpose from artists to create a stigmatizationtoward three performing arts in Banyuwangi; Damarwulan, Gandrung and Banyuwangilocal music. There is no evidence of giving stigmatization when the artists produce thespecifi c art forms. This stigmatization happens along with social, cultural, political changein the history of Banyuwangi.
PERANCANGAN BUKU KOSTUM DAN TATA RIAS GANDRUNG BANYUWANGI SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN BUDAYA DAERAH Yuli Kartika Efendi; Hervina Nurullita
HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2019): HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.874 KB) | DOI: 10.24127/hj.v7i1.1791

Abstract

Gandrung merupakan salah satu seni tari tradisional khas Kabupaten Banyuwangi. Seni tradisional sangat rentan terhadap modernisasi dan pengaruh perkembangan global. Berbagai upaya dilakukan sebagai bentuk pelestarian aset budaya lokal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil perancangan buku kostum dan tata rias tari Gandrung Banyuwangi sebagai upaya peletarian kesenian daerah. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggali informasi di lapangan. Sumber data penelitian ini didapat dengan metode snowball dengan teknik wawancara. Nara sumber terdiri dari 3 golongan narasumber yaitu seniman dan penari gandrung, tokoh masyarakat dan tokoh budaya serta perias dan sanggar tari. Wawancara dilakukan dengan melakukan pencatatan hasil wawancara, rekaman proses wawancara dan dokumentasi. Bahan wawancara meliputi deskripsi masing-masing nara sumber terhadap bagian-bagian kostum dan tata rias penari Gandrung. Wawancara juga dilakukan dengan media gambar atau foto penari Gandrung untuk memudahkan pembahasan dengan nara sumber. Data wawancara disusun sesuai dengan kategori jawaban atau informasi dari nara sumber. Analisis data dilakukan dengan metode triangulasi 3 nara sumber. Hasil analisis triangulasi menjadi bentuk pendekatan standar kostum dan tata rias tari Gandrung Banyuwangi. Tahap selanjutnya, melakukan penyusunan buku kostum dan tata rias dengan melibatkan seorang penari Gandrung dan seorang tata rias serta fotografer profesional.
BELAJAR DI MUSEUM: KOLEKSI MASA PRASEJARAH DAN MASA KOLONIAL MUSEUM BLAMBANGAN Hervina Nurullita
Jurnal Dharmabakti Nagri Vol 1 No 2 (2023): April 2023 - Juli 2023
Publisher : Jejaring Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.66 KB) | DOI: 10.58776/jdn.v1i2.28

Abstract

Museum adalah salah satu tempat umum yang menyimpan koleksi benda purbakala. Museum Blambangan adalah museum yang menyimpan koleksi artefak dan benda purbakala yang ditemukan di Banyuwangi. Dari koleksi yang tersimpan di Museum Blambangan kita bisa mengetahui masa lalu banyuwangi pada masa klasik, hindu-budha dan colonial. Namun sayangnya orang enggan datang ke Museum Blambangan karena Sebagian besar masyarakat menganggap berkunjung ke Museum adalah sebuah kegiatan yang membosankan dan horror. Kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan ketertarikan siswa-siswi SD, SMP, SMA untuk melihat kembali sejarah perjalanan panjang Banyuwangi.
Tradisi Petik Laut: Realisasi Wujud Syukur Masyarakat Pesisir Pantai Muncar Selvi Eka Anggraini; Hervina Nurullita
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 3 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i3.2036

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nelayan di Muncar berterima kasih kepada Tuhan tentang berkah yang diberikan oleh laut dan untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi Petik Laut di Muncar. Nelayan di Muncar melakukan tradisi Petik Laut pada tanggal 15 Syuro (pada tanggalan Jawa). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Sumber diperoleh dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada nelayan dan pelaku tradisi Petik Laut lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah setiap tahun masyarakat di Muncar selalu melakukan tradisi Petik Laut karena mereka percaya jika mereka tidak melakukan tradisi ini mereka akan mendapatkan bencana.  
Collaborative Online Learning Based on The Inter-University Learning Management System Dhalia Soetopo; Hervina Nurullita; Agus Mursidi; Abdul Shomad; Ni Luh Putu Tejawati; I Nyoman Bayu Pramartha
Jurnal Paedagogy Vol 10, No 4: Jurnal Paedagogy (October 2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Mandalika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33394/jp.v10i4.9048

Abstract

This research aims to describe the implementation of online learning between PGRI Banyuwangi University and PGRI Mahadewa University Indonesia during the Covid-19 pandemic. So that the learning process continues to run well and keeps the quality of education high, universities collaborate in organizing a flexible learning system. The method used in this research was descriptive qualitative. Data was collected using literature study, document analysis, observation, and interviews. The informants in this research were 30 students from both universities who took Cultural History courses. The research results showed that this collaborative learning focused on online learning design to create social interaction and a humanist side of learning. It leads to effective learning, namely social interaction in the online learning process and performance between students. Collaboration-based online learning design was managed in the following way: (1) collaboration-based online learning planning begins with needs analysis; (2) the implementation of collaboration-based online learning is carried out by providing teaching materials in the LMS and then accessing them independently. Furthermore, the effectiveness of collaboration-based online learning was obtained through involvement in completing assignments through integrated online worksheets and group work.
Pengembangan Desa Kebangsaan Patoman Melalui Festival Kebangsaan Dalam Pengabdian Pada Masyarakat Miskawi; Agus Mursidi; Dhalia Soetopo; Abdul Shomad; Hervina Nurullita
Jurnal Bina Ilmu Cendekia Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Bina Ilmu Cendekia
Publisher : MAN Insan Cendekia Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46838/jbic.v3i1.417

Abstract

Desa Kebangsaan bukan sekadar suatu desa yang di publikasikan sebagai desa wisata namun festival kebangsaan seagai pertunjukkan yang semata-mata mempunyai fungsi estetis, seperti yang terlihat dari ungkapan “seni untuk seni”, tetapi juga berkaitan dengan komunitas sosial yang berada di luar dunia seni. Dalam pengabdian ini, melalui disiplin ilmu antropologi pendidikan, dibahas penggunaan Desa Kebangsaan sebagai sarana untuk pengabdian masyarakat (abdimas) yang dilakukan pada tahun 2021–2022. Kegiatan abdimas ini melibatkan mahasiswa untuk bekerja sama dengan anggota masyarakat yang terlibat untuk kegiatan festival dengan tema Kebangsaan dan toleransi dan mederasi. Festival ini ini diharapkan mampu merefleksikan pemahaman serta interpretasi mereka atas permasalahan sosial dan budaya yang di titik beratkan dalam konsep kebangsaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa keberagaman agama suku dan ras sebagai sarana abdimas mampu menyediakan wadah bagi mahasiswa untuk membentuk tanggung jawab dan mengasah kepekaan sosial mereka. Desa kebangsaan juga membantu mahasiswa belajar memahami permasalahan sosial yang ada dan mendokumentasikan pemahaman tersebut melalui proses festival kebangsaan. Hasil yang dicapai ialah pembentukan agensi budaya mahasiswa maupun anggota masyarakat yang terlibat.
Strategi Pengembangan Potensi Desa Melalui Peran Pemuda Menuju Desa Berdaya Dan Desa Wisata: Strategy For Developing Village Potential Through Role Youth Towards A Powerful Village and Tourism Village Dhalia Soetopo; Miskawi Miskawi; Hervina Nurullita; Siti Holifatun
Ngarsa: Journal of Dedication Based on Local Wisdom Vol. 2 No. 1 (2022): Ngarsa: Journal of Dedication Based on Local Wisdom
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kaliploso is a village in Cluring District, Banyuwangi Regency which has a lot of potential, one of which is a Horticultural Village. The existing potentials must be developed to become village-based tourist destinations in order to improve the community's economy. Village development efforts must involve many parties, one of which is the role of youth. Youth as the spearhead towards change with all the potential it has. The method used is qualitative research. The data collectors used include observation, interviews and documentation. Based on the results and discussion, the existence of Karangtaruna contributes a lot to the development of Kaliploso Village as an empowered village and a tourist village. The youth together with the village government produced various creative ideas packaged in a festival agenda ranging from agriculture, animal husbandry, health, culture and religion. Kaliploso adalah sebuah desa di Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi yang memiliki banyak potensi salah satunya sebagai Desa Hortikultura. Potensi-potensi yang ada harus dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata berbasis desa agar dapat memperbaiki ekonomi masyarakat. Upaya pengembangan desa harus melibatkan banyak pihak salah satunya peran pemuda. Pemuda sebagai ujung tombak menuju perubahan dengan segala potensi yang dimilikinya. Metode yang digunakan penelitian kualitatif. Pengumplan data yang diunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil dan pembahasan, keberadaan Karangtaruna banyak memberikan konstribusi bagi pengembangan Desa Kaliploso sebagai desa berdaya dan desa wisata. Dari pemuda bersama pemerintah desa menghasilkan berbagai ide kreative dikemas agenda festival mulai dari pertanian, peternakan, kesehatan, budaya dan keagamaan
Nyisig: Sebuah Upaya Dokumentasi Tradisi Nurullita, Hervina; Agustina, Nindi
Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya Vol 10 No 3 (2024): Ideas: Pendidikan, Sosial, dan Budaya (Agustus)
Publisher : Ideas Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32884/ideas.v10i3.1755

Abstract

Culture is part of all living things that are always attached to their environment. Culture needs to be preserved so that it does not become extinct. Therefore, maintaining the traditions that exist around us is an obligation for humans. One of the traditions that is still practiced and almost abandoned by a group of people is the tradition of eating betel nut or nyisig. This tradition is carried out by Using women in Jambesari Village, Giri District, Banyuwangi Regency. This research aims to analyze how the existence of the nyisig tradition, what aspects are contained in the nyisig tradition, what materials are needed in the nyisig tradition, why people started to leave this nyisig tradition. This research method is a qualitative method. Data were collected using interviews, documentation and literature study. The result of this research is the documentation of the nyisig tradition that is still practiced by some Using women in Jambesari village.
Lagunya Menggaung Pantainya Sepi Pengunjung: Grajagan 1990-2015 Nurullita, Hervina; Munawaroh, Anisa
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 5 No. 2 (2025): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v5i2.12331

Abstract

Banyuwangi dikenal dengan wisata alam yang indah. Misalnya Gunung Ijen, Pantai Sukamade, Taman Nasional Alas Purwo dan yang paling popular saat ini adalah Pantai Pulau Merah. Pada tahun 1990an ada pantai yang popular yaitu Pantai Grajagan. Kepopuleran pantai ini sampai ada lagu berjudul sama yang menggambarkan pantai tersebut. Namun seiring dengan perkembangan pariwisata Banyuwangi Pantai ini mulai ditinggalkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor apa yang menyebabkan penurunan kunjungan wisatawan ke Pantai Grajagan. Peneltian ini menggunakan metode sejarah. Hasil penelitian ini adalah kondisi infrastruktur yang tidak memadai dan kurangnya fasilitas Pantai Grajagan menjadi penyebab utama Pantai Grajagan mulai ditinggalkan.
Ottolander Role in Tamansari Banyuwangi 1909-1933 Laili, Ulfi Nurul; Soetopo, Dhalia; Nurullita, hervina
Siginjai: Jurnal Sejarah Vol 5 No 1 (2025): Siginjai: Journal of History
Publisher : Prodi Ilmu Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22437/js.v5i1.41085

Abstract

This research examines the role of Ottolander, a Dutch figure who played an important role in the development of coffee plantations and cultural preservation in Tamansari, Banyuwangi in 1909-1933. Using the historical method which includes the stages of heuristics, criticism, interpretation and historiography. This study aims to reconstruct Ottolander's contribution in the Dutch East Indies colonial context. Ottolander was known as a smart and insightful plantation entrepreneur, and was active in agricultural organizations such as the Naerlandsh Indische Landbouw syndicaat. He also introduced gandrung Banyuwangi to the national level through the Java-instituut congress in 1921. During Ottolander's presence in Tamansari not only increased coffee production, but also had a positive impact on the local residents. Ottolander also provided a little knowledge to local residents through agricultural training.