cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Respons pertumbuhan pakcoy terhadap asam humat dan Trichoderma dalam media tanam pelepah kelapa sawit Ratih Rahhutami; Aline Sisi Handini; Dwi Astutik
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32601

Abstract

AbstrakPemanfaatan limbah organik dari perkebunan sebagai media tanam pakcoy (Brassica chinensis L.) diharapkan dapat ditingkatkan dengan penggunaan pupuk organik serta pupuk hayati. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial. Faktor pertama adalah dosis asam humat meliputi 1, 3, dan 5 g. Faktor kedua adalah dosis Trichoderma sp., meliputi 50, 100, dan 150 mL. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam pada taraf nyata 5%. apabila terdapat pengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji DMRT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asam humat dan Trichoderma sp. memiliki pengaruh mandiri dan tidak terdapat interaksi. Dosis asam humat 3 g per tanaman menghasilkan jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, tinggi tanaman, bobot basah, dan bobot kering tanaman lebih tinggi dibanding dosis 1 dan 5 g. Perlakuan Trichoderma sp. dosis 50 mL per tanaman memiliki pengaruh lebih baik terhadap jumlah daun, panjang daun, tinggi tanaman, dan bobot basah tanaman.Kata Kunci: hortikultura, jamur, morfologi, senyawa organik Abstract The utilization of organic farm estate as pakcoy (Brassica chinensis L.) growing media may improved by using biofertilizer and organic fertilizer. The research used factorial randomized block design. First factor was humic acid dosage, which included 1, 3, and 5 g of humic acid. Second factor was Trichoderma sp. dosage, which included 50, 100, and 150 mL of Trichoderma sp. Data were analyzed using ANOVA at 5% level, then continued by DMRT test. The results showed that the application of humic acid and Trichoderma sp. had single effects and there was no interaction. The dosage of humic acid 3 g per plant had higher number of leaves, leaf length, plant height, wet weight, and dry weight than other dosages. The treatment of Trichoderma sp. at dosage of 50 mL per plant had a better effect on the number of leaves, leaf length, plant height, and plant wet weight.Keywords: fungi,  horticulture, morphology, organic compounds
Pengaruh metode pemangkasan dan pendekatan hormonal terhadap analisis pertumbuhan tanaman teh klon GMB 7 pada periode pemetikan produksi Intan Ratna Dewi Anjarsari; Erdiansyah Rezamela; Heri Syahrian; Vitria Puspitasari Rahadi
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.31982

Abstract

Abstrak. Teh (Camellia sinensis  L.(O) Kuntze) merupakan tanaman tahunan yang pucuknya rutin dipetik, sehingga proses fotosintesis harus optimal. Fotosintesis adalah proses fisiologis yang bertanggung jawab dalam hampir semua akumulasi bahan kering pada tanaman. Peningkatan bahan kering adalah  bagian yang paling penting untuk analisis kuantitatif pertumbuhan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhan pada tanaman teh setelah diberikan perlakuan jenis pangkasan, tinggi pangkasan, dan zat pengatur tumbuh. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Ciwidey. Penelitian dimulai Juli 2018 hingga Oktober 2018. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan membentuk model regresi polinomial untuk menentukan tinggi pangkasan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh terbaik pada setiap jenis pangkasan. Jenis pangkasan meliputi pangkasan bersih dan pangkasan ajir. Tinggi pangkasan meliputi ketinggian pangkasan, diantaranya 40, 50, dan 60 cm. Konsentrasi zat pengatur tumbuh meliputi 0 ppm, 60 ppm benzil amino purin, 50 ppm asam giberelat, dan 60 ppm benzil amino purin + 50 ppm asam giberelat. Sampel pucuk yang digunakan untuk analisis pertumbuhan tanaman diambil dari pemetikan produksi, dengan daur petik 14 hari sekali dan dilakukan sebanyak 6 kali pemetikan. Pengukuran analisis pertumbuhan teh meliputi nisbah luas pucuk, laju asimilasi pucuk, dan laju pertumbuhan pucuk.  Hasil analisis menunjukkan bahwa aplikasi pemangkasan bersih pada tinggi pangkasan 60 cm disertai 50 ppm asam giberelat cenderung meningkatkan nisbah luas pucuk, laju asimilasi pucuk, dan laju pertumbuhan pucuk, sedangkan aplikasi pemangkasan ajir/jambul pada tinggi pangkasan 60 cm disertai 60 ppm benzil amino purin cenderung meningkatkan laju asimilasi pucuk serta laju pertumbuhan pucuk.Kata kunci: Analisis pertumbuhan, Hormon, Klon GMB 7, Pangkasan, Pemetikan produksi. Abstract. Tea (Camellia sinensis  L.(O) Kuntze) is an perennial plant whose shoots are regularly picked, so the photosynthesis process have to be optimal. Photosynthesis is a physiological process which is responsible for almost all dry matter accumulation in plants. The increase in dry matter is the most important part for quantitative analysis of plant growth. The purpose of this study was to analyze the growth in tea plants after being treated by the types of pruning, cutting height, and growth regulator applications. The research was carried out at the Experimental Station of Research Institute for Tea and Cinchona, Gambung, Ciwidey. The study was started from July to October 2018. The research was conducted descriptively by forming a polynomial regression model to determine the best pruning height and concentration of growth regulators for each type of pruning. Types of pruning included clean pruning and stalk trimming. Pruning height included height of 40, 50, and 60 cm. The concentration of growth regulators included 0 ppm, 60 ppm benzyl amino purine, 50 ppm gibberellic acid, and 60 ppm benzyl amino purine + 50 ppm gibberellic acid. Shoot samples which used for plant growth analysis were taken from production picking, with a picking cycle 14 days and carried out 6 times. Measurement of shoot growth analysis included shoot area ratio, net assimilation rate, and pecco growth rate. The results of the analysis showed that the application of clean pruning at 60 cm pruning height accompanied by 50 ppm of gibberellic acid tended to increase the ratio of shoot area, shoot assimilation rate, and shoot growth rate, while the application of stalk trimming at 60 cm pruning height accompanied by 60 ppm benzyl amino purine tended to be increase net assimilation rate and pecco growth rate.Keywords: Clones GMB 7, Growth analysis, Hormone, Production plucking, Pruning.
Respons dua generasi tomat mutan insensitif etilen Sletr1-2 terhadap cekaman kekeringan Bayu Pradana Nur Rahmat; Noladhi Wicaksana; Syariful Mubarok; Muhamad Joddy Ramadhan; Maura Zhafira Putri; Hiroshi Ezura
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.32034

Abstract

Abstrak. Buah tomat tergolong ke dalam golongan buah klimaterik. Umur simpan buah tomat sangat dipengaruhi oleh keberadaan etilen. Tomat mutan NIL Sletr1-2 adalah generasi baru dari tomat insensitif etilen. Buah dari tomat mutan NIL Sletr1-2 memiliki umur simpan yang lebih lama dari tomat komersial pada umumnyanamun kehilangan fungsi untuk merespon keberadaan etilen dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan tanaman, khususnya dalam kondisi cekaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek cekaman kekeringan terhadap dua generasi tomat mutan insensitif etilen (NIL Sletr1-2 dan BC3F1 Sletr1-2), dengan tomat ‘Intan’ sebagai tanaman kontrol. Ketiga tomat tersebut disiram dengan tiga interval waktu yang berbeda, yaitu: setiap hari (kondisi normal), interval tiga hari (cekaman kekeringan moderat), dan interval lima hari (cekaman kekeringan berat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi cekaman kekeringan moderat dan berat, respons morfologis (tinggi tanaman, jumlah daun, dan panjang akar), dan anatomis (jumlah sel epidermis) kedua generasi tomat mutan lebih buruk dari tetuanya tomat ‘Intan’. Hal tersebut menunjukkan bahwa berkurangnya sensitivitas etilen meningkatkan kerentanan tanaman dalam kondisi cekaman kekeringan, sekaligus memperkuat anggapan bahwa etilen berperan penting dalam ketahanan tanaman terhadap cekaman lingkungan.Kata kunci: Cekaman kekeringan, Etilen, Insensitivitas etilen, Tomat mutan Abstract. Tomato belongs to climacteric fruits, Its fruit shelf life is highly affected by the presence of ethylene. NIL Sletr1-2 tomato is a novel generation of an ethylene insensitive mutant. Its fruit has prolonged fruit shelf life, lasting longer than commercial ones. However, the loss of function in ethylene response would affect plant growth and development, especially under stress conditions. The objective of this research was to investigate the effect of drought stress on two generations of ethylene insensitive tomato mutants (NIL Sletr1-2 and BC3F1 Sletr1-2), with ‘Intan’ as a control plant. Those tomatoes were watered at three different intervals: every day; three days interval; and five days. The results showed that under three and five days watering interval, both generation of ethylene insensitive mutants have reduction in plant morphological response (plant height, number of leaves, and root length) and anatomical response (epidermal cell count), compared to their control, ‘Intan’. These results indicated that reduction in ethylene sensitivity could increase plant susceptibility under drought stress condition, thus solidifying the importance of ethylene in plant defence against environmental stress.Keywords: Drought stress, Ethylene, Ethylene receptor, Tomato mutant
Perbedaan karakter hasil tiga varietas ubi jalar berdasarkan waktu panen Reza Prakoso Dwi Julianto; Edyson Indawan; Sukma Paramita
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.29440

Abstract

Sari Ubi jalar (Ipomoea batatas L. (Lam)) merupakan jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan utama karbohidrat, selain itu juga mempunyai kandungan lain yang cukup tinggi seperti kalium, kalsium, protein, vitamin A, dan vitamin C. Masalah utama dalam pengembangan ubi jalar adalah rendahnya hasil dan kualitas hasil yang disebabkan oleh waktu panen yang tidak tepat. Pemanenan yang dilakukan secara tidak tepat akan menurunkan kuantitas dan kualitas hasil. Perbedaan waktu panen juga disebabkan perbedaan varietas tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui waktu panen yang optimal dari masing-masing varietas ubi jalar agar mendapatkan produksi hasil yang optimal. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – September 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial. Perbedaan varietas sebagai faktor pertama terdiri dari 3 taraf meliputi : kuningan putih, beta-2, dan kuningan merah, sedangkan faktor kedua yaitu waktu panen terdiri dari 3 taraf meliputi : 90, 120, dan 150 hari setelah tanam. Semua kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter pengamatan meliputi: jumlah ubi, bobot segar ubi, bobot segar brangkasan, bobot kering ubi, bobot kering brangkasan, persentase bobot kering ubi, persentase bobot kering brangkasan, bobot kering biomassa, dan indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan waktu panen terbaik untuk varietas kuningan putih, beta-2, dan kuningan merah yaitu pada 150 hst. Hasil analisis korelasi yang menunjukkan hubungan korelasi positif dan sangat nyata dengan parameter hasil adalah jumlah ubi, bobot segar ubi, bobot kering ubi, dan bobot kering biomassa.Kata Kunci: ubi jalar, waktu panen, varietas Abstract Sweet potato (Ipomoea batatas L. (Lam)) is a food crop which has the main content of carbohydrates, besides it has other nutrients such as potassium, calcium, protein, vitamin A, and vitamin C. The main problem in development sweet potato are low yield because of incorrect harvest time. Incorrectly harvesting reduce the quantity and quality of yield. The difference harvest time is caused by differences in plant varieties. The research aimed to determine the optimal harvest time of each sweet potato variety to get optimal yield. The research was conducted in March - September 2019. The experimental design used a factorial randomized block design. The difference varieties as the first factor consisted of 3 levels: kuningan putih, beta-2, and kuningan merah, and harvest time as the second factor consisted of 3 levels: 90 , 120, and 150 days after planting. All treatment combinations were replicated 3 times. Observation parameters include: tuber number, tuber fresh weight, shoot fresh weight, tuber dry weight, shoot dry weight, tuber dry matter percentage,shoot dry matter percentage, biomass dry mater, and harvest index. The results showed that the best harvest time for all varieties was 150 dap. Results of correlation analysis showed positive correlation between yield with the number of tubers, fresh weight of tubers, dry weight of tubers, and dry weight of biomass.Keywords : sweet potato, harvest time, varieties
Respons fisiologis dan agronomis bibit kopi pada kerapatan naungan yang berbeda Mochamad Arief Soleh; Tommy Ario Sirait; Mira Ariyanti; Santi Rosniawaty
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32882

Abstract

AbstrakTanaman kopi seringkali dibudidayakan di areal hutan, dimana terdapat tanaman tahunan seperti pepohonan yang terus tumbuh sehingga menurunkan intensitas cahaya yang jatuh ke tanaman kopi. Hal ini menjadi masalah bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi yang dinaungi pohon tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji fisiologis dan agronomis dua kultivar kopi dalam intensitas naungan yang berbeda untuk mendapatkan informasi kultivar kopi yang terbaik. Percobaan dilaksanakan dari bulan Maret hingga Juni 2020 di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split plot) dengan dua faktor dan diulang sebanyak tiga kali. Taraf dari main plot adalah tanpa naungan, naungan paranet 50%, 60%, 70%, dan 80%, sedangkan taraf dari sub plot adalah kultivar Lini S 795 dan Sigararutang. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh interaksi antara naungan dan kultivar. Penggunaan naungan 70% memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi bibit kopi dan suhu daun, serta kultivar Lini S 975 memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi bibit kopi, luas daun, indeks klorofil, klorofil fluoresens dan suhu daun.Kata Kunci: Kopi, Lini S 795, Klorofil fluorescence, Sigararutang AbstractCultivation of coffee tree in forest areas, where the wooden trees grew previously, it will be causing in decreasing of light intensity that is falling into the ground as long as trees canopy development leading to shade of coffee trees, this is affecting coffee tree growth and development. The objective of this study was to evaluate physiologically and agronomically of two coffee seedling cultivars under net shading densities. The experiment was conducted at Ciparanje Experimental Station, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang, West Java, from March to June 2020. Experimental design used in this research was split plot with two factors and three replications. The main plot was the shading densities which consisted of five levels, namely without shade 0%, net shade 50%, 60%, 70%, and 80%. The subplot was the coffee cultivars, consisted of two levels, namely Lini S 795 cultivar and Sigararutang. All parameters was not indicated any interaction. The results showed that the  70% shade gave the best effect on plant height and leaf temperature. Lini S 795 cultivar gave the best effect on plant height, leaf area, chlorophyll index, chlorophyll fluorescence, and leaf temperature.Keywords: Coffee, Chlorophyll fluorescence, Lini S 795, Net shading, Sigararutang
Peningkatan komponen dan kualitas hasil nanas melalui aplikasi kalsium dan etilen sintetik di daerah kering dan panas Kabupaten Malang Hidayati Karamina; Ariani Trisna Murti; Tri Mujoko
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.29674

Abstract

Abstrak. Kalsium dan etilen diketahui pada penelitian terdahulu dapat meningkatkan kualitas hasil nanas (Ananas comosus (L.) Merr.), namun perlu penelitian untuk memvalidasi hasil penelitian di tempat yang lain. Beberapa petani membudidayakan nanas di pesisir selatan Malang yang relatif kering dan panas. Kalsium klorida (sebagai sumber kalsium) dan Ethephon (sebagai etilen sintetik) digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kapan waktu aplikasi CaCl2 yang tepat, takaran dosisCaCl2 dan kapan waktu aplikasi ethephon yang tepat untuk meningkatkan kualitas dari buah nanas di daerah kering dan panas di Kabupaten Malang. Penelitian ini dilaksanakan bulan oktober 2019 – Maret 2020 di Ngajum, Kabupaten Malang. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Petak Petak Terbagi dengan 3 ulangan. Petak utama ialah waktu aplikasi CaC12 yang terdiri dari 3 taraf (100 hsp, 130 hsp, 100 hsp + 130 hsp). Anak petak ialah dosis CaC12 yang terdiri dari 3 taraf (55 kg ha-', 80 kg ha-' dan 105 kg ha-'). Anak-anak petak ialah dosis ethephon yang terdiri dari 2 taraf (0 L ha-1 dan 3 L ha-1). Parameter pengamatan yang diamati yaitu panjang buah, bobot buah, dan kadar air buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara dosis dan waktu aplikasi CaCl2 terhadap kadar air buah. Aplikasi CaCl2 secara mandiri menghasilkan bobot buah yang berbeda nyata dan lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Aplikasi Ethephon tidak mempengaruhi komponen dan kualitas hasil nanas.Kata Kunci : Buah nanas, CaCl2, Ethephon. Abstract. Calcium and ethylene were known in previous study to improve the yield quality of pineapple (Ananas comosus (L.) Merr.), but it is necessary to validate those research in another place. Farmers cultivated pineapple in south coast of Malang which are relatively dry and hot. Calcium chloride (as a source of calcium) and Ethephon (as synthetic ethylene) were used in this study. This study aims to find the correct application time of CaCl2, CaCl2 dosage, and ethephon application to improve the quality of pineapple fruit in dry and hot climates of Malang District. This research was conducted in October 2019 - March 2020 in Ngajum, Malang Regency. The research used Split Split Plot Design with 3 replications. The main plot was the application times of CaC12 which consisted of 3 levels (100 hsp, 130 hsp, and 100 hsp + 130 hsp). The subplot was the doses of CaC12 which consisted of 3 levels ( 55 kg ha-', 80 kg ha-' and 105 kg ha-'). The sub-subplots was ethephon doses which consisted of 2 levels (0 L ha-1 and 3 L ha-1). The observed parameters were fruit length, fruit weight, and fruit moisture content. The results showed that there were interaction effect between doses and application times of of CaCl2 on fruit moisture content. Single effect of CaCl2 affected fruit weights significantly, greater than control. Single effect of Ethephon did not affect the yield components and quality of pineapple.Keywords : CaCl2, Ethephon, Pineapple.
Periode inkubasi, tingkat keparahan, dan ketahanan sepuluh genotipe padi harapan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIII Nono Carsono; Anggita Dewi; Noladhi Wicaksana; Santika Sari
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.33373

Abstract

AbstrakGenotipe padi harapan dari UNPAD memiliki keunggulan pada daya hasil, tahan terhadap wereng coklat, memiliki amilosa sedang, aromatik dan kualitas bulir yang sangat baik. Pengujian ketahanan genotipe padi harapan yang berasal dari hasil seleksi molekuler dan fenotipik terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) sangatlah dibutuhkan, karena ketahanan terhadap penyakit ini merupakan salah satu syarat pelepasan varietas padi di Indonesia. Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan penyakit penting yang sering menyerang tanaman padi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi potensi genotipe-genotipe padi yang tahan terhadap penyakit HDB yang disebabkan oleh Xoo strain III, IV, dan VIII di Rumah Kaca. Eksperimen ditata dalam rancangan Split Plot, dimana strain sebagai petak utama dan genotipe sebagai anak petak. Sepuluh genotipe padi dan tujuh varietas cek dievaluasi dengan menggunakan analisis varians dan uji Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian berdasarkan uji LSI menunjukkan seluruh karakter pengamatan, baik pengamatan periode inkubasi, keparahan penyakit dan jumlah stomata pada seluruh genotipe padi (SP101-3-1-5-2, SP101-3-1-5-8, SP101-3-1-19-26, SP101-3-1-38-4, SP87-1-1-7-10, SP101-3-1-19-27, SP101-3-1-38-25, SP87-1-1-7-7, PP48-5-24 dan PP48-5-1) tidak menampilkan perbedaan nyata dengan tetua (Sintanur, Pandanwangi, dan PTB 33) dan varietas cek (Ciherang, Inpari 32, IRBB7, dan TN1). Semua genotipe uji menunjukkan reaksi rentan pada strain III, dan sangat rentan pada strain IV dan VIII. Beberapa individu genotipe mendapatkan skor 1 dan 2 (tahan), hal tersebut dapat membuka kemungkinan ditemukannya genotipe yang tahan. Riset ini menunjukkan bahwa komposisi genotipe berpengaruh terhadap reaksi ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan terdapat variasi virulensi HDB.Kata kunci:  Genotip ∙ Hawar daun ∙ Resisten ∙ Strain ∙ Xanthomonas oryzae pv. oryzaeAbstractThe promising rice genotype from UNPAD has advantages in yield, resistance to brown planthoppers, medium amylose content, aromatic, and excellent grain quality. Testing the resistance of the promising rice genotypes derived from the results of molecular and phenotypic selection against bacterial leaf blight (HDB) is very necessary, because resistance to this disease is one of the requirements for the release of rice varieties in Indonesia. Bacterial leaf blight (BLB) disease is caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), that is an important disease frequently attacks rice plants. The objectives of the research was to obtain rice promising genotypes that resistant to BLB disease strains III, IV and VIII in the greenhouse. The experiment was arranged in a split plot design, i.e., strains as the main plot and tested genotypes as subplot. There were 10 tested rice genotypes and 7 check varieties were evaluated by analysis of variance and Least Significant Increase (LSI) test. Based on LSI, it was found that resistance level, number of stomata, incubation period and disease severity were not significantly different on all tested genotypes (SP101-3-1-5-2, SP101-3-1-5-8, SP101-3- 1-19-26, SP101-3-1-38-4, SP87-1-1-7-10, SP101-3-1-19-27, SP101-3-1-38-25, SP87-1- 1-7-7, PP48-5-24 and PP48-5-1) as compared to parents (Sintanur, Pandanwangi, PTB 33) and check varieties (Ciherang, Inpari 32, IRBB7, TN1). All tested genotypes showed a susceptible reaction to the strain III, and highly susceptible to strains IV and VIII. However, there were some individual genotypes scored 1 and 2 (resistant), leading to high possibility to find resistant genotypes. The genetic composition of rice genotype affected the resistance reaction to BLB strains and variations in BLB virulence were also revealed.Keywords: Genotypes ∙ Bacterial leaf blight ∙ Resistance ∙ Strain ∙ Xanthomonas oryzae pv. oryzae 
Efikasi campuran tienkarbazon metil dan tembotrion sebagai herbisida purna tumbuh terhadap gulma berdaun lebar dan sempit pada budidaya tanaman jagung Denny Kurniadie; Uum Umiyati; Devina Alifia Ardhianty
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.34110

Abstract

Sari. Kompetisi nutrisi akibat kehadiran gulma di area pertanaman jagung (Zea mays L.) dapat menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan pada tanaman jagung. Penggunaan campuran herbisida merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan gulma setelah tanaman tumbuh serta menghindari pembentukan gulma yang resisten. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh herbisida Tienkarbazon Metil 68 g/L dan Tembotrion 345 g/L dalam mengendalikan gulma berdaun lebar dan gulma rumput pada pertanaman jagung. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2020 hingga Januari 2021 di Lahan Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Tempat penelitian terletak pada ketinggian ± 752 m di atas permukaan laut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan percobaan terdiri dari herbisida Tienkarbazon Metil 68 g/L dan Tembotrion 345 g/L dosis 150, 225, 300, 375, 450 mL/ha, penyiangan manual, dan tanpa perlakuan. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa herbisida berbahan aktif Tienkarbazon Metil 68 g/L dan Tembotrion 345 g/L dimulai dari dosis 150 hingga 450 mL/ha efektif mengendalikan gulma berdaun lebar (Alternanthera sessilis, Cleome rutidosperma, Portulaca oleracea, dan Eleusina indica), gulma rumput (Digitaria ciliaris, Paspalum conjugatum, dan Amaranthus sp.), dan gulma total hingga 6 minggu setelah aplikasi tanpa menimbulkan efek keracunan pada pertanaman jagung.Kata kunci: Gulma ∙ Jagung ∙ Tembotrion 345 g/L ∙ Tienkarbazon Metil 68 g/L AbstractNutrition competition due to the presence of weeds in the cropping area can cause a significant yield losses in maize (Zea mays L.). The use of herbicide mixtures is an effort to control weeds that have already grown (post emergence herbicide) and avoid the formation of resistant weeds. The aims of this study was to determine the efficacy of the herbicides mixture of Thiencarbazone Methyl 68 g L-1 and Tembotrione 345 g  L-1 in controlling broadleaf and grass weeds in maize. The research was conducted from October 2020 until January 2021 at the Ciparanje experimental field, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang. The study site was located at ± 752 m above sea level. The experiment design was randomized block design (RBD) with 7 treatments and 4 replications. The treatments consisted of the Thiencarbazone Methyl 68 g L-1 and Tembotrione 345 g L-1 with the dose of 150, 225, 300, 375, 450 mL ha-1, manual weeding, and without herbicide treatment as a control. The result showed that the herbicides with active ingredients in form of Thiencarbazone Methyl 68  g L-1 and Tembotrione 345 g L-1 starting from a dose of 150 to 450 mL ha-1 were effective in controlling broadleaf weeds (Alternanthera sessilis, Cleome rutidosperma, Portulaca oleracea, and Eleusina indica), grass weeds (Digitaria ciliaris, Paspalum conjugatum, and Amaranthus sp.), and total weeds for up to 6 weeks after application without causing toxic effects on maize crops.Keywords: Weed ∙ Corn ∙ Tembotrione 345 g  L-1 ∙ Thiencarbazone methyl 68 g  L-1 
Multiplikasi tunas tanaman temu putih pada berbagai jenis karbohidrat dan sitokinin secara in vitro Murgayanti Murgayanti; Adelia Anissa Putri; Anne Nuraini
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.33296

Abstract

AbstrakPermasalahan utama dari perbanyakan tanaman temu putih (Curcuma zedoaria) secara konvensional adalah penggunaan bahan tanam berupa rimpang yang memiliki masa dormansi 2-3 bulan. Perbanyakan in vitro menjadi alternatif untuk membuat perbanyakan temu putih secara cepat dan dalam jumlah banyak, namun masih belum banyak penelitian rekayasa media in vitro berupa penambahan karbohidrat dan sitokinin dalam media. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan multiplikasi eksplan C. zedoria terhadap 3 jenis karbohidrat, yaitu sukrosa, glukosa dan amilum dengan konsentrasi 2% dan 4% yang dikombinasikan dengan 2 jenis sitokinin, yaitu  Benzyl Amino Purine (BAP) 2 ppm dan Thidiazuron (TDZ) 1,5 ppm. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 36 unit percobaan dan dengan waktu pengamatan selama 12 Minggu Setelah Tanam (MST). Hasil percobaan menunjukkan kombinasi sukrosa dan glukosa dengan sitokinin BAP dan TDZ memberikan pengaruh terhadap poliferasi tunas baru, perkembangan dan pertumbuhan planlet tanaman C. zedoria. Penggunaan amilum pada setiap perlakuan menyebabkan kematian fisiologis lebih cepat. Penggunaan TDZ pada setiap perlakuan memberikan hasil yang lebih baik terhadap jumlah tunas baru. Perlakuan dengan media sukrosa 4% + TDZ 1,5 ppm memberikan hasil yang paling tinggi dengan rata-rata jumlah tunas sebanyak 4,67 tunas baru. Perlakuan dengan media sukrosa 2% + BAP 2 ppm memberikan hasil yang paling signifikan pada tinggi tunas dengan rata-rata tinggi tunas sebesar 16,97 cm dan rata-rata jumlah daun sebanyak 8,67 buah.Kata kunci: Amilum ∙ Glukosa ∙ Karbohidrat ∙ Multiplikasi ∙ Tunas AbstractThe main problem with conventional propagation of Curcuma zedoaria is the use of planting material in form of rhizomes which have a dormancy period of 2-3 months. In vitro propagation is an alternative to make the propagation of Curcuma zedoaria quickly and in large quantities, but there are still not many researches study the formulation of in vitro media such as the addition of carbohydrates and cytokinins. This experiment aims to determine the response of growth and multiplication of explants of C. zedoria to 3 types of carbohydrates, i.e., sucrose, glucose and amylum with concentration of 2% and 4% combined with 2 types of cytokinins, i.e., 2 ppm Benzyl Amino Purine (BAP) and 1.5 ppm Thidiazuron (TDZ). This experiment used a completely randomized design with 36 experimental units and an observation time of 12 weeks after planting (MST).  The results showed that the combination of sucrose and glucose with cytokinins in form of BAP and TDZ affected the proliferation of new shoots, the development and growth of C. zedoria plantlets. The use of amylum in each treatment caused physiological death more quickly occured. The use of TDZ in each treatment gave better result on the number of new shoots. Treatment with 4% sucrose + 1.5 ppm TDZ showed the highest yield on the number of shoots, as many as 4.67 new shoots. Treatment with 2% sucrose + 2 ppm BAP showed the most significant results on shoot height with an average shoot height of 16.97 cm and an average number of leaves of 8.67 leaves.Keywords: Amylum ∙ Glucose ∙ Carbohydrates ∙ Multiplication ∙ Shoots
Pengaruh cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium Jajang Sauman Hamdani; Sumadi Sumadi; Kusumiyati Kusumiyati; Syariful Mubarok
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.35977

Abstract

AbstrakProduksi benih kentang (Solanum tuberosum L) di dataran medium dapat menjadi pilihan untuk menghindari kerusakan lingkungan dan terbatasnya areal untuk produksi benih kentang di dataran tinggi. Salah satu upaya untuk peningkatan produksi benih kentang generasi ke-0 (G0) adalah  pemberian pupuk NPK dan zat pengatur tumbuh. Sehubungan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil benih kentang G0 di dataran medium. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kampus Jatinangor. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok  Faktorial. Faktor pertama adalah cara pemberian pupuk NPK (butiran, cair, butiran+cair) dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian paklobutrazol (1 kali pada 50 hari setelah tanam (HST); 2 kali pada 50 dan 60 HST; dan 3 kali pada 50, 60, dan 70 HST). Hasil percobaan menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara cara pemberian pupuk NPK dan frekuensi pemberian paklobutrazol terhadap pertumbuhan dan hasil benih kentang G0. Cara pemberian pupuk NPK yang dicairkan dapat meningkatkan tinggi tanaman, luas daun, indeks luas daun, bobot kering tanaman, jumlah ubi (7,61knol/tanaman), dan bobot ubi benih kentang G0, yaitu 98,75 g/tanaman. Frekuensi pemberian paklobutrazol 3 kali yang diberikan pada umur 50, 60, dan 70 HST mampu meningkatkan kandungan klorofil, jumlah ubi (7,50 knol/tanaman), dan bobot ubi benih kentang G0 tertinggi, yaitu  104,40 g/tanaman.Kata kunci: Dataran medium ∙ Kentang G0 ∙ NPK ∙ Paklobutrazol  Abstract Potato (Solanum tuberosum L.) seed production in medium altitude land can be another option to avoid environmental damage and limited seed production area in the high altitute land. The effort to increase the production of G0 potato seed is to apply NPK fertilizer and plant growth regulators. There, it is necessary to research the proper application of NPK fertilizer and the frequency of paclobutrazol application to increase the growth and yield of Go potato seeds in medium plains. This study aims to determine the interaction between the application of NPK fertilizer and the frequency of paclobutrazol application that can increase the growth and yield of G0 potato seeds in medium plains. The experiment was carried out at the experimental filed of Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran, Jatinangor. The experimental design used was a factorial randomized block design. The first factor was the application method of NPK fertilizer (granules, liquid, granular + liquid) and the second factor was the frequency of paclobutrazol application, i.e., 1 time only at 50 days after planting (DAP), 2 times at 50 DAP and 60 DAP and 3 times at 50 DAP, 60 DAP, 70 DAP. The experimental results showed that there was no interaction between the method of NPK fertilizer application and the frequency of paclobutrazol application on the growth and yield of G0 potato seeds. The application method of NPK fertilizer in form of liquid fertilizer could increase plant height, leaf area, leaf area index, plant dry weight, numbers of G0 seed tubers (7.61 knol plant-1) and tuber weights per plant (98.75 g plant-1). The frequency of 3 times NPK fertilizer applied at 50 DAP, 60 DAP, and 70 DAP was able to increase the chlorophyll content, numbers of G0 seed tubers for about 7.50 knol plant-1, and the highest of tuber weight for about 104.40 g plant-1.Keywords: Medium plain ∙ G0 potato ∙ NPK ∙ Paclobutrazol