cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal e-Biomedik
ISSN : 2337330X     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal eBiomedik memuat artikel penelitian, telaah ilmiah, dan laporan kasus dengan cakupan bidang kedokteran dari ilmu dasar sampai dengan aplikasi klinis.
Arjuna Subject : -
Articles 879 Documents
Pengaruh Diabetes Mellitus Terhadap Kejadian Disfungsi Ereksi Alpacino J. Wowor; Lydia E. N. Tendean; Janette M. Rumbajan
eBiomedik Vol. 9 No. 2 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i2.31783

Abstract

Abstract: Diabetes Mellitus (DM) is a non-communicable disease that can be found at all ages, especially in adults and the elderly. Erectile Dysfunction (ED) is the inability to maintain an erection. Like DM, DE is still a problem facing the world, including Indonesia. Blood vessels can be damaged by various factors, one of which is uncontrolled blood sugar levels that can lead to Erectile Dysfunction. The International Index of Erectile Function (IIEF-5) or Sexual Health Inventory for Men (SHIM) is a tool for diagnosing ED. The purpose of this study was to determine the effect of Diabetes Mellitus on the incidence of Erectile Dysfunction. This study took the form of a literature review with data searches using three databases, namely Pubmed, ScienceDirect and Google Scholar. The keywords used were Diabetes Mellitus "AND" Erectile Dysfunction. 10 literature was obtained after being selected based on inclusion and exclusion criteria.  According to the ten literature selected in this study, all found an effect of Diabetes Mellitus on the incidence of Erectile Dysfunction. In Conclusion, Diabetes Mellitus affects the occurrence of Erectile Dysfunction.Keywords: Diabetes Mellitus, Erectile Dysfunction.  Abstrak: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang dijumpai pada segala usia terutama pada dewasa dan lansia. Disfungsi Ereksi (DE) merupakan ketidakmampuan dalam mempertahankan ereksi. Seperti halnya DM, DE juga masih menjadi masalah yang dihadapi dunia termasuk Indonesia. Pembuluh darah dapat mengalami kerusakan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kadar gula darah yang tidak terkontrol sehingga dapat memicu terjadinya Disfungsi Ereksi. International Index of Erectile Function (IIEF-5) atau Sexual Health Inventory for Men (SHIM) merupakan alat bantu dalam penegakan diagnosis DE. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Diabetes Mellitus terhadap kejadian Disfungsi Ereksi. Penelitian ini berbentuk literature review dengan pencarian data menggunakan tiga database, yaitu Pubmed, ScienceDirect dan Google Cendekia. Kata kunci yang digunakan yaitu Diabetes Mellitus “DAN” Erectile Dysfunction. Didapatkan 10 literatur setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan dari sepuluh literatur yang dipilih dalam penelitian ini, seluruhnya mendapati adanya pengaruh Diabetes Mellitus terhadap kejadian Disfungsi Ereksi. Sebagai simpulan, Diabetes Mellitus berpengaruh terhadap terjadinya Disfungsi Ereksi.Kata kunci: Diabetes Mellitus, Disfungsi Ereksi.
Hubungan Lama Duduk Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Ruth O. Hutasuhut; Fransiska Lintong; Jimmy F. Rumampuk
eBiomedik Vol. 9 No. 2 (2021): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v9i2.31808

Abstract

Abstract: Low back pain is a musculoskeletal disorder that is often found in society. Low Back Pain can cause quality of life to deteriorate and inhibits certain activities. Certain influential factors such as age, gender, Body Mass Index, stress, length of sitting, and posture when doing work. Low Back Pain is a risk to medical students. Purpose of this study was to determine the relationship between sitting time and complaints of low back pain in students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University. The research method used is an observational analytic method with a cross-sectional design. Data were collected using a questionnaire and then analyzed using the Pearson Chi-square test. The results showed a p value (p <0.001) between the length of sitting and complaints of low back pain, with a sitting time of 5- 8 hours. In conclusion, there is a significant relationship between sitting time and complaints of low back pain in students of the Faculty of Medicine, Sam Ratulangi University.Keywords: Low Back Pain, prolonged sitting, medical students  Abstrak: Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang sering ditemukan dalam masyarakat. NPB dapat menyebabkan kualitas hidup memburuk dan menghambat aktivitas tertentu. Beberapa faktor tertentu yang berpengaruh seperti umur, jenis kelamin, Indeks Massa Tubuh, stres, lama duduk, dan sikap tubuh ketika melakukan pekerjaan. NPB berisiko terjadi pada mahasiswa kedokteran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lama duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik observasional dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner  kemudian di analisis menggunakan uji statistik Pearson Chi-square. Hasil penelitian menunjukan p value (p < 0,001) antara lama duduk dan keluhan nyeri punggung bawah, dengan lama duduk 5- 8 jam. Sebagai simpulan, terdapat hubungan bermakna antara lama duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.Kata Kunci : Nyeri Punggung Bawah, lama duduk, mahasiswa kedokteran 
Hubungan Antara Aktivitas Fisik dan Status Gizi dengan Kualitas Hidup Kesehatan Siswa SMP dan SMA Linna L. J Minggu; Jimmy Posangi; Windy M. V. Wariki; Aaltje E. Manampiring
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37320

Abstract

Abstract: Physical activity is useful for improving the quality of life of students' health, and the quality of health life is determined by nutritional status.. Quality of life in adolescents is influenced by various factors including physical health, psychological health, self-perception, parental relationships, financial, environmental and social relationships. The purpose of this study was to analyze the relationship between physical activity, nutrition status with the health quality of life of junior and senior high school students in Kotamobagu City.This study is an analytical study with a cross-sectional approach. This research was conducted in Kotamobagu City in September-November 2021. The research sample consisted of 403 junior and senior high school students in Kotamobagu City. The data obtained were analyzed by univariate, and bivariate. Physical activity with physical health with p value = 0.05, physical activity with psychology with p value = 0.02, physical activity and social with p value = 0.02, physical activity with environment with p value = 0.01. The results showed nutrition status with physical health with p value = 0,9, nutrition status with psychology with p value = 0,5, nutrition statuswith social with p value = 0,5, nutrition status with environment with p value = 0,1. Physical activity is correlated with the health quality of life and nutrition status is not correlated with the health quality of life of junior and senior high school students in Kotamobagu City from the domains of physical, psychological, social and environmental health.Keywords: Health Quality of Life; Nutrition Status; Physical ActivityAbstrak: Aktifitas fisik bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup kesehatan siswa, dan kualitas hidup kesehatan ditentukan oleh status gizi. Kualitas hidup pada siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kesehatan fisik, kesehatan psikologis, persepsi diri, hubungan orang tua, finansial, lingkungan dan hubungan sosial. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara aktifitas fisik, status gizi dengan kualitas hidup kesehatan siswa SMP dan SMA di Kota Kotamobagu.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kotamobagu pada bulan September-November 2021. Sampel penelitian berjumlah 403 siswa SMP dan SMA di Kota Kotamobagu. Aktivitas fisik dengan kesehatan fisik dengan nilai p= 0,05, aktivitas fisik dengan psikologi dengan nilai p= 0,02, aktivitas fisik dengan sosial dengan nilai p= 0,02, aktifitas fisik dengan lingkungan dengan nilai p= 0,01. Hasil penelitian menunjukkan status gizi dengan kesehatan fisik dengan nilai p= 0,9, status gizi dengan psikologi dengan nilai p= 0,5, status gizi dengan sosial dengan nilai p= 0,5, status gizi dengan lingkungan dengan nilai p= 0,1. Aktifitas fisik berhubungan dengan kualitas hidup kesehatan dan tidak ada hubungan antara status gizi dengan kualitas hidup kesehatan siswa SMP dan SMA di Kota Kotamobagu dari domain kesehatan fisik, psikologi, sosial dan lingkungan.Kata Kunci: Aktifitas Fisik; Kualitas Hidup Kesehatan; Status Gizi.
Uji Aktivitas Sitotoksik Ekstrak Etanol Buah Sirih (Piper betle L.) dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Angelique C. M. Tanan; Fona Budiarso; Widdhi Bodhi; Fatimawali Fatimawali; Billy J. Kepel; Aaltje Manampiring
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37659

Abstract

Abstract: Cancer is one of the causes of high mortality rate in the world. Side effects and the high cost of treatment are a problem for cancer sufferers. The use of herbal medicine is increasingly chosen as an alternative cancer treatment because of the fewer side effects and affordable price. Betel (Piper betle L) is one of the plants of Piper genus that is often used as a medicinal plant. This study was aimed to determine the cytotoxic activity test of the ethanol extract of betel fruit against the Artemia salina Leach. The cytotoxic test using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. The concentrations given are 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 10 ppm, 0 ppm. Observations on Artemia salina larvae were carried out for 24 hours after administration of the extract. The results showed that the ethanolic extract of betel fruit has a high toxic value, is the LC50 value of 60.05 ppm. In conclusion, the ethanol extract of betel fruit is cytotoxic and has the potential as an anticancer.Keywords: Cytotoxic test; Betel Fruit (Piper betle L.); Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)  Abstrak: Kanker merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian di dunia. Efek samping dan biaya yang mahal dari pengobatan menjadi masalah bagi para penderita kanker. Penggunaan obat herbal semakin banyak dipilih sebagai pengobatan alternatif kanker dikarenakan efek samping yang lebih sedikit dan harga yang terjangkau. Sirih (Piper betle L) adalah salah satu tanaman dari genus Piper yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik dari ekstrak etanol buah sirih terhadap  Artemia salina Leach. Penelitian uji sitotoksik menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Konsentrasi yang diberikan yaitu 1000 ppm, 500 ppm, 250 ppm, 100 ppm, 10 ppm, 0 ppm. Pengataman pada Artemia salina dilakukan selama 24 jam setelah pemberian ekstrak. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol buah sirih memiliki nilai toksik yang tinggi, yaitu nilai LC50 sebesar 60,05 ppm. Sebagai simpulan, ekstrak etanol buah sirih bersifat sitotoksik dan berpotensi sebagai antikanker.Kata Kunci: Uji sitotoksik; Buah Sirih (Piper betle L.); Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)
Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Kecemasan Selly Alvionita; Djon Wongkar; Taufiq F. Pasiak
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37507

Abstract

Abstrac: Anxiety is a psychological factor that describes feelings and emotional situations and muscle tension is a psychological response to thoughts that trigger anxiety. Progressive muscle relaxation has the working principle of constrict a group of muscles deliberately and then consciously and spontaneously to stretch certain muscle groups. This study aims to know how the effect of progressive muscle relaxation on reducing anxiety. This research is a literature review and there are 12 pieces of literature reviewed from two databases consisting of 10 randomized controlled trials, one prospective open-label single arm study and one pilot study. According to the search in 12 pieces of literature, it is found that muscle relaxation therapy affects the reduction of anxiety and gives relaxation effects on the whole body. In onclusion, implementation of muscle relaxation therapy is influential in reducing anxiety that can be seen in a significant difference of before and after performing progressive muscle relaxation interventions.Keywords: Anxiety; Muscle Relaxation; Progressive Muscle Relaxation  Abstrak: Kecemasan merupakan faktor psikologis yang menggambarkan perasaan serta keadaan emosional dan ketegangan otot adalah respons psikologis tubuh terhadap pikiran yang memicu kecemasan. Relaksasi otot progresif memiliki prinsip kerja dengan sengaja menegangkan kelompok otot dan kemudian secara sadar dan spontan melakukan peregangan pada kelompok otot tertentu. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan kecemasan. Penelitian menggunakan jenis penelitian literature review. Ada 12 literatur yang diulas dari penelusuran dua database dan terdiri dari 10 penelitian randomized controlled trial, satu prospective open-label single arm study dan  satu pilot study. Berdasarkan penelusuran 12 literatur didapatkan bahwa terapi relaksasi otot berpengaruh dalam menurunkan kecemasan sehingga memberikan efek relaksasi pada seluruh tubuh. Sebagai simpulan, pelaksanaan terapi relaksasi otot berpengaruh dalam menurunkan kecemasan terlihat perbedaan yang signifikan dari sebelum dan sesudah melakukan intervensi relaksasi otot progresif.Kata kunci: Kecemasan; Relaksasi Otot; Relaksasi Otot Progresif
Pengaruh Pemberian Vitamin C Topikal terhadap Sekresi Melanin Michelle C. J. M. Loho; Elvin C. Angmalisang; Sonny J. R. Kalangi
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37543

Abstract

Abstract: One of the cosmetic products that are widely used in skin care is topical vitamin C because it is believed to help in reducing hyperpigmentation of the skin by inhibiting the melanin secretion pathway. This study aims to determine the effects of topical vitamin C on melanin secretion. The study was conducted using a literature review method and the literature was taken from 1 database, Pubmed. The keywords used were topical AND vitamin c OR ascorbic acid AND skin pigmentation OR depigmentation OR antipigmentation OR melanin pigmentation OR melanin synthesis OR melanin index OR melanin. The article search used the PICOS framework, and obtained 10 literatures. In the study, it was found that vitamin C had an effect on melanin secretion. Vitamin C works by inhibiting the tyrosinase enzyme which affects the initial process of melanin secretion. In conclusion, topical vitamin C has an effect on melanin secretion.Keywords: melanin; melanogenesis; vitamin C Abstrak: Salah satu produk kosmetik yang banyak digunakan dalam perawatan kulit merupakan vitamin C topikal karena dipercaya dapat membantu dalam mengurangi hiperpigmentasi pada kulit dengan bekerja pada sekresi melanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C topikal terhadap sekresi melanin. Penelitian dilakukan dengan metode literature review dan literatur diambil dari 1 database, Pubmed. Kata kunci yang digunakan adalah topical AND vitamin c OR ascorbic acid AND skin pigmentation OR depigmentation OR antipigmentation OR melanin pigmentation OR melanin synthesis OR melanin index OR melanin. Pencarian artikel digunakan PICOS framework, dan didapatkan 10 literatur. Pada penelitian didapatkan bahwa vitamin C memiliki pengaruh terhadap sekresi melanin. Vitamin C bekerja dengan cara menginhibisi enzim tirosinase yang berpengaruh pada proses awal sekresi melanin. Sebagai simpulan, vitamin C topikal berpengaruh pada sekresi melanin.Kata kunci: melanin; melanogenesis; vitamin C
Hubungan Perbedaan Ketinggian dengan Perubahan Tekanan Darah pada Pelaku Perjalanan dari Dataran Rendah ke Dataran Tinggi dan dari Dataran Tinggi ke Dataran Rendah Fernando P. Salipadang; Vennetia R. Danes; Maya E. W Moningka
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37820

Abstract

Abstract: The effect of altitude differences to blood pressure changes in someone is known to give various results, where an increase or decrease of altitude will also make an increase or decrease in blood pressure proportionally, or no changes in blood pressure. The most important process that correlate to this blood pressure changes is due to the activation of the autonomic nervous system as a result of the acclimatization. This study was aimed to determine whether the relationship between altitude differences and blood pressure changes among the travelers who traveled from low altitude to high altitude and vice versa. This study is an analytical observational with cross sectional design, involving 50 respondents who have met the inclusion criterias, divided into two groups who traveled from the city of Manado to Tomohon (low to high altitude area) and from the city of Tomohon to Manado (high to low altitude area) and then, the systolic and diastolic and blood pressure was measured in both treatment groups. Then statistical correlation test and hypothesis test of significance were analyzed with SPSS version 25. Based on the statistical correlation test (Pearson product and Kendall's Tau) and hypothesis test of significance (paired T-test and Wilcoxon test), the correlation coefficients and significances of hypothesis tests between the differences in altitude (Manado to Tomohon city and Tomohon to Manado city) and changes in systolic and diastolic blood pressure are  = 0.897, p = 0.000 < 0.05 and = 0.779, p = 0.048 < 0.05 and  = 0.890, p = 0.003 < 0.05 and  = 0.907, p = 0.024< 0.05. (significant if p<0.05, with = 0.05). In conclusion, There is a linear, real and significant relationship between changes in altitude, from low to high altitude area, vice versa and changes in systolic and diastolic blood pressure.Keywords: Altitude; low altitude; high altitude; blood pressure; systolic blood pressure; diastolic blood pressure  Abstrak: Pengaruh perbedaan ketinggian/ altitude seseorang terhadap perubahan tekanan darah diketahui memberikan hasil yang beragam, dimana peningkatan atau penurunan ketinggian juga akan berbanding terhadap peningkatan atau penurunan tekanan darah, yang terpenting dikarenakan adanya aktivasi sistem saraf otonom sebagai akibat adanya proses aklimatisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan perbedaan ketinggian terhadap tekanan darah pada pelaku perjalanan dari dataran rendah ke dataran tinggi dan sebaliknya. Penelitan ini bersifat observasional analitik secara cross sectional, melibatkan 50 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi, terbagi dalam dua kelompok yang melakukan perjalanan dari kota Manado ke  kota Tomohon (dataran rendah ke dataran tinggi) dan dari kota Tomohon ke Manado (dataran tinggi ke dataran rendah ) dan dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada kedua kelompok perlakuan tersebut. Kemudian dilakukan analisis statistik korelasi serta uji hipotesis dengan bantuan SPSS vers. 25. Berdasarkan uji statistik korelasi (Pearson product dan Kendall’s Tau) dan uji hipotesis (uji T-berpasangan dan Uji Wilcoxon), secara berturut- turut koefisien korelasi dan signifikansi uji hipotesis antara perbedaan ketinggian (kota Manado ke Tomohon dan sebaliknya) terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar =0,897, p =0,000< 0,05 dan  = 0,779, p=0,048< 0,05 serta  =0,890, p =0,003< 0,05 dan  =0,907, p =0,024< 0,05. (signifikan apabila p<0,05, dengan  = 0,05). Sebagai simpulan, terdapat hubungan yang searah, nyata dan bermakna antara perbedaan ketinggian, baik dari dataran rendah ke dataran tinggi dan sebaliknya terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik.Kata kunci: ketinggian; dataran rendah; dataran tinggi; tekanan darah; tekanan darah sistolik; tekanan darah diastolik
Pengaruh Latihan Push-up terhadap Massa Otot Triceps Pria Rafael J. Tambuwun; Fransiska Lintong; Maya E. W. Moningka
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37879

Abstract

Abstact: Push-up is a bodyweight training that can help build upper body strength and increase muscle size. Muscle size increase especially the m. triceps brachii which is one of the muscles that works the most when doing push up. The purpose of this study is to determine the effect of push up exercise on the triceps muscle mass. Methods: This is study conducted on two groups: the pretest and posttest design. The subjects were a combined number of 50 males, from the Exclusive gym Manado and students from Sam Ratulangi University Class of 2018, forming 2 groups. Triceps muscle mass was measured using a skinfold caliper in units (mm) during the span of 6 weeks. Results: After obtaining the research data, the Wilcoxon test was conducted in the groups to determine the difference before and after the exercise. In the first group, male members from Exclusive gym Manado, the result is <.001. This result indicate that push up exercise is effective towards the tricep mass. In the second group, non-member gym (Students of Sam Ratulangi University Class of 2018), the results were >.001. In conclusion, push up exercises shows an effective result on triceps muscle mass in male members at the Exclusive gym Manado.Keywords : Triceps, Muscle mass, Push-up ExerciseAbstrak: Push-up merupakan bentuk latihan beban yang menggunakan beban berat badan sendiri untuk memperkuat tubuh bagian atas dan menambah massa otot. Pembesaran pada otot terutama pada m. triceps brachii yang merupakan salah satu otot yang bekerja saat melakukan push-up. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan push-up terhadap massa otot triceps. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental lapangan dengan rancangan two group pretest dan posttest. Subjek penelitian  adalah memper pria di Exclusive gym Manado dan mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2018 dengan total subjek penelitian yaitu 50 orang yang dibagi ke dalam dua grup. Massa otot triceps diukur menggunakan skinfold caliper dengan menggunakan satuan (mm) sebelum dan sesudah latihan selama 6 minggu. Hasil: Setelah mendapatkan data hasil penelitian, dilakukan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing grup. Pada grup pertama yaitu member pria di Exclusive gym Manado didapatkan hasil <.001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara latihan push-up terhadap massa otot triceps pada grup eksperimen pertama. Pada grup kedua yaitu non-member gym (mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2018) didapatkan hasil >.001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara latihan push-up terhadap massa otot triceps pada grup ekperimen kedua. Sebagai simpulan, terdapat pengaruh antara latihan push-up terhadap massa otot triceps pada member pria di Exclusive gym Manado.Kata Kunci: Triceps, Massa otot, Latihan Push-up.
Perbandingan Kadar D-dimer pada Pasien COVID-19 Bergejala Sedang dan Berat Kevin J. Walandow; Sylvia R. Marunduh; Joice N. A. Engka
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37914

Abstract

Abstract: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) is a disease caused by a new coronavirus called Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Clinical symptoms found in COVID-19 patients vary, ranging from mild, moderate, severe, and asymptomatic. It was found that COVID-19 patients with more severe clinical manifestations tended to have higher D-dimer levels compared to patients with milder clinical manifestations. This study aims to identify the concentration and comparison of D-dimer levels in COVID-19 patients with moderate and severe symptoms. This study used an analytic observational design with a retrospective approach. The research sample amounted to 122 samples derived from medical record data of COVID-19 patients at Sentra Medika Hospital North Minahasa using the purposive sampling method. The levels of D-dimer were then analyzed by the Mann-Whitney test. The results of this study showed that D-dimer levels in COVID-19 patients with moderate symptoms ranged from 137-8,916 ng/mL, while in COVID-19 patients with severe symptoms it ranged from 270-30,540 ng/mL. In the Mann-Whitney test, the value of p = 0.000 (p <0.05). The average D-dimer level in COVID-19 patients with moderate symptoms was 1,659 ± 2,170 ng/mL (n=72) while in COVID-19 patients with severe symptoms it was 4,734 ± 5,999 ng/mL (n=50). In conclusion, there is a significant difference between the average D-dimer levels of moderate and severe COVID-19 patients, where the D-dimer level of severe COVID-19 patients is almost three times higher than that of moderately symptomatic COVID-19 patients.Keywords: COVID-19; D-dimer levels; symptoms Latar Belakang: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang ditemukan pada pasien COVID-19 bervariasi, mulai dari ringan, sedang, berat, dan asimptomatik. Ditemukan pasien COVID-19 dengan manifestasi klinis yang lebih berat cenderung memiliki kadar D-dimer yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan manifestasi klinis lebih ringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi konsentrasi dan perbandingan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 bergejala sedang dan berat. Penelitian ini menggunakan rancangan observasional analitik dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian berjumlah 122 sampel yang berasal dari data rekam medis pasien COVID-19 di Sentra Medika Hospital Minahasa Utara menggunakan metode purposive sampling. Kadar D-dimer selanjutnya dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian ini, didapatkan kadar D-dimer pada pasien COVID-19 bergejala sedang berkisar antara 137-8.916 ng/mL, sedangkan pada pasien COVID-19 bergejala berat berkisar antara 270-30.540 ng/mL. Pada uji Mann-Whitney didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Rata-rata kadar D-dimer pasien COVID-19 bergejala sedang sebesar 1.659 ± 2.170 ng/mL (n=72) sedangkan pada pasien COVID-19 bergejala berat sebesar 4.734 ± 5.999 ng/mL (n=50). Sebagai simpulan, terdapat perbedaan yang signifikan dari rata-rata kadar D-dimer pasien COVID-19 bergejala sedang dan berat, dimana kadar D-dimer pada pasien COVID-19 bergejala berat hampir tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien COVID-19 bergejala sedang.Kata Kunci: COVID-19; kadar D-dimer; gejala
Gambaran Saturasi Oksigen dan Kadar Hemoglobin pada Pasien COVID-19 Christofel O. Tompodung; Ivonny M. Sapulete; Damajanty H. C. Pangemanan
eBiomedik Vol. 10 No. 1 (2022): eBiomedik
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/ebm.v10i1.37996

Abstract

Abstract : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by a virus called Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-). Oxygen saturation of COVID-19 patients below 95% can cause the body to experience a lack of oxygen, which is called Hypoxemia or Hypoxia. Below normal hemoglobin levels is a blood disorder called anemia. In studies related to low hemoglobin levels, it is said that low hemoglobin levels can make COVID-19 patients experience worse outcomes. The aims of this study is to find out the description of oxygen saturation and hemoglobin levels in COVID-19 patients at the Robert Wolter Mongisidi Hospital. The research used was descriptive retrospective with a cross sectional research design. The study was conducted by looking at the medical record data of COVID-19 patients taken at the Robert Wolter Mongisidi Hospital Manado. Based on research on 135 patients COVID- 19 are included in the inclusion criteria showed a frequency distribution by sex, male as many as 82 patients (61 %) and female 53 patients (39%). The results of normal oxygen saturation were 112 patients (83%) and the results of normal hemoglobin levels were 102 patients (76%). For oxygen saturation below 95% as many as 23 patients (17%) and low hemoglobin levels in 33 patients (24%). In conclusion, it was found that the results of the oxygen saturation and hemoglobin levels of COVID-19 patients were generally normal because the patients treated were mostly mild and moderate.Keywords: oxygen saturation; hemoglobin level; Coronavirus disease 2019 (COVID-19)  Abstrak : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular diakibatkan oleh karena virus yang disebut Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-). Saturasi oksigen pasien COVID-19 di bawah 95% dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan oksigen, yang disebut Hipoksemia atau Hipoksia. Kadar hemoglobin di bawah normal adalah kelainan darah yang disebut anemia. Dalam penelitian terkait rendahnya kadar hemoglobin, dikatakan bahwa kadar hemoglobin yang rendah dapat membuat pasien COVID-19 mengalami outcome yang buruk. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran saturasi oksigen dan kadar hemoglobin pada pasien COVID-19. Metode penelitian deskriptif retrospektif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan dengan melihat data rekam medis pasien COVID-19 yang diambil di Rumah Sakit Robert Wolter Mongisidi Manado. Berdasarkan penelitian pada 135 pasien COVID-19 yang termasuk dalam kriteria inklusi didapatkan hasil distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin, laki – laki sebanyak 82 pasien (61%) dan perempuan 53 pasien (39%). Hasil saturasi oksigen normal sebanyak 112 pasien (83%) dan hasil kadar hemoglonbin normal sebanyak 102 pasien (76%). Untuk saturasi oksigen di bawah 95 % sebanyak 23 pasien (17%) dan kadar hemoglobin rendah sebanyak 33 pasien (24%). Sebagai simpulan, ditemukan hasil gambaran saturasi oksigen dan kadar hemoglobin pasien COVID-19 umumnya normal dikarenakan pasien yang dirawat paling banyak yaitu sakit ringan dan sedang.Kata kunci: Saturasi Oksigen; Kadar Hemoglobin; Coronavirus disease 2019 (COVID-19)