cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Perbandingan kualitas spermatozoa tikus wistar (rattus norvegicus) yang diberi paparan asap rokok dengan asap rokok elektronik Tooy, Miseal; Tendean, Lydia; Satiawati, Lusiana
eBiomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.2.2016.14632

Abstract

Abstract: Cigarette smoke contains three main components, carbon monoxide, nicotine, and tar which can cause disturbances in spermatogenesis. Smoke electronic cigarette contains three main components, nicotine, propylene gycol, and glyceryn which can cause disturbances in spermatogenesis. The purpose of this experiment is to compare the quality of spermatozoa Wistar rats by exposure to cigarette smoke and electronic cigarette smoke. This study is an experimental study using an approach of post test only control group design. Subject of the study were 9 rats Wistar male (Rattus norvegicus) were divided into 3 groups: group P0 is not given exposure to cigarette smoke and smoke the electronic cigarette, the group P1 is given exposure to smoke cigarettes 2 rods per day, group P2 is given exposure to smoke an electronic cigarette for two rods lit cigarette. Treatment was done for 50 days. The results showed the concentration of spermatozoa is difference between the treatment groups, but statistical analysis groups P0 and P1 showed a non-significant (p = 0.229), P0 and P2 group (p = 0.559), P1 and P2 group (p = 0.879). Motility P0 with P2 group (p = 0.008) and group P1 and P2 group (p = 0.026) showed significant differences which means there is a treatment effect on motility. While groups of P0 with P1 group (p = 0.209) did not show significant differences which means there is no treatment effect on motility. Morphology Control with treatment group 1 (p = 0.098) while the control group with treatment 2 (p = 0.004) it shows the morphology of the group P0 to P1 has no effect while the P0 to P2 there is an influence on the treatment.Keywords: sperm quality, cigarette smoke, electronic cigarette smoke Abstrak: Asap rokok mengandung tiga komponen utama, yaitu karbonmonoksida, nikotin, dan tar yang dapat menyebabkan gangguan pada spermatogenesis. Asap rokok elektronik mengandung tiga komponen utama, yaitu nikotin, propylene gycol, dan glyceryn yang dapat menyebabkan gangguan pada spermatogenesis. Tujuan penelitin ini adalah untuk melihat perbandingan kualitas spermatozoa tikus wistar yang diberi paparan asap rokok dengan asap rokok elektronik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Subjek penelitian sebanyak 9 ekor tikus wistar jantan (Rattus norvegicus) yang dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok P0 tidak diberikan paparan asap rokok dan asap rokok elektronik, kelompok P1 diberikan paparan asap rokok kretek 2 batang, kelompok P2 diberikan paparan asap rokok elektronik selama 2 batang rokok kretek dinyalakan. Perlakuan dilakukan selama 50 hari. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan konsentrasi antar kelompok perlakuan namun analisa statistik kelompok P0 dan P1 menunjukkan hasil yang tidak bermakna (p=0,229), kelompok P0 dan P2 (p=0,559), dan kelompok P1 dan P2 (p=0,879). Motilitas kelompok P0 dengan P2 (p=0,008) dan kelompok P1 dengan kelompok P2 (p=0,026) menunjukkan perbedaan bermakna yang berarti terdapat pengaruh perlakuan terhadap motilitas. Sedangkan kelompok P0 dengan kelompok P1 (p=0,209) tidak menunjukkan perbedaan bermakna yang berarti tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap motilitas. Morfologi kelompok Kontrol dengan Perlakuan 1 (p=0,098) sedangkan kelompok Kontrol dengan Perlakuan 2 (p=0,004) hal ini menunjukkan morfologi kelompok P0 dengan P1 tidak berpengaruh sedangkan kelompok P0 dengan P2 terdapat pengaruh terhadap perlakuan.Kata kunci: asap rokok, asap rokok elektronik, kualitas spermatozoa
GAMBARAN KADAR HIGH DENSITY LIPOPROTEIN PADA REMAJA OBES DI KABUPATEN MINAHASA Togelang, Lidya; ., Fatimawali; Manampiring, Aaltje
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4578

Abstract

Abstract: Obesity is the multifactorial disease. Several genetic, behavioral, and physiological factors play a role in etiology of obesity.  WHO stated that obesity was global epidemy and become health problem that must be solved. There are correlation of obesity with atherogenic dyslipidemia (elevated of triacylglycerol levels or low levels of HDL cholesterol). HDL cholesterol is the good cholesterol, it removes harmful bad cholesterol from where it doesn't belong. The research was to describe HDL cholesterol levels. A cross sectional study was conducted to obese adolescent in SMK Negeri 2 and 3 Tondano City. The target population of the research was the 1st, 2nd and 3rd grade students. To determine if the students is obese or non-obese, researcher use the method of measuring the waist circumference based on the theory of visceral obesity, then afterwards researcher took a blood sample of the students. In this research, involved 54 obesity students who are willing to partake and the result indicates that 54 obesity students (100%) had low HDL cholesterol levels. It may be caused by several genetic, behavioral, and physiological of the students. It is expected, that the results of this research can be use in developing the prevention and treatments of the low levels of HDL cholesterol in obese adolescent. Keywords: HDL cholesterol, obesity.     Abstrak: Obesitas adalah penyakit multifaktorial. Beberapa faktor genetik, kebiasaan, dan aktifitas fisik berperan dalam menyebabkan obesitas. WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan epedemik global dan menjadi masalah kesehatan yang harus diselesaikan. Adanya hubungan antara obesitas dengan aterogenik dislipidemia (peningkatan kadar triasilgliserol dan rendahnya kadar kolesterol HDL). Kolesterol HDL adalah kolesterol baik, yang membuang kolesterol jahat yang berbahaya bila tidak digunakan lagi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kadar kolesterol HDL. Studi cross sectional diterapkan pada remaja obes di SMK Negeri 2 dan 3 Kota Tondano. Populasi target dari penelitian ini adalah siswa kelas 1,2, dan 3. Untuk membedakan para siswa obes dan non-obes, peneliti menggunakan metode pengukuran lingkar pinggang yang berdasarkan pada obesitas sentral, setelah itu peneliti mengambil sampel darah dari para siswa. Dalam penelitan, dilibatkan 54 siswa obes yang menyetujui untuk berpatisipasi dan hasilnya didapatkan 54 siswa obes (100%) memiliki kadar kolesterol yang rendah. Ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor genetik, kebiasaan, dan aktifitas fisik para siswa. Diharapkan, dari hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan pencegahan dan penatalaksanaan dari rendahnya kadar kolesterol HDL pada remaja obes. Kata Kunci: Kolesterol HDL, obesitas.
Gambaran dan Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Dewasa dengan Community Acquired Pneumonia di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juni 2017-Mei 2018 Prakoso, Dimas; Posangi, Jimmy; Nangoy, Edward
eBiomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.6.2.2018.22156

Abstract

Abstract: Irrational utilization of antibiotic led to several burdens for healthcare providers, one of them is antibiotic resistance. Community acquired pneumonia (CAP) has increased mortality rate due to irrational antibiotic utilization. This study was aimed to obtain a general depiction and antibiotic rational utilization quantitatively assessed of CAP in adult patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from June 2017 to May 2018. This was a retrospective descriptive study with a cross sectional design. Samples were 42 patients with CAP obtained by using simple random sampling. The results showed that values of DDD/100 inpatient days were, as follows: beta-lactam (33), macrolides (13.758), and fluoroquinolone (20.072). According to the ratio between estimated DDD value of Prof. Dr. R. D. Kandou and DDD WHO, all prescribed antibiotics had DDD values below or close to the value of DDD WHO. Albeit, there were discrepancies between antibiotic utilization in the field and reccomendation of Clinical Practice Guideline of Internal Medicine Department. Conclusion: Within the period of June 2017 - May 2018 the most prescribed antibiotic classes for CAP in adult patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital were beta-lactam, macrolides, and fluoroquinolone meanwhile the most prescribed antibiotics were ceftriaxone and azithromycin. In general, drug utilization was rational assessed quantitatively by using DDD WHO criteria.Keywords: antibiotic rationality, CAP, DDD WHO, Prof. Dr. R. D. Kandou Abstrak: Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat membebani tenaga kesehatan, salah satunya ialah resistensi antibiotik. Community acquired pneumonia (CAP) mengalami peningkatan mortalitas tinggi akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum dan penilaian rasionalitas secara kuantitatif dari penggunaan antibiotik pada pasien dewasa dengan CAP di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juni 2017-Mei 2018. Jenis penelitian ialah deskriptif retrospektif dengan desain potong lintang. Sampel sebanyak 41 pasien dewasa dengan CAP diambil dengan simple random sampling. Hasil penelitian mendapatkan DDD/100 hari rawat inap penggunaan antibiotik dari tiga golongan antibiotik yaitu beta-lactam (33), makrolida (13,758), dan florokuinolon (20,072). Berdasarkan rasio estimasi DDD di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan DDD WHO seluruh obat yang digunakan masih berada di bawah DDD WHO atau mendekati nilai tersebut. Terdapat perbedaan antara penggunaan antibiotik di lapangan dan rekomendasi dari Panduan Praktek Klinis dari Bagian Ilmu Penyakit Dalam. Simpulan: Pada periode Juni 2017 - Mei 2018 golongan antibiotik yang paling banyak diberikan untuk pasien dewasa dengan CAP di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado ialah beta-lactam, diikuti makrolida dan florokuinolon sedangkan antibiotik yang paling banyak diberikan ialah ceftriaxone dan azithromisin. Secara keseluruhan penggunaan obat sudah rasional secara kuantitatif diukur dengan kriteria DDD WHO.Kata kunci: rasionalitas antibiotik, CAP, DDD WHO, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
POLA BAKTERI AEROB PADA DISPENSER AIR MINUM KEMASAN GALON PADA KONSUMEN DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sudradjat, Tri; Buntuan, Velma; Rares, Fredine E. S.
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.6502

Abstract

Abstract: Refill drinking water in gallons require dispensers to make the water more practible to drink. Use of dispenser that makes the presentation be practical, but may menyembabkan gathering bacteria because of the lack of consumer attention to the cleanliness of the dispenser. Drinking water quality is poor mikrobiologisnya can cause disease, one of which is diarrhea. Necessary research or clinical testing in the laboratory to determine whether drinking water is contaminated or not. This study aimed to determine the pattern of aerobic bacteria in gallons of consumers in the District Tikala Manado. This was a descriptive study. Samples were taken from 20 gallons. Identification of bacteria was performed with culture. The results showed that Bacillus subtilis was found in 9 samples (27.27%), Proteus vulgaris in 5 samples (16.66%), Serratia rubidaea in 5 samples (16.66%), Escherichia coli in 2 samples (6.66%), Enterobacter cloacae in 2 samples (6.66%), Streptococcus spp in 2 samples (6.66%), Gram-negative diplococcus in 2 samples (6.66%), Providencia stuartii in 2 samples (6.66%), and Pseudomonas bacteria in 1 sample (3.33%). Conclusion: In this study, the most frequently found bacteria was Bacillus subtilisKeywords: water, dispenser, bacteriaAbstrak : Air minum isi ulang dalam kemasan galon membutuhkan alat berupa dispenser sebagai alat untuk meletakan air minum kemasan galon. Penggunan dispenser inilah yang membuat penyajian menjadi praktis, akan tetapi bisa menyebabkan berkumpulnya bakteri karena kurangnya perhatian konsumen terhadap kebersihan dispenser. Air minum yang kualitas mikrobiologisnya buruk dapat menyebabkan penyakit, salah satunya diare. Diperlukan penelitian atau pengujian secara klinis di laboratorium untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola bakteri aerob pada dispenser air minum kemasan galon pada konsumen di Kecamatan Tikala Kota Manado. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Sampel diambil dari 20 pengguna dispenser air minum kemasan galon di Kecamatan Tikala Kota Manado. Identifikasi bakteri dilakukan dengan media kultur. Hasil penelitian menunjukkan Bacillus subtilis sebesar 9 sampel (27,27%), Proteus vulgaris 5 sampel (16,66%), Serratia rubidaea 5 sampel ( 16,66%), Escherchia coli 2 sampel (6,66%), Enterobacter cloacae 2 sampel (6,66%), Streptococcuspp 2 sampel (6,66%), Diplococcusram negatif 2 sampel (6,66%), Providencia stuartii 2 sampel (6,66%), dan bakteri Pseudomonas 1 sampel (3,33%). Simpulan: Pada penelitian ini jenis bakteri terbanyak ditemukan ialah Bacillus subtilis. Kata kunci: air, dispenser, bakteri
Pengaruh senam Prolanis terhadap penyandang hipertensi Lumempouw, Deiby O.; Wungouw, Herlina I.S; Polii, Hedison .
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11697

Abstract

Abstract: Hypertension is one of the degenerative diseases commonly found in Indoensia. It is characterized by an increase of blood pressure above its normal level and is caused by various factors. This study aimed to obtain the influence of Prolanis exercise on hypertensive patients. This was an experimental field study with a pre-post test one group design conducted for 4 weeks. There were 25 respondents in this study obtained by using purposive sampling. Data were analyzed with the paired t-test.The results showed that there were significant differences between before and after two-times-per-week Prolanis exercise in systolic blood pressure ( p = 0,003 < α =0,001) and in diastolic blood pressure ( p = 0,002 < α =0,001). There were significant differences before and after three- times-per-week Prolanis exercise in systolic blood pressure (p = 0,000 < α = 0,01) and in diastolic blood pressure (p = 0,000 < α = 0,01). There were changes in mean blood pressure before and after Prolanis exercise two times per week and there times perweek. Conclusion: In the two groups, there were significant decreases of systolic and diastolic blood pressures after Prolanis exercise for 4 weeks consecutively. Keywords: senam Prolanis, hypertension Abstrak: Hipertensi merupakan salah satu penyakit degenerative yang banyak ditemukan di Indonesia, ditandai oleh kenaikan tekanan darah diatas nilai normal yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam Prolanis terhadap penderita hipertensi. Jenis penelitian ini ialah ekperimental lapangan dengan pre-post test one group design. Sampel penelitian berjumlah 25 orang lansia yang diperoleh melalui purposive sampling. Senam Prolanis dilakukan selama 4 minggu. Analisis data menggunakan uji t berpasangan. Hasil penelitian memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,003 <α =0,001); antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 2 kali/minggu (p = 0,002 <α =0,001); antara tekanan darah sistolik awal dan akhir pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01); dan antara tekanan darah diastolik awal dan akhir pada latihan 3 kali/minggu (p = 0,000 <α = 0,01). Terdapat perubahan rerata tekanan darah sebelum dan sesudah latihan senam baik pada latihan 2 kali/minggu maupun 3 kali/minggu. Simpulan: Pada kedua kelompok latihan terdapat penurunan bermakna tekanan darah sistolik dan diastolik setelah senam Prolanis selama 4 minggu berturut-turut.Kata kunci: senam prolanis, hipertensi
EFEK DAUN SIRIH ( PIPER BETLE L.) TERHADAP PENYEMBUHANLUKA INSISI KULIT KELINCI(Oryctolagus cuniculus) Latuheru, Jean Olivia
eBiomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.2.2013.3636

Abstract

Abstract: Kind of research on betel leaf was done as response to growing empirical reality in society, the exploit of betel leaf for treatment and cure disease. As with antibiotics, betel leaf also has antiseptic power, because of a variety of substances contained in them. Saponins and tannins are as an antiseptic on the injury surface, working as a bacteriostatic normally used for infections of the skin, mucosa and against infection Injury. This research  aimed to determine the effects of betel leaf on injury healing of rabbit skin incision. This research uses experimental methods, by using 4 rabbits as test animals. Right and left of back rabbit incision along the 5 cm and a depth of 2 mm. Injuries on the right backare given betel leafs while on the left back are not given betel leafs. Giving betel leafs and length measurements injury must done every day for 2 weeks. From the experimental results, rabbit skinincisionweregivenbetelleafdry fasterandthe incisionhealedcompared withthose not givenbetel leaf.The conclusionthatthe provision ofbetelleafhas the effect ofaccelerating injury healing ofrabbit skinincision. Keyword : betel leaf, incision wound     Abstrak: Berbagai penelitian terhadap daun sirih dilakukan sebagai reaksi atas kenyataan empiris yang terus berkembang di masyarakat, yaitu memanfaatkan daun sirih untuk pengobatan dan penyembuhan penyakit. Seperti halnya dengan antibiotika, daun sirih juga mempunyai daya antiseptik. Saponin dan tannin bersifat sebagai antiseptik pada luka permukaan, bekerja sebagai bakteriostatik yang biasanya digunakan untuk infeksi pada kulit, mukosa dan melawan infeksi pada luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian daun sirih terhadap penyembuhan luka insisi kulit kelinci. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, dengan menggunakan 4 ekor kelinci sebagai hewan uji. Punggung kanan dan kiri kelinci diinsisi sepanjang 5 cm dan kedalamam 2 mm. Luka pada punggung kanan diberi daun sirih sedangkan luka pada punggung kiri tidak diberi daun sirih. Pemberian daun sirih dan pengukuran panjang luka dilakukan setiap hari selama 2 minggu. Dari hasil percobaan luka insisi kulit kelinci yang diberi daun sirih lebih cepat kering dan sembuh dibandingkan dengan luka insisi yang tidak diberi daun sirih. Kesimpulan yang didapat yaitu pemberian daun sirih memiliki efek untuk mempercepat penyembuhan luka insisi kulit kelinci. Keyword : daun sirih, luka insisi
GAMBARAN REAKSI RADANG LUKA ANTEMORTEM YANG DIPERIKSA 1 JAM POSTMORTEM PADA HEWAN COBA Kawulusan, Fariz R; Kalangi, Sonny J. R.; Kaseke, Martha M.
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.9448

Abstract

Abstract: The skin is a protective layer of bone and is the largest organ of the function as protection against a wide variety of disorders, the effect of both physical and chemical influences. So that the skin is very susceptible to trauma and injury. Determination or more accurately estimate the age of the wound, although difficult in doing sometimes need to be made by doctors and conclusions contained in the visum et repertum, for example in cases of reconstruction are encountering difficulties in its implementation which means hamper the investigation process. A medical personnel need to master the knowledge of the injury before death (antemortem) and after death ( Postmortem ), in this case to determine the time of death. The goal is to facilitate post mortem et repertum make good and true. This study aims to determine the description of the antemortem wound inflammation in check 1 hour postmortem. This was a descriptive experimental study. A domestic pig weighing 20 kg was used as sample. The pig was physically healthy, smooth skin, no injuries, and no skin defects. The study consisted of 3 stages. First, isolated and fed the test animal; second, making incisions; third, network retrieval and presentation of results. Based on the results, the dead animal tissues were still able to deliver an inflammatory reaction until 1 hour post mortem. This shows that the determination of the intravital signs in forensic medicine should also consider the possibility of injuries occured immediately after death.Keywords: Injury, Inflammation Reaction, antemortem injury process, postmortem wounds.Abstrak: Kulit merupakan lapisan pelindung tulang dan merupakan organ terbesar dengan fungsi sebagai proteksi terhadap berbagai macam gangguan, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Sehingga kulit sangat rentan terhadap trauma dan terjadinya luka. Penentuan atau lebih tepatnya perkiraan umur luka, walaupun sukar di lakukan kadang-kadang perlu dibuat oleh dokter dan dimuat didalam kesimpulan visum et repertum, misalnya dalam kasus-kasus rekonstruksi yang menemui kesulitan didalam pelaksanaanya yang berarti menghambat proses penyelidikan. Seorang tenaga medis perlu menguasai pengetahuan tentang terjadinya luka sebelum meninggal (Antemortem) dan setelah meninggal (Postmortem), dalam hal ini untuk menentukan waktu kematian. Tujuannya untuk mempermudah membuat visum et repertum yang baik dan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran reaksi radang luka antemortem yang di periksa 1 jam postmortem. Penelitian ini bersifat deskriptif eksperimental. Sampel penelitian mengunakan satu ekor babi domestik dengan berat 20 kg, secara fisik babi sehat, kulit mulus, tidak luka, dan tidak cacat. Penelitian dimulai dengan melakukan 3 tahap. Pertama, isolasi dan pemeliharaan hewan uji, kedua pembuatan luka insisi, ketiga pengambilan jaringan dan penyajian hasil. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada jaringan hewan coba yang telah mati, ternyata masih dapat memberikan reaksi radang sampai 1 jam setelah pemulihan. Ini menunjukan bahwa penentuan tanda intravital kedokteran forensik harus mempertimbangkan juga kemungkinan luka yang terjadi segera setelah kematian.Kata kunci: Luka, Reaksi Radang, Proses Luka Antemortem, Luka Postmortem.
Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Keji Beling (Sericocalyx crispus (L). Bremek) terhadap Pertumbuhan Streptococcus pyogenes Rawung, Israel; Wowor, Pemsi M.; Mambo, Christy
eBiomedik Vol 7, No 2 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.7.2.2019.24830

Abstract

Abstract: Treatment based on natural materials has been used by people in various parts of the world; one of them is keji beling (Sericocalyx crispus (L). Bremek.. Streptococcus pyogenes is a Gram-positive bacterium that can cause nosocomial infections and community infections. This study was aimed to to determine the inhibitory effect of keji beling leaf extract on the growth of Streptococcus pyogenes. This was an experimental laboratory study conducted at the Laboratory of Pharmacology and the Laboratory of Microbiology of, Faculty of Medicine University of Sam Ratulangi. The keji beling leaf extract had a concentration of 100%. Its antibacterial effect was tested using the disc diffusion method. The positive control was amoxycillin meanwhile the negative control was aquadest. The mean diameters of zones of inhibition were as follows: the keji beling leaf extract 1.6 mm; amoxycillin 2.72 mm; and aquadest 0 mm. In conclusion, the keji beling leaf extract had a potential inhibitory effect on the growth of Streptococcus pyogenes.Keywords: keji beling leaf extract, Streptococcus pyogenes, inhibitory effect Abstrak: Pengobatan berbasis bahan alam telah lama digunakan oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Salah satu bahan alam yang digunakan masyarakat untuk pengobatan yaitu daun keji beling (Sericocalyx crispus (L). Bremek). Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial dan infeksi komunitas. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui ada tidaknya efek daya hambat ekstrak daun keji beling terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorik dan dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Ekstrak daun keji beling yang digunakan dalam penelitian memiliki konsentrasi sebesar 100%. Pengujian efek daya hambat pertumbuhan bakteri dalam penelitian ini menggunakan metode difusi cakram. Sebagai kontrol positif ialah antibiotik amoksisilin sedangkan kontrol negatif ialah akuades. Hasil penelitian mendapatkan rerata diameter zona hambat sebagai berikut: ekstrak daun keji beling sebesar 1,6 mm, kontrol positif amoksisilin sebesar 2,72 mm, dan akuades 0 mm. Simpulan penelitian ini ialah ekstrak daun keji beling mempunyai potensi daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.Kata kunci: ekstrak daun keji beling, Streptococcus pyogenes, daya hambat
UJI EFEK ANTIBAKTERI JAMUR ENDOFIT DAUN MANGROVE AVICENNIA MARINA TERHADAP BAKTERI UJI STAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN SHIGELLA DYSENTERIAE Kasi, Yolanda A.; Posangi, Jimmy; Wowor, O. Mona; Bara, Robert
eBiomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.1.2015.6632

Abstract

Abstract: Endophytic fungi is a species of fungi which lives within plant tissues including leaf’s tissues that also harmless for the host plant itself. Isolates of endophytic fungi have a potent antibacterial capability with broad spectrum. The aim of this research is to know whether there is an antibacterial effect of endophytic fungi which isolated from Avicennia marina leaf towards Staphylococcus aureus and Shigella dysenteriae. The method that is used for the antibacterial activity test, done by putting mycelia of endophytic fungi in combination media that has been smeared with Staphylococcus aureus and Shigella dysenteriae. Based on research that has been done, it obtained two types of endophytic fungi isolated from mangrove plant, Avicennia marina leaf. Both endophytic fungi have potential for inhibiting Staphylococcus aureus and Shigella dysenteriae, but endophytic fungi with white mycelium has a better antibacterial effect than endophytic fungi with black mycelium and positive control.Keywords: antibacterial, endophytic fungi, mangrove avicennia marinaAbstrak: Jamur endofit merupakan jamur yang hidup di dalam jaringan tanaman salah satunya yaitu dalam jaringan daun dan tidak membahayakan tanaman tersebut. Isolat-isolat jamur endofit memiliki daya antibakteri yang poten dengan spektrum luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antibakteri jamur endofit daun Avicennia marina terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysenteriae. Metode yang digunakan untuk uji antibakteri yaitu dilakukan dengan cara menempelkan miselia jamur endofit pada media agar kombinasi yang telah dioleskan bakteri uji. Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh dua jenis jamur endofit yang diisolasi dari daun Mangrove Avicennia marina. Kedua jamur endofit memiliki potensi dalam menghambat kedua bakteri uji tetapi jamur endofit miselium putih memiliki efek antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan jamur endofit miselium hitam dan kontrol positif.Kata kunci: antibakteri, jamur endofit, daun avicennia marina
Gambaran histopatologik hati tikus wistar yang diberi minuman kopi pasca induksi karbon tetraklorida (CCl4) Pratiwi, Sulistia; Durry, Meilanny F.; Kairupan, Carla
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12206

Abstract

Abstract: Liver is the central of body metabolism and therefore is the major organ that suffers the most when subjected to free radicals and toxins, e.g carbon tetrachloride (CCl4). One of the herbal plants that is useful for treating liver damage is coffee. Coffee beans contains chlorogenic acid, an antioxidant, that can prevent liver damage. This study aimed to obtain a histopathological features of the liver of Wistar rats administered with coffee after induced with CCl4. This was a laboratory experimental study. Samples were 24 Wistar rats (Rattus norvegicus) divided into four groups. Rats in group 1 were the negative control. Rats in group 2 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days. Rats in group 3 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days, followed by coffee administration 1 ml/day for 7 days. Rats in group 4 were induced with CCl4 0.05 ml/day for 5 days then were given no treatment for 7 days. Termination was done on day 6 (group 1 and 2) and day 13 (group 3 and 4). The results showed that rats in group 2 histophatologically showed fatty liver formation and inflammation. Rats in group 3 were the same as group 4 in the terms showed regeneration of hepatocytes. Conclusion: Administration of coffe 1 ml/day (single dose) for seven days after induction with CCl4 for five days showed regeneration of hepatocytes which was similar to that in physiological condition. Keywords: histopathological features of the liver of wistar rats, carbon tetrachloride, coffee Abstrak: Hati merupakan pusat metabolisme tubuh sehingga menjadi organ utama yang mengalami kerusakan karena terpapar oleh radikal bebas dan bahan toksik seperti karbon tetraklorida (CCl4). Tanaman herbal yang berkhasiat mengobati kerusakan hati yaitu kopi. Biji kopi mengandung asam klorogenat yang bersifat antioksidan kuat yang dapat mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran histopatologik hati tikus Wistar yang diberikan minuman kopi pasca induksi CCl4. Jenis penelitian ini eksperimental laboratorik yang menggunakan 24 ekor tikus Wistar spesies Rattus norvegicus. Hewan uji dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, kelompok 2 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari selama 5 hari, kelompok 3 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari selama 5 hari kemudian diberikan minuman kopi 1 ml/hari selama 7 hari, kelompok 4 diinduksi CCl4 0,05 ml/hari kemudian tidak diberi perlakuan selama 7 hari. Kelompok 1 dan 2 diterminasi pada hari ke-6, sedangkan kelompok 3 dan 4 diterminasi pada hari ke-13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok 2 menunjukkan adanya perlemakan sel hati dan peradangan. Kelompok 3 menunjukkan hasil yang mirip dengan kelompok 4 yaitu adanya regenerasi sel-sel hati. Simpulan: Pemberian minuman kopi 1 ml/hari dosis tunggal selama tujuh hari pasca induksi CCl4 selama lima hari menunjukkan gambaran histopatologik berupa regenerasi sel-sel hati yang mirip dengan regenerasi sel-sel hati yang terjadi secara fisiologik.Kata kunci: gambaran histopatologik hati tikus wistar, karbon tetraklorida, minuman kopi.