cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Mutu fisik dan fisiologis benih setek berakar vanili pada berbagai jenis media dan lama periode simpan Bella Aurel Aisyah Augustine Udia; Devi Rusmin; Andi Apriany Fatmawaty; Nuniek Hermita; Cheppy Syukur
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32698

Abstract

AbstrakPermasalahan pengembangan tanaman vanili antara lain adalah jarak lokasi pengembangan dengan lokasi sumber benih cukup jauh serta terbatasnya informasi tentang teknologi perbenihan vanili, terutama teknik penyimpanan benih untuk pengiriman jarak jauh. Penelitian bertujuan untuk mengetahui media simpan dan lama periode simpan setek berakar yang tepat terhadap mutu benih vanili. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Unit Pengelola Benih Sumber dan Laboratorium Perbenihan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO), Bogor, pada bulan November 2019 sampai dengan bulan Februari 2020.  Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan jenis media simpan dan periode simpan sebagai perlakuan yang diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: media simpan cocopeat dan kertas koran mampu mempertahankan mutu fisik: kadar air benih (>92%) dan kehijauan daun (>28); mutu fisiologis: persentase daya tumbuh (>97%) dan pertumbuhan bibit vanili tetap tinggi sampai 10 hari penyimpanan. Periode simpan 10 hari masih mampu mempertahankan: kadar air (93,83%), kandungan klorofil (28,03) dan daya tumbuh (96,67%) benih vanili tetap tinggi. Pada periode simpan 8 hari terjadi penurunan laju pertumbuhan (panjang tunas, jumlah daun, diameter tunas, jumlah ruas), namun penurunan pertumbuhan tidak bersifat permanen, karena mulai terjadi pemulihan yang mulai terlihat pada peubah panjang ruas pada minggu ke-8.Kata Kunci: cocopeat, daya tumbuh, kertas koran, kesegaran benih setek, Vanilla planifolia
Pengaruh macam media tanam dan konsentrasi zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek dua nodus melati Rina Safitri; Tri Rahayu; Libria Widiastuti
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.29419

Abstract

Abstrak. Hormon auksin, giberelin, sitokinin, dan asam traumalin, serta media tanam yang tepat diketahui dapat meningkatkan pertumbuhan tunas dan akar pada stek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh dan macam media tanam terhadap pertumbuhan stek melati (Jasminum sambac L.) dengan dua nodus. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Perlakuan terdiri dari dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor yang pertama yaitu konsentrasi dari campuran zat pengatur tumbuh, terdiri dari taraf 0; 0,15; dan 0,30 mL/L. Faktor kedua yaitu campuran media tanam dengan perbandingan sama, terdiri dari taraf tanah dan pupuk kandang; tanah dan cocopeat; serta tanah, pupuk kandang, dan cocopeat. Analisis data menggunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara konsentrasi zat pengatur tumbuh dengan macam media tanam terhadap pertumbuhan stek dua nodus melati. Pengaruh konsentrasi zat pengatur tumbuh 0,30 mL/L secara mandiri memberikan pertumbuhan paling baik pada kecepatan tumbuh dan tinggi tunas stek. Pengaruh media tanam tanah dan pupuk kandang secara mandiri memberikan pertumbuhan paling baik pada kecepatan tumbuh dan tinggi tunas.Kata Kunci: Dua nodus, Media tanam, Melati, Stek, Zat pengatur tumbuh. Abstract. The plant hormones such as auxin, gibberellin, cytokinins, and traumalic acid, as well as appropriate growing media, are known to increase shoot and root growth on cuttings. This study aims to determine the effect of the concentration of plant growth regulators and the growing media on the growth of two nodes jasmine (Jasminum sambac L.) cuttings. The experiment used a factorial completely randomized design. The treatment consisted of two factors and three replications. The first factor was the concentration of a mixture of plant growth regulators, consisted of levels: 0; 0.15; and 0.30 mL/L. The second factor was mixture of growing media with the same ratio, consisted of levels: soil and manure; soil and cocopeat; and soil, manure, and cocopeat. Data analysis used the Duncan Multiple Range test at the 5% significant level. The results showed that there was no interaction effect between the concentration of growth regulators and the growing media on the growth of two nodes of jasmine cuttings. The single effect of concentration of plant growth regulator 0.30 mL/L gave the best growth at the growth rate and shoot height. The single effect of soil and manure gave the best growth at growth rate and shoot height.Keywords: Two Nodes, Growth regulators, Growing media, Cuttings, Jasmine
Hormon etilen dan auksin serta kaitannya dalam pembentukan tomat tahan simpan dan tanpa biji Syariful Mubarok; Alin Robiah Al Adawiyah; Arin Rosmala; Fathi Rufaidah; Anne Nuraini; Erni Suminar
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.29408

Abstract

Sari Tomat merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura penting di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi, sudah banyak dikembangkan varietas tomat baru yang mempunyai karakter-karakter yang diinginkan antara lain tahan akan penyakit, produktivitas tinggi tinggi, kandungan nutrisi tinggi dan lain-lain. Penerapan teknologi melalui pendekatan hormonal sangat penting untuk menghasilkan jenis tomat baru, diantaranya adalah hormone etilen dan auksin. Kedua hormone tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tomat khususnya untuk menghasilkan tomat yang adaptif pada kondisi lingkungan tercekam dan ketahanan simpan buah yang tinggi. Teknologi mutasi pada kedua hormone tersebut sudah dapat menghasilkan tomat yang diinginkan diantaranya adalah tomat iaa9-3 yang merupakan tomat yang mengalami mutasi pada gen IAA9 dengan karakter yang dihasilkan berupa buah tanpa biji dan tomat Sletr1-2 yang merupakan tomat yang mengalami mutasi pada gen SlETR1 dengan karakter yang dihasilkan berupa buah tomat tahan simpan.  Dalam review ini akan dibahas bagaimana peranan auksin, etilen dan peranan mutasi dalam menghasilkan tomat tanpa biji dan tahan simpan, serta persektif masa depan dalam pengembangan tomat di Indonesia.Kata Kunci: Auksin, etilen, mutasi partenokarpi, tomat Abstract Tomato is one of the important horticultural crops in Indonesia. Along with technological developments, many new tomato varieties have been developed that have the desired characteristics, including disease resistance, high productivity, high nutrient content and others. The application of technology through a hormonal approach is very important to produce new varieties of tomatoes, including ethylene and auxin. Both of these hormones are very influential on the growth and yield of tomatoes, especially to produce tomatoes that are adaptive to stressful environmental conditions and high fruit storage resistance. The mutation technology in these two hormones has been able to produce the desired tomatoes, including tomatoes iaa9-3, which is a tomato that has a mutation in the IAA9 gene with the resulting characters in the form of seedless fruit. Sletr1-2 tomatoes, which are tomatoes that have mutations in the SlETR1 gene with the resulting character is a shelf-stable tomato. This review will discuss the role of auxin, ethylene and the role of mutations in producing parthenocarpy tomato and long fruit shelf-life tomatoes, as well as future perspectives in the development of tomatoes in Indonesia.Keyword: Auxin, ethylene, mutation, parthenocarpy, tomato
Respons fisiologi dan hasil lateks tanaman karet klon GT 1 di kebun karet rakyat terhadap sistem eksploitasi dan curah hujan Yayuk Purwaningrum; Yenni Asbur; Dedi Kusbiantoro; Khairunnisyah Khairunnisyah
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.33622

Abstract

AbstrakKlon GT 1 adalah klon Slow Starter (SS) dimana perubahan sukrosa menjadi partikel karet di dalam pembuluh lateks berlangsung lambat dan pada saat gugur daun hasil lateks lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan dan sistem eksploitasi terhadap fisiologi dan hasil lateks klon GT1. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat Kecamatan Besitang Sumatera Utara, ketinggian tempat 500 – 700 m di atas permukaan laut. Analisa fisiologi lateks di PT. Sucofindo Indonesia. Tanaman yang digunakan adalah klon GT 1 umur 25 tahun dengan besar lilit batang antara 60 – 75 cm, diukur dengan ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan terdiri dari kombinasi panjang alur sadap dan aplikasi stimulan. Panjang alur  sadap, terdiri dari panjang alur sadap 1/4 spiral, 1/2 spiral, dan 1/8 spiral, sementara aplikasi stimulan terdiri dari stimulan cair dan stimulan gas. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang alur sadap pendek dan aplikasi stimulan cair memiliki kadar sukrosa lateks tinggi . Aplikasi stimulan gas menunjukkan kadar sukrosa lateks yang tinggi pada panjang alur sadap panjang. Kadar tiol belum menunjukkan tingkat stress pada klon GT 1 dapat terlihat dari kadar tiolnya berkisar 0,84 – 1,10 mM. Produksi lateks klon GT 1 lebih dipengaruhi oleh sistem ekploitasi daripada  curah hujan.Kata Kunci: fisiologi lateks, Hevea brasiliensis, klon GT 1, slow starterAbstractGT 1 is a Slow Starter (SS) clone where the change of sucrose into rubber particles in the latex vessels is slow, and at the time of leaves fall, the latex yield is more stable. This study aimed to determine the relationship between agro-climate and exploitation system on the physiology and yield of latex clone GT1. The research was carried out in Langkat, Besitang, North Sumatra, at an altitude of 500 – 700 m above sea level. Physiological traits analysis of latex was conducted at PT. Sucofindo Indonesia. The plant used was a 25 years old GT 1 clone with a trunk circumference of 60 – 75 cm, measured at the height of 130 cm from the ground. The experimental design used Randomized Block Design. The treatments consisted by combination of tapping groove length levels and stimulant application. Tapping groove length consisted of 1/4, 1/2, and 1/8 spiral, while stimulant application consisted of liquid and gas stimulant. The results showed that short tapping groove length and liquid stimulant application had high latex sucrose content, as given by long tapping groove length and gas stimulant application. Thiol level did not show the stress level in the GT 1 clone, it could be seen from the thiol level of 0.84 – 1.10 mM. Latex production of GT 1 clones was more influenced by the exploitation system than by rainfall.Keywords: GT 1 clone, Hevea brasiliensis, latex phyisiology, slow starterKlon GT 1 adalah klon Slow Starter (SS) dimana perubahan sukrosa menjadi partikel karet di dalam pembuluh lateks berlangsung lambat dan pada saat gugur daun hasil lateks lebih stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan curah hujan dan sistem eksploitasi terhadap fisiologi dan hasil lateks klon GT1. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat Kecamatan Besitang Sumatera Utara, ketinggian tempat 500 – 700 m di atas permukaan laut. Analisa fisiologi lateks di PT. Sucofindo Indonesia. Tanaman yang digunakan adalah klon GT 1 umur 25 tahun dengan besar lilit batang antara 60 – 75 cm, diukur dengan ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Perlakuan terdiri dari kombinasi panjang alur sadap dan aplikasi stimulan. Panjang alur  sadap, terdiri dari panjang alur sadap 1/4 spiral, 1/2 spiral, dan 1/8 spiral, sementara aplikasi stimulan terdiri dari stimulan cair dan stimulan gas. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang alur sadap pendek dan aplikasi stimulan cair memiliki kadar sukrosa lateks tinggi . Aplikasi stimulan gas menunjukkan kadar sukrosa lateks yang tinggi pada panjang alur sadap panjang. Kadar tiol belum menunjukkan tingkat stress pada klon GT 1 dapat terlihat dari kadar tiolnya berkisar 0,84 – 1,10 mM. Produksi lateks klon GT 1 lebih dipengaruhi oleh sistem ekploitasi daripada  curah hujan.
Respons perkecambahan benih jagung manis terhadap konsentrasi dan lama perendaman giberelin pada suhu lingkungan yang berbeda Herlistin Mooy; Anne Nuraini; Sumadi Sumadi
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.25921

Abstract

Abstrak. Penanaman jagung manis pada daerah dengan suhu rendah dapat menyebabkan cekaman pada kecambah, sehingga performa kecambah perlu ditingkatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi antara konsentrasi giberelin (GA3) dan lama waktu perendaman benih pada suhu lingkungan tertentu terhadap pertumbuhan kecambah jagung manis. Penelitian ini dilaksanakan pada Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Bandung pada bulan Juni 2019. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor perlakuan adalah konsentrasi GA3 dan lama perendaman. Faktor konsentrasi giberelin terdiri dari 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm, sedangkan faktor lama perendaman terdiri dari 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Percobaan dilakukan pada dua suhu lingkungan yang berbeda, yaitu 16-18°C dan 20-22°C. Peubah yang diamati adalah daya berkecambah, kecepatan tumbuh, keserempakan tumbuh, dan potensi tumbuh maksimum. Analisis data menggunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pengaruh interaksi antara konsentrasi giberelin dan lama perendaman. Pemberian giberelin pada benih dapat meningkatkan performa kecambah baik pada suhu 16-18°C maupun 20-22°C. Perlakuan giberelin 100 ppm dengan lama perendaman 6 jam menunjukkan performa kecambah yang paling baik.Kata Kunci: Jagung manis, Konsentrasi giberelin, Lama perendaman. Abstract. Sweet corn cultivation in areas with low temperatures can cause stress on the sprouts, so its performance needs to be improved. This study aims to analyze the interaction effect between gibberellin (GA3) the concentration and the time of seeds soaking in GA3 at various temperatures on the growth of sweet corn sprouts. This research was conducted at the Laboratory of Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, in June 2019. The experimental design used a factorial randomized block design with two factors and three replications. The treatment factors were the concentration of GA3 and the time of seeds soaking in GA3. The gibberellin concentration consisted of 50 ppm, 100 ppm, and 150 ppm, while the soaking time consisted of 3 hours, 6 hours, and 9 hours. Experiments were carried out at two different temperatures, there were 16-18 oC and 20-22 oC. The observed variables were germination rate, sprout growth rate, synchronous growth, and maximum growth potential. Data was analyzed by Duncan's Multiple Range test at the 5% significant level. The results showed that there was an interaction effect between the concentration of GA3 and the time of seeds soaking in GA3. Gibberellin application to seeds can improve the performance of sprouts both at 16-18 oC and 20-22 oC. Gibberellin treatment of 100 ppm and soaking time for 6 hours showed the best performance of sprouts.Keywords: Gibberellins concentration, Soaking time, Sweet corn. 
Multiplikasi cepat tunas tiga aksesi stevia secara in vitro Suseno Amien; Dion Nugraha Aji; Tuti Mamluatul
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.29468

Abstract

SariStevia (Stevia rebaudiana (Bertoni)) telah menjadi pelengkap untuk memenuhi kebutuhan bahan pemanis yang terus meningkat di Indonesia. Jumlah varietas unggul Stevia di Indonesia masih terbatas. Keterbatasan ini perlu diimbangi dengan metode perbanyakan yang cepat. Multiplikasi tunas merupakan salah satu metode dalam kultur jaringan yang dapat dimanfaatkan untuk perbanyakan cepat bibit Stevia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh respon  aksesi-aksesi stevia  terhadap multiplikasi tunas stevia pada komposisi media berbeda. Penelitian telah dilaksanakan dalam dua tahap percobaan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang masing-masing terdiri atas dua faktor. Percobaan pertama terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah tiga aksesi stevia yakni aksesi Bogor, Garut dan Tawangmangu dan faktor kedua adalah jenis sitokinin yakni tanpa sitokinin (kontrol), Zeatin, Kinetin, TDZ, 2-IP dan BA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi Stevia Garut  memberikan respon paling baik dalam multiplikasi tunas dan  BA merupakan jenis sitokinin yang paling efektif untuk multiplikasi tunas  pada media DKW. Konsentrasi BA 1 mgL-1 merupakan konsentrasi paling efektif dalam multiplikasi tunas stevia. Jumlah tunas yang dihasilkan 7,45 tunas. Aksesi Tawangmangu menunjukkan respon paling baik untuk  tinggi tunas dengan penambahan Zeatin 1,5 mg.L-1 dengan tinggi tunas rata-rata 8,2 cm. Pertumbuhan akar terbaik diperoleh dari media DKW  tanpa penambahan BA untuk aksesi Garut yaitu dengan rata-rata 10,52 akar.Kata kunci: Stevia, Aksesi, Benzyl Adenin, Multiplikasi, In vitro AbstractStevia (Stevia rebaudiana (Bertoni)) has become a complement to the growing demand for sweeteners in Indonesia. The number of superior varieties of Stevia in Indonesia is still limited. This limitation needs to be solved with a fast propagation method. Shoot multiplication is a method in tissue culture that can be used for rapid propagation of Stevia seeds. This study aims to obtain the response of stevia accessions to the multiplication of stevia shoots at different media compositions.  This research comprised two experiments arranged in completely randomized design with factorial pattern and two factors in each experiment. The first experiment, first factor was three accession of stevia, i.e. Bogor accession, Garut accession and Tawangmangu accession. The second factor was the use of cytokinins i.e. without cytokinins (control), Zeatin, Kinetin, TDZ, 2-IP and BA. The second experiment, second factor was concentration of Benzyl Adenine (BA) i.e. BA 0 mgL-1 (control), BA 0.15 mg L-1, BA 0.5 mgL-1, BA 1 mgL-1, BA 1.13 mgL-1 and BA 1.5 mgL-1. Each treatment was replied five times. The results showed that Stevia Garut accession gave the best response in shoot multiplication and BA was the most effective type of cytokinin for shoot multiplication on DKW media. The concentration of BA 1 mgL-1 is the most effective concentration in the multiplication of stevia shoots. The number of shoots produced was 7.45 shoots. Tawangmangu accession showed the best response to shoot height with the addition of Zeatin 1.5 mg.L-1 with an average shoot height of 8.2 cm. The best root growth was obtained from DKW media without the addition of BA for Garut accession with an average of 10.52 roots.Keywords: Stevia, Accession, Benzyl Adenin, Multiplication, In vitro
Karakteristik indeks vegetasi pada berbagai penggunaan lahan di hulu sub DAS Cikapundung melalui interpretasi citra satelit Landsat 8 Muhammad Amir Solihin; Noviani Putri; Ade Setiawan; Daud Siliwangi; Machfud Arifin
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.28625

Abstract

SariPerubahan penggunaan lahan di hulu Sub DAS dapat berdampak pada kondisi DAS secara keseluruhan. Pemantauan kondisi eksisting perubahan penggunaan lahan diperlukan. Salah satu cara untuk memantau kondisi penggunaan lahan yaitu melalui monitoring indeks vegetasinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik indeks vegetasi pada penggunaan lahan di sebagian Hulu Sub DAS Cikapundung. Lokasi studi terletak di Desa Cikole, Cikidang, Cibodas, Wangunharja, dan Suntenjaya di Kecamatan Lembang. Penelitian ini dilakukan melalui interpretasi citra satelit landsat 8. Metode analisis yang digunakan berupa transformasi indeks vegetasi menggunakan NDVI untuk merepresentasikan tingkat kehijauan dan kerapatan vegetasi pada lokasi studi. Hasil analisis menunjukkan karakteristik NDVI yang berbeda pada setiap jenis penggunaan lahan. Nilai NDVI pada lokasi studi berkisar antara (-0,228426) – 0,461794. Tingkat kehijauan vegetasi di lokasi studi dominan pada tingkat kehijauan rendah dan kerapatan vegetasi dominan pada kerapatan jarang. Keragaman karakteristik penggunaan lahan di lokasi studi dipengaruhi oleh adanya variasi jenis vegetasi, sebaran vegetasi, dan jenis material objek. Perlu pengelolaan penggunaan lahan yang tepat untuk meningkatkan peran ekologis kawasan sekaligus mengurangi erosi dan aliran permukaan di hulu sub DAS Cikapundung.Kata Kunci: Cikapundung, DAS, indeks vegetasi, landsat 8, penggunaan lahan AbstractLand use changes in the upper watershed have an impact on the overall condition of the watershed. Monitoring existing conditions of land use change is needed. One way to monitor the land use condition is through monitoring the vegetation index. This study aimed to identify characteristics of vegetation index on various land uses in the upstream of the Cikapundung watershed. The study sites were located in Cikole, Cikidang, Cibodas, Wangunharja, and Suntenjaya of Lembang District. The resereach was done using Landsat 8 satellite imagery interpretation The analytical methods were used the transformation of vegetation index using NDVI to represent the level of greenness and density of vegetation at the study site. The results of the analysis shown that characteristics of the vegetation index were different for each type of land use. NDVI values had ranged from (-0,228426) - 0,461794. The greenness vegetation level was dominant at low greenness, while dominant vegetation density was spare. The diversity of land use characteristics were influenced by variations in vegetation types, vegetation distribution, and material types of objects. Appropriate land use management is needed to enhance the ecological role of the area as well as reducing erosion and surface runoff in the Cikapundung sub-watershed.Keywords : cikapundung, land use, landsat 8, vegetation index, watershed
Efek aplikasi beberapa taraf ekstrak sereh dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil padi gogo varietas Unsoed 1 di musim kemarau Yugi R Ahadiyat; Okti Herliana; Ida Widiyawati
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32603

Abstract

AbstrakUpaya peningkatan hasil padi gogo perlu dilakukan melalui efisiensi pupuk N, P, dan K (NPK). Aplikasi bahan alami nabati dengan aplikasi ekstrak sereh (Cymbopogon citratus) bisa dijadikan alternatif untuk mengefisienkan nutrisi pada tanaman padi gogo. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan konsentrasi ektrak sereh dan dosis pupuk NPK terhadap karakter fisiologi, pertumbuhan, dan hasil padi gogo. Penelitian dilakukan di Dusun Kalicacing, Desa Kalimandi, Kecamatan Purwareja Klampok, Kabupaten Banjarnegara pada bulan April sampai September 2017 dan menggunakan rancangan petak terbagi dengan tiga ulangan. Petak utama merupakan dosis pupuk N, P, K rekomendasi (100 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, dan 50 kg K2O/ha), dengan taraf 50% dan 100% dosis rekomendasi. Anak petak merupakan konsentrasi ekstrak sereh dengan taraf 0%; 1%; 1,25%; 1,67%; 2,5%; dan 5%. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah anakan, bobot kering tanaman, serapan N dan P, kandungan prolin, kadar klorofil a dan b, jumlah anakan produktif, bobot dan jumlah gabah per rumpun, bobot 1000 biji, persentase gabah isi, dan bobot gabah per petak efektif dan per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak sereh belum mampu meningkatkan karakter pertumbuhan, fisiologi, dan hasil padi gogo yang optimum. Dosis pupuk NPK 50% mampu menghasilkan bobot gabah setara dengan pupuk NPK 100% rekomendasi yaitu 3,46 – 3,47 t/ha. Meskipun aplikasi ekstrak sereh tidak memberikan perbedaan nyata dengan tanpa pemberian ekstrak sereh, aplikasi ekstrak sereh tidak memberikan penurunan pada pertumbuhan dan hasil padi gogo sehingga aman digunakan sampai batas konsentrasi 5%.Kata Kunci: ekstrak sereh, fisiologi tanaman, hasil tanaman, padi gogo, pertumbuhan tanaman, pupuk NPK AbstractEfforts to increase upland rice yield need to be done through the efficiency of synthetic N, P, and K (NPK) fertilizers. The application of natural resources such the application of lemongrass extract (Cymbopogon citratus) can be used as a complement so that nutrients are more efficient for upland rice. Objective of this study was to determine the application of lemon grass extract concentrations dan N, P, K fertilizer dosages on characters of physiology, growth, and yield, of upland rice. Split Plot Design with main plot of NPK fertilizers recommendation dosage (100 kg N/ha, 100 kg P2O5/ha, 50 kg K2O/ha) which levels were 50% and 100 %. Subplot was lemongrass extract concentration viz. 0%; 1%; 1.25%; 1.67%; 2.5%; and 5% were tested with three replications at Kalicacing sub-village, village of Kalimandi, Purwareja Sub-district, District of Banjarnegara from April to September 2017. The observed variables were plant height, leaf number, leaf area, tillers number, dry weight of plants, N dan P uptake, proline content, chlorophyll a dan b, productive tillers number, weight dan number of grains, weight of 1000 seeds, percentage of filled grain, and weight of grain/effective plot and per hectare. The results showed that lemon grass extract could not improve the upland performance yet.  However, NPK dosage of 50% dan 100% had an equal grain yield about 3.46 – 3.47 t/ha. Although the application of lemongrass extract did not give a significant difference with 0% lemongrass extract, it did not decrease the growth and yield of upland rice so it was safe to use, up to concentration of 5%.Keywords: lemon grass extract, NPK fertilizers, plant growth, plant physiology, upland rice, yield.
Pengaruh air kelapa sebagai sitokinin organik dan sukrosa terhadap pertumbuhan protocorm anggrek (Phalaenopsis hybrid MP 253 x F1 3363 (M)) in vitro Muhammad Isyraq; Lia Amalia; Iis Aisyah
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.31941

Abstract

Abstrak. Sitokinin dan sukrosa dibutuhkan untuk meregenerasi protocorm anggrek. Air kelapa diketahui memiliki kandungan sitokinin sehingga berpotensi dijadikan sebagai sitokinin organik. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi air kelapa sebagai sitokinin organik dan sukrosa terhadap pertumbuhan protocorm anggrek. Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti, Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Percobaan dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan Agustus 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan diulang dua kali. Faktor pertama adalah konsentrasi air kelapa, terdiri dari lima taraf yaitu 0 mL L-1, 50 mL L-1, 100 mL L-1, air kelapa 150 mL L-1, dan air kelapa 200 mL L-. Faktor kedua adalah konsentrasi sukrosa dengan lima taraf, yaitu 0 g L-1, 10 g L-1, 20 g L-1, 30 g L-1 dan 40 g L-1. Hasil percobaan menunjukkan terjadi pengaruh interaksi pada pengamatan jumlah daun umur 12 MST dan bobot segar protocorm. Perlakuan air kelapa 50 mL L-1 dengan tanpa sukrosa menunjukkan jumlah daun yang paling baik dari perlakuan lainnya. Bobot segar protocorm menunjukkan hasil yang terbaik pada umur 12 MST pada konsentrasi air kelapa 100 mL L-1 dengan tanpa sukrosa.Kata kunci: Air Kelapa, In vitro, Protocorm anggrek, Sukrosa. Abstract. Cytokinins and sucrose are needed to regenerate orchid protocorms. Coconut water contains cytokinin so that it has the potential to be used as organic cytokinin. This experiment aims to study the effect of coconut water and sucrose concentrations on the growth of orchid protocorms. This experiment was carried out at the Plant Biotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, University Winaya Mukti Tanjungsari, Sumedang. The experiment was conducted from May to August 2019. The experimental design used a randomized block design with two factors and was repeated twice. The first factor was coconut water concentration, consisted by five levels: 0 mL L-1, 50 mL L-1, 100 mL L-1, 150 mL L-1, and 200 mL L-1. The second factor was sucrose concentration, consisted by five levels: 0 mL L-1, 10 g L-1, 20 g L-1, 30 g L-1 and 40 g L-1. The results of the experiment showed that there were the interaction effect of coconut water and sucrose concentrations on the number of leaves and fresh weight of protocorms. Treatment of 50 mL L-1 coconut water treatment with no sucrose showed the best number of leaves, compared to other treatments. The best fresh weight of protocorm was given by treatment of coconut water 100 mL L-1 without sucrose.Keywords: Coconut water, In vitro, Orchid protocorm, Sucrose.
Pengaruh frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan, hasil, dan fenologi tanaman hanjeli ratun di dataran medium Arifa Syahanna Mahdya; Tati Nurmala; Yuyun Yuwariah
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.26945

Abstract

SariSalah satu keanekaragaman tanaman pangan yang dikembangkan untuk mengurangi konsumsi beras yaitu tanaman hanjeli pulut (Coix lacryma-jobi L. var mayuen). Permasalahan yang dihadapi pada budidaya hanjeli adalah umur panen yang cukup lama dan produktivitas yang rendah. Ratun diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman, namun dapat bermasalah ketika memasuki musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan pertumbuhan, hasil, dan fenologi tanaman hanjeli pada kondisi kekurangan air. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2019 – September 2019 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kuantitatif. Tanaman diberi perlakuan frekuensi penyiraman yang berbeda, yaitu penyiraman setiap hari dan empat hari sekali. Analisis menggunakan uji t pada taraf nyata 5%. Komponen pertumbuhan yang diamati antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, distribusi akar, jumlah anakan, jumlah srisip, indeks luas daun, distribusi akar, dan nisbah pupus akar. Sementara komponen hasil yang diamati adalah jumlah malai, jumlah anakan produktif, jumlah biji, bobot biji, dan indeks panen. Fenologi yang diamati adalah umur muncul anakan, umur muncul srisip, umur berbunga, dan umur panen. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan hasil tanaman hanjeli pada penyiraman setiap hari lebih baik dibandingkan empat hari sekali. Tanaman hanjeli pada penyiraman empat hari sekali masih dapat bertahan hidup dan memproduksi biji karena beradaptasi dengan cara memperpanjang umur berbunga dan mengurangi nisbah pupus akar.Kata Kunci: Hanjeli Pulut, Ratun, Frekuensi Penyiraman, Fenologi Abstract One of the diversity of food crops that develop to reduce rice consumption is the job’s tears (Coix lacryma-jobi L. var. mayuen) crops. The problems faced by job's tears cultivation are long life and low productivity. Ratun is expected to increase the cropping index, but it can be problematic when entering the dry season. This study aimed to study the differences in growth, yield, and phenology of job’s tears plants under lack of water. The research was conducted in February 2019 - September 2019 at the Ciparanje Experimental Field, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor. The research method used descriptive-quantitative. Plants were treated with different watering frequencies, namely watering every day and every four days. The analysis used the t test at the 5% significance level. The growth components observed plant height, number of leaves, root distribution, number of tillers, number of lateral branches, leaf area index, root distribution, and shoot root ratio. Meanwhile, the yield components observed the number of panicles, the number of productive tillers, the number of grains, the weight of the grains, and the harvest index. Phenology observed time of tillers formation, time of lateral branch formation, time of flowering, and time of harvest. The results showed the growth and yield of job’s tears plants on watering every day was better than once every four days. Job’s tears plants that watered every four days can still survive and produce grains because they adapted by extending the flowering life and reducing the shoot root ratio.Keywords: Job’s tears, Ratoon, Frequency of watering, Phenology