cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Uji Efektifitas Ekstrak Daun Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes spp Prijadi, Dio K.
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.4392

Abstract

Abstrak: Nyamuk Aedes spp adalah vektor utama dari virus Demam Berdarah Dengue. Pemberantasan vektor dengan menggunakan larvasida kimiawi di nilai masih memiliki banyak kekurangan dan dapat mencemari lingkungan sehingga dikembangkanlah bahan larvasida yang lebih alami. Salah satu bahan yang alami dengan penggunaan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia). Daun jeruk nipis mengandung zat limonoida yang di nilai beracun bagi larva nyamuk. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian larvasida ekstrak daun jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan Aedes spp. Metode penelitian : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cara eksperimental laboratorium. Sampel yang digunakan adalah larva nyamuk Aedes spp instar III yang diambil dari kelurahan Malalayang Manado. Dosis yang di gunakan adalah dosis yang telah terbukti efektif dari penellitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumya yaitu 100mg per liter air. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian yang di dapatkan larvasida ekstrak daun jeruk memiliki daya bunuh pada percobaan pertama sebesar 32 ekor jentik dari 50 jentik, percobaan kedua dengan 34 ekor jentik dari 50 jentik dan percobaan ketiga dengan 34 ekor jentik dari 50 jentik. Rata-rata tingkat mortalitas sebesar 67% terhadap larva Aedes spp. Kesimpulan : Ekstrak daun jeruk nipis cukup efektif sebagai larvasida.Kata kunci: Larvasida , Citrus aurantifolia ,  Aedes spp.  Abstract: Aedes spp are the main vectors of Dengue Hemorrhagic Fever virus. Vector elimination using chemical larvicides still has many disadvantage and can pollute the environment because of that there is some research that develop  natural material for larvacides. One of the natural material for larvacides is citrus leaves (Citrus aurantifolia). Citrus leaves contain Limonoida a substances that toxic to mosquito larvae. Objective : This study aimed to determine the effect of larvicides citrus leaf extract in inhibiting the growth of Aedes spp. Methods : The research is using descriptive methods  by an experimental laboratory. The samples used were instar III larvae of Aedes spp are taken from Malalayang Manado. The dose used is the dose that has been shown to be effective from another research that has been done before is 100mg on liter of water. Eksperiment Results :Based on the results of the observation the citrus leaf extract has mortality rate on first eksperiment 32 larvae from total of 50 larvae, the second eksperiment 34 larvae from total of 50 larvae and the third eksperiment 34 larvae from total of 50 larvae. The average mortality rate is 67% against the larvae of Aedes spp. Conclustion : Citrus leaft ekstrack has a good potential as a larvacides. Key words: Larvacides , Citrus aurantifolia ,  Aedes spp.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PARU PADA HEWAN COBA POSTMORTEM Ali, Sekar N.; Wangko, Sunny; Kalangi, Sonny J.R.
eBiomedik Vol 6, No 1 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.6.1.2018.18714

Abstract

Abstract: Postmortem changes play an important role in estimation of the time of death. This study was aimed to obtain the histopathological changes of lungs at several time intervals postmortem. This was a descriptive observational study using a local pig as the animal model killed by stabbing in the heart. Lung samples were taken at 15 minutes, 30 minutes, 45 minutes, 60 minutes, 75 minutes, 90 minutes, 2 hours, 3 hours, 4 hours, 5 hours, 6 hours, 12 hours, and 24 hours postmortem. The results showed that the earliest histological change could be identified at 60 minutes postmortem in the form of alveolar dilatation. At 2 hours postmortem, congestion of smooth muscle layers of bronchioles was observed. The epithelial cells of the alveoli were undetected at 3 hours postmortem meanwhile the smooth muscle layers were undetected at 12 hours postmortem. At 24 hours postmortem, the bronchioles were still detected but the structure of their layers could not be identified. Conclusion: Histopathological changes were observed as alveolar dilatation at 60 minutes postmortem, followed by congestion of muscle layers, and undetected epithelial alveolar cells as well as smooth muscle layers. At 24 hours postmortem, bronchioles were still detected but the structure of their layers could not be identified.Keywords: histological changes, lungs, postmorterm Abstrak: Perubahan postmortem berperan penting untuk memperkirakan waktu kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perubahan histopatologik paru hewan coba postmortem pada beberapa interval waktu. Jenis penelitian ialah deskriptif-observasional menggunakan hewan coba satu ekor babi lokal yang dimatikan dengan tikaman pada jantung. Sampel paru diambil dalam waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, 90 menit, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, 6 jam, 12 jam dan 24 jam postmortem. Hasil penelitian mendapatkan pada 60 menit postmortem terjadi dilatasi alveoli. Pada 2 jam postmortem tampak kongesti lapisan otot polos. Pada 3 jam postmortem sel-sel epitel alveoli tidak tampak lagi dan pada 12 jam postmortem lapisan otot polos tidak terdeteksi. Pada 24 jam postmortem bronkiolus masih dapat dideteksi tetapi struktur lapisannya tidak teridentifikasi. Simpulan: Perubahan awal histopatologik paru babi postmotem ini dimulai pada 60 menit postmortem berupa dilatasi alveoli, diikuti kongesti lapisan otot polos, serta tidak terdeteksinya sel-sel epitel alveoli dan lapisan otot polos. Pada 24 jam postmortem bronkiolus masih terdeteksi tetapi struktur lapisannya tidak teridentifikasi lagi.Kata kunci: perubahan histologik, paru, postmortem
IDENTIFIKASI BAKTERI DAN UJI KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE NOVEMBER 2012-JANUARI 2013 Sembiring, Rinny Olivia
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.3257

Abstract

Abstract:Tonsillitis is inflammation of palatine tonsil as part of the Waldeyer’sring. Tonsillitis most commonly caused by viral orbacterial infection. The purpose is to determine such an insidence of the type of bacterials from patient’s (with tonsillitis) throat swabs examination at the Department of Otolaryngology RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado and also to determine such an insidence of the bacterial’s sensitivity ofantibiotics that commonly used on tonsillitis case. This research was taken at the Department of Otolaryngology RSUP Prof. Dr.R.D Kandou Manado by using prospective descriptive study method as well as examining 20 samples from the patients with tonsilitis. The result, 75% samples showed bacterial’s growth. There were found 6 types of bacterials. The following bacterials are 10% eschericia coli, 10% of staphylococcus aureus, 40% of streptococcus sp., 5% of branhamella catarrhalis, 5% of enterobacter aerogenes and 5% of alcaligenes faecalis. On sensitivity of antibiotics, 66,67% Levofloxacin, 66,67% of Cefriaxon, 53,3% of Amoxicilin clavulanic, 13,3% Ciprofloxacin. The differences in place, time, and history of antibiotics therapy, could caused the differences in type of bacterials among the tonsillitis patients.Keywords: tonsillitis, type of bacterial, sensitivity testAbstrak:Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer.Tonsilitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil.Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran jenis kuman pada pemeriksaan hapusan tenggorokan penderita tonsilitis di Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan juga gambaran tentang kepekaan kuman terhadap beberapa antibiotika yang biasa digunakan pada tonsilitis. Penelitian ini bersifat prospektif deskriptif lewat pengambilan sampel dari pasien Poliklinik THT-KL.Dari 20 sampel yang diuji, didapatkan 15 sampel (75%) menunjukkan pertumbuhan bakteri dan 5 sampel (25%) tidak ada pertumbuhan bakteri. Bakteri yang ditemukan ada6 jenis bakteri yang terdiri dari 2 sampel escherichia coli (10%), 2 sampel staphylococcus aureus (10%), 8 sampel streptococcus sp (40%), 1 sampel branhamella catarrhalis (5%), 1 sampel enterobacter aerogenes (5%), 1 sampel alcaligenes faecalis(5%).Sedangkan sensitifitas antibiotika yang paling tinggi adalah Levofloxacin 10 sampel (66,67%) dan cefriaxone 10 sampel (66,67%), kemudian amoxicilin calvulanic 8 sampel (53,33%), ciprofoxacin 2 sampel (13,33%).Perbedaan tempat, waktu, serta riwayat pernah mendapatkan terapi antibiotika, dapat menyebabkan perbedaan pola kumanKata kunci: tonsilitis, pola bakteri, uji kepekaan
Gambaran Kandungan Zat- Zat Gizi Pada Beras Hitam (Oryza Sativa L.) Varietas Enrekang Kereh, Brilia Ch.; Mayulu, Nelly; Kawengian, Shirley E.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.11053

Abstract

Abstract: Rice is one of the main cereals in the worldwide economic commodity. For better public health is the most important priority to food and nutrition. Consumption of plant foods, including fruits, vegetables, grains, cereals and seafood a key role in disease prevention and health increased. Rice (Oryza sativa L.) a cereal crop is the major staple food sources for half of the world population. With an average annual population growth rate of ~1.5% and estimated per capita consumption of about 250 grams of rice per day, the demand for rice is expected to increase to 40% by 2025. This study aims to determine the content of nutrients in the Black Rice (Oryza sativa L.) Enrekang, macro nutrients (carbohydrates, proteins, fats), micronutrients (vitamins and minerals), and fiber nutrients, water, and ash. This research uses descriptive. Held on November 4th until December 1st, 2015 at the Laboratory of the University of Sam Ratulangi, and Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Manado. This research was conducted in laboratory sampel Black Rice (Oryza sativa L) Enrekang. With Gunning and data processing method to calculated the formula. The results of macro-nutrients Carbohydrate content of 83.8%, 8.2% protein, 2.2% fat. The content of micronutrients Vitamin C 0.9 mg, 25.7 mg Vitamin E, the mineral content are Magnesium (Mg) 3.11 mg, Calcium (Ca) 0.257 mg, Iron (Fe) 0.335 mg, Potassium (K) 0.821 mg , Zinc (Zn) 0.042 mg.Keywords: Black Rice (Oryza sativa L.) Enrekang, macro and micro nutrientsAbstrak: Padi merupakan salah satu sereal utama dalam komoditas ekonomi di seluruh dunia. Untuk kesehatan masyarakat yang lebih baik yang terpenting adalah mengutamakan bahan pangan dan gizi. Mengkonsumsi makanan nabati, termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian, sereal dan kacang-kacangan serta makanan laut memainkan peran kunci dalam pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Beras Hitam (Oryza sativa L.) adalah tanaman yang menjadi sumber makanan pokok utama untuk setengah dari populasi dunia. Dengan tingkat tahunan rata-rata pertumbuhan penduduk dari ~ 1,5% dan diperkirakan konsumsi per kapita dari sekitar 250 gram beras per hari, permintaan beras diperkirakan akan meningkat menjadi 40% pada tahun 2025. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi pada Beras Hitam (Oryza Sativa L.) Enrekang, zat gizi makro (Karbohidrat, Protein, Lemak), zat gizi mikro (Vitamin dan Mineral), serta zat gizi Serat, Air, dan Abu. Penelitian ini bersifat deskriptif. Yan dilaksanakan pada tanggal 4 November sampai dengan 1 Desember 2015 di Laboratorium Universitas Sam Ratulangi Manado, dan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Manado. Penelitian ini dilakukan secara laboratorium dengan sampel Beras Hitam (Oryza Sativa L) Enrekang. Dengan metode Gunning dan pengolahan data yang dihitung dengan rumus. Hasil kandungan zat gizi makro Karbohidrat 83,8%, Protein 8,2%, Lemak 2,2%. Kandungan zat gizi mikro Vitamin C 0,9 mg, Vitamin E 25,7 mg, kandungan mineral yaitu Magnesium (Mg) 3,11 mg, Kalsium (Ca) 0,257 mg, Besi (Fe) 0,335 mg, Kalium (K) 0,821 mg, Zink (Zn) 0,042 mg.Kata kunci: Beras Hitam (Oryza Sativa L.) Enrekang, zat gizi makro dan mikro
GAMBARAN KADAR KOLESTEROL LOW DENSITY LIPOPROTEIN DARAH PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO DENGAN INDEKS MASSA TUBUH 18,5 – 22,9 kg/m² Batjo, Rully
e-Biomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i2.5470

Abstract

Abstract: Low density lipoprotein (LDL) is a type of lipoprotein that transports most cholesterol in the body.  Excessive levels of  LDL in the blood increase the risk of accumulation or deposition of cholesterol in the arteries that is followed by the occurrence of atherosclerosis. There are various factors that can increase levels of LDL in blood such as genetic factors, high-cholesterol diet, and lack of physical activity. Body mass index (BMI) is a measurement standard of nutritional status. The present study was carried out to overview blood LDL profiles on ‘year 2011’ student at Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi with a BMI of 18.5-22.9 kg/m2. Thirty one subjects participated in this study, and were fully informed about the procedures of this study. Purposive sampling method was employed in this study and data were analyzed and descriptively discussed. The results showed that ‘year 2011’ student at Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi with a BMI of 18.5-22.9 kg/m2 had a normal blood LDL levels (74,19%  or 23 out of 31 samples) and 25,81% or 8 samples with a high or above normal blood LDL levels. It can be concluded that the majority of subjects had normal LDL levels. Keywords: BMI, LDL, Lipoprotein.   Abstrak: Low Density Lipoprotein (LDL) merupakan jenis lipoprotein yang paling banyak mengangkut kolesterol di dalam tubuh. Kadar kolesterol LDL yang berlebihan dalam darah akan meningkatkan risiko penumpukan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri yang diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol LDL dalam darah seperti faktor genetik, diet tinggi kolesterol, dan kurangnnya aktifitas fisik. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu standar pengukuran status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kolesterol LDL darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh 18,5-229, kg/m². Tiga puluh satu sampel berpasrtisipsi dalam penelitian ini. Penelitian bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa kadar kolesterol LDL darah pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh 18,5-22,9 kg/m², sebanyak 23 sampel atau 74,19% memiliki kadar kolesterol LDL normal dan 8 sampel atau 25,81% yang memiliki kadar kolesterol LDL tinggi atau kadar kolesterol LDL di atas normal. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat LDL normal. Kata kunci : IMT, LDL, Lipoprotein.
PENGGUNAAN RADIOISOTOP PADA DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER Senduk, Pingkan; Danes, Vennetia R.; Rumampuk, Jimmy F.
e-Biomedik Vol 3, No 2 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i2.8549

Abstract

Abstract: Application of nuclear techniques, both the applications of radiation and radio-isotopes, are very useful since the use of atomic energy program for peaceful purposes was launched in 1953. Positron Emission Tomography (PET) is a new method for imaging the physiological functions of human tissues. Radiant energy emitted by a source of radiation can cause changes in terms of physical, chemical, and biological material in its path. Changes that occur can be controlled by choosing the type of radiation (or neutron) and regulate the dose absorbed, according to the effect needed to be achieved. Based on these properties, the radiation can be used directly such as in radiotherapy, and sterilization. In addition, the radiation emitted by a radioisotope, location and distribution can be detected from outside the body proper, and its activity can be measured accurately; therefore, the use of radioisotopes as tracer is very useful in metabolic studies, as well as tracking techniques and management or treatment of various organs, without having to perform surgery, particularly its use for early detection of cancer cells, or better known methods of cancer with PET.Keywords: radioisotopes, cancer, tracer, PETAbstrak: Aplikasi teknik nuklir, baik aplikasi radiasi maupun radio-isotop, sangat dirasakan manfaatnya sejak program penggunaan tenaga atom untuk maksud damai dilancarkan pada tahun 1953. Positron Emission Tomography (PET) merupakan metode terbaru untuk mencitrakan fungsi fisiologis jaringan tubuh manusia. Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi dapat menyebabkan perubahan dari segi fisis, kimia dan biologi pada materi yang dilaluinya. Perubahan yang terjadi dapat dikendalikan dengan jalan memilih jenis radiasi (atau neutron) serta mengatur dosis terserap, sesuai dengan efek yang ingin dicapai. Berdasarkan sifat tersebut, radiasi dapat digunakan untuk penyinaran langsung seperti antara lain pada radioterapi, dan sterilisasi. Selain itu, radiasi yang dipancarkan oleh suatu radioisotop, lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari luar tubuh secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga penggunaan radioisotop sebagai perunut, sangat bermanfaat dalam studi metabolisme, serta teknik pelacakan dan penataan berbagai organ tubuh, tanpa harus melakukan pembedahan, khususnya dalam penggunaannya untuk mendeteksi dini sel kanker atau yang lebih dikenal penyakit kanker dengan metode PET.Kata kunci: radioisotop, penyakit kanker, perunut (tracer), PET
Pengaruh latihan fisik akut terhadap fev1 (forced expiratory volume in one second) pada pemain basket mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Dumat, Grace N.; Engka, Joice N.A.; Sapulete, Ivony M.
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14645

Abstract

Abstract: Acute physical exercise is an exercise activity that is carried out with a long duration of ± 10-15 minutes with mild to moderate intensity. Several studies have shown that reduced physical exercise may lower lung resistance. Physical exercise causes an increase in respiratory muscle endurance so that respiratory function will increase. One assessment measure lung function FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) by using a spirometry. The objective of this study is to overlook the effect of physical exercise on lung function of FEV1 at medical student basketball players in Sam Ratulangi University. The subject of this study are 35 medical students that have been active playing basketball for more or less than 6 months within 10-15 minutes exercise duration. Subject was measured with spirometry to see the effect of this treatment on FEV1. All of 35 subjects finish this program. FEV1 before the treatment was 3.4871 and 3.4474 after treatment.Conclusion: FEV1 increase about 0,73 litres, but it’s not statistically significant (p>0,05) Abstrak: Latihan fisik akut adalah aktivitas olahraga yang dilakukan dengan durasi latihan ± 10-15 menit dengan intensitas ringan-sedang. Penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan daya tahan paru yang diakibatkan oleh kurangnya aktivitas fisik olahraga. Latihan fisik meningkatkan daya tahan otot pernapasaan sehingga dapat melancarkan aliran darah ke dalam paru dan meningkatkan kapasitas paru. Salah satu penilaian yang dapat dilakukan untuk menilai faal paru yaitu dengan menilai FEV1 (Forced Expiratory Volume in One Second) dengan menggunakan alat spirometri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik akut terhadap FEV11 faal paru pada pemain basket mahasiswa kedokteran Unsrat, subyek penelitian terdiri dari 35 orang mahasiswa kedokteran yang aktif bermain basket ± 6 bulan dengan durasi latihan fisik selama 10-15menit. FEV1 subyek diukur sebelum diberikan perlakuan. Kemudia subyek diberikan perlakuan latihan fisik berupa permainan bola basket dengan durasi latihan selama 10-1 menit. FEV1 diukur kembali setelah dilakukan perlakuan. Keseluruhan subyek total 35 orang mengikuti program. Nilai FEV1 sebelum perlakuan adalah 3.4871L dan nilai FEV1 setelah perlakuan adalah 3.4474L.Simpulan: Terdapat peningkatan nilai rerata FEV1 sebesar 0,39 liter, namun setelah dilakukan uji t berpasangan menyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna rerata FEV 1 awal dan akhir (p > 0,05).
PENGARUH VASEKTOMI TERHADAP FUNGSI SEKSUAL PRIA Fitri, Mir'atul; Wantouw, Benny; Tendean, Lydia
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4589

Abstract

Abstract: Vasectomy in the community are still poorly understood, such as vasectomy can affect sexual function (sexual dysfunction). The purpose of this study was to determine the effect of vasectomy on male sexual function and the mechanisms of sexual function in men due to vasectomy. This study is a cross sectional analytic survey with a target population of men who have vasectomy totaling 67 people selected by proportional sampling of Manado City BKKBN January to August 2012. Instruments in this study using the questionnaire International Index Erectile Function (IIEF), the analysis of the data in this study using univariate analysis and Mann Whitney Sub Menu 2 Independent simple (SPSS 20 for Windows). The results, the majority of respondents aged > 35 years were 63 people (94.03%), elementary education as many as 48 people (62.34%), earning Rp. 500,000 - Rp. 1.000.000 by 47 people (70.1%), having more than one child as many as 64 people (95.5%), vasectomy contraceptive users with better sexual function by 56 people (83.60%), significant results statistics between vasectomy contraceptive users who have comorbidities, consuming drugs and having stress with sexual function. Contraception has no effect on male sexual function and sexual dysfunction occurs due to men having comorbidities, smoking and excessive alkohol consuming in the long term, drug users, and have excessive stress. Keywords: Vasectomy, Sexual Function, Male.     ABSTRAK: Vasektomi dikalangan masyarakat masih kurang dipahami, seperti vasektomi dapat berdampak terhadap fungsi seksual (disfungsi seksual). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh vasektomi terhadap fungsi seksual pria dan mekanisme fungsi seksual pada pria akibat vasektomi. Penelitian ini bersifat survei analitik pendekatan cross sectional dengan populasi target pria yang telah divasektomi berjumlah 67 orang dipilih secara proporsional sampling dari data BKKBN Kota Manado Januari-Agustus 2012. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner Indeks Fungsi Ereksi Internasional (IIEF), analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa univariat dan analisa Mann Whitney Sub Menu 2 Independent simple (SPSS 20 for Windows). Hasil penelitian didapatkan mayoritas responden usia >35 tahun sebanyak 63 orang (94,03%), berpendidikan SD sebanyak 48  orang (62,34%), berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 sebanyak 47 orang (70,1%), memiliki anak lebih dari satu orang sebanyak 64 orang (95,5%), pengguna kontrasepsi vasektomi dengan fungsi seksual baik sebanyak 56 orang (83,60%), hasil yang bermakna secara statistik antara pengguna kontrasepsi vasektomi yang memiliki penyakit penyerta, mengkonsumsi narkoba dan mengalami stres dengan fungsi seksual. Kontrasepsi vasektomi tidak berpengaruh pada fungsi seksual pria dan disfungsi seksual terjadi diakibatkan oleh pria memiliki penyakit penyerta, merokok dan mengkonsumsi alhokol dalam jangka waktu panjang dan volume berlebihan, pengguna narkoba, dan memiliki stress berlebihan. Kata kunci: Vasektomi, Fungsi seksual, Pria.
Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost) Berdasarkan Clinical Pathway Bronkopneumonia Anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2017- Juni 2018 Arikalang, Giza E. E.; Nangoy, Edward; Mambo, Christi D.
eBiomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.7.1.2019.22219

Abstract

Abstract: Calculation of unit cost could give some information to healthcare policy. Broncho-pneumonia is a lung inflammation disease that occurs in around 30% of babies with high mortality risk. This study was aimed to determine the general depiction of unit cost calculation for bronchopneumonia among pediatric patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital according to clinical pathway. This was an observational retrospective study. Samples were obtained by using random sampling as many as 42 samples that fulfilled inclusion criteria. Processed data included patients’ demography, treatment, and the average of direct cost calculation. The results showed that the implemented therapy consisted of antibiotic, non-antibiotic, fluid therapy, ancillary laboratory examination, radiology, and ancillary diagnostics. Total cost for drugs was Rp. 8,822,455; laboratory Rp. 28,568,725; radiology Rp. 9,912,400; and ancillary diagnostic examination Rp. 7,110,000. Compared to the cost covered by BPJS, the hospital had some excess as follows: drug unit Rp. 958,549, radiology Rp. 1,771,517, and ancillary diagnostic examination Rp. 581,852. For ancillary laboratory examination in the hospital, there was a difference as much as Rp. 1,341,276 less than the the BPJS coverage. Conclusion: There was an excess difference within drug unit, radiology, and ancillary examinations for pediatric bronchopneumonia, while laboratorium unit possess lesser cost than BPJS.Keywords: bronchopneumnonia, cost unitAbstrak: Perhitungan biaya satuan merupakan salah satu informasi masukan dalam pembuatan kebijakan pelayanan. Bronkopneumonia ialah penyakit radang paru yang terjadi pada sekitar 30% anak balita dengan risiko kematian yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perhitungan biaya satuan pada pasien bronkopneumonia anak di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou berdasarkan clinical pathway. Jenis penelitian ialah observasional retrospektif. Sampel penelitian dikumpulkan dengan metode random sampling berjumlah 42 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Data meliputi data demografi pasien, gambaran pengobatan, dan penghitungan rata-rata biaya langsung. Hasil penelitian mendapatkan bahwa terapi yang digunakan ialah antibiotik, non antibiotik, terapi cairan, serta penunjang laboratorium, radiologi, dan penunjang diagnostik. Total biaya untuk obat Rp. 8.822.455, laboratorium Rp. 28.568.725, radiologi Rp. 9.912.400, dan penunjang diagnostik Rp. 7.110.000. Bila dibandingkan dengan biaya tanggungan BPJS, rumah sakit memiliki selisih lebih pada unit obat sebanyak Rp. 958.549, radiologi Rp. 1.771.517, dan penunjang diagnostik Rp. 581.852. Untuk penunjang laboratorium, terdapat selisih kurang sebesar Rp. 1.341.276. Simpulan: Pada pengobatan bronkopneumonia anak terdapat perbedaan selisih lebih pada unit obat, radiologi, dan penunjang diagnostik, serta terdapat selisih kurang pada unit laboratoriumKata kunci: bronkopneumonia, perhitungan biaya satuan
PERBEDAAN ANTARA EFEK PEMBERIAN VITAMIN C DAN VITAMIN E TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA TIKUS WISTAR (RATTUS NORVEGICUS) JANTAN SETELAH DIBERI PAPARAN ASAP ROKOK Sitohang, Astrid Giovani; Wantouw, Benny; Queljoe, Edwin de
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.6608

Abstract

Abstract: Gaseous components of cigarette smoke have a potential to generate free radicals that can damage sperm. Vitamin C is water soluble and vitamin E is a fat-soluble antioxidant that is effective in dealing with free radicals. The aim of this research was to look at the differences between the effects of vitamin C and vitamin E on spermatozoa quality of male wistar rats (Rattus norvegicus) after exposure to cigarette smoke. Methods: This research used a completely randomized experimental design. The sample of the research were 15 male wistar rats which were randomly divided into 3 groups, i.e. group P0 was given exposure to smoke from 2 bars of cigarette without giving vitamin C and vitamin E, group P1 was given exposure to smoke from 2 bars of cigarette and vitamin C 1,8 mg / day and group P2 was given exposure to smoke from 2 bars of cigarette and vitamin E 1,44 mg / day. The treatment was given for 52 days. Results: The results of this research showed an increasing spermatozoa quality of group P1 and P2 compared with the group P0. The mean concentration of spermatozoa obtained on group P1 (78,78x106/ml) and group P2 (123,13 x106/ml). The mean motility of spermatozoa obtained on group P1 (72,00%) and group P2 (80,25%). The mean of normal morphology of spermatozoa obtained on group P1 (67,63%) and group P2 (74,00%). Conclusion: The conclusion from this research showed that there is a difference between spermatozoa quality of group treated with vitamin C and vitamin E after exposure to cigarette smoke, with vitamin E had an higher average on spermatozoa quality.Keywords: cigarette smoke, vitamin C, vitamin E, the quality of spermatozoaAbstrak: Latar Belakang: Komponen gas dari asap rokok berpotensi untuk menimbulkan radikal bebas yang dapat merusak spermatozoa. Vitamin C yang larut dalam air dan vitamin E yang larut dalam lemak merupakan antioksidan yang efektif dalam mengatasi radikal bebas. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan efek antara pemberian vitamin C dan vitamin E terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) jantan setelah diberi paparan asap rokok. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap. Sampel yang digunakan adalah 15 tikus wistar jantan yang dibagi secara acak menjadi 3 kelompok yaitu kelompok P0 yang mendapat perlakuan paparan asap rokok 2 batang tanpa pemberian vitamin C dan vitamin E, kelompok P1 dengan perlakuan pemaparan asap rokok 2 batang dan vitamin C 1,8 mg/hari dan kelompok P2 dengan perlakuan pemaparan asap rokok 2 batang dan vitamin E 1,44 mg/hari. Perlakuan diberikan selama 52 hari. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kualitas spermatozoa kelompok P1 dan P2 dibandingkan dengan kelompok P0. Rata-rata konsentrasi spermatozoa kelompok P1 didapatkan (78,78x106/ml) dan kelompok P2 (123,13 x106/ml). Rata-rata motilitas spermatozoa kelompok P1 (72,00%) dan kelompok P2 (80,25%). Rata-rata morfologi normal spermatozoa kelompok P1 (67,63%) dan kelompok P2 (74,00%). Simpulan: Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan bahwa terjadi perbedaan kualitas spermatozoa antara pemberian vitamin C dan vitamin E setelah pemaparan asap rokok, dengan vitamin E memiliki rata-rata kualitas spermatozoa lebih tinggi.Kata kunci: asap rokok, vitamin C, vitamin E, kualitas spermatozoa