cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Uji daya hambat ekstrak daun lidah mertua (Sansevieriae trifasciata folium) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus sp Lombogia, Brily; Budiarso, Fona; Bodhi, Widdhi
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.12230

Abstract

Abstract: Mother in law’s tongue plant has some active compounds inter alia saponin, polyphenol, and flavonoid that have antibacterial effects. This study aimed to identify whether the antibacterial effects of mother in law’s tongue leaf (Sansevieria Trifasciata) towards the growth of Escherichia coli and Streptococcus sp. This was an experimental laboratory study. The concentrations of mother in law’s tongue leaf extract were tested with well methods, as follows: 5%, 10%, 20%, and 40%. The results showed that this extract at concentration of 5%, 10%, 20%, and 40% could inhibit the growth of E. coli with the average diameters of inhibition zones as follows: 7.8 mm, 13 mm, 14.5 mm, and 17.3 mm meanwhile of Streptococcus sp. with the average diameters of inhibition zones, as follows: 4.6 mm, 9.6 mm, 13 mm, and 15.3 mm. Conclusion: Ethanol extract of mother in law’s tongue leaves (Sansevieria Trifasciata) has antibacterial activities against the growth of E. coli and Streptococcus sp. The higher the concentration is, the broader the inhibition zone is.Keywords: Sansevieriae trifasciata folium, inhibition zone, E. coli, Streptococcus sp. Abstrak: Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata) memiliki senyawa aktif yaitu Saponin, Polifenol, dan Flavonoid yang mampu bekerja sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya daya hambat ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata) terhadap pertumbuhan bakteri E. coli, dan Streptococcus sp. Jenis penelitian ini eksperimental laboratorik. Kadar ekstrak etanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata) yang diujikan dengan metode sumuran yaitu 5%, 10%, 20%, dan 40%. Ekstrak etanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dengan rerata diameter zona hambat masing-masing yaitu 7,8 mm, 13 mm, 14,5 mm, dan 17,3 mm sedangkan Streptococcus sp. dengan masing-masing rerata diameter zona hambat yaitu 4,6 mm, 9,6 mm, 13 mm, dan 15,3 mm. Simpulan: Ekstrak etanol daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata) mempunyai aktifitas antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri E. coli dan Streptococcus sp, dimana makin tinggi konsentrasi ekstrak daun lidah mertua, makin luas zona jernih pada media kultur bakteri E. coli dan Streptococcus sp. Kata kunci: Sansevieriae trifasciata folium, daya hambat, E. coli, Streptococcus sp.
VARIASI PERBEDAAN JUMLAH DENYUT NADI PENYELAM TRADISIONALPADA SIMULASI PENYELAMAN Mandagi, Rheiner V.; Moningka, Maya
e-Biomedik Vol 2, No 1 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i1.3752

Abstract

Abstract: Human dive response aims to conserve oxygen. Direct contact of the water on the forehead, eyes and nose is a strong stimulus for which is innervated by the trigeminal nerve stimulation causes inhibition against respiratory and vasomotor centers and the activation of cardiac vagal motoneuron. The cardiovascular response that causes a decrease in the heart rate and vasoconstriction  Facial cold receptors more strongly activated by low water temperature (10 – 150C). The specific objective of this study was to analyze differences in pulse number of healthy male traditional diver before, while, and after simulated dives. This research is an experimental study with 20 analytical samples are housed in Malalayang 2 Data were analyzed using SPSS and Test T. The results of this study found the number of pulses during a breath hold and facial immersion in cold water was significantly lower than that before doing the activity (p = 0.0001) with 17.1±10.2 difference. The number after the pulse raised face of the water was significantly higher than the current hold your breath and facial immersion in cold water (p = 0.0001), with the difference in the amount of as much as 16.6±10.8 pulse. Conclusion : there are significant difference (p = 0.0001) number of pulses in healthy male traditional divers during the interim before and after the while doing simulations hold your breath and dive with facial immersion in cold water.                                                                                                         . Keywords : Pulse, Traditional Diving    Abstrak.Respon penyelaman manusia bertujuan untuk menghemat oksigen.Kontak langsung terhadap air pada dahi, mata dan hidung merupakan stimulus kuat karena dipersarafi oleh nervus trigeminus dimana stimulasi terhadapnya menyebabkan penghambatan pernafasan dan pengaktifan pusat vasomotor dan motoneuron vagal jantung.Respon kardiovaskuler ini yang menyebabkan penurunan denyut jantung dan terjadinya vasokontriksi.Reseptor dingin wajah lebih kuat teraktivasi dengan air temperatur rendah (10-150C).Tujuan khusus penelitian ini adalah menganalisa perbedaan jumlah denyut nadi laki-laki sehat penyelam tradisional sebelum, sementara, dan sesudah simulasi penyelaman.Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik eksperimental dengan 20 sampel yang bertempat di Malalayang 2. Data dianalisis dengan menggunakanSPSS dan Uji T. Hasil penelitian ini didapatkan jumlah denyut nadi saat melakukan tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin secara bermakna lebih rendah dibandingkan dengan sebelum melakukan kegiatan tersebut (p=0,0001) dengan perbedaan sebanyak 17,1+10,2. Jumlah denyut nadi sesudah wajah diangkat dari dalam air bermakna lebih tinggi daripada saat tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin (p=0,0001), dengan perbedaan jumlah denyut nadi sebanyak 16,6+10,8. Simpulan: ada perbedaan bermakna (p=0,0001) jumlah denyut nadi pada laki-laki sehat penyelam tradisional pada saat sebelum dengan sementara dan sesudah dengan sementara melakukan simulasi penyelaman dengan tahan napas dan perendaman wajah dalam air dingin. Kata Kunci: Denyut Nadi, Penyelaman Tradisional.
Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) secara topikal meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) Palumpun, Eva F.; Wiraguna, Anak A.G.P.; Pangkahila, Wimpie
e-Biomedik Vol 5, No 1 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i1.15037

Abstract

Abstract: This study was aimed to prove that topical betel (Piper betle) leaf extract adinistration could increase epidermal thickness, fibroblasts, and collagen amount in wound healing process of male Wistar rats (Rattus norvegicus). Subjects were 36 Wistar rats (Rattus norvegicus) with inclusion criteria, as follows: healthy, aged 3-4 months, weighing 200-250 g, divided into two groups with 18 rats each. The first group, the control group (P0), was treated with oral amoxicillin 3x10mg/day for 3 days and one drop (50 μl) of 10% povidine iodine topically 2x/day for 14 days, and the second group, the treatment group (P1), treated with oral amoxicillin 3x10 mg/day for 3 days and one drop (50 μl) of 10% betel leaf (Piper betle) extracttopically 2x/day for 14 days. Samples of skin tissue were processed for histological slides by using hematoxylin-eosin staining to check the epidermal thickness and fibroblast, meanwhile Picro sirius red staining to check the collagen amount. Microscopic examinations showed that the average epidermal thickness in P0 group was 24.72±14.91 μm, whereas in the P1 group was 56.75±23.04 μm (P <0.01). The number of fibroblasts in P0 group was 75,45±32,52 cells/visual field meanwhile of P1 group was 95,67±22,51 cells/visual field (P < 0.05). The average of collagen amount in P0 group was 65.27±7.13% while in P1 group was 83.09±2.59% (P <0.01). Conclusion: Topical administration of 10% betel (Piper betle) leaf extract could increase epidermal thickness, fibroblasts, and collagen in wound healing process of male Wistar rats (Rattus norvegicus).Keywords: betel leaf, epidermis, fibroblast, collagen, wound Abstrak: Tujuan penelitian ini ialah untuk membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen dalam proses penyembuhan luka pada tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus). Subjek penelitian ialah 36 ekor tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus) dewasa dan sehat, berumur 3-4 bulan, dengan berat badan 200-250 gr, yang terbagi menjadi 2 (dua) kelompok masing-masing berjumlah 18 ekor tikus. Kelompok pertama ialah kelompok kontrol (P0) diberikan amoksisilin oral 3 x 10mg/hari selama 3 hari serta povidine iodine 10% topikal 1 tetes (50 μl) 2x/hari selama 14 hari (P0). Kelompok kedua ialah kelompok perlakuan (P1) diberi amoksisilin oral 3 x 10 mg/hari selama 3 hari serta ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentasi 10% secara topikal 1 tetes (50 μl), 2x/hari selama 14 hari. Jaringan kulit diambil dan dibuat preparat dengan pewarnaan hematoksilin-eosin untuk pemeriksaan ketebalan epidermis dan jumlah fibroblas, serta pewarnaan Picro sirius red untuk pemeriksaan jumlah kolagen. Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan rerata tebal epidermis pada kelompok P0 24,72±14,91 μm dan pada kelompok P1 56,75±23,04 μm (P <0,01). Rerata jumlah fibroblas pada kelompok P0 75,45±32,52 sel/lapang pandang dan pada kelompok P1 95,67±22,51 sel/lapang pandang (P <0,05). Rerata jumlah kolagen pada kelompok P0 65,27±7,13% dan pada kelompok P1, 83,09±2,59% (P <0,01). Simpulan: Pemberian ekstrak daun sirih (Piper betle) konsentrasi 10% secara topikal dapat meningkatkan ketebalan epidermis, jumlah fibroblas, dan jumlah kolagen pada luka tikus jantan galur Wistar (Rattus norvegicus). Kata kunci: daun sirih, epdermis, fibroblas, kolagen, luka
EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS WISTAR YANG DIBERI ASPIRIN Walangitan, Janet; Loho, Lily; Durry, Meilany
e-Biomedik Vol 2, No 2 (2014): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v2i2.5018

Abstract

Abstract: Cinnamon (Cinnamomum burmannii) is a traditional herbal plants which are often found in our daily life and has many benefits especially in health. This study were designed to know the effect of cinnamon on gastric mucosa given aspirin. This was an experimental research and used Wistar rats as the subject research.  The Wistar rats were randomly divided into 6 mice of control group and 9 mice of treatment group. Group A (K-) given pellets, group B (K+) given pellets and aspirin 150 mg/kgBB for 7 days, group C given pellets, aspirin 150 mg/kgBB and cinnamon extract 3 mg for 3 days, group D given pellets, aspirin 150 mg/kgBB for 7 days and given cinnamon extract 3 mg for 3 days, group E given pellets, aspirin 150 mg/kgBB for 7 days and given pellets only (without treatment) for 3 days. The results showed that aspirin cause gastric mucosa damage in group B (K+) compared with kelompok A (K-). Group C and D showed less inflammatory cells compared with group B (K+). Group E showed more inflammatory cells compared with group D. The study suggested that cinnamon extract has protective and therapeutic effects on gastric mucosa of Wistar rats. Keywords: cinnamon, gaster, aspirin.   Abstrak: Kayu manis (Cinnamomum burmannii) merupakan tanaman herbal tradisional yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari- hari dan memiliki banyak manfaat termasuk dalam bidang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada efek pemberian kayu manis terhadap mukosa lambung yang diberi aspirin. Desain Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan subjek penelitian menggunakan tikus Wistar, yang terbagi atas 6 ekor kontrol dan 9 ekor perlakuan. Kelompok A (K-) diberikan pelet selama 7 hari, kelompok B (K+) diberikan pelet dan aspirin 150mg/kgBB selama 7 hari, kelompok C diberikan pelet, aspirin 150 mg/kgBB, ekstrak kayu manis 3 mg secara bersama- sama selama 7 hari, kelompok D diberikan pelet dan Aspirin 150 mg/kgBB selama 7 hari dilanjutkan dengan pemberian ekstrak kayu manis 3 mg selama 3 hari, kelompok E diberikan pelet dan Aspirin 150 mg/kgBB selama 7 hari dilanjutkan dengan pemberian pelet saja (tanpa perlakuan) selama 3 hari. Hasilnya menunjukkan aspirin menimbulkan kerusakan mukosa lambung pada kelompok B (K+) dibandingkan dengan kelompok A (K-). Kelompok C dan D menunjukkan sel-sel radang yang lebih sedikit dari kelompok B(kontrol +). Kelompok E menunjukkan sel- sel radang yang lebih banyak dibandingkan dengan kelompok D. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kayu manis mempunyai efek protektif dan terapeutik terhadap mukosa lambung tikus Wistar. Kata kunci: kayu manis, lambung, aspirin.
Faktor risiko yang berhubungan dengan nyeri ekstremitas inferior pada guru sekolah dasar di Kecamatan Tuminting Herlambang, Elvin A.; Doda, Vanda D.; Wungouw, Helina I. S.
e-Biomedik Vol 4, No 1 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i1.10822

Abstract

Abstract: Musculoskeletal disorders (MSDs) is a major cause of work-related illness and become a cost burden for individuals, industry and society in many countries and as has been acknowledged by the United Nations and the World Health Organization (WHO). One of the common disease of MSDs is inferior ekstremity pain. The purpose of this study is to determine the risk factors associated with the onset of MSDs, especially in the inferior ekstremity. This study was a cross sectional study with surveys of 282 respondents who are of primary school teachers in Tuminting. This study found that respondents experiencing inferior extremity pain as much as 94% while never experiencing inferior extremity pain as much as 6%. Significant risk factors associated with inferior extremity pain are gender and psychosocial factors that respondents felt over the last few years his work increasingly demanding (p <0.05). This result support the teoritical framework that individual factor and psikosocial factor associate with workrelated MSDs.Keywords: Inferior ekstremity pain, Risk factors, Musculoskeletal Disorders (MSDs)Abstrak: Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan penyebab utama terjadinya sakit yang berhubungan dengan pekerjaan, dan menjadi beban biaya bagi individu, industri dan masyarakat di banyak negara dan telah diakui oleh United Nation dan World Health Organization (WHO). Salah satu keluhan dari MSDs adalah nyeri pada ektremitas inferior. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang berhubungan dengan timbulnya MSDs khususnya yang terjadi pada ekstremitas inferior. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan survei lapangan terhadap 282 responden yang merupakan guru sekolah dasar di kecamatan Tuminting. Hasil penelitian ini menunjukan responden yang mengalami nyeri ekstremitas inferior sebanyak 94% sedangkan yang tidak pernah mengalami nyeri ekstremitas inferior sebanyak 6%. Faktor risiko yang berhubungan signifikan dengan nyeri ekstremitas inferior adalah jenis kelamin dan faktor psikososial dimana responden merasakan selama beberapa tahun terakhir pekerjaannya semakin lama semakin banyak (p< 0,05). Hasil penelitian ini yaitu faktor individu dengan faktor psikososial berhubungan dengan MSDs yang disebabkan oleh kerja.Kata kunci: Nyeri ekstremitas inferior, Faktor risiko, Musculoskeletal Disorders (MSDs)
GAMBARAN KADAR ASAM URAT PADA MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI DENGAN INDEKS MASSA TUBUH ≥ 23 kg/m2 Karimba, Andre; Kaligis, Stefana; Purwanto, Diana
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.1175

Abstract

Abstract: The increase of blood uric acid beyond the normal limit (hyperuricemia) results an increase of risks and mortalities in several diseases. Nowadays, the prevalence of hyperuricemia appears to be increasing in develop countries. Hyperuricemia is a disease correlated with obesity in children and adults. This study aimed to determine the blood uric acid among the students of Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University 2011 with body mass index (BMI) ≥23 kg/m2. This was a descriptive study, using a purposive sampling method. There were 26 respondents that participated in this study. The results showed that there were 23 respondents (88.46%) who had normal blood uric acid and three respondents (11.54%) with hyperuricemia. Conclusion: the majority of students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University 2011 with body mass index ≥23 kg/m2 had normal blood uric acid. Keywords: hyperuricemia, uric acid, purine, BMI ≥23 kg/m2.   Abstrak: Peningkatan kadar asam urat darah di atas normal (hiperurisemia), menyebabkan peningkatan risiko dan mortalitas pada beberapa jenis penyakit. Dewasa ini, prevalensi hiperurisemia terus meningkat pada negara berkembang. Hiperurisemia merupakan penyakit yang berhubungan dengan obesitas baik pada anak maupun dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar asam urat pada mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥23 kg/m2. Jenis penelitian bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 26 responden. Hasil penelitian memperlihatkan 23 responden (88,46%) memiliki kadar asam urat darah normal dan tiga responden (11,54%) dengan hiperurisemia. Simpulan: sebagian besar mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan indeks massa tubuh ≥23 kg/m2 memiliki kadar asam urat darah yang normal. Kata kunci: hiperurisemia, asam urat, purin, IMT ≥23 kg/m2.
KADAR HEMOGLOBIN DAN UJI TOURNIQUET PADA PASIEN ANAK DENGAN INFEKSI VIRUS DENGUE DI MANADO Hardi, Joseph; Rambert, Glady; Manoppo, Firginia
e-Biomedik Vol 3, No 1 (2015): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v3i1.7418

Abstract

Abstract: Dengue infection is a systemic and dynamic disease that has a broad spectrum. The key for good management and results is to know and understand arising signs. Various examination is necessary for diagnosis, one of them are the examination of hemoglobin levels and tourniquet test. This research was a cross sectional study. Samples were obtained from 37 pediatric patients with dengue virus infection of the total population sample of 72 patients in RS Advent Manado, RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, and RSAD Robert Wolter Mongisidi Teling. The results of this study show the hemoglobin levels on pediatric patients with dengue virus infection mostly in normal levels and not all patients show positive tourniquet test results.Keywords: dengue, hemoglobin levels, tourniquet testAbstrak: Infeksi dengue adalah suatu penyakit sistemik dan dinamik yang memiliki spektrum yang luas. Kunci keberhasilan dalam pengelolaan dan hasil yang baik adalah mengenal dan memahami tanda-tanda yang timbul. Diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang salah satu diantaranya adalah pemeriksaan kadar hemoglobin dan uji tourniquet. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Sampel penelitian diperoleh 37 pasien anak dengan infeksi virus dengue dari total populasi sampel 72 pasien di RS Advent Manado, RSU GMIM Pancaran Kasih Manado, dan RSAD Robert Wolter Mongisidi Teling. Hasil penelitian menunjukkan gambaran hemoglobin pada pasien anak dengan infeksi virus dengue sebagian besar dalam kadar normal dan tidak semua menunjukkan uji tourniquet positif.Kata kunci: dengue, kadar hemoglobin, uji tourniquet
Perbandingan kadar serum kreatinin pada pasien DM tipe 2 dengan frekuensi senam prolanis 1 kali per minggu dan 3 kali per minggu Pangemanan, Angela; Marunduh, Sylvia R.; Engka, Joice N.A.
e-Biomedik Vol 4, No 2 (2016): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v4i2.14443

Abstract

Abstract: Creatinine is formed in muscles from creatinine phosphate and a byproduct of muscle metabolism. Creatinine is almost completely cleared from the body by filtration in the glomeruli. Physical activity can affect renal hemodynamics and protein excretion as well as creatinine level. Prolanis gymnastics is programmed for people who suffer from chronic diseases. This study was aimed to find out whether physical activity could affect serum creatinine by comparing Prolanis gymnastics practised 1 time/week and 3 times/week among patients with type 2 diabetes mellitus (T2DM). This was an experimental study with a pre-post test control group design. Subjects were 30 T2DM patients who practised Prolanis gymnastics at Husada Clinic Sario Manado, divided into two equal groups (15 people in each group). The results showed that in 1 time/week group, there was decreased creatinine level in 1 person (7%), increased creatinine level in 2 people (13%), and unchanged level in 13 people (87%). Meanwhile, in 3 times/week group there was no decrease of creatinine level but increased creatinine level in 4 people (27%) and unchanged in 11 people (73%). The Wilcoxon Signed Rank test showed a significant difference in creatinine levels between the two groups (p=0.001). Conclusion: Prolanis gymnastics 3 times/week was more effective than 1 time/week in affecting creatinine level in T2DM patients. Keywords: Prolanis gymnastics, creatinine, T2DM patients Abstrak: Kreatinin dibentuk di jaringan otot dari kreatinin fosfat dan merupakan produk sampingan metabolisme otot. Hampir seluruh kreatinin dikeluarkan dari tubuh melalui filtrasi glomerulus. Aktivitas fisik dapat memengaruhi hemodinamik ginjal dan ekskresi protein, termasuk kreatinin. Senam Prolanis merupakan program yang dibuat untuk masyarakat yang menderita penyakit kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar kreatinin serum dengan membandingkan senam 1 kali/minggu dan 3 kali/minggu pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2). Jenis penelitian ialah eksperimental dengan pre-post control group test design. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks. Hasil penelitian mendapatkan subjek penyandang DMT2 berjumlah 30 orang (15 orang untuk masing-masing kelompok) yang mengikuti senam Prolanis di Klinik Husada Sario Manado. Pada kelompok 1 kali/minggu, terjadi penurunan kreatinin pada 1 orang (7%), kenaikan pada 2 orang (13%) dan tetap pada 13 orang (87%), sedangkan pada kelompok 3 kali/minggu, tidak terjadi penurunan kreatinin, tetapi ada kenaikan pada 4 orang (27%) dan tetap pada 11 orang (73%). Hasil uji Wilcoxon Signed Ranks mendapatkan perbedaan kadar kreatinin yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,001). Simpulan: Senam Prolanis 3 kali/minggu lebih efektif daripada senam Prolanis 1 kali/minggu dalam memengaruhi kadar kreatinin pada pasien DMT2.Kata kunci: senam Prolanis, kreatinin, DMT2
SURVEY PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP POPULASI TUNGAU DEBU RUMAH DI KELURAHAN TITIWUNGEN SELATAN KECAMATAN SARIO KOTA MANADO Purba, Ihat S. E.; Pijoh, Victor D.; Runtuwene, J.
e-Biomedik Vol 1, No 1 (2013): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v1i1.4365

Abstract

Abstract: The term House Dust Mites has been applied to a large number of mites found associated with dust in dwellings. This mites can be found in mattresses, pillows, overstuffed furniture and another place where human rest. House Dust Mites can be a important cause of allergic reaction like asthma, rhinitis, conjunctivitis, and atopic  dermatitis. The increase of house dust mites and allergic diseases because some factors such as problems of inadequate treatment of patients, medical officers are less able to correctly diagnose, problems of the physical environment, and different ways of life that may be supported from the socioeconomic individuals. This research are aimed to know the knowledge, atitude, and action of community about House Dust Mites. This research is a descriptive research using survey method. It was conducted in the South Titiwungen Village, Sario Sub-District, Manado with total sample 92 head of  family. Based on the result of research method showed that 56,5% of community have the good knowledge about house dust mites , 98,7%  of community have the good atitude and 89,1% of community also have the good action. Keywords: behavior,  community, house dust mites     Abstrak: Istilah tungau debu rumah telah digunakan untuk menyatakan sejumlah tungau yang ditemukan berasosiasi dengan debu di rumah-rumah tempat tinggal. Tungau ini dapat ditemukan di kasur, bantal, perabot rumah tangga dan di tempat lain dimana manusia beristirahat. Tungau debu rumah merupakan penyebab penting dalam timbulnya penyakit alergi seperti asma,  konjungtivitis, rinithis, dan atopik dermatitis. Terjadinya peningkatan tungau debu rumah dan penyakit alergi ini karena beberapa faktor seperti masalah penanganan penderita yang tidak adekuat, petugas medis kurang mampu mendiagnosis dengan tepat, dan juga masalah faktor lingkungan fisik serta perbedaan cara hidup masyarakat yang kemungkinan di tunjang dari sosioekonomi individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat terhadap populasi tungau debu rumah. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif dengan metode survey. Lokasi di Kelurahan Titiwungen Selatan, Kecamatan Sario dengan jumlah sampel sebanyak 92 KK. Penelitian ini menunjukkan bahwa  56,7% masyarakat memiliki pengetahuan baik, 97,8% masyrakat memiliki sikap baik dan 89,1% tindakan masyarakat juga sudah baik. Kata kunci: perilaku,  masyarakat, tungau debu rumah
Perbandingan Kadar Kolesterol pada Guru Obes dan Non-Obes di SMP Negeri I dan II Kauditan Minahasa Utara Rumampuk, Hizkia; Doda, Diana V.D.; Polii, Hedison
e-Biomedik Vol 5, No 2 (2017): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v5i2.18518

Abstract

Abstract: To date, obesity incidence is increasing globally in developing and developed countries. Increased prevalence of obesity suggests that there is an increased risk of obesity-related illnesses. Metabolic and lipid transport disorders can lead to hypercholesterolemia. This can happen especially among people with less physical activity, such as teacher. This study was aimed to assess the comparison of cholesterol levels in obese and non-obese teachers. This was an analytical descriptive study with a cross-sectional design. Respondents were 35 teachers at SMP Negeri I and II (junior high school) Kauditan Kabupaten Minahasa Utara consisting of 26 females and 9 males. Body mass index (BMI) was calculated and fasting cholesterol levels were checked from peripheral blood using autocheck tool. The results showed that there were 16 (45.7%) non-obese respondents and 19 (54.3%) obese respondents. Of the 35 respondents, 24 (68.6%) had normal cholesterol levels and 11 (31.4%) had hypercholesterolemia. The bivariate analysis using Mann Whitney test revealed that there was no significant difference in cholesterol levels between obese and non-obese teachers (P = 0.537). Conclusion: There was no significant difference in cholesterol levels between obese and non-obese teachers at SMP Negeri I and II Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.Keywords: cholesterol level, BMl, teachers Abstrak: Insiden obesitas dilaporkan tetap mengalami peningkatan secara global, baik di negara berkembang maupun negara maju. Peningkatan prevalensi obesitas ini memberikan informasi bahwa terdapat peningkatan risiko penyakit yang terkait obesitas. Gangguan metabolism dan transportasi lipid bisa mengakibatkan hiperkolesterolemia. Hal ini bisa terjadi pada orang yang kurang aktif secara fisik, antara lain guru. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kadar kolesterol guru yang obes dan tidak obes. Jenis penelitian ialah deskriptif analitik dengan desain potong lintang. Responden ialah 35 orang guru di SMP Negeri I dan II Kauditan Kabupaten Minahasa Utara, terdiri dari 26 perempuan dan 9 laki-laki. Indeks masa tubuh (IMT) dihitung dan kadar kolesterol puasa diperiksa dari darah perifer menggunakan alat autocheck. Analisis bivariat menggunakan Mann Whitney dengan nilai signifikan P ≤ 0,05. Hasil penelitian mendapatkan 16 (45,7%) responden non-obes dan 19 (54,3%) responden obes. Kadar kolesterol normal pada 24 (68,6%) responden dan hiper-kolesterolemia pada 11 (31,4%) responden. Anilisis bivariat menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kolesterol antara guru obes dan non-obes (P=0,537). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kolesterol antara guru obes dan non-obes di SMP Negeri I dan II Kauditan Kabupaten Minahasa Utara.Kata kunci: kadar kolesterol, IMT, guru