cover
Contact Name
Roni Koneri
Contact Email
ronicaniago@unsrat.ac.id
Phone
+6281340275276
Journal Mail Official
j.bioslogos@gmail.com
Editorial Address
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
Jurnal Bios Logos
JURNAL BIOS LOGOS is the journal published by Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University. The aims of the journal are to publish original research papers and article review in biology science i.e. botany, zoology, molecular biology, microbiology, ecology, diversity and conservation, taxonomy and biogeography. BIOS LOGOS is published two times per year (February and August)
Articles 219 Documents
Uji Bioaktivitas Ekstrak Etanol Alga Merah Galaxaura oblongata (Ellis dan Solonder) Lamouroux. Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen. (Bioactivity Test of Red Algae Galaxaura oblongata (Ellis and Solonder) Lamouroux Ethanol Extract Against Several Types of Pathogenic Bacteria Panden, Teresia; Pelealu, Johanis Julian; Singkoh, Marina
JURNAL BIOS LOGOS Vol 9, No 2 (2019): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.9.2.2019.24371

Abstract

Uji Bioaktivitas Ekstrak Etanol Alga Merah Galaxaura oblongata (Ellis dan Solonder) Lamouroux. Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen.(Bioactivity Test of Red Algae Galaxaura oblongata (Ellis and Solonder) Lamouroux Ethanol Extract Against Several Types of Pathogenic Bacteria) Teresia Panden1*), Johanis Julian Pelealu1), Marina Flora Oktovine Singkoh1)1)Program Studi Biologi FMIPA Unsrat Manado*Email: tres22sia@gmail.com Diterima  5 Juli 2019, diterima untuk dipublikasi 10 Agustus 2019 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menghitung nilai konsentrasi Minimum Inhibitory Concentration dan Minimum Bactericidal Concentration ekstrak etanol Galaxaura oblongata terhadap bakteri Staphylococcus aureus, MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), dan Salmonella typhi dalam memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus MRSA (Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus), dan  Salmonella typhi. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Pengujian bioaktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi cair. Hasil uji bioaktivitas antibakteri dianalisa menggunakan metode Oneway Anova, dilanjutkan dengan Uji Tukey. Uji bioaktivitas antibakteri menunjukkan ekstrak memiliki aktivitas antibakteri. Pada bakteri Staphylococcus aureus konsentrasi ekstrak 90% ditetapkan sebagai nilai MIC, MRSA pada konsentrasi ekstrak 30% ditetapkan sebagai nilai MIC, dan pada Salmonella typhi pada konsentrasi ekstrak 30% ditetapkan sebagai nilai MIC. Data Anova menunjukkan bahwa pertumbuhan koloni tiap konsentrasi ekstrak signifikan artinya tiap konsentrasi berbeda nyata dalam menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi nilai MBC belum dapat ditentukan karena masih mengalami pertumbuhan koloni pada hasil pengujian MBC.Kata kunci : Galaxaura oblongata, bioaktivitas, senyawa kimia, antibakteri. ABSTRACT This study aimed to determine the Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Bactericidal Concentration of Galaxaura oblongata ethanol extract against Staphylococcus aureus, MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), and Salmonella typhi in influencing the growth of Staphylococcus aureus MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus), and Salmonella typhi. Extraction was carried out by maceration using ethanol solvent. The liquid dilution method was used as an antibacterial bioactivity testing. The antibacterial bioactivity test results showed that the extract had antibacterial activity. In Staphylococcus aureus bacteria, concentrations extract of 90% were determined as MIC values, MRSA of concentrations extract of 30 were determined as MIC values, and in Salmonella typhi at concentrations extract of 30% set as MIC values. The antibacterial bioactivity test results were analyzed using One Way Anova method, followed by the Tukey Test. Anova's data showed that the growth of colonies in each concentration of extract was significant, meaning that each concentration was significantly different in inhibiting bacterial growth. However, the MBC value could not be determined because it still experienced colony growth in the results of MBC testing.Keywords: Galaxaura oblongata, bioactivity, chemical compound, antibacterial.
Kajian Morfologi Daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara (Study on the morphology of daluga (Cyrtosperma merkusii (Hassk.) Schott) in Sangihe Archipelago, North Sulawesi) Julianti, Eka; Simbala, Herny E.I.; Koneri, Roni; Pelealu, Johanis
JURNAL BIOS LOGOS Vol 2, No 2 (2012): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.2.2.2012.1043

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi daluga di Kepulauan Sangihe dan korelasinya dengan kondisi iklim setempat. Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi yang berbeda, yaitu Tamako, Manganitu Selatan dan Tatoareng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daluga tumbuh pada ketinggian 3-24 m di atas permukaan laut dengan suhu udara 26 – 38 oC, suhu air 25 – 30 oC, kelembaban relatif 33 – 70 %, pH 5-7 dan salinitas 5-10 ppm. Morfologi daluga berbeda di ketiga lokasi pengamatan. Perbedaan yang dimaksud mencakup panjang dan berat helaian daun, panjang tulang daun utama, basal kiri dan kanan, tebal tulang daun bagian pangkal, jarak tulang daun lateral dan lebar celah daun, panjang dan diameter tangkai daun, jumlah duri, lebar spatha, diameter spadix, panjang bunga betina, bunga jantan dan bunga mandul, serta diameter dan berat kormus. Suhu udara dan air berkorelasi negatif dengan diameter kormus, tetapi kelembaban berkorelasi positif dengan diameter kormus. pH berkorelasi negatif dengan berat helaian daun, salinitas berkorelasi negatif dengan lebar spatha, tetapi elevasi berkorelasi positif dengan lebar spatha. Kata kunci: daluga, kondisi iklim, morfologi ABSTRACT This research aimed to study daluga morphology in Sangihe Archipelago and the correlation of morphology and climate conditions. The research was conducted in  three different locations, i.e. Tamako, South Manganitu and Tatoareng. The result showed that daluga grew at 3 – 24 m above the sea level with the air temperature 26 – 38 oC, water temperature 25 – 30 oC, relative humidity 33 – 70 %, pH 5-7 and salinity 5 – 10 ppm. There are some morphological differences of daluga in Tamako district, South Manganitu and Tatoareng. These differences  included the length and weight of leaf blade, the length of the main leaf blade, left and right basal, the thickness of base blade, the distance between lateral blade and leaf sinus denuding, the length and diameter of petiole, number of spines, spatha width, spadix diameter, flowers length, diameter and weight of cormus. The temperature of air and water were negatively correlated with diameter cormus, but the humidity was positively correlated with the cormus diameter. pH was negatively correlated with the weight of leaf blade, the salinity was negatively correlated with the spatha width, but the elevation was positively correlated with the spatha width. Keywords: daluga, climate condition, morphology
DNA Barcoding Tanaman Daluga (Cyrtosperma spp) dari Kepulauan Sangihe Berdasarkan Gen matK (DNA Barcoding Daluga Plant (Cyrtosperma spp) of Sangihe Island Based on matK Gene) Julianti, Eka; Pinaria, Arthur; Lengkong, Edy F; Kolondam, Beivy J
JURNAL BIOS LOGOS Vol 5, No 2 (2015): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.5.2.2015.10547

Abstract

Abstrak  Tanaman daluga (Cyrtosperma spp.) termasuk dalam famili Araceae (talas-talasan), umbinya berpotensi sebagai tanaman pangan alternatif karena mempunyai nilai gizi yang tinggi. Tanaman ini banyak terdapat di Kepulauan Sangihe. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui DNA barcoding daluga hijau, kuning dan belang-belang dengan menggunakan gen matK (maturase K). Ekstraksi DNA menggunakan Genomic DNA Mini Kit Plant (Geneaid), amplifikasi DNA menggunakan Kit PCR 5x FirePol Master Mix (Solis Biodyne) dan sepasang primer universal yaitu matK-3F-r (5’CGTACAGTACTTTTGTGTTTACGAG 3’) dan matK-1R-f (5’ACC CAGTCCATCTGGAAATCTTGGTTC3’). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman daluga hijau, daluga kuning, dan daluga belang-belang dari Kepulauan Sangihe memiliki sekuens DNA yang identik (kemiripan 100%). Daluga yang diteliti memiliki kemiripan sekuens dengan sampel di NCBI yaitu dengan Cyrtosperma macrotum (99,88%), Podolasia stipitata (99,50%), Dracontium polyphyllum (99,38 %), Pycnospatha arietina (99,38%) dan Dracontioides desciscen (99%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa DNA barcoding tanaman daluga dari kepulauan Sangihe berdasarkan gen matK belum dapat membedakan variasi intraspesies. Kata kunci: daluga, dalugha, Cyrtosperma spp. Abstract  Daluga (Cyrtosperma spp.) plant belongs to the family Araceae, the corm is potential as an alternative food because it has a high nutritional value. The plant is widely available in Sangihe Island. This study aimed to determine the DNA barcoding of green daluga, yellow daluga and mottled daluga using matK gene (maturase K). The DNA extraction used Genomic DNA Mini Kit Plant (Geneaid) and DNA amplification used the Kit PCR 5x FirePol Master Mix (Solis Biodyne) and universal primers matK-3F-R (5' CGTACAGTACTT TTGTGTTTACGAG 3') and matK-1R-f (5'ACCCAGAAATGGATCTCTTCCTGG TTC3'). The result showed that the green daluga, yellow daluga and mottled daluga from Sangihe Islands were identical (100% similarity). Daluga from Sangihe had similarities with the sample sequences in NCBI, namely Cyrtosperma macrotum (99.88%), Podolasia stipitata (99.50%), Dracontium polyphyllum (99,38%) Pycnospatha arietina (99.38%) and Dracontioides desciscen (99%). From these results it could be concluded that DNA barcoding of daluga plant from Sangihe based on the matK gene could not  distinguish variations intraspesies. Keywords: daluga, dalugha, Cyrtosperma spp.
Identifikasi Tumbuhan Paku Air (Azolla sp.) Secara Morfologi dan Molekuler dengan Menggunakan Gen rbcL (Identification of Water Ferns (Azolla sp.) Based on Morphologycal Traits and Molecular Marker Using rbcL Gene) Mantang, Wianita; Mantiri, Feky R.; Kolondam, Beivy J.
JURNAL BIOS LOGOS Vol 8, No 2 (2018): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.8.2.2018.21445

Abstract

Abstrak Azolla merupakan salah satu tumbuhan paku air yang memiliki banyak manfaat, namun belum banyak dikenal dan sering dianggap sebagai tumbuhan gulma. Pengidentifikasian akan keberadaan jenis-jenis tumbuhan paku air (Azolla sp.) penting untuk dilakukan guna mendukung upaya pengembangan, pembudidayaan dan eksplorasi tumbuhan Azolla sp. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan paku air (Azolla sp.) secara morfologi dan molekuler dengan menggunakan gen rbcL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakter morfologi sampel tumbuhan Azolla sp. asal Tondano Sulawesi Utara menunjukkan kemiripan dengan spesies A. pinnata dan Azolla asal Magelang Jawa Tengah menunjukkan kemiripan dengan spesies A. microphylla. Identifikasi menggunakan sekuens gen rbcL menunjukkan bahwa sekuens sampel tumbuhan Azolla asal Tondano (WM1) memiliki tingkat kemiripan 100% dengan A. pinnata dan Azolla asal Magelang (WM2) memiliki tingkat kemiripan 100% dengan A. microphylla yang terdapat dalam GenBank. Analisis jarak genetik menunjukkan kedua sampel WM1 dan WM2 memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan nilai jarak genetik 0,060.Kata kunci: Azolla sp., identifikasi morfologi, identifikasi molekuler, gen rbcL Abstract Azolla is one of the water ferns that has many benefits, but it is not yet widely known and is often regarded as a weed plant. Identification of water ferns (Azolla sp.) is important to be carried out to support the development, cultivation, and exploration of Azolla sp. This study aimed to identify species of aquatic plants (Azolla sp.) morphologically and molecularly using the gene rbcL. The results demonstrated that based on the morphological characters, the Azolla sp. from Tondano, North Sulawesi, showed similarity with species A. pinnata and Azolla from Magelang, Central Java, showed similarity to species A. microphylla. Identification using rbcL gene sequences showed that the sample sequence of plants Azolla from Tondano (WM1) had a 100% similarity level with A. pinnata and Azolla from Magelang (WM2) had a 100% similarity level with A. microphylla available in GenBank. Genetic distance analysis showed that both WM1 and WM2 samples had a close relationship with the genetic distance value of 0.060.Key words: Azolla sp., morphological identification, molecular identification, rbcL gene
Konservasi Alam Berbasis Kearifan Lokal Suku Kokoda di Kepulauan Ugar, Kabupaten Fakfak, Papua Barat Saputra, Reza
JURNAL BIOS LOGOS Vol 11, No 1 (2021): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.11.1.2021.30582

Abstract

(Article History: Received 8 October 2020; Revised 2 November 2020; Accepted 10 November 2020) ABSTRAKPenelitian eksplorasi mengenai konservasi berbasis kearifan lokal Suku Kokoda di Kepulauan Ugar, Kabupaten Fakfak, Papua Barat telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran jenis kearifan lokal terhadap alam sebagai penyangga kehidupan masyarakat Suku Kokoda. Aspek penelitian yang diamati yaitu kearifan lokal yang berdampak pada konservasi tingkat spesies atau ekosistem. Data yang didapat berasal dari wawancara semistruktural kepada 10 informan kunci. Pada penelitian ini terdapat tiga kearifan lokal yang teramati, yaitu sasi laut, hutan keramat, dan apotik hidup. Hasil penelitian menunjukan kearifan lokal yang ada pada suku Kokoda berperan penting dalam kelestarian alam di wilayah tersebut. Kata kunci: Kearifan lokal; Konservasi; Papua Barat; Suku Kokoda ABSTRACTExploration research on the local wisdom-based conservation of the Kokoda Tribe in the Ugar Islands, Fakfak Regency, West Papua, was conducted in May 2016. This research aimed to determine the role of Kokoda Tribe's local wisdom in preserving nature. The research aspect observed was local wisdom, which impacted conservation at the species or ecosystem level. The data obtained from semi-structured interviews of 10 key informants. In this research, three local wisdoms were observed, i.e. sasi laut, hutan keramat, and apotik hidup. The results show that the local wisdom of the Kokoda tribe plays an essential role in preserving nature.Keywords: Local Wisdom; Conservation; West Papua; Kokoda Tribe
Konsumsi Mamalia, Burung, dan Reptil Liar Pada Masyarakat Sulawesi Utara dan Aspek Konservasinya Saroyo, Saroyo
JURNAL BIOS LOGOS Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.1.1.2011.373

Abstract

AbstrakSurvei ini dilaksanakan untuk menginventarisasi jenis-jenis mamalia, burung, dan reptil liar yang dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi Utara dalam kaitannya dengan aspek konservasi dan pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dari tahun 2006 sampai 2010 berdasarkan jenis-jenis yang diperdagangkan di pasar-pasar tradisional, kasus perburuan satwa liar, dan jenis-jenis yang disediakan dalam menu masyarakat pada pesta-pesta adat. Dari survei diperoleh hasil terdapat 39 jenis mamalia, burung, dan reptil liar yang dikonsumsi oleh masyarakat Sulawesi Utara. Konsumsi satwa liar telah menjadi kebiasaan bagi bagi masyarakatnya dan merupakan faktor utama penyebab penurunan populasi satwa liar. Banyak jenis satwa yang dikonsumsi, beberapa termasuk dilindungi, masuk daftar terancam IUCN, dan masuk dalam appendix CITES. Oleh sebab itu pemanfaatan beberapa jenis satwa liar harus mengikuti peraturan perlindungan dan upaya penangkaran tikus ekor putih (Paruromys dominator), babi hutan (Sus celebensis), dan rusa (Cervus timorensis) sangat memungkinkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.Kata kunci: burung, mamalia, reptil, Sulawesi UtaraAbstractThis survey was conducted to collect information about wild mammals, birds and reptiles consumed by North Sulawesi people regarding with its conservation aspect and utilization. The used method was survey from 2006 to 2010 based on the animal species sold in some traditional markets, hunting cases and serving food in traditional party menu in Bitung City, Tomohon City and North Minahasa District. The result showed that there were 39 consumed species of wild mammals, birds and reptiles. Consumption of wild animal by local people has become a tradition for the community and it mostly resulted in the decline of wild animal population. Some species are included in IUCN Redlist and CITES Appendices. Therefore, all protection laws should be followed in the utilization of those species. In addition, breeding programme of Sulawesi giant rat (Paruromys dominator), Sulawesi Wild Boar (Sus celebensis) and Timor Deer (Cervus timorensis), is very prospective as it has economically value.Keywords: birds, mammals, reptiles, North Sulawesi
Dehydrogenase Activities of Flooded Soils: A Review (Aktivitas Dehidrogenase pada Tanah Sawah: Review) Mambu, Susan Marlein
JURNAL BIOS LOGOS Vol 4, No 2 (2014): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.4.2.2014.8305

Abstract

Abstract The definition of soil quality encompasses physical, chemical and biological characteristics, and it is related to fertility and soil health. Soil enzyme activities are the direct expression of the soil community to metabolic requirements and available nutrients, can be used as soil quality indicators. Among all enzymes in the soil environment, dehydrogenases are one of the most important, and are used as indicator of overall soil microbial activity. Flooded soils present a unique situation since they are predominantly under anaerobic conditions in several physical, chemical, and biological characteristics. Flooding changes the chemistry, microbiological properties, and nutrient supply capacity of soil. In particular, the effect of flooding causes an increase on soil dehydrogenase activity. This review examines selected papers containing soil dehydrogenase activities in flooded soil that could be used to determined effect of flooding on soil dehydrogenase activity. Keywords: dehydrogenase activities, flooded soils, soil quality Abstrak Definisi kualitas tanah meliputi faktor fisik, kimia dan biologi, dan terkait dengan kesuburan dan kesehatan tanah. Aktivitas enzim tanah adalah ekspresi langsung dari komunitas tanah untuk melakukan proses metabolik untuk menghasilkan nutrisi, dan dapat digunakan sebagai indikator kualitas tanah. Di antara semua enzim dalam lingkungan tanah, dehydrogenase adalah salah satu yang paling penting, dan digunakan sebagai indikator aktivitas mikroba tanah secara keseluruhan. Tanah sawah dengan kondisi tergenang menyajikan situasi yang unik karena secara fisik, kimia, dan biologi berada dalam kondisi anaerob. Penggenangan menyebabkan terjadinya perubahan secara kimia, mikrobiologi, dan kapasitas pasokan hara tanah. Secara khusus, Efek penggenangan menyebabkan peningkatan aktivitas dehidrogenase tanah. Tulisan ini mengkaji beberapa penelitian mengenai aktivitas dehidrogenase pada tanah sawah, yang dapat digunakan untuk menentukan efek pengenangan terhadap aktivitas dehidrogenase tanah. Kata Kunci: aktivitas dehidrogenase, tanah sawah, kualitas tanah
Biodiversitas Mangrove di Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat (The Biodiversity of Mangrove in the Mansuar Island Raja Ampat District West Papua Province) Mayor, Troce; Simbala, Herny EI; Koneri, Roni
JURNAL BIOS LOGOS Vol 7, No 2 (2017): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.7.2.2017.18576

Abstract

Abstrak            Hutan mangrove merupakan formasi hutan yang tumbuh dan berkembang pada daerah landai di muara sungai dan pesisir pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan pantai berlumpur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biodiversitas mangrove di Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Metode yang digunakan yaitu transek kuadrat. Hasil penelitian ditemukan sebanyak 6 famili 11 spesies dan 554 individu mangrove. Komposisi individu tertinggi dimiliki oleh spesies Rhizophora apiculata, sedangkan terendah yaitu spesies Xylocarpus rumpii. Indeks keanekaragaman, kekayaan, dan kelimpahan spesies mangrove pada semua tingkat pertumbuhan tertinggi pada stasiun 3, sedangkan terendah pada stasiun 1. Berdasarkan besaran kriteria yang dikemukakan oleh Shannon-Weiner maka indeks keanekaragaman mangrove di Pantai Yenbubua, Kepulauan Mansuar tergolong kategori sedang. Kata kunci: biodiversitas, kekayaan spesies, Pulau Mansuar, Rhizophora apiculata. Abstract Mangrove forests are forest formations that grow and flourish in slopes at the mouth of the rivers and coastal areas that are affected by tidal sea water and muddy beaches. This study aimed to analyze the biodiversity of mangroves in Mansuar Island, Raja Ampat District, West Papua Province. The method used was quadrat transects. The results of the study showed that there were 6 families of 11 species and 554 individuals. The highest composition of the individual mangrove species was Rhizophora apiculata, while the lowest composition was Xylocarpus rumpii.  The highest diversity index, richness, and abudance spesies in a various growth rate were observed in the station 3, while these lowest parameters were found in the station 1. Based on the magnitude of the criteria proposed by Shannon-Weiner, the index of mangrove diversity in Yenbubua Beach, Mansuar Islands was classified as medium category. Keywords: biodiversity, Mansuar Island, Rhizophora apiculata, species richness    
Keanekaragaman Kupu-Kupu di Bendungan Ulung Peliang Kecamatan Tamako Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara Hengkengbala, Sabatini; Koneri, Roni; Katili, Deidy
JURNAL BIOS LOGOS Vol 10, No 2 (2020): JURNAL BIOS LOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.11.2.2020.28424

Abstract

ABSTRAKKupu-kupu merupakan serangga yang termasuk dalam ordo Lepidoptera. Serangga tersebut memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem yaitu mempertahankan keseimbangan ekosistem dan memperkaya keanekaragaman hayati di alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keanekaragaman kupu-kupu di kawasan Bendungan Ulung Peliang, Kecamatan Tamako, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Teknik pengambilan sampel menggunakan metoda transek. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga tipe habitat yaitu habitat pinggir bendungan, hutan dan kebun. Pada masing-masing habitat dibuat transek dengan panjang 300m. Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan sepanjang garis transek menggunakan sweepnet. Komposisi kupu-kupu yang diperoleh terdiri dari 5 famili, 30 spesies dan 463 individu. Famili yang paling banyak ditemukan jumlah spesies dan individunya adalah Nymphalidae. Spesies yang memiliki kelimpahan tertinggi adalah Junonia hedonia intermedia dan Eurema tominia. Analisis keanekaragaman didapatkan bahwa indek kekayaan, indek keanekaragaman dan indek kemerataan spesies kupu-kupu tertinggi ditemukan pada habitat kebun, sedangkan kelimpahan spesies tertinggi terdapat pada habitat pinggir bendungan.Kata kunci: Keanekaragaman; kupu-kupu; Bendungan Ulung Peliang; Kepulauan SangiheABSTRACTButterflies are insects that are included in the order Lepidoptera. Theses insects have an important role in ecosystem that is to maintain the balance of the ecosystem and enrich the biodiversity in nature. This study aims to analyze the diversity of butterflies in the area of Ulung Peliang Dam, Tamako District, Sangihe Islands Regency, North Sulawesi. The sampling technique used the transect method. Sampling has been carried out in three types of habitats namely dam, forest and garden habitat. Each transect has been made with a length of 300m. Butterfly sampling was carried out along the transect line using. The composition of butterflies that habve been obtained consisted of 5 families, 30 species and 463 individuals. The most abundant family with a number of species and individuals is Nymphalidae. Species that have the highest abundance are Junonia hedonia intermedia and Eurema tominia. Diversity analysis found that the highest wealth index, diversity index and evenness species of butterfly species were found in the garden habitat, while the highest species abundance was in the dam edge habitat. Keywords: Diversity; butterfly; Ulung Peliang Dam; Sangihe Islands.
Hubungan Kekerabatan Kultivar Talas (Colocasia esculenta) Berdasarkan Karakter Morfologi Organ Vegetatif (The Phenetic Relationship among Taro Cultivar (Colocasia esculenta) Based on Vegetative Morphological Characters) Hafsah, Hafsah; Hidayat, Topik; Kusdianti, Kusdianti
JURNAL BIOS LOGOS Vol 4, No 1 (2014): JURNAL BIOSLOGOS
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35799/jbl.4.1.2014.4838

Abstract

Abstrak   Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan kekerabatan pada delapan kultivar talas (Colocasia esculenta) berdasarkan karakter morfologi organ vegetatif. Kultivar-kultivar tersebut yakni talas kaliurang, burkok, bentul, bogor, sutra, kudo, lampung dan semir. Total karakter yang diamati berjumlah 35 karakter. Karakter-karakter tersebut kemudian dibuat skoring. Hasil skoring dianalisis dengan metode UPGMA (Unwight Pair Group Method with Arithmetic Average) menggunakan program komputer PAUP versi 4.0b10 sehingga terbentuk fenogram. Hasil penelitian menunjukkan variasi morfologi organ vegetatif yang cukup tinggi. Dari seluruh karakter, hanya lima karakter yang tidak menunjukkan adanya perbedaan. Karakter tersebut yaitu bentuk daun dan ujung daun, rasio panjang terhadap lebar daun, pola tepi pelepah dan posisi dominan bentuk helai daun tua. Dari fenogram diketahui bahwa seluruh kultivar yang diamati membentuk dua kelompok utama. Kelompok pertama terdiri dari kaliurang, burkok, bentul, bogor, lampung dan sutra, yang membentuk tiga subkelompok. Kelompok kedua terdiri dari kudo dan semir. Hasil analisis fenetik menunjukkan kultivar bogor dan lampung merupakan dua kultivar yang sangat dekat hubungan kekerabatannya dengan nilai kesamaan sebesar 80%. Kata kunci : Colocasia esculenta, fenetik, kultivar, organ vegetatif Abstract This research was conducted to find out relationship on eight cultivars of taro (Colocasia esculanta) based on vegetative morphological characters. They were kaliurang, burkok, bentul, bogor, sutra, kudo, lampung and semir. Total characters observed were 35 characters and the scoring  was also performed. In order to form a phenogram, the scoring then were analyzed using computer software PAUP version 4.0b10, the UPGMA method (Unwight Pair Group Method with Arithmetic Average). Results showed that morphological variation of vegetative characters are quite high. Of all the characters, only five characters that indicated any significant differences. These characters were leaves shape, leaves tip shape, length-width leaves ratio, midrib leaves, and dominant position of the old leaves. From the phenogram, it was known that all cultivars observed were form into two main groups. The first group consists of kaliurang, burkok, bentul, bogor, lampung and sutra, which formed three subgroups. The second group consists of kudo and semir. The results of the phenetic analysis showed the cultivar bogor and lampung are two cultivars that are very close relationship ties with the similarity value of 80%. Keywords : Colocasia esculenta , phenetic, cultivars, vegetative

Page 9 of 22 | Total Record : 219