cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Aksara
Published by Balai Bahasa Bali
ISSN : 08543283     EISSN : 25800353     DOI : -
Core Subject : Education,
AKSARA is a journal that publishes results of literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in AKSARA have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. AKSARA is published by Balai Bahasa Bali twice a year, June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021" : 12 Documents clear
TRANSMISI MEMORI PERISTIWA 1965 DALAM NOVEL PULANG DAN AMBA/THE 1965 MEMORY TRANSMISSION IN PULANG AND AMBA NOVEL Metia Setianing Mulyadi; Candra Rahma Wijaya Putra
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.872 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.565.71-82

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan transmisi memori peristiwa 65 dari generasi pertama ke post-generasi dalam karya sastra. Metode penelitian yang digunakan, yakni deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan kajian postmemory Marianne Hirch. Sumber data penelitian adalah novel Pulang karya Leila S. Chudori dan Amba karya Laksmi Pamuntjak. Data penelitiannya adalah frasa, kalimat, atau paragraf yang merepresentasikan gambaran generasi pertama dan post-generasi, proses transmisi memori, dan rekonstruksi memori. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif, yaitu dengan cara reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat tiga generasi dalam proses transmisi memori, yaitu generasi pertama sebagai tokoh yang mengalami peristiwa 65 secara langsung, generasi 1.5 dan kedua sebagai penerima transmisi memori; (2) familial postmemory dilakukan melalui garis keturunan keluarga dan afiliative postmemory melalui buku, museum, foto, surat pribadi, dokumen sejarah, dan narasi yang berkembang di masyarakat; (3) konstruksi memori oleh tokoh post-generasi yang diwujudkan dengan penerimaan maupun penolakan. Penerimaan memunculkan rasa trauma, was-was, atau perubahan identitas yang mirip dengan generasi pertama. Sementara itu, sikap penolakan menempatkan cerita sebagai mitos yang sudah kedaluwarsa. Kata kunci: post-memori, generasi pertama, post-generasi, peristiwa 65 AbstractThis study aims to explain the memory transmission of events from the first generation to the post-generation in literary works. The research method used is descriptive qualitative. This research is a postmemory study of Marianne Hirch. The source of the research data is the novel Pulang by Leila S. Schudori and Amba by Laksmi Pamuntjak. The research data are phrases, sentences, or paragraphs that represent first-generation and post-generation descriptions, memory transmission processes, and memory reconstruction. The data analysis technique used interactive techniques, namely by way of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are (1) there are three generations in the memory transmission process, namely the first generation as a character who experiences events directly, the 1.5 generation and the second as a memory transmission receiver; (2) familial postmemory is carried out through family lineages and affiliative postmemory through books, museums, photos, personal letters, historical documents, and narratives that develop in society; (3) memory construction by postgeneration figures which is realized by acceptance or rejection. Acceptance creates a sense of trauma, anxiety, or a change of identity similar to that of the first generation. Meanwhile, the attitude of rejection places the story as an outdated myth. Keywords: postmemory, first generation, post-generation, event 65
TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH TOKOH PROTAGONIS DALAM NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA KARYA TERE LIYE/DIRECTIVE MEASURING OF PROTAGONIC CHARACTERS IN BIDADARI-BIDADARI SURGA NOVEL KARYA TERE LIYE Mia Salfita; Ngusman Abdul Manaf
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.469 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.504.111-120

Abstract

AbstrakPenelitian terhadap novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye ini bertujuan untuk menjelaskan kesantunan tindak tutur menyuruh pada tokoh protagonis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Data penelitian ini adalah tindak tutur direktif menyuruh pada tokoh protagonis dalam novel tersebut. Data dikumpulkan dengan cara membaca dan memahami novel, mencatat kata, frasa, klausa, dan kalimat tokoh yang dapat dirumuskan sebagai bagian dari tuturan maupun tindak tutur menyuruh, dan menginventarisasikan data berdasarkan masalah-masalah tindak tutur direktif yang terdapat dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye. Data dianalisis dan dibahas berdasarkan teori pragmatik. Dalam penelitian ini ditemukan sembilan tuturan tindak tutur direktif menyuruh, yang menunjukkan bahwa tokoh protagonis dalam novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere Liye cenderung melakukan tindak tutur menyuruh secara santun. Strategi bertutur tokoh utama dalam novel cenderung menggunakan tindak menyuruh kepada adik-adiknya. Kata kunci: tindak tutur direktif menyuruh, pragmatik, novel, Bidadari-Bidadari Surga AbstractThis research on the novel Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye aims to explain the politeness of the speech acts of the protagonist in Tere Liye's novel Bidadari-Bidadari Surga. This type of research is qualitative research using descriptive methods. The data source in this research is the novel Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye. The data of this research are directive speech acts ordered to the protagonist in the novel. Data were collected by understanding the novel, noting down words, phrases, clauses, or sentences that can be formulated as part of speech acts, and making an inventory of the data based on the problems of directive speech acts contained in Tere Liye's novel Bidadari-Bidadari Surga. Data were analyzed and based on pragmatic theory. The results of this study shows nine directive ordered speech act utterances, which indicate that the protagonist in the novel Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye tends to perform speech acts politely. The strategy of telling the main character in the novel tends to use commands to order his younger siblings. Keywords: directive speech act ordered, pragmatic, novel, Bidadari-Bidadari Surga 
RELASI GENETIS BAHASA-BAHASA DI KABUPATEN MOROWALI/THE GENETIC RELATIONSHIP OF LANGUAGES IN MOROWALI REGENCY Siti Fatinah
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.952 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.650.135-152

Abstract

AbstrakArtikel ini bertujuan memaparkan relasi genetis bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengumpulan data menggunakan metode simak melalui teknik sadap, rekam, wawancara, dan catat. Data penelitian ini terdiri atas 200 kosakata dasar Swadesh dan 837 kosakata budaya. Data tersebut diolah menggunakan metode komparatif (leksikostatistik dan rekonstruksi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali dikelompokkan menjadi dua, yaitu Bungku-Menui (Towatu, Bahonsuai, Tomadino, Bungku, Menui) dan Tombelala-Topada (Tombelala dan Topada). Pengelompokkan itu didukung bukti-bukti kualitatif melalui rekonstruksi protobahasa yang wujudnya berupa retensi dari bentuk PAN dan inovasi dari bentuk PAN. Retensi dari bentuk PAN berupa evidensi leksikal penyatu bahasa-bahasa di Kabupaten Morowali ditemukan pada glos anak, api, batu, binatang, buah, gigi, laut, lima, mata, mati, tahun, ular, tikam, dan tipis. Sebaliknya, inovasi dari bentuk PAN terdapat pada glos burung, hidung, dan tulang. Evidensi leksikal pemisah yang merupakan retensi dari bentuk PAN juga ditemukan pada kelompok Bungku-Menui, yakni terdapat pada glos akar, kuku, dan makan serta kelompok Tombelala-Topada ditemukan pada glos anjing, lidah, mulut, orang, panas, dan tanah. Realisasi berupa inovasi dari bentuk PAN dalam kelompok Bungku-Menui terdapat pada glos anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah, dan telinga serta kelompok Tombelala-Topada terdapat pada glos akar, kuku, dan makan. Kata kunci: evidensi, fonologis, relasi genetis, leksikal AbstractThis paper aims to describe quantitatively and qualitatively the genetic relations of the Morowali Regency languages. The data was collected using the observation method through tapping, recording, interviewing and note-taking techniques. The data of this research consisted of 200 basic Swadesh vocabularies and 837 cultural vocabularies. The data is analysed using comparative methods (lexicostatistics and reconstruction). The results of this study indicate that quantitatively the languages in Morowali Regency are grouped into two, namely Bungku-Menui (Towatu, Bahonsuai, Tomadino, Bungku, Menui) and Tombelala-Topada (Tombelala and Topada). This classification is supported by qualitative evidence through the reconstruction of the proto-language in the form of retention from the PAN form and innovation from the PAN form. The retention of the PAN form in the form of lexical evidence that unites the languages in Morowali Regency was found in the gloss of anak, api, batu, binatang, buah, gigi, laut, lima, mata, mati, tahun, ular, tikam, tipis. Conversely, the innovation of the PAN form is in the gloss of burung, hidung, tulang. The lexical separator evidence which is retention of the PAN form was also found in the Bungku-Menui group, namely in the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah; on Tombelala-Topada group is found on the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah. The realization in the form of innovation from the form of PAN on the Bungku-Menui group is found in the gloss of anjing, lidah, mulut, orang, panas, tanah, telinga; on Tombelala-Topada group is found in gloss of akar, kuku, and makan.Keywords: evidence, phonological, genetic relationship, lexical
ANALISIS PERSEPSI UJARAN TENAGA KESEHATAN: STUDI KASUS PENANGANAN KORONAVIRUS/ANALYSIS OF LANGUAGE PERSPECTIVE OF HEALTH PROFESSIONAL: CASE STUDY OF CORONA VIRUS HANDLING Dewi Nastiti Lestariningsih
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.002 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.640.83-94

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi ujaran berdasarkan pengalaman psikologis tenaga kesehatan (perawat) yang menangani koronavirus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara di media WhatsApp pada empat orang perawat yang sedang melakukan karantina di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung selama dua hari. Pemilihan empat orang perawat didasarkan atas kondisi psikologis perawat yang memiliki hasil reaktif setelah uji cepat melalui teknik random. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Analisis data dilakukan dengan membaca catatan berdasarkan komunikasi dengan perawat, mengidentifikasi, dan mengelompokkan berdasarkan beberapa kategori melalui kajian psikolinguistik. Berdasarkan hasil temuan dari wawancara dengan keempat perawat, ada empat kategori untuk menunjukkan kondisi psikologis para perawat, yakni takut, takut dan menerima, menerima dengan spiritual, serta bersikap profesional. Selain itu, penelitian ini memberikan gambaran tentang kondisi psikolinguistik perawat yang berhubungan dengan pemproduksian bahasa.Kata kunci: persepsi ujaran,  psikolinguistik, tenaga kesehatan, koronavirus AbstractThis study aims to look at speech perception based on the psychological experiences of health workers (nurses) who handle the corona virus. Data collection was carried out through interview techniques on whats app media to four nurses who were quarantining at Hasan Sadikin Hospital, Bandung for two days. The selection of four nurses was based on the psychological condition of the nurses who had reactive results after rapid testing through random techniques. The research results are presented descriptively through a qualitative approach. Data analysis was carried out by reading notes based on communication with nurses, identifying and grouping them according to several categories through psycholinguistic studies. The finding shows that from interviews with the four nurses, there are four categories to indicate the psychological condition of the nurses, fear, fear and acceptance, acceptance spiritually, and stay profesional. Besides that, this study also provides an overview of the psycholinguistic conditions of nurses related to production of language. Keywords: speech perception, psycholinguistics, health professionals, corona virus
MEDANESE NOVEL: HISTORY OF LITERATURES IN MEDAN CITY (1930—1965)/ROMAN MEDAN: SEJARAH KARYA SASTRA DI KOTA MEDAN (1930—1965) Syahri Ramadhan; Saefur Rochmat
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1631.819 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.545.39-56

Abstract

AbstractThis study aims to explain the history of the Medanese novels chronologically, starting from the development of the Medanese novels in the Dutch colonialism period to the old order, and the impact of Medanese novels to people in Medan. The sources of data are Medanese novels published from 1930 to 1965. Method used in this study was historic method studied through four stages as follows: (1) heuristic (to collect sources); (2) verification of data (to test validity of data); (3) interpretation; (4) historiography (writing). The data were analyzed by diachronic approach as a method in the length of time, but limited in space. The results of this study indicated that development of Medanese novels in Dutch colony time (from 1912 to 1942) experienced speedily progressing. Medanese novels were on its peak in 1930, until the term flood of romance emerged which was marked by the number of romances published. Medanese novels could compete against novels published by Balai Pustaka, a publisher previously established by the government of the Dutch colonialism. However, at time of the Japanese occupation (from 1942 to 1945), the Medanese novels experienced decreasing, even lost from distribution, and from early independence (from 1945 to 1950) to old order (from 1950 to 1966), the Medanese novels raised again, but the existence was unlike the previous. Moreover, the Medanese novels writing had impacts on social life in Medan, such as politic, education, social, and culture. Keywords: Medanese novels, history, literature, Medan AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah perkembangan roman Medan secara kronologis, yang dimulai dari perkembangan roman Medan pada masa kolonial Belanda hingga orde lama, serta dampak penulisan roman Medan bagi masyarakat kota Medan. Sumber data penelitian ini adalah roman Medan terbitan tahun 1930—1965. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode sejarah yang dikaji melalui empat tahapan, meliputi (1) heuristik (pengumpulan sumber); (2) verifikasi data (menguji keabsahan sumber); (3) interpretasi (penafsiran); (4) historiografi (penulisan). Adapun analisis data menggunakan pendekatan diakronis yang merupakan suatu pendekatan yang memanjang dalam waktu, tetapi secara ruang terbatas. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan roman Medan pada masa kolonial Belanda (1912—1942) mengalami kemajuan yang begitu pesat. Roman Medan berada di puncak kejayaannya pada tahun 1930 hingga muncul istilah banjir roman yang ditandai dengan banyaknya roman yang terbit. Secara kuantitas roman Medan mampu bersaing dengan roman terbitan Balai Pustaka yang merupakan penerbit buku yang telah didirikan terlebih dahulu oleh pemerintah Belanda. Akan tetapi, pada masa pendudukan Jepang (1942—1945) roman Medan mengalami kemunduran bahkan hilang dari peredaran, dan pada masa awal kemerdekaan (1945—1950) hingga masa Orde Lama (1950—1966), roman Medan bangkit kembali, tetapi eksistensinya tidak seperti dahulu. Selain itu, penulisan roman Medan ini memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat Medan di antaranya dalam bidang politik, pendidikan, sosial, dan budaya.  Kata kunci: roman Medan, sejarah, karya sastra, Medan
HERMENEUTIKA NILAI MORAL JAWA DALAM NASKAH TASHRIHAH AL- MUHTAAJ DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN/THE HERMENEUTIC OF JAVANESE MORAL VALUES IN TASHRIHAH AL-MUHTAAJ MANUSCRIPT AND THEIR RELEVANCE IN EDUCATION Arifatul Anisa; Sutrisna Wibawa
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1382.677 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.491.57-70

Abstract

AbstrakNaskah Tashrihah Al-Muhtaaj merupakan salah satu cerminan kebudayaan masyarakat Jawa pada masa lampau yang berisi nilai-nilai sebagai sumber kedamaian dalam bermasyarakat. Pengkajian terhadap naskah tersebut dianggap penting, mengingat adanya krisis moral di kalangan siswa-siswi di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap nilai-nilai moral Jawa dalam naskah Tashrihah Al-Muhtaaj dan relevansi nilai-nilai tersebut dalam pendidikan karakter di sekolah. Metode penelitian ini menggunakan teknik analisis konten dengan pendekatan hermeneutik. Sumber data penelitian adalah naskah Tashrihah Al-Muhtaaj yang berisi 25 teks, tetapi hanya 8 teks yang dapat mewakili nilai-nilai moral Jawa dalam naskah. Adapun pengesahan data dengan cara validitas semantik dan reliabilitas intrarater. Hasil penelitian menunjukkan adanya relevansi nilai-nilai moral dalam naskah dengan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa. Nilai moral dalam naskah berupa nilai kejujuran, tanggung jawab, kerukunan, keadilan, dan hati nurani. Nilai-nilai tersebut relevan dengan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa, yaitu pada nilai jujur, tanggung jawab, toleransi dan cinta damai, demokratis, dan peduli sosial. Dengan demikian, nilai-nilai moral dalam naskah Tashrihah Al-Muhtaaj dapat diterapkan sebagai acuan atau contoh pendidikan karakter di sekolah. Kata kunci: naskah kuno, nilai moral Jawa, pendidikan, Tashrihah Al-Muhtaaj AbstractThe Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript is one of the manifestation of Javanese culture in the past which consists of many values as the peace and society sources. The study of this manuscript is vwry significant. It is caused by the moral crisis happenedto the students in the school. The aim of this study is to unravel Javanese moral values in Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript and the relevance of these values in character education at school. The research method used was content analysis technique with hermeneutic approach. The data source in this study is Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript, which originally contains 25 texts, but only 8 texts represent Javanese moral values. The data validation was done by applying semantic validity and intra-rater reliability. In brief, the result shows that there is relevance of moral values in Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript with the values of cultural education and national character. The moral values in Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript comprise honesty, responsibility, harmony, justice, and conscience. Moreover, these values are relevant to the values of cultural education and national character; they are the values of honesty, responsibility, tolerance and love for peace, democratic, and social care. Therefore, the moral values in Tashrihah Al-Muhtaaj manuscript can be applied as references or examples of character education at school.  Keywords: ancient script, Javanese moral value, education, Tashrihah Al-Muhtaaj
SISTEM FONOLOGI BAHASA LIMOLA/PHONOLOGY SYSTEM IN LIMOLA LANGUAGE Jusmianti Garing; Nuraidar Agus; Nurlina Arisnawati; Ramlah Mappau
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.002 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.671.153-168

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan mengonservasi sistem fonologi bahasa Limola. Data dikumpulkan melalui instrumen berisikan 200 kosakata swadesh dan 200 kosakata budaya. Kosakata tersebut berbahasa Indonesia dan diterjemahkan dalam bahasa Limola berdasarkan kebutuhan data. Analisis data dilakukan dengan mentranskripsikan data dalam bentuk fonetis. Setelah data ditranskripsikan, dilakukan pembuktian klasifikasi dan distribusi fonem. Selanjutnya menelaah penyukuan dan perubahan bunyi dalam bahasa Limola. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Limola memiliki lima buah fonem vokal dasar dan tiga belas vokal variasi, sehingga secara keseluruhan terdapat delapan belas vokal yang berfungsi sebagai pembeda makna. Lima vokal dasar bahasa Limola adalah /i/, /e/, /a/, /u/, /o/ dan tiga belas vokal variasi atau alofon dari lima vokal dasar, yaitu adalah /i/ = [i:], [ii], [I]; /e/= [e:], [ɛ], {ɛ:]; /a/= [a:], [aa]; /o/= [o:], [oo], [ɔ]; dan /u/=[u:], [uu]. Uniknya, bahasa Limola selain memiliki diftong, seperti [ia], [ea], [ai], [oɛ], [ua] dan lainnya, juga memiliki diftong yang disebut sebagai diftong kembar atau identik yang terdapat pada bunyi vokal tertentu, yakni bunyi /ii/, /aa/, /oo/, dan /uu/. Keempat bunyi tersebut merupakan bunyi vokal depan /aa/ dan /ii/ dan vokal belakang /oo/ dan /uu/. Selanjutnya, fonem konsonan bahasa Limola terdiri atas tujuh belas konsonan dan ada enam fonem yang tidak ditemukan di dalam bahasa Limola, yaitu, /f/, /h/, /x/, /z/, /q/, dan /v/. Penyukuan bahasa Limola adalah V, VK, KV, KVK, KVV. Selanjutnya, perubahan bunyi bahasa Limola berdasarkan pada proses fonologis melalui asimilasi, diftongisasi, monoftongisasi, anaptiksis, protesis, epentesisi, paragoge, dan zeroisasi. Kata kunci: konservasi, fonologi, bahasa Limola AbstractThe research aims to conserve the phonology system of the Limola language. The data collected using an instrument containing 200 words of Swadesh and 200 words of culture. The words in the Indonesian language were translated into the Limola language based on the data needs. Data analysis was conducted by transcribing data in phonetic form. After the data transcribed, it was proving the classification and distribution of phonemes. Next, the researchers examined the syllable and sound changes that occurred in the Limola language. The results show that the Limola language has five basic vowel phonemes and thirteen vowels of variation, thus in total, eighteen Limola vowels function as distinctive meaning. The five basic vowels are /i/, /e/, /a/, /u/, /o/ and the thirteen vowels are /i/ = [i:], [ii], [I]; /e/= [e:], [ɛ], {ɛ:]; /a/= [a:], [aa]; /o/= [o:], [oo], [ɔ]; and /u/=[u:], [uu]. Apart from diphthongs such as [ia], [ea], [ai], [o], [ua], and others, the Limola language also has diphthongs known as twin or identical diphthongs, which are found in some vowels, i.e., [ii], [aa], [oo], and [uu]. The four sounds are the front vowel, namely [aa] and [ii], and the back vowel, namely [oo] and [uu]. Furthermore, the Limola consonant phoneme consists of seventeen consonants and there are six phonemes that are not found in the Limola language, namely, /f/, /h/, /x/, /z/, /q/, and /v/. The syllables of the Limola language are V, VK, KV, KVK, KVV. Then, the phonological process of assimilation, diphthongization, monophthongization, anaptyxis, prosthesis, epenthesis, paragoge, and zeroization is being used to demonstrate the sound changes throughout the Limola language. Keywords: conservation, phonology, the Limola language
SEKS SEBAGAI TINDAKAN RADIKAL DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI/THE SEXUAL ACTION AS RADICAL ACT IN SAMAN NOVEL BY AYU UTAMI Sarwo Ferdi Wibowo; Hasina Fajrin R.; Puji Retno Hardiningtyas
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.52 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.682.11-24

Abstract

AbstrakElemen seksual dalam novel Saman karya Ayu Utami masih sering dijustifikasi melalui nilai-nilai kesusilaan yang merupakan bagian dari dunia simbol. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang membahas karya tersebut dalam perspektif psikoanalisis-historis Slavoj Žižek. Metode psikoanalisis historis digunakan untuk melihat elemen seksual dalam karya Ayu Utami secara berbeda. Data dikumpulkan melalui pembacaan secara teliti dan berulang terhadap novel Saman untuk menemukan frasa, kalimat, paragraf, dan wacana yang memuat kualitas-kualitas subjek dialektis Slavoj Žižek. Data tersebut kemudian direlasikan untuk menentukan posisi subjek sebagai subjek radikal atau sebaliknya berdasarkan konsepsi pembentukan subjek radikal Žižek, yaitu konstruksi dunia simbolik-momen kekosongan-tindakan radikal-terbentuknya subjek radikal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh dalam novel Saman, yaitu Laila dan Wisanggeni memiliki hasrat seksual yang lepas dari dominasi simbolik sehingga melakukan tindakan radikal. Melalui aktivitas seksual yang didorong hasrat yang murni tersebut, kedua tokoh tersebut memasuki momen kekosongan. Proses tersebut menyebabkan tokoh Laila dan Wisanggeni menjadi subjek radikal yang telah keluar dari dunia simbolik. Oleh karena itu, keberadaan subjek radikal dalam sebuah novel dapat dikatakan sebagai sebuah retakan dunia simbolik seksualitas yang secara ontologis konsisten. Kata kunci: seksualitas, tindakan radikal, psikoanalisis-historis  Abstract The sexual element in “Saman” by Ayu Utami frequently is justified by the value of decency which becomes a part of the symbolic world. This study is descriptive research that discusses the novel from Slavoj Žižek’s historical-psychoanalysis perspective. The historical-psychoanalysis method consents to uncover the sexual element in the novel by Ayu Utami differently. Data collected through reading carefully and respectively of Saman novel are done to find out the phrases, sentences, paragraphs, and discourses that contain qualities of Slavoj Žižek’s dialectic subject. Collected data are then related to determining subject position as the radical subject or otherwise considering the construction of the symbolic world-ex nihilio- radical act-radical subject. The result of this research reveals that Laila and Wisanggeni characters in the novel of Saman have a sexual desire separated from symbolic dominance, and its practice becomes a radical act. Through sexual activity driven by passion, they enter the moment of the void. The process caused the figure of Laila and Wisanggeni to be a radical subject that has been out of the symbolic world. Therefore, the existence of a radical subject in a novel can be said to be a maligned symbolic world of sexuality ontologically consistent. Keywords: sexuality, radical act, historical-psychoanalysis 
KULINER, TUBUH, DAN IDENTITAS: SEBUAH PEMBACAAN GASTRO-SEMIOTIKA TERHADAP SEPILIHAN PUISI KARYA HANNA FRANSISCA/CULINARY, BODY, AND IDENTITY: A SEMIOTIC-GASTROCRITICAL READING TO HANNA FRANSISCA’S SELECTED POEM Ahmad Zamzuri
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.314 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.721.1-10

Abstract

AbstrakMakanan pada era kiwari tidak lagi sekadar hidangan, tetapi menjadi perantara munculnya beragam tafsir. Hanna Fransisca menjadi salah seorang penyair yang memanfaatkan khazanah kuliner dalam puisi. Artikel ini mengulas tiga puisi pilihan karya Hanna Fransisca, yaitu “Bakpao Tionghoa”, “Kambing Guling”, dan “Tumis Paru”. Penelitian ini menyoal kuliner dalam puisi yang dibaca melalui perspektif gastrokritik dengan menggunakan metode semiotika Rolland Barthes. Penelitian ini berusaha mengungkap makna kuliner dalam ketiga puisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuliner dalam puisi “Bakpao Tionghoa”, “Kambing Guling”, dan “Tumis Paru” menyoal tubuh. Bakpao dan kambing guling menjadi medium penarasian tubuh yang tidak memiliki otoritas gerak di ruang sosial. Tubuh disepadankan bakpao yang cenderung diposisikan sebagai objek konsumtif.  Tubuh dalam “Kambing Guling” hadir sebagai tubuh dalam ruang teritori yang cenderung mengekang kebebasan sebagai subjek. “Tumis Paru” menjadi medium penarasian tubuh yang telah terbebas dari penjara badani. Dalam hal identitas, ketiga puisi menarasikan identitas Tionghoa yang identik berkulit cerah dan berada pada ruang-ruang stereotip. Kuliner dalam ketiga puisi tersebut menjadi medium kritik, upaya protes, dan sindiran terhadap praktik-praktik warisan kolonial yang membedakan status dan identitas. Kata kunci: identitas, kuliner, tubuh, Tionghoa, gastrokritik, semiotik AbstractFood in the recent era is no longer just a dish, but an intermediary for various interpretations. One of the poets who have used culinary treasures in the world of poetry is Hanna Fransisca. This article reviews selected poems by Hanna Fransisca entitled "Bakpao Tionghoa", "Kambing Guling", and "Tumis Paru". This research examines culinary in poetry through a gastro-critical perspective using the semiotic method of Rolland Barthes. This research attempts to reveal the culinary meaning in the three poems. The results showed that the culinary in the poetry "Bakpao Tionghoa", "Kambing Guling", and "Tumis Paru" shows body problems. Bakpao and Kambing guling become a medium for body narration which does not have the authority in social space. The body, through bakpao, is to be positioned as a consumptive object. Meanwhile, the body in “Kambing Guling” is present as a body in territorial space which tends to restrain freedom as a subject. “Tumis Paru” becomes a medium for narrating the body that has been freed from physical prison. In terms of identity, the three poems narrate a Chinese identity that is identical with bright skin and exists in stereotypical spaces. The culinary in the three poems is a medium of criticism, protest, and satire against colonial heritage practices that differentiate status and identity. Keywords: identity, culinary, body, Tionghoa, gastrocritics, semiotics
PERAN SOSIAL KIAI PADA MASA KOLONIAL KARYA-KARYA DJAMIL SUHERMAN DALAM TELAAH SOSIOLOGI SASTRA/KIAI’S SOCIAL ROLES AT THE COLONIAL PERIOD AN ANALYSIS OF SOCIOLOGICAL LITERATURE ON THE WORKS OF DJAMIL SUHERMAN Muhammad Rosyid HW
Aksara Vol 33, No 1 (2021): AKSARA, EDISI JUNI 2021
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.072 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v33i1.547.25-38

Abstract

AbstrakArtikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karya-karya Djamil Suherman menggambarkan sosok kiai dan peran-peran sosial kiai pada masa kolonial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan pisau teoretik sosiologi sastra. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi pustaka yang sumber data penelitiannya adalah kumpulan cerita pendek Umi Kalsum, novel Pejuang-Pejuang Kali Pepe dan novel Sakerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kiai di dalam karya Djamil Suherman digambarkan sebagai pemimpin pesantren yang taat beragama. Kiai berperan dalam kehidupan sosial dengan cara mengajarkan agama, membimbing umat, mengajarkan kesaktian, memperkuat moral dan melawan penindasan kolonial Belanda. Peran perlawanan terhadap penjajahan ini merupakan ijtihad dan kontekstualisasi pemahaman keagamaan kiai sebagai bagian dari semangat zaman. Kata kunci: kiai, peran sosial, sosiologi sastraAbstractThis paper aims to research how Djamil Suherman's literary works portrayed the figure of the kiai and the social roles of the kiai during colonial period. The method used in this research is analytical descriptive with Alan Swingewood's theory of sociological literature. The data collection was done by literature study techniques where the source of the research data was “Umi Kalsum” collection of short stories, novel “Pejuang-Pejuang Kali Pepe” and novel “Sakerah”. The findings of this study indicate that the kiai in the work of Djamil Suherman is described as a religious leader of a pesantren. The kiai played a role in social life by teaching religion, guiding people, teaching supernatural powers, strengthening morals and resisting the oppression of Dutch. The role of resistance to this colonolialism is a form of ijtihad and contextualization of kiai’s religious understanding as part of the period spirit. Keywords: kiai, social role, sociological literature 

Page 1 of 2 | Total Record : 12