Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Media Promosi Dramatari Tektekan Calonarang Di Puri Anyar Kerambitan Tabanan Nova Agung Rama, Wijaya; Santosa, Hendra; A.A. Gde Bagus, Udayana
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23 No 2 (2019): Desember
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1448.778 KB)

Abstract

Penciptaan ini bertujuan untuk membuat media promosi bagi Dramatari Tektekan Calonarang di Puri Anyar Kerambitan. Saat ini Puri Anyar Kerambitan belum mempunyai media promosi yang baik untuk memperkenalkan Puri Anyar Kerambitan kepada masyarakat secara luas. Untuk itu solusi mengatasi masalah yang dihadapi Puri Anyar Desa Baturiti Kerambitan Tabanan adalah membuat media komunikasi visual yang bersifat informatif, komunikatif dan estetik. Peranan Desain Komunikasi Visual dalam kasus bertujuan untuk promosi pementasan dramatari Tektekan Calonarang di Puri Anyar Desa Baturiti Kerambitan Tabanan kepada masyarakat luas baik lokal, nasional maupun internasional. Untuk menciptakan karya Desain Komunikasi Visual Untuk Promosi Dramatarai Tektekan Calonarang Di Puri Anyar Kerambitan Tabanan, terdapat dua pokok rumusan ide penciptaan meliputi, (1) Bagaimana proses penciptaan Desain Komuniasi Visual Untuk Promosi Dramatari Tektekan Calonarang ?, (2) Bagaimana bentuk Desain Komuniasi Visual Untuk Promosi Dramatari Tektekan Calonarang ? Teori yang digunakan untuk medukung karya teori Desain Komunikasi Visual, Teori Estetika, dan Teori Semiotika. Metode penciptaan yang dilakukan adalah mengeksplorasi Tektekan Calonarang, menerapkan teori desain, estetika, dan semiotika serta unsur-unsur visual ke dalam proses penciptaan, serta melalui tahapan-tahapan penciptaan desain komunikasi visual. Membentuk wujud Desain Komunikasi Visual promosi berupa website, poster, billboard, t-shirt, katalog, instagram dan video promosi.
IDEOLOGICAL DECONSTRUCTION OF THE PROMOTIONAL MEDIA IN BALI CULTURAL TOURISM Udayana, AA Gde Bagus; Atmadja, Nengah Bawa; Dhana, I Nyoman
E-Journal of Cultural Studies Volume 10, Number 1, February 2017
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.487 KB) | DOI: 10.24843/cs.2017.v10.i01.p04

Abstract

The regional regulation issued by the Provincial Government Number 2 of 2012 defines that Tri Hita Karana is a Hindu philosophy explaining the three things which contribute to prosperity. Therefore, the promotional media of tourism should be ideally based on the ideology of Tri Hita Karana. However, the fact shows that it has been marginalized in the promotional media of the Bali cultural tourism. In relation to this, three main theories are used in the present study. They are the theory of deconstruction, the theory of practice, and the theory of social reality construction. The qualitative, descriptive, and interpretative methods were employed to analyze the data, which were collected through in-depth interview, observation and documentary study. Based on the result of the study, it can be concluded that the capitalistic ideology, the ideology of cultural dualism, the ideology of consumerism, the ideology of commercialism, the ideology of totalitarianism, and the ideology of pseudo-social responsibility have been responsible for the marginalization of the ideology of Tri Hita Karana in the promotional media of the Bali cultural tourism. The system used to deconstruct the promotional media of the Bali cultural tourism involves the government, private companies, and the graphic design consultants. They are oriented towards their respective ideology and interest. The ideology and interest-oriented promotional media of the Bali cultural tourism affect the image of Bali as a tourist destination. The implications are as follows: Bali is an area of the culture of tourism; it is an area where postmodern people live; it is an area where glocalization takes place; it is an area where modern spirituality develops; it is also an area where the identity of the Balinese people and culture is shown not to be in accordance with the fact.
Proses Pembuatan Film Animasi 2D “Pedanda Baka” Sudi Anggara, I Gede Adi; Santosa, Hendra; Udayana, A.A Gde Bagus
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 8 No 1 (2020): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.266 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i1.923

Abstract

Dahulu, para orang tua sering bercerita tentang dongeng dan cerita rakyat daerah kepada anak-anaknya menjelang tidur. Namun kini, cerita rakyat yang merupakan salah satu seni tradisi lisan telah mengalami marginalisasi. Tak hanya dikarenakan dengan perubahan zaman dan hadirnya berbagai teknologi, tetapi juga karena tradisi mendongeng di lingkungan keluarga telah memudar. Sangat disayangkan bila kisah-kisah inspiratif dan penuh dengan pesan moral yang terkandung di dalamnya tidak tersampaikan ke masyarakat luas, terutama anak-anak. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan industri kreatif saat ini, film animasi 2D adalah salah satu media informatif yang efektif dalam menyajikan dan mentransfer kisah-kisah cerita rakyat kepada masyarakat luas, terutama anak-anak yang menyukai film kartun. Film animasi 2D “Pedanda Baka” merupakan film animasi yang sumber ceritanya berasal dari cerita rakyat daerah Bali. Dalam proses pembuatannya, film animasi 2D ini melalui beberapa tahapan yang terbilang kompleks. Pembuatan film animasi 2D “Pedanda Baka” ini menerapkan metode pembuatan film dengan melalui tiga tahapan yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan primer yaitu wawancara dengan Made Taro selaku budayawan dan pendongeng asal Bali, serta didukung dengan data sekunder yakni studi kepustakaan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tahap pra-produksi dilalui dengan beberapa proses dimulai dari menentukan ide cerita, membuat perencanaan, membuat naskah(script), membuat desain visual, serta membuat storyboard. Tahap produksi meliputi persiapan bidang kerja, modelling karakter, rigging karakter, perekaman dubbing, proses animasi, serta render animasi. Sedangkan tahap pasca-produksi meliputi proses compositing, editing, test render dan render final.
Proses Pembuatan Film Animasi 2D “Pedanda Baka” I Gede Adi Sudi Anggara; Hendra Santosa; A.A Gde Bagus Udayana
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2020): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (887.266 KB) | DOI: 10.31091/sw.v8i1.923

Abstract

Dahulu, para orang tua sering bercerita tentang dongeng dan cerita rakyat daerah kepada anak-anaknya menjelang tidur. Namun kini, cerita rakyat yang merupakan salah satu seni tradisi lisan telah mengalami marginalisasi. Tak hanya dikarenakan dengan perubahan zaman dan hadirnya berbagai teknologi, tetapi juga karena tradisi mendongeng di lingkungan keluarga telah memudar. Sangat disayangkan bila kisah-kisah inspiratif dan penuh dengan pesan moral yang terkandung di dalamnya tidak tersampaikan ke masyarakat luas, terutama anak-anak. Di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi dan industri kreatif saat ini, film animasi 2D adalah salah satu media informatif yang efektif dalam menyajikan dan mentransfer kisah-kisah cerita rakyat kepada masyarakat luas, terutama anak-anak yang menyukai film kartun. Film animasi 2D “Pedanda Baka” merupakan film animasi yang sumber ceritanya berasal dari cerita rakyat daerah Bali. Dalam proses pembuatannya, film animasi 2D ini melalui beberapa tahapan yang terbilang kompleks. Pembuatan film animasi 2D “Pedanda Baka” ini menerapkan metode pembuatan film dengan melalui tiga tahapan yaitu tahap pra-produksi, produksi, dan pasca-produksi. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan primer yaitu wawancara dengan Made Taro selaku budayawan dan pendongeng asal Bali, serta didukung dengan data sekunder yakni studi kepustakaan. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tahap pra-produksi dilalui dengan beberapa proses dimulai dari menentukan ide cerita, membuat perencanaan, membuat naskah(script), membuat desain visual, serta membuat storyboard. Tahap produksi meliputi persiapan bidang kerja, modelling karakter, rigging karakter, perekaman dubbing, proses animasi, serta render animasi. Sedangkan tahap pasca-produksi meliputi proses compositing, editing, test render dan render final.
E-INVITATION SEBAGAI PELUANG BISNIS ERA INDUSTRI 4.0 DI BALI Wina Pertiwi Putri Wardani; Anak Agung Gde Bagus Udayana
Jurnal Bahasa Rupa Vol. 5 No. 1 (2021): Jurnal Bahasa Rupa Oktober 2021
Publisher : LPPM Institut Bisnis dan Teknologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31598/bahasarupa.v5i1.873

Abstract

In the 4.0 era, everything uses technology, including the dissemination of information such as wedding invitations. It can be said that in Bali the use of e-invitation is not as popular as in Southeast Sulawesi, South Sulawesi, Aceh, West Sumatra and Central Java. This study aims to describe the potential of e-invitation in the new era, especially in Bali. Qualitative descriptive method was used in this study to explore information about the importance of using e-invitation in the pandemic era and could be a business opportunity. This paper uses high concept theory and high touch and visual elements as supporting theory in data analysis method. From the research results, it is known that e-invitation has wide-open business potential in Bali. The use of e-invitation has many advantages both from an economic and environmental point of view, it's just that few people know where the e-invitation design can be made.
Marginalisasi Ideologi Tri Hita Karana Pada Media Promosi Pariwisata Budaya Di Bali Anak Agung Gde Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 1 (2017): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i1.4

Abstract

Pariwisata budaya yang dikembangkan di Bali diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2, Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali yang menekankan pentingnya tri hita karana dalam pengembangan pariwisata di Bali. Oleh karena itu, idealnya segala aktivitas  pengembangan pariwisata budaya di Bali, termasuk promosi pariwisata benar-benar menunjukkan aplikasi falsafah tri hita karana. Tujuan jangka panjang penelitian ini, terwujudnya media promosi pariwisata budaya Bali yang benar-benar mengimplementasi ideologi tri hita karana. Terkait dengan tujuan ini, target khusus yang hendak dicapai adalah upaya penggambaran marginalisasi ideologi tri hita karana dalam media promosi pariwisata budaya Bali.  Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut, berupa wawancara mendalam dan pengamatan serta penggunaan dokumen. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait, seperti Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar,  serta perusahaan di bidang pariwisata maupun di bidang disain grafis di Bali. Pengamatan dilakukan terhadap billboard yang terkait dengan pariwisata serta dokumen berupa foto, brosur, leaflet, dan iklan tabloid yang mempromosikan pariwisata dan diproduksi oleh para pihat terkait tersebut di atas. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan Based on the result of analysis bahwa yang memarginalkan ideologi tri hita karana pada media promosi pariwisata budaya di Bali adalah ideologi kapitalisme dan ideologi dualisme kultural. Hal ini terjadi karena pembuatan media promosi pariwisata pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang mengunjungi objek yang dipromosikan. Tentu saja tujuan itu berujung pada peningkatan perolehan keuntungan atau uang. Implikasi utama media promosi pariwisata budaya Bali yang ideologi tri hita karana-nya termarginalkan pada citra Bali sebagai daerah pariwisata adalah bahwa Bali tercitrakan sebagai daerah budaya pariwisata dan bukan pariwisata budaya.
Exploring Yeh Pulu Relief (An Iconography Approach) I Wayan Kun Adnyana; I Nengah Sudika Negara; Desi In Diana Sari; A.A Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 3 (2017): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i3.176

Abstract

Yeh Pulu relief, located in Bedulu Village, Gianyar Regency, is one of the important Balinese visual art work. It serves as a proof of the ultimate artistic achievement in the ancient Balinese kingdom era. It possesses some distinctive characteristics, such as a particular style of figuration, a specific theme, and unique sculptural characters. There are very few articles focusing on this topic. Therefore, there is a need to explore Yeh Pulu relief by conducting an in-depth research. Based on Panofsky’s iconography perspective, this research aims to analyze stylistic figurations of the relief, the theme, the sculptural characters and the meaning of the depiction. Panofsky’s iconography consists of three levels of analysis, i.e. pre-iconography, iconography and iconology. Employing his theory, the first stage of this analysis focuses on the physical characters on the relief; the second stage focuses on the concept of narration; and the third one deals with discourse around the subject of this study. The image of Yeh Pulu relief very clearly reveals the theme of heroism found in the everyday life by ordinary people. The result of this research is defined of the theme is reinforced by the figuration of the relief’s subjects that tends to be realistic (using the body proportion of a normal adult human) and is complemented by carvings of plant tendrils that are nearly naturalistic in style. The research participants are I Nengah Sudika Negara (data collector), Luh Desi in Diana Sari (layout designer), and Anak Agung Udayana (photographer).Relief Yeh Pulu, lokasi di Desa Bedulu, Kabupaten Gianyar merupakan salah satu karya seni rupa terpenting. Relief ini merupakan pencapaian artistik puncak di era kerajaan Bali Kuna. Selain itu juga memiliki karakter yang khas, seperti gaya figurasi yang khusus, memiliki tema spesifik, dan keunikan pahatan. Sangat sedikit tulisan yang fokus membahas tentang topik ini. Sehingga menjadi penting untuk mengeksplorasi Relief Yeh Pulu melalui riset yang mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa gaya figurasi, tema, karakter pahatan dan makna dari relief. Melalui pendekatan ikonografi Panofsky, analisis dilakukan melalui tiga tahapan, yakni praikonografi, ikonografi dan ikonologi. Analisis level pertama terfokus pada analisis karakter fisik dari relief; kedua, fokus pada konsep narasi; ketiga, terkait tentang diskursus yang melingkupi subjek kajian. Berdasar analisis tersebut, dapat ditegaskan bahwa relief Yeh Pulu mengungkap tema kepahlawanan dunia sehari-hari orang-orang biasa. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa secara figurasi relief ini cenderung bersifat realistik (terlihat dari proporsi yang berukuran sama dengan ukuran tubuh manusia dewasa normal), begitu juga dengan pemahatan tentang tetumbuhan yang cenderung bergaya naturalistik. Anggota peneliti di antaranya: I Nengah Sudika Negara (pengumpul data), Luh Desi in Diana Sari (layout desain), dan Anak Agung Udayana (fotografer).
Women Aesthetics in Pundi Bank Advertisement from Cultural Studies Perspective Anak Agung Gde Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 33 No 3 (2018): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v33i3.518

Abstract

Women aesthetics that are visualized in the billboard advertisement of Pundi Bank is a strategic activity to persuade consumer or society. This is intended to see the picture of female aesthetics and its significance in contemporary society through the billboard advertisement of Pundi Bank by identifying the signs contained. The method that is used in this study is semiotics. Semiotics is essentially a qualitative interpretative (interpretation) method that focuses on sign and text as a study object as well as on how researchers interpret and understand the code (decoding) of the sign and the text. This study gives the aesthetic female image presented in the ad message it appears to be of the election of the visual communication element, It’s like photographic illustration, text, and color. The elements are arranged in such a harmony with the use of asymmetrical balance, making it look more attractive with a protrusion on the photographic illustration. The meaning that is delivered by Pundi Bank from this advertisement is a reflection of women’s lifestyle reality in contemporary society. Furthermore, this advertisement is formed by many icons in which it can be interpreted as a symbol of contemporary woman. Besides that, Pundi Bank advertisement also has a construction of social reality which can be seen as denotative and connotative meaning.Estetika perempuan yang divisuliasasikan dalam iklan billboard bank Pundi merupakan kegiatan yang strategis untuk mampu mempersuasif masyarakat konsumen. Tujuannya agar gambaran tentang estetika perempuan dan makna perempuan dalam masyarakat kontemporer yang ditampilkan oleh bank Pundi melalui iklan billboardnya dengan cara mengidenfikasi tanda-tanda yang terdapat dalam iklan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode semiotika. Metode semiotika pada dasarnya bersifat kualitatif interpretatif (interpretation), yaitu sebuah metode yang memfokuskan pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut. Hasil penelitian ini memberikan gambaran estetika perempuan dihadirkan dalam pesan iklan itu tampak dari pemilihan unsur-unsur komunikasi visualnya, seperti ilustrasi fotografi, teks, dan warnanya. Unsur-unsur tersebut ditata sedemikian rupa secara harmonis dengan menggunakan keseimbangan asimetris, menjadikannya nampak lebih menarik dengan penonjolan pada ilustrasi fotografinya. Makna yang diciptkan iklan bank Pundi merupakan cerminan realita gaya hidup perempuan pada masyarakat kontemporer. Iklan bank Pundi juga banyak terbentuk oleh ikon-ikon yang dapat dimaknai sebagai simbul perempuan kekinian. Iklan bank Pundi juga memiliki konstruksi realitas sosial yang dapat dimaknai sebagai makna Denotatif dan Konotatif.
Iklan Luar Ruang di Yogyakarta Pasca Pandemi Covid-19 dalam Kajian Sosio Desain Prayanto Widyo Harsanto; Anak Agung Gede Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 1 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to identify and critically analyze Outdoor Advertising in Yogyakarta using a socio-design approach. Outdoor Advertising, such as banners, banners, posters, billboards, and other media installed in every corner of Yogyakarta, is a dilemma. According to the view of a person or institution/industry, existence of Outdoor Advertising is an effective medium for conveying promotional messages to the public. Meanwhile, for regulators, especially for local governments, this can provide regional income through relatively high taxes. Nevertheless, on the other hand, the rise of Outdoor Advertising raises aesthetic, security, and environmental management issues in Yogyakarta City. This study uses a qualitative method with a socio-design approach (social aesthetics). The social-aesthetic process appreciates design work in a socio-environmental context, both the human environment, the natural environment, and the social environment. The design work in this study is the design of Outdoor Advertising is an essential variable because the delivery of messages through Outdoor Advertising will determine the content, shape, and type, as well as the location or installation. When viewed from a functional context, advertising is to help market products and services persuasively. From the aesthetic context, outdoor advertising displays must focus on Yogyakarta's social, economic, cultural, and environmental aspects. The results of this study indicate that Outdoor Advertising is needed for communicators to convey messages on products/services. As an essential regulator, the local government makes public spatial planning policies related to ad placement. Therefore, Outdoor Advertising can help increase the positive perception of the correlated people to form the image of the Yogyakarta city planning, which is unique and has a comfortable heart.
Bentang Budaya dan Orientasi Spasial di Bali Timur I Dewa Gede Agung Diasana Putra; I Made Adhika; Anak Agung Ngurah Aritama; Anak Agung Gede Bagus Udayana
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 38 No 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v38i2.2217

Abstract

Covid-19 has tremendously impacted global daily life and the built environment, particularly in tourist places' pleasure. Modern architectural practices, such as planning tourist sites, must display new patterns while updating current ones to control contagious diseases efficiently. Polarity is a spiritual concept in Bali that focuses on the impact of nature and geography on traditional Balinese societies. The island's natural environment influences traditional Balinese beliefs and practices on the propriety of specific architectural types and space layouts. According to this theory, the universe was created by colliding two opposed poles. It makes some suggestions for improving the layout of rural villages. This architecture can be seen on the Indonesian island of Bali at several major tourist spots, most notably in the island's eastern area. Despite this, the Covid-19 pandemic underscored the significance of virus prevention in building design, particularly tourist-oriented hotels. Architects, designers, environmentalists, and others in the tourism industry face several challenges while creating and building environmentally sustainable tourist facilities. The study's goal was to see if the traditional architectural principles of eastern Bali could be leveraged to create a tourism facility template that would allow the hospitality industry to meet the demand for new, effective layouts and layout variants. As a result, the villages in eastern Bali that have preserved their old practices have contributed significantly to our understanding of what it means to be a modern human. Professionals can use historical knowledge to build resilient patterns and configurations even when confronted with modern threats, such as viral attacks on famous tourist locations. This study refuted several long-held ideas in light of the Covid -19 results.