MUDRA Jurnal Seni Budaya
AIMS The journal presents as a medium to share knowledge and understanding art, culture, and design in the area of regional, national, and international levels. In accordance with the meaning of the word “Mudra”, which is a spiritual gesture and energy indicator, it is hoped that the journal will be able to vibrate the breath of art knowledge to its audience, both academics, and professionals. The journal accommodates articles from research, creation, and study of art, culture, and design without limiting authors from a variety of disciplinary/interdisciplinary approaches such as art criticism, art anthropology, history, aesthetics, sociology, art education, and other contextual approaches. SCOPE MUDRA, as the Journal of art and culture, is dedicated as a scientific dialectic vehicle that accommodates quality original articles covering the development of knowledge about art, ideas, concepts, phenomena originating from the results of scientific research, creation, presentation of fine arts, performing arts and new media from researchers, artists, academics, and students covering areas of study: Performing Arts: dance, puppetry, ethnomusicology, music, theater,performing arts education, performing arts management Fine Arts: fine arts, sculpture, craft art, fine arts education,fine arts management, including new media arts Design: interior design, graphic communication design, fashion design,product design, accessories and/or jewelry design Recording Media : photography, film, television, documentary, video art, animation,game Culture : linguistic, architecture, verbal tradition, as well as other communal tradition The object of research is explored in a variety of topics that are unique, relevant, and contextual with environmental and sustainability aspects, local wisdom, humanity and safety factors. In addition to that, the topic of research needs to be original, creative, innovative, excellence, and competitive.
Articles
14 Documents
Search results for
, issue
"Vol 32 No 1 (2017): Februari"
:
14 Documents
clear
Marginalisasi Ideologi Tri Hita Karana Pada Media Promosi Pariwisata Budaya Di Bali
Anak Agung Gde Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.4
Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2, Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang menekankan pentingnya tri hita karana dalam pengembangan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas  pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-benar menunjukkan aplikasi falsafah tri hita karana. Tujuan jangka panjang penelitian ini, terwujudnya media promosi pariwisata budaya Bali yang benar-benar mengimplementasi ideologi tri hita karana. Terkait dengan tujuan ini, target khusus yang hendak dicapai adalah upaya penggambaran marginalisasi ideologi tri hita karana dalam media promosi pariwisata budaya Bali.  Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut, berupa wawancara mendalam dan pengamatan serta penggunaan dokumen. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar,  serta perusahaan di bidang pariwisata maupun di bidang disain grafis di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap billboard yang terkait dengan pariwisata serta dokumen berupa foto, brosur, leaflet, dan iklan tabloid yang mempromosikan pariwisata dan diproduksi oleh para pihat terkait tersebut di atas. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Based on the result of analysis bahwa yang memarginalkan ideologi tri hita karana pada media promosi pariwisata budaya di Bali adalah ideologi kapitalisme dan ideologi dualisme kultural. Hal ini terjadi karena pembuatan media promosi pariwisata pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi objek yang dipromosikan. Tentu saja tujuan itu berujung pada peningkatan perolehan keuntungan atau uang. Implikasi utama media promosi pariwisata budaya Bali yang ideologi tri hita karana-nya termarginalkan pada citra Bali sebagai daerah pariwisata adalah bahwa Bali tercitrakan sebagai daerah budaya pariwisata dan bukan pariwisata budaya.
Desain Interior Microteaching Berbasis Ergonomi
Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi;
I Dewa Ayu Sri Suasmini;
Ni Luh Desi In Diana Sari
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.9
Pembelajaran microteaching adalah kegiatan pelatihan mengajar untuk mendalami makna bahkan strategi penggunaannya pada setiap proses pembelajaran. Microteaching dilaksanakan secara reguler di kelas biasa, namun sekarang telah mulai disiapkan kelas khusus yang disebut ruangan micro teaching. Untuk mencapai pembelajaran microteaching yang baik maka diperlukan suasana atau ruangan yang nyaman dan ergonomis.Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang ruangan microteaching.  Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah tersedianya teori berupa pedoman tertulis dan dokumen desain berupa gambar kerja yang dapat digunakan sebagai model untuk mewujudkan desain interior microteachingyang ergonomis bagi Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan yang tidak pernah secara khusus mempelajari teori tentang desain interior dan ergonomi, bagi para mahasisiwa Program Studi Desain Interior, desain interior dan pihak yang berkesempatann memperoleh penawaran mengerjakan projek jenis ini.Target khusus yang hendak dicapai pada penelitian ini, tersedia pedoman tertulis dan gambar kerja tentang desain interior micro teaching berbasis ergonomi bagi mahasiswa PS Desain interior agar variasi jenis kasus yang ditangani bertambah. Agar tujuan penelitian ini tercapai maka pengumpulan data dilakukan memakai metode kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi.Analisis data dilakukan memakai metode deskriptif dan komparatif serta glass-box melalui adanya masukan, proses dan luaran agar diperoleh simpulan yang signifikan. Adapun rincian kegiatan tahun pertama terdiri atas pengumpulan teori desain interior, seni yang berhubungan dengan interior dan ergonomi, wawancara dengan dosen dan mahasiswa LPTK, mengukur antropometri pengguna interior microteaching , observasi pengukuran dan dokumentasi desain interior microteaching yang sudah ada di Bali, penetapan masalah, analisis serta simpulan. Kegiatan tahun kedua terdiri atas penyusunan teori desain interior microteaching yang ergonomis, pembuatan dokumen desain berupa gambar kerja desai interior microteaching yang ergonomis, penyusunan laporan hasil penelitian, pengusulan HKI, dan penyusunan bahan ajar.Â
Hibriditas Budaya Indies Dan Pengaruhnya Terhadap Gaya Desain Grafis Indonesia Kontemporer
Bedjo Riyanto
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.17
Rumusan permasalahan dalam kajian ini adalah untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah budaya Indies menghasilkan hibriditas gaya desain grafis yang mempunyai ciri khas? Mengapa gaya desain grafis Indies mampu bertahan dan mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan gaya desain grafis Indonesia masa kini. Tujuannya untuk menjelaskan secara kronologis budaya Indies pada masa kolonial Hindia-Belanda mempengaruhi lahirnya gaya desain grafis Indies. Menjelaskan pengaruh gaya grafis Indies dalam rangka usaha menemukan pembentukan gaya desain grafis Indonesia di masa kini. Hasil kajian ini adalah menjelaskan perkembangan visualitas desain grafis Indies yang merupakan produk konstruksi kebudayaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, telah mengalami puncak perkembangannya pada masa akhir kolonialisme di Indonesia tahun 1940-an.Gaya desain grafis Indies merupakan hibridisasi antara gaya desain modern Barat yang dikembangkan oleh para seniman dan desainer grafis Belanda dengan gaya visual seni tradisional pewayangan Jawa yang dianggap sebagai warisan adiluhung kebudayaan masyarakat Jawa di masa lampau. Perpaduan itu membentuk sintesa gaya desain yang yang bersifat eklektik menjadi ciri khas desain Indonesia dengan ketinggian kualitas artistik yang menjadi rujukan dan sumber inspirasi bagi para perancang desain grafis masa kini.
Nilai-Nilai Pengetahuan Lokal Pembentuk Karakter Bangsa Dalam Sandiwara Cirebon, Jawa Barat
Jaeni Bin Wastap
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.65
Penelitian tentang nilai-nilai seni pertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon, Jawa Barat, sebagai pengetahuan lokal pembentuk karakter bangsa, bertujuan untuk mengkonservasi, merevitalisasi, dan mengkonstruksi nilai-nilai pengetahuan lokal dan karakter bangsa dalam seni pertunjukan teater rakyat Jawa Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kualitatif, melalui metode arsip-kreatif terhadap pertunjukan teater rakyat sandiwara Cirebon. Metode arsip kreatif mengutamakan dokumen pertunjukan sandiwara, yang disetiap adegan dipilih gambar dan dialognya. Melalui metodetersebut, penelitian ini berhasil mendapatkan nilai-nilai pengetahuan lokal dan karakter bangsa sebagai identitas budaya melalui pertunjukan sandiwara. Nilai-nilai tersebut terdapat pada lakon/cerita dalam pertunjukan teater rakyat Jawa Barat, seperti nilai moral, etika, jujur, tanggung jawab, dan cinta damai.
Pasantian Sebagai Sumber Inspirasi Riset dan Kreativitas
I Komang sudirga
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.66
Penelitian ini  mengungkapkan tentang kedudukan pasantian sebagai aktivitas budaya yang mengandung unsur-unsur seni kompleks yang menjadi tambang emas pengetahuan dan dapat memberikan peluang bagi para pengkaji dan kreator seni untuk mendiskusikan dan mewacanakan secara kreatif. Pasantian yang media utamanya bersumber dari karya sastra  banyak mengungkapkan pengalaman pengarang tidak hanya pengalaman estetis, tetapi juga pengalaman religius. Berdasarkan hasil kajian menunjukan bahwa dalam pasantian terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang sangat relevan untuk pembentukan karakter bangsa. Untuk menguatkan jati diri bangsa aktivitas pasantian sangat layak untuk dikedepankan dan dijadikan sumber nilai pembentukan karakter. Pasantian merupakan aktivitas budaya yang mampu menjadi benteng pemertahanan budaya Bali yang  secara realitas telah ikut menguatkan sendi-sendi tradisi seni dan budaya Bali. Terdapat beberapa faktor yang dapat diungkap sebagai penyulut munculnya kreativitas. Bentuk-bentuk hasil kreativitas inovatif merupakan bentuk pembiakan kultural. Dalam kaitan kreativitas pasantian, faktor-faktor penyulut (pemicu) dapat diungkapkan karena tingginya frekuensi ruang ritual, tersedianya ruang kontestasi sosial dan media, serta bergulirnya era reformasi dan demokratisasi.
Pertunjukan Tari Babuang Pada Piodalan Bhatara Dalem Pingit, Di Desa Pengotan Kabupaten Bangli
I Putu Sudarma
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.67
Tari Babuang adalah bentuk tari wali yang sangat disakralkan oleh masyarakat  Desa Pakraman PengotanBangli. Tarian ini hanya dapat dipentaskan oleh sekaa teruna dari Desa Pengotan Bangli-pada ritual Bhatara Dalem Pingit. Prosesi pementasannya adalah Pider sekar, ngastawa di Pelinggih Sanggar Tawang, sesolahan tari Babuang, dan perang papah Biu. Tari Babuang pada ritual Bhatara Dalem Pingit memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi keagamaan, fungsi estetika, dan fungsi inklusi sosial. Fungsi agama, tari Babuang adalah bentuk persembahan untuk para leluhur yang tinggal di Gunung Airawang (Gunung Abang), dan manifestasi dari Tuhan yang tinggal di pura Tuluk Biu. Fungsi estetikanya terkait dengan nilai kesucian (sivam), kebenaran (satyam) dan keseimbangan atau harmoni (sundaram). Sebaliknya, fungsi inklusi sosial, tarian ini digunakan sebagai sarana membina solidaritas di antara masyarakatnya
Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut di Pantai Muncar, Desa Kedungrejo, Kec.Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis)
Relin D.E
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.81
Tari Gandrung merupakan kekayaan budaya lokal banyuwangi dan dijadikan maskot daerah Banyuwangi. Tari gandrung banyak dipentaskan diberbagai acara publik termasuk di dalam tradisi petik laut. Pementasan Tari Gandrung dalam tradisi petik laut memiliki makna tersendiri karena tradisi ini diyakini sebagai bentuk persembahan kepada Dewa Laut agar nelayan dianugrahkan ikan yang berlimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Tari Gandrung dan makna filosofi Tari gandrung yang terkandung dalam tradisi Petik laut di pantai Muncar Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. dengan analisis deskriftip kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi (data-data sekunder). Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa Setiap peragaan Gandrung Banyuwangi selalu berpola jejer, paju dan seblang-seblang. Dalam pementasannya memasuki tiga babak yakni pertama  jejer, gending terdiri dari lagu Padha Nonton yang terdiri dari delapan bait 32 baris setiap baitnya terbagi menjadi empat baris, baru kemudian dilanjutkan dengan gending Padha Nonton pada bait-bait berikutnya dengan gerak tari yang sesuai warna lagu yang dibawakan. Kemudian babak kedua disebut Paju gending yang dibawakan bebas sesuai permintaan yang akan ikut menari (maju gandrung) dan ketiga Seblang-seblang yang selalu diawali dengan gending atau lagu yang berjudul Seblang Lukito dan gending-gending lainnya. Pementasan tari gandrung dalam tradisi petik laut secara filosofis bila diamati dari lagu Padha nonton dengan syairnya berbentuk bebas dan pola yang berkembang ini merupakan gambaran filosofis hidup tentang manusia. Filosofis yang diekspresikan dalam bentuk tari dan nyanyi sebagai simbol pesan tentang hidup dan kehidupan. Terutama dalam adegan seblang-seblang memvisualisasikan perpaduan bentuk gerak dan nyanyian yang indah untuk menyampaikan pesan-pesan tentang hidup dan kehidupan segala suka dukanya sebagai manusia. Demikian juga ucapan rasa syukur kepada Tuhan atas kehidupan ini. Kemudian akhir dari manusia itu sendiri diaktualisasikan tentang keberadaan manusia secara hitam dan putih. Perjuangan dan pergulatan akhirnya dengan hentakan atau kelembutan dalam menjawab semua pertanyaan yang muncul, suatu pertanyaan yang tak pernah habis-habisnya, seperti memasuki dunia pengalaman sekaligus dunia kenyataan dalam satu rangkaian
Komodifikasi Seni Lukis Wayang Kamasan Sebagai Produk Industri Kreatif Penunjang Pariwisata
I Wayan Mudana;
Pande Ketut Ribek
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.83
Komodifikasi merupakan proses yang tidak hanya berhubungan dengan bagaimana produksi menjadi produk massa, tetapi juga berhubungan bagaimana produk tersebut dapat didistribusikan ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Seni lukis wayang Kamasan merupakan fenomena komodifikasi dan industri kreatif yang menarik untuk dikaji secara kritis dengan pendekatan culture studies untuk mengetahui keinginan pariwisata. Sebagai alat analisis digunakan teori teori komodifikasi. Metode yang digunakan mengkaji penelitan komodifikasi adalah metode kritis yang bersifat emansipatoris, melibatkan pelukis,dan pelaku bisnis (industri pariwisata). Hasil penelitian ini; (1) produksi seni lukis wayang Kamasan sudah terjadi pengkaburan makna dari makna simbolik menjadi makna ekonomi, keos (brecolage), dan menjadi produksi massa, (2) distribusi seni lukis wayang Kamasan di pasar sangat dinamis, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal tetapi juga pasar global berupa produk kreatif. (3) konsumsi seni lukis wayang Kamasan tidak hanya oleh masyarakat lokal sebagai persembahan, tetapi juga oleh pariwisata sebagai souvenir
Seni Pertunjukan Bali Pada Masa Dinasti Warmadewa
Hendra Santosa;
Nina Herlina Lubis;
Kunto Sofianto;
R.M. Mulyadi
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.84
Tulisan ini merupakan bagian dari disertasi yang berjudul “Gamelan Perang di Bali, Abad ke-10 Sampai Awal Abad ke-21â€, sebagai salah satu syarat untuk maju Ujian Naskah Disertasi pada program studi Ilmu Sastra Konsentrasi Ilmu Sejarah Universitas Padjadjaran (UNPAD). Tulisan ini mengulas tentang gamelan zaman Bali Kuno yang mengambil rentang waktu dari Tahun 882 sampai 1077 Masehi, yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan seni pertunjukan agar tidak terlalu sama dengan bagian disertasi yang dimaksud tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kejelasan tentang seni pertunjukan pada masa pemerintahan Dinasti Warmadewa melalui penelusuran prasasti dan naskah-naskah Jawa Kuna.Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Pada tahap heuristik, prasasti-prasasti yang dikeluarkan pada zaman Bali Kuno dikoroborasikan dengan karya kesusastraan yang sezaman dengan masanya. Pada zaman Dinasti Warmadewa tidak semua seni pertunjukan ditujukan untuk kegiatan upacara, tetapi ada juga seni pertunjukan untuk hiburan baik untuk kalangan istana maupun untuk rakyat biasa.
Penciptaan Drama Radio “Ratu Adil: Prahara Tegalrejo†Sebagai Media Pendidikan Karakter
Nur Sahid;
Sukatmi Susantina;
P Purwanta;
Nicko Septiawan
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.31091/mudra.v32i1.85
Penelitian skema RAPID ini salah satunya bertujuan merancang penciptaan drama radio “Ratu Adil: Episode Prahara Tegalrejaâ€. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengangkat kisah perjuangan Pangeran Diponegoro yang kaya dengan unsur-unsur pendidikan karakter dalam bentuk drama radio. Penciptaan drama radio “Ratu Adil: Episode Prahara Tegalreja†menggunakan metode penciptaan seni dari Wallas G yang mencakup preparation (persiapan atau masukan), incubation (tahap pengeraman), illumination (tahap ilham/inspirasi), verivication (pembuktian/pengujian). Sementara itu, untuk penulisan drama  menggunakan teori struktur drama yang meliputi tema, penokohan, plot, dan dialog Salah satu hasil penelitian ini berupa  naskah drama radio "Ratu Adil: Episode Prahara Tegalreja"  yang mengangkat kisah Prahara Tegalreja, yakni ketika pasukan Kepatihan dan Belanda menyerang dan membakar Pendapa Tegalreja. Asal mula masalah dan pertikaian yang dalam sejarah akan diperkaya dengan tokoh rekaan dalam rangka menghidupkan cerita dan menjadi drama radio yang berbasis fiksi dramatik