cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Kultivasi
ISSN : 14124718     EISSN : 2581138X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Kultivasi diterbitkan oleh Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Jurnal ini terbit tiga kali dalam setahun, yaitu pada bulan Maret, Agustus, dan Desember. Kultivasi mempublikasikan hasil penelitian dan pemaparan ilmiah dari para dosen dan peneliti di bidang budidaya tanaman. Bidang kajian yang dipublikasikan jurnal ini diantaranya adalah agronomi, pemuliaan tanaman, ilmu gulma, teknologi benih, teknologi pasca panen, ilmu tanah, dan proteksi tanaman.
Arjuna Subject : -
Articles 495 Documents
Penurunan nilai konduktansi stomata, efisiensi penggunaan cahaya, dan komponen pertumbuhan akibat genangan air pada beberapa genotip tanaman tebu Mochamad Arief Soleh; Intan Ratna Dewi Anjarsari; Santi Rosniawaty
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.22471

Abstract

AbstrakFenomena perubahan iklim mempengaruhi distribusi hujan yang tidak merata. Kelebihan air hujan di lahan akan menyebabkan genangan air karena sistem drainase lahannya kurang baik yang berdampak terganggunya pertumbuhan dan hasil tanaman tebu. Dalam kondisi tergenang (G), jumlah anakan beberapa genotip tebu menurun bila dibandingkan dengan kondisi tanpa genangan (TG) pada 77 hari setelah penggenangan (HSP), kecuali genotip tebu GMP1. Jumlah anakan tersebut berkisar antara 6,7 untuk genotip KK sampai 10,3 anakan untuk genotip GMP1. Sedangkan pada kondisi tanpa genangan kisaran jumlah adalah 8 untuk genotip PS864 sampai 13,7 untuk genotip KK. Kondisi genangan air juga telah menurunkan nilai konduktansi stomata (gs) pada semua genotip tebu yang diamati pada 7 HSP yang nilainya berkisar 239,5 mmol H2O·m-2·s-1untuk genotip KK sampai 516,2 mmol H2O·m-2·s-1untuk genotip PSJT941. Genotip yang memiliki nilai perbedaan gs yang kecil pada perlakukan G dan TG seperti GMP1, cenderung memiliki jumlah anakan lebih banyak dibanding genotip yang lainnya. Cekaman abiotik seperti genangan telah mempengaruhi respons tinggi tanaman dan efisiensi penggunaan radiasi cahaya (RUE), dimana kondisi genangan telah meningkatkan tinggi tanaman dan nilai RUE menunjukkan tanaman dapat  beradaptasi dalam kondisi kekurangan oksigen tanah dengan mempertinggi bagian pupus dan memperpanjang akar. Penelitian ini telah menunjukkan beberapa sifat adaptif dalam kondisi genangan air pada beberapa genotip tebu yang nantinya dapat menjadi referensi pemulia tebu dalam merakit tebu toleran genangan dimasa datang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi faktor-faktor yang mendasari perbedaan respons dari beberapa genotip tebu dalam kondisi genangan dan atau kekeringan.Kata kunci: genangan, tebu, jumlah anakan, konduktansi stomata AbstractPhenomenon of climate change has been affecting imbalance rainy distribution at many places. Moreover, excessive rainfall in the field has often occurring waterlogging due to poor soil drainage system. This condition is affecting plant growth and yield. Tiller number of four sugarcane genotips grown under waterlogging (WL) tended to be reduce compared to well watered condition (WW) at 77 days after treatment (DAT) of WL except genotip of GMP1. It ranged from 6.7 of KK (Kidang Kencana) to 10.3 of GMP1, while under WW it ranged from 8 of PS864 and GMP1 to 13.7 of KK. WL condition has reduced stomatal conductance of all genotips at 7 DAT that ranged from 239.5 mmol H2O·m-2·s-1of KK to 516.2 mmol H2O·m-2·s-1 of PSJT941. Smaller difference in gs between 0 and 7 DAT of WL tended to be higher in tiller number such as in GMP1. Abiotic stresses of WL had affected to plant height and radiation use efficiency (RUE), there were higher in plant height and RUE under WL condition showed plant had adapted to cope limiting factor of soil oxygen content by produce higher in root and or shoot. This study showed adaptation trait of sugarcane genotips under WL condition, which is some of the traits could be taken for sugarcane breeding program in the future. Further research is needed to clarify wider of physiological factor affecting growth and development of sugarcane under WL and Drought condition.Keywords: waterlogging, sugarcane, tiller number, stomatal conductance.
Respons pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun terhadap aplikasi pupuk NPK dan pupuk organik cair kaya fosfat Hidayati Karamina; Edyson Indawan; Ariani Trisna Murti; Tri Mujoko
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26316

Abstract

AbstrakSalah satu teknologi untuk meningkatkan produktivitas mentimun yaitu dengan aplikasi pemupukan. Penelitian bertujuan untuk menentukan pengaruh pupuk NPK dan pupuk organik cair yang kaya fosfat terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman dan hasil dari tanaman mentimun. Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret sampai Mei 2017 di kebun petani, Kelurahan Tlogomas, Kota Malang. Rancangan percobaan yang digunakan ialah Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan diulang 3 kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk NPK, terdiri dari 4 taraf, yaitu 100 kg ha-1, 200 kg ha-1, 300 kg ha-1 dan 400 kg ha-1. Faktor kedua adalah dosis pupuk organik cair, terdiri dari 3 taraf, yaitu 100 cc L-1, 150 cc L:-1 dan 200 cc L-1. Pupuk organik cair terbuat dari campuran daun lamtoro dan air seni kambing. Adapun variabel pengamatan yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan berat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pupuk NPK dan pupuk organik cair. Bobot buah mentimun tertinggi dicapai pada aplikasi pupuk NPK dengan dosis 200 kg ha-1sedangkan pada aplikasi pupuk organik cair dengan dosis 100 cc L-1Kata kunci : NPK, Pupuk organik cair, Mentimun.AbstractOne of the technologies to increase cucumber productivity is fertilization application. The aim of this study was to determine the effect of NPK and high phosphate liquid organic fertilizers on vegetative growth and yield of cucumber plants. This research was conducted from March to May 2017 in the farmer's garden, Tlogomas Village, Malang City. The experimental design used factorial randomized block design that consisted of two factors and repeated 3 times. The first factor was NPK fertilizer doses, that consisted of 4 levels, there were 100 kg ha-1, 200 kg ha-1, 300 kg ha-1 and 400 kg ha-1. The second factor was organic liquid fertilizer doses, that consisted of 3 levels, there were 100 cc L-1, 150 cc L-1 and 200 cc L-1. Organic liquid fertilizer was made from Leucaena leucocephala leaves and goat urine. The observed variables were plant height, number of leaves, and fruits weight. The results showed that there was no interaction between NPK and liquid organic fertilizers. The highest cucumber fruit weight was achieved in the application of NPK fertilizer at a dose of 200 kg ha-1 while in the application of liquid organic fertilizer at a dose of 100 cc L-1.Keyword : NPK fertilizer, Organic liquid fertilizer, cucumber
Aplikasi beberapa konsentrasi air kelapa untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kakao kultivar ICCRI 08 H Santi Rosniawaty; Cucu Suherman; Rija Sudirja; Dimas Nur Annisa Istiqomah
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26671

Abstract

AbstrakKultivar ICCRI 08 H merupakan kultivar unggul baru kakao yang tetap harus dipelihara selama pembibitan. Pupuk anorganik yang digunakan untuk menyediakan nutrisi bibit dapat menyebabkan pemadatan tanah, sehingga perlu suplai nutrisi alami, seperti nutrisi yang berasal dari air kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat air kelapa dan pengurangan dosis urea dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kakao. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Kabupaten Sumedang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 10 perlakuan yang diulang 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: Kontrol (2 g Urea), 25% air kelapa, 50% air kelapa, 75% air kelapa, 25% air kelapa + urea 2 g, 50% air kelapa + urea 2 g, 75% air kelapa + urea 2 g, air kelapa 25% + urea 1 g, air kelapa 50% + urea 1 g; dan air kelapa 75% + urea 1 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian air kelapa mampu meningkatkan pertumbuhan bibit kakao kultivar ICCRI 08 H.  Air kelapa mampu mengurangi penggunaan urea dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kakao kultivar ICCRI 08 H. Perlakuan air kelapa 50% menunjukkan pengaruh terbaik pada variabel tinggi tanaman, diameter batang,  jumlah daun, dan luas daun.Kata kunci: pembibitan, air kelapa, kakao AbstractThis study aimed to determine the benefits of coconut water and the reduction of urea doses in increasing the growth of cacao seedling. The study was conducted at the Ciparanje Experimental field, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang Regency. The study used randomized block design (RBD) with 10 treatments which were repeated 3 times. The treatments were: Control (2 g urea), 25% coconut water, 50% coconut water, 75% coconut water, 25% coconut water + 2 g urea, 50% coconut water + 2 g urea, 75% coconut water + 2 g urea, 25% coconut water + 1 g urea, 50% coconut water + 1 g urea; and coconut water 75% + 1 g urea. The results showed that coconut water increased the growth of cocoa seedlings cultivar ICCRI 08 H. Coconut water could reduced urea requirement in increasing the growth of cocoa seedlings ICCRI 08 H. Concentration of 50% coconut water showed the best effect on plant height, stem diameter, number of leaves, and leaf area.Keywords : seedling, coconut water, cacao
Respons dua mutan tomat terhadap cekaman kekeringan Ayu Ratna Ningrum; Anne Nuraini; Erni Suminar; Syariful Mubarok
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.27095

Abstract

AbstrakKondisi cekaman kekeringan pada tanaman tomat dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan perakitan varietas tanaman baru yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Beberapa hasil mutasi gen IAA pada tomat mutan Micro-Tom mampu menghasilkan tanaman yang toleran terhadap kondisi stress secara abiotik, yaitu pada galur iaa9-3 dan iaa9-5. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respons pertumbuhan vegetatif pada iaa9-3 dan iaa9-5 dalam kondisi cekaman kekeringan dengan metode in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan September sampai Desember 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah  mutan, yaitu iaa9-3, iaa9-5 dan Wild-Type Micro-Tom (WT-MT) sebagai kontrol, dan faktor kedua adalah tingkat cekaman kekeringan menggunakan konsentrasi polietilen glikol (PEG) yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara galur dan tingkat cekaman kekeringan pada parameter tinggi tanaman, jumlah akar, dan panjang akar, sedangkan pada jumlah daun eksplan dipengaruhi oleh galur dan tingkat cekaman secara mandiri. Pada kondisi tercekam, semua galur tomat yang diamati mengalami penurunan pada seluruh parameter pertumbuhan terutama pada galur WT-MT.  Galur iaa9-3 dan iaa9-5 toleran terhadap cekaman kekeringan sampai dengan konsentrasi 5% PEG, sedangkan untuk WT-MT sudah mengalami penurunan yang signifikan pada cekaman kekeringan 5% PEG.Kata Kunci: cekaman kekeringan, auksin, tomat, mutan, polietilen glikolAbstractDrought stress conditionin tomato plants cause the reduction of plant growth and production. One of the effort to resolve  this problem is by assembling new varieties that are tolerant to drought stress. Several IAA gene mutation have been generated to produced tolerant plant under abiotic stress condition, namely iaa9-3 and iaa9-5. This research was conducted to determinerespons of vegetative growth of iaa9-3 and iaa9-5 under drought stress condition by in vitro method. The experiment was conducted at Tissue Culture and Seed Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjajaran from September to December 2019. The experimental design used factorial Randomized Block Design, consisted of two factors and repeated three times. The first factor was tomatoes mutant, namely iaa9-3, iaa-95, and Wild Type Micro-Tom (WT-MT) as a control and the second factor was the level of drought stress of polyethylene glycol (PEG), namely 0%, 5%, 10%, 15%, and 20%. Under drought stress condition, all of tomato lines have a decrease in vegetative growth parameters. The results showed that there was an interaction effect between tomatoes mutant and the level of drought stress on the parameters of plant height, the number of roots, and root length, whereas the number of explant leaves was affected by tomatoes mutant and stress level independently. Lines of iaa9-3 and iaa9-5 were tolerant of drought stress up to a PEG 6000 concentration of 5% PEG, whereas for WT-MT there has been a significant decrease under drought stress of 5% PEG.Keywords : drought stress, auxin, tomato, mutant, poliethylene glycolKondisi cekaman kekeringan pada tanaman tomat dapat menyebabkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan perakitan varietas tanaman baru yang tahan terhadap cekaman kekeringan. Beberapa hasil mutasi gen IAA pada tomat mutan Micro-Tom mampu menghasilkan tanaman yang toleran terhadap kondisi stress secara abiotik, yaitu pada galur iaa9-3 dan iaa9-5. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respons pertumbuhan vegetatif pada iaa9-3 dan iaa9-5 dalam kondisi cekaman kekeringan dengan metode in vitro. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan September sampai Desember 2019. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari dua faktor dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah  mutan, yaitu iaa9-3, iaa9-5 dan Wild-Type Micro-Tom (WT-MT) sebagai kontrol, dan faktor kedua adalah tingkat cekaman kekeringan menggunakan konsentrasi polietilen glikol (PEG) yaitu 0%, 5%, 10%, 15%, 20%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara galur dan tingkat cekaman kekeringan pada parameter tinggi tanaman, jumlah akar, dan panjang akar, sedangkan pada jumlah daun eksplan dipengaruhi oleh galur dan tingkat cekaman secara mandiri. Pada kondisi tercekam, semua galur tomat yang diamati mengalami penurunan pada seluruh parameter pertumbuhan terutama pada galur WT-MT.  Galur iaa9-3 dan iaa9-5 toleran terhadap cekaman kekeringan sampai dengan konsentrasi 5% PEG, sedangkan untuk WT-MT sudah mengalami penurunan yang signifikan pada cekaman kekeringan 5% PEG. Kata Kunci: cekaman kekeringan, auksin, tomat, mutan, polyetilen glycol
Respons varietas-varietas gandum terhadap pemupukan silika organik di dataran medium Fiky Yulianto Wicaksono; Amelia Ratnasari; Rasyiqa Hasna Shabira; Rhezaleta Eka Sutrisna; Ruminta Ruminta
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.26746

Abstract

AbstrakPenanaman gandum dari dataran medium sampai ke rendah memiliki kendala, salah satunya yaitu cekaman suhu tinggi. Pemupukan silika merupakan usaha yang dapat dilakukan agar tanaman gandum tahan terhadap cekaman suhu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi antara dosis pupuk silika yang terbuat dari abu ketel pabrik gula dan varietas gandum terhadap pertumbuhan dan hasil gandum pada dataran medium yang lebih panas dibandingkan dengan dataran tinggi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2018 – April 2018 di kebun percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, pada ketinggian750 mdi atas permukaan laut. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi dengan petak utama adalah varietas dan anak petak adalah dosis pupuk silika. Faktor varietas terdiri dari 3 taraf, yaitu varietas Dewata, Selayar, dan GURI-6; sementara faktor dosis pupuk silika terdiri dari 6 taraf, yaitu 50, 100, 150, 200, 250, dan 300 kg/ha. Semua perlakuan diulang sebanyak 2 kali. Pengamatan dilakukan pada komponen pertumbuhan dan hasil tanaman gandum. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara varietas dan dosis pupuk silika terhadap persentase biji bernas dan kadar gluten. Pengaruh mandiri dosis pupuk silika taraf 100 kg/ha memberikan Indeks Luas Daun dan Indeks Panen lebih tinggi dengan nilai masing-masing 3,44 dan 0,38. Pengaruh mandiri varietas GURI-6 memberikan hasil paling baik pada karakter tinggi tanaman dan panjang malai, sebesar 70,44 cm dan 6,26 cm.Kata kunci : pupuk silika, cekaman, gandum AbstractWheat cultivation in medium or lowland can suffer heat stress. Silica fertilization is an effort to decrease heat stress on wheat crop. This study aims to find the interaction between silica fertilizer doses made from sugar mill ash and wheat varieties on growth and yield of wheat. The experiment was conducted on January 2018 until April 2018 in Ciparanje experimental field, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Sumedang, at an altitude of 750 m above sea level. The Experiment used Split Plot Design which used wheat varieties as main plot and silica fertilizer doses as subplot. Main plot consisted of 3 levels of variety, there were Dewata, Selayar, and GURI-6; while subplot consisted of 6 levels of silica fertilizer dose, there were 50, 100, 150, 200, 250, and 300 kg/ha. All treatments were replicated twice. Observations were made on the components of growth and yield of wheat crop. The results showed interaction effect between varieties and silica fertilizer dosages on the percentage of filling grain and gluten content. The single effect of silica fertilizer level of 100 kg/ha gave a higher Leaf Area Index and Harvest Index values, were 3.44 and 0.38. GURI-6 variety gave the best results on plant height and panicle length, were 70,44 cm and 6,26 cm.Keywords: silica, stress, wheat 
Respons produksi tanaman karet klon BPM 24 terhadap jenis dan konsentrasi stimulan etilen organik kulit pisang Syamsiyah Syamsiyah; Cucu Suherman; Santi Rosniawaty; Fetrina Oktavia
Kultivasi Vol 19, No 2 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i2.25807

Abstract

AbstrakPuncak produksi tanaman karet klon BPM 24 dicapai pada tahun sadap ke-7 sampai 10, tetapi produksi menurun dengan cepat hingga mencapai titik terendah pada tahun sadap ke-15.  Stimulan merupakan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produksi lateks. Penggunaan stimulan sintetik yang berlebih dapat menurunkan produksi sehingga perlu dicoba stimulant organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons produksi tanaman karet klon BPM 24 terhadap aplikasi stimulan organik kulit pisang. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Karet Sembawa, Palembang, Sumatera Selatan dari September sampai November 2019. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok  dengan 11 perlakuan stimulan dan  5 ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap produksi lama aliran lateks, volume lateks dan kadar karet kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan stimulan organik kulit pisang Ambon dengan konsentrasi 200 g/L mampu meningkatkan lama aliran lateks, dan volume lateks, tetapi pemberian stimulan menurunkan kadar karet kering.Kata kunci : Stimulan Organik , kulit pisang, Lateks, karet Klon BPM 24 AbstractThe rubber tree production clone BPM 24 reaches its peak on 7th to 10th years of tapping incision. After that, the production declines rapidly to the lowest point at 15th year. Stimulant application is one of the technology to increase latex production. Excess application of synthetic stimulants can reduce production, so organic stimulants should be tried. The research intended to know the response of production of rubber tree (Hevea brasiliensis Muell. Arg) clone BPM 24 due to application of the organic ethylene stimulant made of  banana peels. The research was conducted from September to November 2019, at Experimental Plantation of Rubber Research Institution, Sembawa, Palembang, South Sumatra. The method of this research was the experimental design that used Randomized Block Design with 11 treatment and three times replication. The observation made on latex flowing duration, latex volume, and dried latex content. The result showed that application of organic ethylene stimulant made of banana peels cv. Ambon on 200 g concentration could increase latex flowing duration and latex volume,  but reduced dried latex content. Keywords: stimulant, banana peels, latex, rubber clone BPM 24. 
Multiplikasi in vitro stroberi kultivar Tochiotome dengan penambahan jenis dan konsentrasi sitokinin untuk perbanyakan bibit Ega Raisya; Denny Sobardini Sobarna; Anne Nuraini; Syariful Mubarok; Erni Suminar; Masako Akutsu
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.26932

Abstract

Sari Perbanyakan tanaman stroberi secara konvensional dilakukan dengan menggunakan stolon, tetapi kurang efektif serta kualitas bibit yang dihasilkan kurang baik akibat adanya akumulasi penyakit. Budidaya stroberi memerlukan adanya perbanyakan bibit secara massal, tetapi tidak mengubah kualitasnya. Multiplikasi in vitro menjadi solusi untuk penyediaan bibit berkualitas dalam jumlah besar. Upaya untuk mendapatkan tunas in vitro dalam jumlah banyak yakni perlu adanya penambahan zat pengatur tumbuh golongan sitokinin seperti Benzylaminopurine (BAP) atau Thidiazuron (TDZ). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan menetapkan jenis serta konsentrasi sitokinin dengan hasil terbaik dalam multiplikasi stroberi kultivar Tochiotome. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari tujuh perlakuan yang diulang lima kali, yaitu: Kontrol (tanpa sitokinin); BAP (0,25 ppm; 0,50 ppm; 0,75 ppm), dan TDZ (0,25 ppm; 0,50 ppm; 0,75 ppm). Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa penambahan sitokinin tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan bobot segar planlet. Media perlakuan kontrol dapat menghasilkan jumlah akar lebih banyak dibandingkan dengan media ditambah sitokinin. Penambahan BAP 0,50 ppm  berpengaruh positif terhadap jumlah daun dan dapat menghasilkan runner secara in vitro. Pemberian BAP 0,50 ppm cenderung dapat meningkatkan dan mempercepat produksi bibit tanaman stroberi kultivar Tochiotome.Kata Kunci: Benzylaminopurine (BAP), Thidiazuron (TDZ), Stroberi, Kultur Jaringan AbstractStolon is used for conventional propagation of strawberry, but it is less effective and the quality of the seeds is not good due to the accumulation of disease. In vitro multiplication becomes a solution for the supply of quality seeds in a fast time. The addition of growth regulator cytokinin, such as Benzylaminopurine (BAP) or Thidiazuron (TDZ) can produced the large number of shoot. The objective of this study was to obtain the best type and concentration of cytokinin in the multiplication of strawberry ‘Tochiotome’. The study was conducted at the Plant Tissue Culture Laboratory, Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. This study used a Completely Randomized Design (CRD) with seven treatments and five replications, that were: Control (without cytokinin); BAP (0.25 ppm; 0.50 ppm; 0.75 ppm), and TDZ (0.25 ppm; 0.50 ppm; 0.75 ppm). The results indicated that addition of cytokinin did not affected increasing number of shoots and fresh weightof plantlets. Control media can produce larger number of roots than those containing PGRs, this might be due to the endogenous auxin concentrations found in strawberry plants. Also, cytokinin inhibited root formations process. Plants treated with BAP 0.50 ppm increased for the number of leaves and produced runners in vitro. This study showed application of BAP with 0.50 ppm increased and accelerated the production of strawberry ‘Tochiotome’ seedlings.Keywords: Benzylaminopurine (BAP), Thidiazuron (TDZ), Strawberry, Tissue Culture
Oil bodies sizes variation analyses of rapeseed in two locations as a novel trait for genetic engineering Rita Andini; Muhammad Ikhsan Sulaiman; Murna Muzaifa; Yulia Dewi Fazlina; Christian Moellers
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32595

Abstract

 AbstrakTanaman raps (Brassica napus L.) adalah tanaman penghasil minyak utama di negara dengan iklim dingin seperti di Jerman. Minyak raps (Brassica napus L.) digunakan untuk bahan pangan, biodiesel, dan sebagai pakan ternak. Kandungan minyaknya bisa mencapai 33 – 48%. Tanaman  minyak seperti kedelai (Glycine max), raps (Brassica napus L.), bunga matahari (Helianthus annuus) pada umumnya menyimpan kandungan minyaknya dalam suatu organela penyimpanan dikenal dengan ‘oil body’ yang mempunyai  diameter antara 0,6 hingga 2,0 µm, tergantung dari spesies tanaman. Peningkatan kandungan minyak merupakan salah satu target pemuliaan di banyak tanaman minyak, termasuk di raps. Tulisan ini menceritakan tentang isolasi ‘oil body’ dari tanaman raps menggunakan metode sentrifugasi, yang dapat mengurangi efek negatif dari n-heksan sebagai zat ekstraktor yang lazim digunakan dalam proses penyulingan minyak. Sebanyak 200 mg benih B. napus L. kultivar ‘Maplus’ digunakan sebagai bahan dalam penelitian ini. Benih berasal dari populasi Double Haploid (DH) yang ditanam di dua lingkungan yang berbeda secara signifikan di Cina dan Jerman. Rata-rata kandungan minyak dari dua populasi juga berbeda, yaitu 49,18% di Cina, dan 56,94% di Jerman. Dalam penelitian ini, ‘oil body’ diisolasi melalui metode sentrifugasi dan distribusinya diamati di bawah mikroskop cahaya. Berdasarkan pengukuran partikel ‘Coulter Counter’, diameter ‘oil body’ pada tanaman raps bervariasi  antara 1,03 - 1,07 µm (rata-rata= 1,05 µm) pada genotipe dari Jerman, dan 0,98 - 1,02 µm (rata-rata= 1,00 µm) pada genotipe Cina. Selain itu, studi ini mengkonfirmasi korelasi positif dan sangat signifikan antara ukuran ‘oil body’ dengan kandungan minyak di tanaman raps.  Kata Kunci: Coulter Counter, Deutschland, sentrifugasi, tanaman minyakAbstractRapeseed (Brassica napus L.) containing oil content from 33 up to 48% (on 8.5% moisture basis) is the major source of oil plant in many temperate regions, e.g. in Germany. It is mainly applied for cooking, bio-diesels; and animal fodder. Seed plants (soybeen, rapeseed, sunflower) store oil in a storage organelle called oil body whose size varies from 0.6 – 2.0 µm, depending on the plant species. Increasing the oil content is one of the breeding targets in many of oil plants, including in rapeseed. Due to increasing awareness of the environment and the hazardous impact of solvent extraction agents; such as n-hexane (C6H14) on human health, their application in the oil extraction process is slowly being reduced. A more friendly oil extraction method via centrifugation was introduced over the past decade as well as for biotechnological application. Each 200 mg of B. napus L. cv. ‘Maplus’ seeds were applied as material in this study. Seeds originated from the Double Haploid (DH) population grown in two significantly distinct environments in China and Germany. The average of oil content from two populations was also different, namely 49,18% in China, and 56,94% in Germany. In this study, oil bodies were isolated via the centrifugation method and their distribution was observed under the light microscope. Based on the Coulter Counter measurement, the diameter sizes were ranging from  1,03 - 1,07 µm (mean= 1,05 µm) and 0,98 - 1,02 µm (mean= 1,00 µm) in German and Chinese genotypes, respectively. This study confirms a positive and very highly significant correlation between the size of oil bodies and oil content in rapeseed.Keywords: centrifuge, Coulter Counter, Deutschland, oil plant
Stabilitas hasil dan adaptabilitas galur-galur harapan kacang Bogor di tiga lokasi Darmawan Saptadi; Descha Giatri Cahyaningrum; Noer Rahmi Ardiarini; Budi Waluyo
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32418

Abstract

AbstrakKacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) potensial dikembangkan sebagai komoditi pangan rendah lemak. Pengembangan dan peningkatan hasil komoditas ini dapat dilakukan melalui penyediaan varietas unggul. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui stabilitas dan adaptabilitas hasil enam galur harapan kacang Bogor, yaitu GSG 2.1.1, GSG 2.5, GSG 1.5, CCC 1.4.1, PWBG 5.3.1, dan BBL 6.1.1.  Penelitian dilakukan di tiga lokasi yang memiliki karakteristik ketinggian tempat, kondisi lahan, dan musim tanam berbeda. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan yang dilanjutkan dengan analisis varians gabungan. Analisis regresi digunakan untuk menentukan stabilitas dan adaptabilitas hasil berdasarkan Eberhart-Russell dan Finlay-Wilkinson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi genotipe x lingkungan pada bobot hasil panen polong segar dan bobot hasil biji kering. Galur GSG 2.5 dan CCC 1.4.1 mempunyai hasil polong segar dengan  rata-rata 15,50 t ha-1 dan 15,71 t ha-1 dan hasil biji kering dengan rata-rata 4,58 t ha-1 dan 4,57 t.ha-1 yang stabil dan beradaptasi luas. Galur GSG 1.5 dan BBL 6.1.1 merupakan galur yang mempunyai potensi hasil tinggi untuk polong segar dengan rata-rata 17,16 t ha-1 dan 18,90 t.ha-1 pada lingkungan yang produktif.Kata Kunci: interaksi G x E, kacang Bogor, pemuliaan tanaman, stabilitas hasil, uji adaptasi Abstract The bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) has the potential to become a low-fat food commodity. The development and improvement of this commodity yield can be accomplished through the introduction of superior varieties. The purpose of this study were to investigate the yield stability and adaptation of six potential Bambara groundnut lines, namely GSG 2.1.1, GSG 2.5, GSG 1.5, CCC 1.4.1, PWBG 5.3.1, and BBL 6.1.1. The study was carried out in three different locations with varying altitude, land type, and growing season. A randomized block design with three replications was implemented in the experiment, which was then followed by a combined analysis of variance. Regression analysis was used to determine the stability and adaptation of yield based on Eberhart-Russell and Finlay-Wilkinson. The results revealed that there was an interaction between genotypes and environments on yield of fresh pods weight and yield of dried seeds weight. Lines of GSG 2.5 and CCC 1.4.1 had fresh pod yields with an average of 15.50 t ha-1 and 15.71 t ha-1 and dry seed yields an average of 4.58 t ha-1 and 4.57 t  ha-1 which is stable and wide adaptations. In an ideal environment, the GSG 1.5 and BBL 6.1.1 lines had high yield potential for fresh pods, with an average of 17.16 t ha-1 and 18.90 t ha-1.Keywords:  adaptation test, Bambara groundnut, G x E interaction, plant breeding, yield stability 
Pertumbuhan, hasil, dan fenologi ratun hanjeli varietas Batu pada kondisi kekeringan Putri, Yuliar Syelvia; Nurmala, Tati; Irwan, Aep Wawan; Wahyudin, Agus
Kultivasi Vol 20, No 1 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i1.26946

Abstract

Abstrak. Tanaman hanjeli (Coix lacryma-jobi) merupakan salah satu tanaman pangan lokal fungsional yang berpotensi sebagai bahan pangan, pengobatan medis, dan kerajinan. Permasalahan pada komoditas hanjeli adalah umur panen yang lama dan produktivitas rendah saat penanaman hanjeli ratun di musim kemarau. Perlakuan ratun diharapkan mampu mempersingkat pertumbuhan vegetatif hanjeli sehingga didapatkan umur panen yang genjah dan memberikan informasi mengenai frekuensi penyiraman yang tepat untuk meningkatkan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan, hasil, dan fenologi hanjeli ratun var. stenocarpa. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, dari Februari hingga September 2019. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif augmented. Tanaman hanjeli ditanam di  kadar air tanah 60% (frekuensi penyiraman setiap hari) dan  kadar air tanah 30% (frekuensi penyiraman empat hari sekali). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada komponen pertumbuhan, hasil, dan fenologi tanaman hanjeli ratun terhadap frekuensi penyiraman berbeda. Waktu panen pada tanaman ratun lebih cepat dibandingkan tanaman utama.Kata Kunci: Fenologi, Frekuensi penyiraman, Hanjeli batu, Ratun.   Abstract. Job’s tears (Coix lacryma-jobi L.) is  local functional food that can be used for food, medical treatment and crafts. The problems are long harvest period and low productivity when cultivate Job Tear’s raton in dry season. The treatment of ratoon is expected to be able to suppress vegetative growth of the job's tears and  give information about appropriate of watering frequency to increase productivity. This research aims to study phenologycal, growth, and yield of job’s tears ratoon. The study was conducted in February 2019–September 2019 at Ciparanje Experimental Station, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor. This research was used descriptive method. Job’s Tears plants were cultivated in 60% of soil water content (daily watering frequency) and 30% soil water content (watering frequency every four days). The result showed there are differences of growth, yield, and phenologycal of the Job Tear’s plant to different watering frequency. Time of harvest Job Tear’s plant ratoon is faster than the main crop.Keywords: Job’s tears var Stenocarpa, Phenology, Ratoon, Watering frequency.