cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Gambaran kadar serum magnesium pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non dialisis di Manado Kawilarang, Medhyka S.A.; Mongan, Arthur E.; Memah, Maya
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.10868

Abstract

Abstract: Magnesium is a metal, one of the eight most abundant element in universe. Magnesium also is a mineral that responsible for bone metabolism control, neural transmission, cardiac excitability, neuromuscular conduction, muscular contraction, vasomotor, and blood pressure. In chronic kidney disease stage 4-5, compensation mechanism become inadequate that caused a hypermagnesemia. Objectives: This study aimed to know the picture of magnesium serum in non dialysis CKD stage 5 in Manado. Material Methods: This is a descriptive study, conducted by selecting 35 blood samples in Nephrology-Hypertension Polyclinic and IRINA of Interna of Prof. Dr. R.D Kandou Hospital and Teling Adventist Hospital. Result: There are 16 samples (45.7%) experience hypomagnesemia consisted of 8 home-care patient (22.9%) and 8 hospital-care patient (22.9%), 10 samples (28.6%) are in normal range consisted of 3 home-care patient (8.6%) and 7 hospital-care patient (20.0%), and 9 samples (25.7%) are experience hypermagnesemia consisted of 6 home-care patient (17.1%) and 3 hospital-care patient (8.6%) from total non dialysis CKD stage 5 samples result from laboratory examination. Conclusion: Patient with hypomagnesemia most frekuent than patient with hypermagnesemia.Keywords: magnesium, chronic kidney disease, non dialysisAbstrak: Magnesium merupakan logam yang masuk dalam delapan elemen paling melimpah di alam semesta. Magnesium juga merupakan mineral yang bertanggung jawab dalam pengaturan metabolisme tulang, transmisi saraf, eksitabilitas jantung, konduksi neuromuskular, kontraksi muscular, vasomotor, dan tekanan darah. Pada penyakit ginjal kronik stadium 4-5 mekanisme kompensasi ginjal menjadi inadekuat sehingga dapat menghasilkan hipermagnesemia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar serum magnesium pada pasien PGK non dialisis stadium 5 di Manado. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang dilaksanakan dengan cara mengambil sampel darah di Poliklinik Nefrologi-Hipertensi dan IRINA bagian Penyakit Dalam RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado dan RS Advent Teling sebanyak 35 sampel. Hasil: Tercatat 16 orang yang mengalami hipomagnesemia (45,7%) diantaranya 8 orang pasien rawat jalan (22,9%) dan 8 orang pasien rawat inap (22,9%), 10 orang dalam batas nilai normal (28,6%) diantaranya 3 orang pasien rawat jalan (8,6%) dan 7 orang pasien rawat inap (20,0%), serta 9 orang mengalami hipermagnesemia (25,7%) diantaranya 6 orang pasien rawat jalan (17,1%) dan 3 orang pasien rawat inap (8,6%) dari total jumlah pasien terdiagnosis dokter PGK stadium 5 non dialisis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium. Simpulan: Frekuensi pasien yang mengalami hipomagnesemia lebih banyak dibandingkan pasien hipermagnesemiaKata kunci: magnesium, penyakit ginjal kronik, non dialisis
GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS WISTAR PASCA PEMBERIAN METANOL Hehi, Fenny Kartaningshi
eBiomedik Vol 1, No 2 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.2.2013.5475

Abstract

Abstract: Methanol is often misused as a material for making liquor. The longer someone consumes alcohol, the more cells is damaged. Purpose: to analyze of wistar gastric histopathologic feature after administration of methanol. Methods:  This is an experimental descriptive study using 20 adult wistar with consist of 5 as controls and 15 as treated rats, then divided into three groups with each dose group 30%, 40%, 60% of methanol.  1.2 mL methanol once per day were being administered. Result:  The result show the macroscopic and microscopic feature of wistar stomach of first and second treatment still look normal. However the 60% methanol treatment showed their gastric look rosy with chewy and hard consistency at macroscopic scale. At microscopicly scale, there were intact mucosal line and inflammatory cells (neutrophils and lymphocytes) in submucosal region as well as hyperemia. Conclusions: This study indicated the use of methanol with concentration of 30% and 40% in wistar did not cause histopathologic changes, while the use of methanol with 60% concentration caused mucosal line becomes inflamed as well as hyperemia.Keywords: methanol, inflammatory of mucosa gastric, wistar.   Abstrak: Metanol sering disalahgunakan sebagai bahan untuk membuat minuman keras.  Semakin lama mengkonsumsi alkohol maka banyak sel lambung yang akan mengalami kerusakan. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran histopatologi lambung tikus wistar setelah diberikan metanol. Metode:  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksperimental menggunakan 20 ekor tikus wistar dewasa terdiri dari 5 ekor sebagai kontrol dan 15 ekor sebagai tikus perlakuan, dibagi menjadi 3 kelompok dengan dosis tiap-tiap kelompok 30%, 40%, 60%. Dosis methanol 1,2 mL satu kali per hari. Setelah 10 hari tikus wistar diterminasi lalu diotopsi jaringan lambung, difiksasi dalam larutan formalin. Hasil: Menunjukkan gambaran makroskopik dan mikroskopik struktur lambung dengan pemberian metanol 30% dan 40% tampak masih normal. Sedangkan pemberian metanol konsentrasi 60% gambaran makroskopik lambung tampak berwarna kemerahan dengan konsistensi kenyal dan terdapat konsistensi keras. Gambaran mikroskopik tampak lapisan mukosa yang utuh dan terdapat sel-sel radang netrofil dan limfosit pada daerah submukosa serta hiperemi. Simpulan: penelitian ini mendapatkan pemberian metanol konsentrasi 30% dan 40% pada tikus wistar tidak menyebabkan perubahan gambaran histopatologi, sedangkan pemberian metanol konsentrasi 60%  lapisan mukosa mengalami peradangan dan hiperemi. Kata kunci: metanol, peradangan mukosa lambung, wistar.
Gambaran Protein Urin pada Primigravida Trimester I dengan Riwayat Orang Tua Hipertensi di Kota Manado Sucindrawati, Ni L. A.; Rambert, Glady I.; Berhimpon, Siemona
eBiomedik Vol 7, No 1 (2019): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.7.1.2019.23531

Abstract

Abstract: Proteinuria is an excessive excretion of protein in urine. It is defined as 300 mg or more potein within 24 hours or 30 mg/Dl (+1 dipstick ) permanently in random urine samples. The main cause of proteinuria in pregnant woman is any desease associated with damage of the urinary tract organs. Furthermore, other causes of proteinuria in pregnant woman are pre-eclampsia and eclampsia, influenced by parental history of hypertension. This study was aimed to obtain the protein level in first trimester of primigravidas with parental history of hypertension in Manado. This was an observational descriptive study with a cross sectional design. Subjects were taken by using non-probality sampling consecutive sampling type to obtain urine samples from all subjects that matched the criteria and the specified time. The results showed that of 15 urine samples, there were 9 samples of positive protein (60%). Conclusion: Protein was found in urine samples of some primigravidas with parental history of hypertension in Manado.Keywords: proteinuria, pre-eclampsia, parental history of hypertension Abstrak: Proteinuria adalah ekskresi protein berlebihan dalam urin. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam 24 jam atau 30mg/dL (1+ dipstik) secara menetap pada sampel acak urin. Penyebab utama terjadinya proteinuria pada ibu hamil ialah penyakit yang berhubungan dengan kerusakan pada organ sistem traktus urinarius. Penyebab lain dari munculnya proteinuria pada wanita hamil ialah pre-eklampsia dan eklampsia, dan dipengaruhi oleh faktor riwayat hipertensi pada orang tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein urin pada primigravida trimester I dengan riwayat orang tua hipertensi di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Subyek penelitian diambil dengan cara non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek yang sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 15 sampel urin, terdapat 9 sampel dengan positif protein (60%). Simpulan: Protein urin didapatkan pada sebagian primigravida dengan riwayat orang tua hipertensi di Kota Manado.Kata kunci: proteinuria, pre-eklampsia, riwayat hupertensi pada orang tua
Analisis faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah sewaktu pada ibu hamil di kota Manado Kosanto, Vincent H.; Mayulu, Nelly; Kawengian, Shirley E.S.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14623

Abstract

Abstract: Random blood sugar levels (GDS) on pregnant women is the result of blood tests of pregnant women in circumstances immediately taken from the blood capillaries and measured with a digital measuring tools. GDS category based on consensus of Perkeni 2011: not DM: (<90 mg / dL); Not Sure DM: (90-199 mg / dL); DM: (≥200 mg / dL). GDS levels are influenced by several factors which is a history of diabetes in the family. Family history of diabetes may come from parents or grandparents. This research is an analytic cross sectional (cross-sectional). Which is implemented in September to November 2016 in Bahu, Paniki bawah, Ranotana- Weru, Kombos and Tuminting Public Health Centre. The Data were collected through questionnaires and examinations for GDS levels, then the data is processed with SPSS applications. Respondents who had a history of diabetes in the family at 13.5% and who had no history of diabetes in the family is 86.5%. Respondents were not DM is 51.9%, which is uncertain DM is 48.0% and there were no DM. Conclusion: The results of this study concluded that there was significant relationship between family history of diabetes with DM status on pregnant women in Manado with p = 0.046 (p <α = 0.05).Keywords: random blood sugar levels, history of diabetes, pregnant women. Abstrak: Kadar gula darah sewaktu (GDS) ibu hamil adalah hasil pemeriksaan darah ibu hamil dalam keadaan sesaat yang diambil dari darah kapiler dan diukur dengan alat ukur digital. Kategori GDS berdasarkan Konsensus Perkeni 2011 adalah: bukan DM : (<90 mg/dL); Belum pasti DM : (90-199 mg/dL); DM : ( . Kadar GDS dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah riwayat DM dalam keluarga. Riwayat DM keluarga ini dapat berasal dari orang tua maupun kakek atau nenek. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Yang dilaksanakan pada periode September sampai November 2016 di Puskesmas Bahu, Paniki bawah, Ranotana- Weru, Kombos dan Tuminting. Data yang dikumpulkan melalui kuisioner dan pemeriksaan kadar GDS, kemudian data diolah dengan aplikasi SPSS. Responden yang memiliki riwayat DM dalam keluarga 13,5% dan yang tidak memiliki riwayat DM dalam keluarga 86,5%. Responden yang bukan DM 51,9%, yang belum pasti DM 48,0% dan tidak terdapat yang DM. Simpulan: Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat DM keluarga dengan status DM pada ibu hamil di Kota Manado dengan p=0,046(p<α=0,05). Kata kunci: kadar gula darah sewaktu, riwayat DM, ibu hamil
UJI EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) Allo, Irianto Girik; Wowor, Pemsi Mona; Awaloei, Henoch
eBiomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.1.1.2013.4565

Abstract

Abstract: This research aims to determine the effect of ethanol extract of guava leaves on levels of total cholesterol of rat that is induced propylthiouracil. This was an experimental research. The sample used was 15 rats were divided into 5 groups (1 group is consist of 3 rats), namely: 1) positive control, 2) extract dose of 200 mg/kgBB, 3) extract dose of 400 mg/kgBB, 4) extract dose of 800 mg/kgBB and 5) negative control. Group 1 to 4 are given propylthiouracil given for 14 days, then given treatment appropiate with the group. The result show that: 1) the average of total cholesterol levels increased after administration propylthiouracil from 156.34 mg/dL to 247.84 mg/dL, 2) at a dose of 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB and 800 mg/kgBB showed a decline in total cholesterol levels by 32.73%, 58.73% and 47.26%, 3) the positive control decreased total cholesterol levels by 39.46% and 4) total cholesterol levels on negative is unstable (there are up and some are down). The result of this research concluse that: guava leaf extract at dose of 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB and 800 mg kgBB have an effect in lowering total cholesterol of rat had been induced prophylthiouracil. Keywords: guava leaves, total cholesterol.     Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari ekstrak etanol daun jambu biji terhadap kadar kolesterol total tikus wistar yang diinduksi propiltiourasil. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan berjumlah 15 tikus wistar yang dibagi menjadi 5 kelompok (1 kelompok terdiri dari 3 tikus wistar), yaitu: 1) kontrol positif, 2) ekstrak dosis 200 mg/kgBB, 3) ekstrak dosis 400 mg/kgBB, 4) ekstrak dosis 800 mg/kgBB dan 5) kontrol negatif. Kelompok 1 sampai 4 diberikan propiltiourasil selama 14 hari, kemudian diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Hasil penelitian yang diperoleh: 1) rata-rata kadar kolesterol total meningkat setelah pemberian propiltiourasil yaitu dari 156,34 mg/dL menjadi 247,84 mg/dL, 2) pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB menunjukkan terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 32,73%, 58,73% dan 47,26%, 3) pada kontrol positif terjadi penurunan kadar kolesterol total sebesar 39,46% dan 4) kadar kolesterol total pada kelompok negatif tidak stabil (ada yang naik dan ada yang turun). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ekstrak daun jambu biji pada dosis 200 mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800 mg/kgBB mempunyai efek dalam menurunkan kadar kolesterol total tikus wistar yang telah diinduksi propiltiourasil. Kata kunci: daun jambu biji, kadar kolesterol total.
Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester III di Klinik Bersalin Sutra Minahasa Selatan Maki, Frincia P.; Pali, Cicilia; Opod, Hendri
eBiomedik Vol 6, No 2 (2018): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.6.2.2018.21889

Abstract

Abstract: Anxiety during pregnancy is often found among primigravidas, especially in the third trimester. Psychological disorders during pregnancy is associated with the occurrence of uterin artery resistance that might cause stunted fetal growth, premature birth, higher risk of premature baby, and even miscarriage. This study was aimed to obtain the anxiety level of third semester primigravidas at the South Minahasa Sutra Clinic. This was a descriptive study with a cross-sectional design. Hamilton Anxiety Rating Scale was used to obtain the level of anxiety. Respondents were all third semester primigravidas who visited the Sutra Clinic in the period of September to November 2018. The results showed that there were 32 respondents in this study. The anxiety levels of respondents were as follows: moderate anxiety in 14 respondents (43.8%), severe anxiety in 10 respondents (31.3%), and mild anxiety in 6 respondents (18.8%). There were 2 respondents (6.3%) who did not have anxiety. Conclusion: In the Sutra Clinic, the most common anxiety among the third semester primigravidas was moderate anxiety, followed by severe anxiety and mild anxiety.Keywords: third semester primigravidas, anxiety, Hamilton Anxiety Rating Scale Abstrak: Kecemasan selama kehamilan sering ditemukan pada ibu hamil primigravida, terutama pada trimester ketiga. Gangguan psikologis selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya resistensi pada arteri uterin yang menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelahiran sebelum waktunya, risiko melahirkan bayi prematur, bahkan sampai keguguran. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III di Klinik Sutra Minahasa Selatan. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Hamilton Anxiety Rating Scale digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan. Responden penelitian ialah seluruh ibu hamil primigravida trimester III yang berkunjung ke Klinik Sutra pada periode September sampai November 2018. Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 32 responden. Tingkat kecemasan pada responden ialah kecemasan sedang sebanyak 14 responden (43,8%), kecemasan berat 10 responden (31,3%), kecemasan ringan 6 responden (18,8%), dan tidak memiliki kecemasan 2 responden (6,3%). Simpulan: Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III di Klinik Sutra yang terbanyak ialah kecemasan sedang, diikuti kecemasan berat dan kecemasan ringan.Kata kunci: ibu hamil primigravida trimester III, kecemasan, Hamilton Anxiety Rating Scale
GAMBARAN PROSES RADANG LUKA POSTMORTEM PADA HEWAN COBA Angel, Patricius Geraldo; Kalangi, Sonny; Wangko, Sunny
eBiomedik Vol 2, No 3 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.3.2014.5899

Abstract

Abstract: Skin is the largest and heaviest organ in human body. Its role as a barrier and its location at the surface of human body make it susceptible to trauma which in consequence to wound formation. Human body responses to wound by initiating wound healing process. The fundamental aspect of this process consists of four phases: inflammation, initiation, proliferation, and remodeling. In order to obtain sucessfull wound healing all four phases must occur in a proper sequence and a time frame. Several factors have been known to interfere one or more of these phases. In postmortem condition, wound healing can still occur but the process is different compared to those in antemortem condition. A domestic pig was used on account of the similarity in skin structure and histophysiology with human being to observe the inflammatory process in postmortem wounds. This was an experimental descriptive research. Cut wounds were made at the back of the postmortem pig then skin tissues were taken and reserved in series of time to observe histological features of wound healing process. The results showed that an increase of cells’ number in dermis layer of the skin was observed 15 minutes after the cut wounds. The increase of cells’ number in the first wounds reached its peak at 150 minutes postmortem, meanwhile the increase of cells’ number in second wounds reached its peak at 45 minutes postmortem, 90 minutes after the cut wounds were made. Moreover, the increase of cells’number could be observed until 3 hours postmortem. It was concluded that the inflammatory process of wound healing observed by increases of cells’ number still occured postmortem for a certain time. Keywords: Inflammatory process, postmortem, wound.     Abstrak: Kulit merupakan organ terbesar dan terberat dari tubuh manusia. Keberadaannya yang membungkus seluruh permukaan tubuh sebagai fungsi proteksi menyebabkan kulit rentan terhadap trauma dan terjadinya luka. Ketika terjadi luka, tubuh manusia akan merespon dengan memulai proses penyembuhan luka. Secara umum, proses penyembuhan luka terdiri dari empat fase, yaitu  fase inflamasi, inisiasi, proliferasi dan remodeling. Untuk terjadi penyembuhan luka dengan baik, fase penyembuhan luka ini harus berlangsung dengan urutan dan waktu yang tepat. Banyak faktor yang dapat mengganggu satu atau lebih fase ini. Dalam keadaan postmortem, penyembuhan luka masih dapat berlangsung, namun proses yang terjadi berbeda dengan penyembuhan luka sebelum kematian. Dalam penelitian ini digunakan babi domestik sebagai hewan coba karena babi  termasuk hewan omnivora dengan struktur dan histofisiologi kulit yang mirip manusia. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif eksperimental. Luka sayatan dibuat pada punggung babi setelah mati lalu jaringan kulit diambil dalam beberapa tahapan waktu untuk melihat gambaran histologik sebagai penanda radang dalam proses penyembuhan luka. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan jumlah sel pada lapisan dermis terlihat sejak 15 menit setelah terjadinya luka. Peningkatan jumlah sel pada luka tahap pertama berlanjut dan memuncak pada 150 menit postmortem. Peningkatan jumlah sel pada luka tahap kedua berlanjut dan memuncak pada 45 menit yang diambil 90 menit setelah pembuatan luka. Proses inflamasi yang dinilai dari peningkatan jumlah sel pada penelitian ini tetap berlangsung sampai 3 jam postmortem. Penelitian ini memperlihatkan bahwa reaksi inflamasi tetap berlangsung normal pada kondisi postmortem untuk suatu tenggang waktu tertentu. Kata kunci: Inflamasi, luka, postmortem.
HASIL DIAGNOSTIK MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS DARI SPUTUM PENDERITA BATUK ≥ 2 MINGGUN DENGAN PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH, TIKALA BARU DAN WONASA MANADO Sondak, Maykel; Porotu’o, John; Homenta, Heriyannis
eBiomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.4.1.2016.11259

Abstract

Abstrak: Batuk merupakan salah satu gejala penyakit paru yang paling penting, tetapi kadang tidak diperdulikan. Batuk ≥ 2 minggu perlu dicurigai karena merupakan gejala utama dari tuberkulosis paru terutama yang disertai dahak. Untuk mengetahui hasil diagnostik Mycrobacterium tuberkulosis pada sputum penderita batuk ≥ 2 minggu dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen di Puskesmas Paniki Bawah, Tikala Baru, dan Wonasa Manado. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan cara total sampling pada kurun waktu september 2015 – Desember 2015. Pada pemeriksaan BTA pasien batuk ≥ 2 minggu di Puskesmas Paniki ditemukan 2 pasien (11,76%) positif dan 15 pasien (88,24%) negatif, di Puskesmas Tikala Baru ditemukan 1 pasien (7,69%) positif dan 12 pasien (92,31%) negatif, dan di Puskesmas Wonasa tidak ditemukan BTA positif, presentase berdasarkan jenis kelamin dengan batuk lebih dari dua minggu terbanyak pada jenis kelamin laki-laki 21 (52,5%) daripada perempuan 19 (47,5%), sedangkan presentase usia dengan batuk lebih dari dua minggu terbanyak terjadi pada usia 55-79 tahun 37,5%. Kesimpulan: Batuh lebih dari dua minggu merupakan gejala dari Tubekulosis paru dan paling sering diderita laki-laki dibandingkan perempuan pada kelompok usia 55-79 tahun.Kata kunci: batuk lebih dari dua minggu, tuberculosis, BTAAbstract: Cough is a symptom of lung disease which is very important, but sometimes ignored. Cough more than 2 weeks need to be taken seriously because it is the main symptom of pulmonary tuberculosis, especially when the cough is accompanied by phlegm. To determine the diagnostic results of mycrobacterium tuberculosis in the sputum of patients with cough ≥ 2 weeks with Ziehl-Neelsen colouration in Puskesmas Paniki bawah, Tikala Baru, and Wonasa Manado. The study design used descriptive research by sampling method using total sampling during the period September 2015 - December 2015. patients with cough more than two weeks by checking the acid fast bacillus method in Paniki health center, we found 2 patients (11,76%) with positive result and 15 patients (88,24%) negative, whereas in Tikala found 1 patients (7,69%) positive and 12 patients negative, in addition in Wonasa we don’t find any positive patients. Percentage by sex with a cough for more than two weeks we found mostly male with 21 patients (52.5%) while women only 19 patients (47.5%). From the percentage of age with cough for more than two weeks mostly occurred in age 55-79 years old with percentage of 37.5%.Conclusion: Cough more than two weeks is a symptom of lung Tubekulosis and most often affects males than females in the age group 55-79 years. Keywords: cough more than two weeks, tuberculosis, BTA
HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PETUGAS PT. GAPURA ANGKASA DI BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO Manoppo, Fauziah N.; Supit, Wenny; Danes, Vennetia R.
eBiomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.2.1.2014.3620

Abstract

Abstract: The noise resulted from the advancement of transportation is an issue that cannot be avoided. The Noise Induced Hearing Loss is a decreases of auditory type sensorineural, which is initially not be aware, because there has not disturbed of daily conversation yet. Risk factors that affect the degree of severity of deafness are the intensity of the noise, frequency, long exposure per day, long working period, individual sensitivity, age and other factors that could influence. The aim of this research is to find out whether there is a relationship between noises by function of hearing at the officers of PT. Gapura Angkasa at Sam Ratulangi Airport, Manado. The Method of this research namely the analytic method is a design cross sectional study, and the samples were 20. The Measurement of noise levels is based on a unit of work the Operation which was obtained at the level of 75 dB and 85 dB Loading. From the results obtained from 20 staffs there are only 8 people who work exceed the Threshold Value (NAB) of noise which has been set. Conclusion: The result showed that there is hearing loss about 20 % in all the officers. The result Analysis Bivariat indicates that there is the absence of meaningful relations between noise-induced hearing disorder with the level of intensity noisy (p = 0.591). From the results of this research it can be concluded that the officers who work in on high intensity noise are more at risk of experiencing hearing loss compared to the officers who work on a low intensity noise level. In addition, the factors such as long hours of work, long exposure noise, the use of Ear Protectors Tools (EPT) was also very influential of the onset hearing loss in workers. Keywords: Noise Induced Hearing Loss, Sam Ratulangi Airport, The Officers of PT. Gapura Angkasa.    Abstrak: Kebisingan merupakan suatu masalah yang tidak dapat dihindari akibat kemajuan sarana transportasi. Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe sensorineural, yang pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekwensi, lama pajanan perhari, lama masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat berpengaruh. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui  apakah terdapat hubungan antara kebisingan dengan fungsi pendengaran pada petugas PT.Gapura Angkasa di Bandara Sam Ratulangi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode analitik dengan menggunakan rancangan studi cross sectional. Sampel berjumlah 20 orang. Pengukuran tingkat bising di lakukan berdasarkan unit kerja yaitu pada bagian Operation didapatkan 75 dB dan bagian Loading 85 dB. Dari hasil yang didapatkan dari 20 orang petugas hanya 8 orang saja yang bekerja melebihi NAB kebisingan yang telah ditetapkan. Simpulan : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pendengaran sebesar 20% pada seluruh petugas. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan tingkat intesitas bising (p=0.591). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa petugas yang bekerja pada intensitas bising yang tinggi lebih beresiko mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan petugas yang bekerja pada tingkat intesitas bising yang rendah. Selain itu faktor-faktor seperti lama bekerja, lama pemaparan bising, penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT) juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya gangguan pendengaran pada petugas. Keywords: Gangguan pendengaran akibat bising , Bandara Sam Ratulangi, Petugas  PT. Gapura Angkasa.
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014 Sahalessy, Risa K. F.; Kapantow, Nova H.; Mayulu, Nelly
eBiomedik Vol 3, No 3 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.3.3.2015.9362

Abstract

Abstract: Nutritional transition is very important to reduce infectious disease prevalence and under nourishment. Whenever we have a balance food intake, our nutrition status will be good. This study aimed to obtain the relation between the energy intake and the nutrition status based on the anthropometric indices: W/A, H/A, W/H, and IMT/A. This was an analytical study with a cross sectional design, using the purposive sampling method. Total samples were 90 children aged under 3 years. Data were collected by using interview about food recall, body weight, and height. The results showed that 62 children (68.9%) had normal nutritional status by using index IMT/A; good nutrition with W/A in 66 children (73.3%); H/A normal in 41 children (45.6%); and W/H normal in 71 children (78.9%). The Spearman’s rank test showed a coefficient value (r) equal to -0,245 and p 0.02 < 𝛼 = 0.05. Conclusion: In most of the children aged under 3 years there was a significant relationship between energy intake and nutrition status (W/A).Keywords: energy intake, nutrition statusAbstrak: Transisi gizi sangat penting untuk menurunkan prevalensi penyakit infeksi dan W/Akekurangan gizi. Status gizi dikatakan baik apabila asupan makanan seimbang. Asupan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit, sebaliknya, asupan makanan yang kurang dapat menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status gizi berdasarkan indeks antropometri BB/U, TB/U, BB/TB, dan IMT/U. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan potong lintang. Sampel diperoleh dengan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 batita yang memenuhi kriteria sampel. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner food recall, timbangan berat badan, dan alat ukur tinggi badan.. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62 batita (68,9%) memiliki status gizi IMT/U nomal; 66 batita (73,3%) BB/U gizi baik; 41 batita (45,6%) TB/U normal; dan 71 batita (78,9%) BB/TB normal. Uji satistik Spearman’s rank mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,245 dan nilai p 0,02 <α=0,05. Simpulan: Pada sebagian besar batita umur 1-3 tahun terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dan status gizi (BB/U).Kata kunci: asupan energi, status gizi