Gede Basuyoga Prabhawita
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

Triad Psikoanalisis Lacan Pada Tokoh Seth Dalam Film “City Of Angels” Basuyoga Prabhawita, Gede
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23 No 2 (2019): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.271 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana triad psikoanalisis Lacan mampu menjelaskan secara rinci tentang bagaimana menganalisis perkembangan manusia dari lahir, tahap cermin, akses pada bahasa dan kematangan subjek di dalam budaya. Psikoanalisis mencoba memahami bagian tidak sadar manusia dalam pembentukan identitas diri. Konsep 3 kata kunci psikoanalisis Sigmund Freud kemudian berkembang ditangan Jacques Lacan dan mampu menjabarkan psikologi subjek atau manusia, yaitu The Real, The Imaginary dan The Symbolic. Film “City of Angels” menceritakan tentang kisah cinta dua insan yang berbeda dimensi, antara malaikat dan manusia. Sang malaikat yang diperankan oleh Nicholas Cage (Seth) jatuh cinta pada seorang dokter bedah jantung yang diperankan oleh Meg Ryan (Maggie Rice). Tokoh Seth dalam cerita ini menggambarkan fase awal kehidupan manusia yang dimulai dari The Real, The Imaginary hingga fase The Symbolic. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi yang didukung oleh studi pustaka terkait, sedangkan analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan memahami psikologi tokoh Seth dalam memenuhi hasratnya menjadi seorang manusia. Data disajikan dalam bentuk deskripsi teks naratif berupa kata-kata, pendapat dan gagasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga kata kunci Lacan membantu penonton film “City of Angels” untuk memahami dan memaknai secara psikologi tokoh Seth yang memutuskan melangkah dari dunia yang tidak terbahasakan, menuju dunia hasrat yang diatur oleh hukum-hukum yang mengikat.
Kajian Etnografi Pada Seniman I Nyoman Raos di Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali Gede Basuyoga Prabhawita
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1956.036 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1929

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas I Nyoman Raos sebagai seniman tari Barong dari Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar-Bali. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa aktivitas keseharian kehidupan seniman. Metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan tahapan mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, menganalisis berdasarkan teori yang dirumuskan, dan menarik kesimpulan. Etnografi berkonsentrasi pada detail kehidupan lokal dan pada saat yang sama mengaitkan mereka dengan proses-proses sosial yang lebih luas. Hasilnya menunjukan bahwa seniman I Nyoman Raos yang tumbuh di lingkungan yang masih mengusung kehidupan beragama yang menghadirkan kreatifitas budaya berlandaskan nilai-nilai agama dan kehidupan sosial adat istiadat yang sudah menjadi tatanan sosial yang harus dijalani sebagai anggota masyarakat. I Nyoman Raos menjadi seorang seniman tari Barong yang tumbuh dan berkembang di lingkungan seni, Desa Singapadu, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar-Bali. Dengan latihan-latihan yang sering diajarkan oleh ayahnya, maka I Nyoman Raos pun tumbuh mengikuti jejak sang ayah. Dari kecil hingga sekarang, I Nyoman Raos terus melakukan latihan menari. Selain pentas untuk hiburan, I NyomanRaos amat sering pentas untuk kegiatan upacara agama.
FILM FIKSI PENDEK “DESAK TERDESAK” Gede Basuyoga Prabhawita; Rahayu Supanggah
Gelar : Jurnal Seni Budaya Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.005 KB) | DOI: 10.33153/glr.v15i1.2065

Abstract

“Desak Terdesak” merupakan sebuah film fiksi pendek yang berangkat dari isu tentang kurangnya “penghargaan” terhadap perempuan Bali. Karya ini mengangkat posisi serta status perempuan Bali dalam hukum adat yangselalu berada di bawah kekuasaan laki-laki. Hal tersebut berkaitan erat dan didasari oleh keyakinan mayoritas penduduk Bali, sistem kekerabatan patrilineal, sistem wangsa dan petuah-petuah orang tua. Dalam film fiksi pendek ini pengkarya berusaha menghadirkan konflik sosial yang lebih tajam dengan menggabungkan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga, tekanan ekonomi, dan ketidakberdayaan melawan hukum adat yang membuat posisi perempuan Bali bernama Desak semakin terdesak. Sejak kecil perempuan Balidididik untuk mandiri, bekerja keras dan bukan mahkluk lemah yang harus dilindungi. Orang tua mengajarkan untuk selalu menjunjung tinggi martabat dan siap berkorban demi nama baik keluarga. Perempuan Bali telah diberikan persamaan hak dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan dan mengutarakan pendapat, namun disisi lain mereka tetap diikat oleh berbagai sistem yang berlaku di Bali. “Desak Terdesak” berdurasi 20 menit, menggunakan pendekatan Realis medan Hollywood Klasik sebagai bentuk karya dengan plot linier yangsesuai aksi peristiwa. Dialog dalam film ini menggunakan bahasa Bali dialek Singaraja untuk memperkuat setting dan penokohan yang dibangun dalam cerita. Beberapa sumber pustaka seperti Filsafat Timur, Sebuah Pengantar Hinduisme dan Buddhisme, Perempuan Bali, Hukum Adat Bali, Hak Waris Perempuan Bali dan Kesalahpahaman Kasta digunakan sebagai rujukan dalam menciptakan karya ini. Film yang diilhami dari kisah nyata ini memberikan sedikit pengetahuan, informasi, pemahaman kepada pembaca serta penontonterkait posisi perempuan dalam hukum dan pergaulan adat masyarakat Bali yang menganut sistem kekerabatan patrilineal.Kata kunci: film, perempuan, Bali, budaya, sistem, bentuk.“Desak Terdesak” is a film of short fiction based on the issues of the lack of “appreciation” towards Balinese women. This work tells about the position and status of Balinese women in the custom that they are always under the men’s power. It is closely related to and based on the most Balinese belief, the patrilineal kinship system, wangsa system, and the parental teachings. In the short fiction film, the creator tries to present the sharper social conflict by combining the problems of domestic violance, economic depression, and thehelpnessness against customary law that makes Balinese women namely Desak is more distressed. Sinceyoung, Balinese women have been educated to be independent, working hard, and not to be a poor being that mustbe protected. Parents teach to always uphold dignity and to be ready to sacrifice in the name of family’s reputation. Balinese women have been given similar rights in getting education, employment and proposing opinion, on the other hand, they are tied by various systems held in Bali. “Desak Terdesak” has 20 minutes duration using Realism and Classical Hollywood approach as a form of work with linear plots corresponding to the action of events. Dialogue in the film uses Balinese language with Singaraja dialect to strengthen settingand characterization built in the story. Library sources like Eastern Philosophy, An Introductory To Hinduism AndBuddhism, Balinese Women, Balinese Custom, Hereditary Right Of Balinese Women And Misconceptions Of Caste is used as a reference in creating this work. The film that has been inspired by a real storyprovides little knowledge,informations, the reader as well as the audience understanding related to the women position in law and in customary intercommunication of Balinese community that follow patrilineal kinshipsystem.Keywords: film, woman, Bali, culture, system, form.
Pembinaan Tari Puspa Arum dan Pelatihan Tata Rias Tari Bagi Penari Kolok di Desa Bengkala Kubutambahan Buleleng Bali Ida Ayu Trisnawati; Sulistyani Sulistyani; Gede Basuyoga Prabhawita
GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2022): GERVASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/gervasi.v6i1.3042

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilatarbelakangi oleh keberadaan masyarakat difabel tuli bisu (Bahasa Bali disebut kolok) di desa Bengkala. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah pendampingan Tari Puspa Arum yang terdiri dari penentuan jadwal, pemberian latihan teknis dasar tari dan rias, latihan rutin, pementasan, dan dokumentasi. Hasil kegiatan pengabdian ini adanya tim penari Puspa Arum yang berjumlah enam orang dua orang difabel dan 4 orang putri desa Bengkala. Dari dua keterampilan yang diperoleh diharapkan nantinya penari ini bisa memiliki pekerjaan sampingan yang berdampak ekonomi sebagai penari dan perias tari. Adapun kendala yang dihadapi selama melakukan pengabdian di desa Bengkala yaitu kendala bahasa isyarat, kemudian kebijakan PPKM, keterampilan awal penari dan tata rias yang rendah. Kegiatan pengabdian ini sangat disambut baik oleh masyarakat sasaran dan pemerintah desa Bengkala. Kedepannya diharapkan bisa dilakukan kegiatan serupa yang menyasar masyarakat difabel sehingga kehidupan mereka meningkat secara ekonomi maupun kesejahteraannya.
PENERAPAN TEKNIK DIEGETIC SOUND DALAM TATA SUARA FILM “SAMSARA” Agung Bima Susetyo Basuki; Nyoman Lia Susanthi; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Calaccitra Juni 2021
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The film "Samsara" is a fictional film inspired by a creator's anxiety about the characteristics of bullying that is increasingly occurring in the social environment in Indonesia. In order to create a film work requires the formation of audio visual. This is what underlies the author to discuss the application of diegetic sound-taking techniques to create film works. The creation of the fictional film "Samsara" uses a qualitative method of creation. Data relating to the aforementioned problems were collected using interview, observation, and literature study techniques. The data collected above is sharpened with audio theory, diegetic dimension theory, and non-diegetic dimension theory. The creators made this theory as study material according to their use in answering several things that could support the message and mood in the film "Samsara". The application of diegetic theory in the film "Samsara" which emphasizes atmosphere or ambiance as well as dialogue, monologues and others can be a builder of atmosphere and time and space indicators of a scene based on the setting of a scene, meaning that if there is a visual of a scene, there must be a sound that is served from the scene, thus supporting the need for narrative and story telling films that make it easier for the audience to digest the scenes in the film through audio. The output of this final project is an action drama genre, with a duration of twenty-four minutes, and has a target age from adolescence to adulthood. The film "Samsara" is a 2k (2.39: 1) digital cinema standard with a resolution of 2048x858.
FILM FIKSI TENTANG FENOMENA TOXIC POSITIVITY “BALADA NANDA MENCARI NAMA” Andi Gita Ardiansyah; I Ketut Buda; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 1 No. 1 (2021): Jurnal Calaccitra Juni 2021
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The film "Balada Nanda Mencari Nama" is a film work that raises the phenomenon of toxic positivity in the community as a topic of discussion in the main problems contained in the film. The realization of the film "Balada Nanda Mencari Nama" was formulated in two problems. The first refers to the concept of the film "Balada Nanda Mencari Nama" which is used in order to visualize the phenomenon of toxic positivity. The second refers to the building element of the film "Balada Nanda Mencari Nama" in order to become a communication medium for the phenomenon of toxic positivity. The design and creation of the film "Balada Nanda Mencari Nama" is based on sources and data collected using qualitative research methodologies with phenomenological approach. The data and information collected have been analyzed with the theory of the form and style of film used as a dissecting the problem. Film form theory discusses the formation of a film "Balada Nanda Mencari Nama" or what is called the concept of a film. Meanwhile, the film style theory contains a system of characteristics from the application of the aspects contained in the film and building a film form. The process of designing the concept of creation based on the research method used, produces a conceptual design and technical depiction of the phenomenon of toxic positivity in the film. The draft concept of the film relates to the use of a film of poetic realism in the film "Balada Nanda Mencari Nama". The technical design of the depiction involves building elements in the film such as mise en scene, cinematography, editing, and sound elements in the film. The technical design of the depiction involving the building elements in the film will be used as a reference in the process of creating the film "Balada Nanda Mencari Nama".
MEMPERKUAT TANGGA DRAMATIK FILM “SENANG BERTEMU DENGANMU” MELALUI PENERAPAN EDITING ASPEK RITMIK I Gusti Ngurah Agung Jaya Pangestu Suastika; Nyoman Lia Susanthi; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Calaccitra Agustus 2021
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1193.645 KB)

Abstract

The fictional film entitled “Senang Bertemu Denganmu” describe the inner conflict of a young man after getting to know someone without an encounter. The young man also got several answers to questions that he had not known throughout his life. The inner conflict is illustrated by the graphic of Hudson's story. There are 6 acts in the graphic so the editor must be able to adjust the rhythm in each scene to strengthen the dramatic ladder of the film. The formulation of the problem that arises is how to apply the rhythmic aspect of editing to strengthen the dramatic ladder of the film "Senang Bertemu Denganmu". The purpose of this creation is to find out the application of editing theory, especially the rhythmic aspect to strengthen the dramatic ladder in the film. Theoretically, this creation can provide benefits in the form of insight in applying rhythmic aspect editing to a film work. In this creation, a data collection method in the form of observation was carried out by reviewing several film and library research. The method of creation of course through the stages of pre-production, production and post-production. The theory of rhythmic aspect of editing is the main theory used. This theory allows the editor to set the length of the short duration of a shot. The editor uses the duration of the shot to emphasize a certain moment so that the information in a shot can be conveyed properly to the audience. This theory is supported by timing and pacing theory. The results of the application of rhythmic aspect editing are found in 9 scenes which are divided into each round of the film. The editing rhythm gives a deeper impact to the characters in the film. When the character feels lonely, it is described with a slow rhythm to emphasize the inner conflict that is being experienced. On the other hand, when the character is experiencing anxiety, the cutting and moving shots quickly is done to impress the character's emotional leap. With various shot durations, the rhythm of editing from the introduction to the end can help to strengthen the dramatic ladder in the film.
PEMANFAATAN ACOUSMATIC SOUND SEBAGAI PENGUATAN CERITA FILM “SURUH AYU” Fahmi Rusydianto Chan; Gede Basuyoga Prabhawita; Desak Putu Yogi Antari Tirta Yasa
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Calaccitra Maret 2022
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film “Suruh Ayu” adalah karya yang dibuat oleh penulis dalam program MBKM Magang/Praktik Kerja. Film ini menceritakan kisah tentang remaja putri yang harus mengalami nikah muda karena perjodohan. Tapi konflik muncul dari rahasia yang tidak bisa diungkapkan, kehamilan yang tidak diinginkan. Permasalahan yang dihadapi penulis adalah bagaimana pemanfaatan Acousmatic Sound guna memperkuat penyampaian alur cerita pada film “Suruh Ayu” untuk memberi pengalaman menonton yang berbeda kepada penonton. Sepanjang pelaksanaan MBKM, penulis melakukan penelitian, observasi dan wawancara mengenai Acousmatic Sound. Breakdown audio dilakukan bersama mitra melalui kegiatan FGD dalam pra-produksi. Recording audio dilakukan saat produksi berlangsung, serta proses pengambilan suara tambahan menggunakan teknik foley dan perekaman voice-over yang kemudian dilanjutkan dengan proses mastering hingaa mixing audio pada pasca-produksi. Pemanfaaatan Acousmatic pada beberapa scene dalam film “Suruh Ayu” dilakukan saat proses pengolahan audio di pasca-produksi. Dengan menempatkan suara-suara hasil rekaman sesuai dengan kebutuhan cerita. Selama proses pra produksi sampai pasca produksi penulis telah melewati beberapa masalah dan telah menyelesaikan masalah tersebut seperti mengganti dan melakukan perekaman ulang terhadap dialog voice-over yang dirasa kurang, memperbanyak aset efek suara yang diperlukan seperti melakukan foley untuk keperluan detailing pada suara.
PROYEK LAPANGAN “FILM BUKAN KUPU-KUPU MALAM” DENGAN PENERAPAN TEKNIK PERGERAKAN KAMERA DINAMIS Putu Theja Budiana; I Gusti Ngurah Wirawan; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Calaccitra Maret 2022
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Film Bukan Kupu-Kupu Malam merupakan film pendek yang bergendre drama tragedi dengan mengedepankan suasana dramatis, realis, dan menegangkan. Produksi film ini merupakan karya yang akan dihasilkan oleh penulis untuk merealisasikan konsep film yang ingin di buat oleh Mahatma Pictures sebagai lokasi program MBKM. Pelaksanaan proses pembuatan film ini, penulis selaku DOP (Director Of Photography) menggunakan konsep sinematografi dengan penerapan teknik pergerakan kamera dinamis, untuk memberikan unsur suasana yang dramatic, realis, dan partisipasi penonton. Dalam mewujudkan konsep tersebut penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi, yang bertujuan untuk mengetahui penerapan teknik pergerakan kamera dinamis. Pelaksaan produksi film ini dibagi menjadi 5 tahap, yakni development, pra produksi, produksi, pasca produksi dan distribusi. Penerapan teknik kamera dinamis pada film Bukan Kupu-Kupu Malam tidak hanya mengenai angel, framing dan penataan cahaya, melainkan juga menggunakan teknik handheld karena pada dasarnya penerapan teknik kamera dinamis memiliki sifat flexible dan bergerak bebas mengikuti alur cerita. Penerapan teknik ini akan menyebabkan setiap moment dramatis dan menegangkan yang terkandung pada film ini, dapat dengan mudah membangun mood dan partisipasi penonton.
MAGANG/PRAKTIK KERJA MAYOR PENYUTRADARAAN DI MAHATMA PICTURES MELALUI PROYEK LAPANGAN “FILM BUKAN KUPU-KUPU MALAM” DENGAN PENDEKATAN ITALIAN NEOREALISME I Kadek Agus Ari Wirawan; Ni Kadek Dwiyani; Gede Basuyoga Prabhawita
CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Calaccitra September 2022
Publisher : CALACCITRA: JURNAL FILM DAN TELEVISI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penulis memilih melaksanakan program Magang/Praktik kerja diMahatma Pictures melalui produksi film “Bukan Kupu-Kupu Malam”. Filmini mencertikan tentang seorang perempuan yang menegakkankeadilannya sendiri terhadap opini publik yang menganggap dirinyasebagai wanita tuna Susila. Penulis memilih Italian Neorealisme sebagaigaya penyutradaraan yang akan diimplementasikan dalam filmtersebut.Agar dapat mengimplementasikan pendekatan ItalianNeorealisme penulis mengumpulkan data penunjang menggunakanmetode wawancara, observasi dan dokumentasi. Penulis melalukanwawancara mengenai pendekatan Italian Neorealisme. Pada tahapobservasi penulis menemukan perlakuan warganet terhadap perempuandengan pakaian terbuka untuk dijadikan penunjang ide cerita dalam film“Bukan Kupu-Kupu Malam”. Begitu pula Pada tahap dokumentasi penulismendapatkan ilmu pengetahuan mengenai kepemimpinan dalam sebuahproduksi film. Khususnya pada bagian latar tempat dan pemilihan aktornon profesional sehingga film dapat memberikan kesan natural denganmengangkat isu keresahan sosial yang terjadi di kalangan menengah kebawah. Ada beberapa kendala yang terjadi selama proses produksiberlangsung dan seluruh persoalan tersebut dapat diselesaikan denganbaik walaupun harus memakan waktu yang lebih lama. Secara garis besarproses magang mayor penyutradaraan di Mahatma Pictures denganluaran proyek lapangan film “Bukan Kupu-Kupu Malam” membuahkanhasil yang baik serta memberikan pembelajaran dan pengalaman barubagi penulis.