cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang,
Banten
INDONESIA
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal)
ISSN : 20865554     EISSN : 26140470     DOI : -
Core Subject : Social,
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) is published by the Faculty of Social and Political Science of the University of Pelita Harapan. The journal aims to facilitate the exchange and deployment of scientific ideas by academics and practitioners in the field of International Relations. The topics in Verity consist of International Political Economy, Security Studies, Poverty and Social Gap, International Development, Regional and International Cooperation, International Organized Crime, Human Rights, Nationalism and Conflict, Global Governance, Gender, Globalization, Diplomatic Relations, and Economic Development. Verity has been published since 2009 and it is a bi-annual publication with an issue in January-June and another in July–December.
Arjuna Subject : -
Articles 114 Documents
INDONESIA PARTICIPATION IN DEFENSE DIPLOMACY IN INDO-PACIFIC [PARTISIPASI INDONESIA DI DIPLOMASI PERTAHANAN INDO-PASIFIK] Jasmine Sika Dewita
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 25 (2021): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i25.4467

Abstract

Global political, economic, and social dynamics in this modern era have shifted the interests of every nation from defense power acquirement to domination of resources. One of the richest of resources area is Indo-Pacific. There is still no international statute about the region’s territorial borders, but some powerful states compose their own version of the borders scheme, based on their own national interests. As general geographical consensus, the area ranges from Pacific Ocean, Indian Ocean, and the land areas within. The geopolitically strategic region contains plenteous potential to empower Blue Economy and shipping industry, but also appeals various maritime security issues like piracy, smuggling and illegal fishing. Indonesia as one of the Founding Fathers of ASEAN and located at the strategic point of international trade route, has lots of potential to be major player in Indo-Pacific. Indonesia needs to enhance its political role while defending Indo-Pacific security through defense diplomacy. This research is conducted using qualitative method, with literature resources from various books, international articles, government and news website. The result of this research explains about Indonesia participation on defense diplomacy in Indo-Pacific, including the activities, opportunities and challenges within, and Indonesia’s national interest in the defense diplomacy.Bahasa Indonesia Abstract: Dinamika politik, ekonomi, dan sosial global di era modern ini telah menggeser kepentingan setiap bangsa terhadap kekuatan pertahanan menjadi penguasaan sumber daya alam. Salah satu daerah yang kaya akan sumber daya adalah Indo-Pasifik. Masih belum ada undang-undang internasional tentang perbatasan teritorial kawasan, tetapi beberapa negara kuat yang menyusun skema perbatasan versi mereka sendiri, berdasarkan kepentingan nasional mereka sendiri. Sebagai konsensus geografis umum, wilayahnya berkisar dari Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan wilayah daratan di dalamnya. Kawasan yang secara geopolitik strategis ini memiliki potensi besar untuk pemberdayaan Ekonomi Biru atau industri perkapalan dan juga menarik berbagai masalah keamanan maritim seperti pembajakan, penyelundupan, dan penangkapan ikan ilegal. Indonesia sebagai salah satu Founding Fathers ASEAN dan terletak di titik strategis jalur perdagangan internasional, memiliki banyak potensi untuk menjadi pemain utama di Indo-Pasifik. Indonesia perlu meningkatkan peran politiknya sekaligus mempertahankan keamanan Indo-Pasifik melalui diplomasi pertahanan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, dengan sumber literatur dari berbagai buku, artikel internasional, pemerintah dan situs berita. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang partisipasi Indonesia dalam diplomasi pertahanan di Indo-Pasifik, termasuk kegiatan, peluang dan tantangan di dalamnya, serta kepentingan nasional Indonesia dalam diplomasi pertahanan.
MENINJAU KEMBALI PENYELESAIAN SENGKETA WILAYAH ANTARA THAILAND-KAMBOJA (PEREBUTAN KUIL PREAH VIHEAR) [RETHINKING THE TERRITORIAL DISPUTE SETTLEMENT BETWEEN THAILAND-CAMBODIA (CONQUEST FOR PREAH VIHEAR TEMPLE)] Jhon Maxwell Yosua Pattinusa
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 25 (2021): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i25.4468

Abstract

International territorial disputes are still one of the most popular security issues today—for example, the conflict in the border area between Thailand and Cambodia. The two countries fought over the Preah Vihear temple, which was considered a national identity related to national pride. For more than 50 years, the two countries have been at loggerheads, and many lives have been caused due to the conflict. Various parties have tried various approaches and efforts to achieve peace. International adjudication through the International Court of Justice made decisions and solutions to answer these problems in 1962. However, until 2011, international adjudication has not succeeded in resolving conflicts/answering international adjudication issues. This paper aims to identify the existing problems using a qualitative approach by focusing on the two main findings, the dynamics of Thailand's attitude towards the results of international adjudication and how these problems were exploited by Thai populism circles, which ultimately led to the 2011 bloodshed. The author sees that this can be avoided if conflict resolution is balanced with public education, namely improving the social environment and strengthening the bottom-up approach to conflict resolution. Absolute peace and conflict resolution can be realized for both countries. Bahasa Indonesia Abstract: Sengketa wilayah internasional masih menjadi salah satu isu keamanan paling populer hingga saat ini. Misalnya saja konflik wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja. Kedua negara memperebutkan kuil Preah Vihear yang dianggap merupakan identitas bangsa dan berkaitan dengan harga diri bangsa. Selama lebih dari 50 tahun kedua negara bersengketa dan sudah banyak korban jiwa ditimbulkan akibat dari konflik tersebut. Beragam pendekatan serta upaya untuk mencapai perdamaian sudah coba dilakukan oleh berbagai pihak. Ajudikasi internasional melalui International Court of Justice membuat keputusan dan solusi untuk menjawab permasalahan tersebut pada tahun 1962. Tetapi sejak saat itu sampai tahun 2011 silam ajudikasi internasional tidak berhasil meredakan konflik/menjawab permasalahan ajudikasi internasional. Tulisan ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan berfokus pada dua temuan utama dinamika sikap Thailand terhadap hasil dari ajudikasi internasional dan bagaimana permasalahan tersebut dimanfaatkan oleh kalangan populisme Thailand yang pada akhirnya menimbulkan pertumpahan darah 2011 silam. Penulis melihat hal ini dapat dihindari apabila resolusi konflik diimbangi dengan pendidikan masyarakat yaitu peningkatan social environtment dan penguatan bottom – up approach pada resolusi konflik, supaya perdamaian dan resolusi konflik yang sesungguhnya dapat terwujud bagi kedua negara.
COVID-19 & UNESCO GLOBAL GEOPARK KALDERA TOBA: PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN DI KAWASAN DANAU TOBA [COVID-19 & UNESCO GLOBAL GEOPARK TOBA CALDERA: OPPORTUNITIES AND CHALLENGES FOR SUSTAINABLE TOURISM DEVELOPMENT IN LAKE TOBA AREA] Karmel Hebron Simatupang; Ignatius Ismanto
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 25 (2021): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i25.4469

Abstract

In the amidst of the Covid-19 pandemic, Toba Caldera was designated as a member of the UNESCO Global Geopark (UGG), in July 2020. This status becomes a very important opportunity and challenge in encouraging the development of sustainable tourism in the super-priority tourism destination of Lake Toba. This is following the demands of the new normal adaptation in the era of Covid-19. Thus, this paper aims to study and analyze how the status of Toba Caldera UGG amid the Covid-19 pandemic can be used as a strategy to strengthen the implementation of sustainable tourism development based on environmental, cultural and biological conservation. The research method was carried out with a descriptive qualitative approach, by conducting a literature study and interviews. In this study, it was found that the new normal of tourism in the Covid-19 pandemic era was in line with the spirit of conservation, restoration and revitalization of the Toba Caldera UGG geo-sites and thus strengthening the implementation of sustainable tourism in the Lake Toba region. In welcoming a better new normal era, the Government should not hesitate to take policies that prioritize environmental sustainability and discontinue the obsolete pattern of being greedy that harms the environment.Bahasa Indonesia Abstract: Di tengah pandemi Covid-19, Geopark Kaldera Toba ditetapkan menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGG), Juli 2020 yang lalu. Status ini menjadi peluang dan tantangan sangat penting dalam mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan di destinasi superprioritas Kawasan wisata Danau Toba. Hal ini bersesuaian dengan tuntutan adaptasi new normal dalam era pandemi Covid-19. Paper ini dengan demikian bertujuan untuk melakukan studi dan analisis bagaimana status UGG Kaldera Toba di tengah pandemi Covid-19 dapat menjadi siasat memperkuat implementasi pembangunan pariwisata berkelanjutan yang berbasis konservasi lingkungan, budaya dan hayati. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan melakukan studi literature dan wawancara. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa new normal pariwisata era pandemi Covid-19 sejalan dengan semangat konservasi, restorasi dan revitalisasi situs-situs UGG Kaldera Toba dan dengan demikian dapat memperkuat implementasi pariwisata berkelanjutan di Kawasan Danau Toba. Dalam menyongsong era new normal yang lebih baik, agar Pemerintah tidak perlu ragu mengambil kebijakan yang mendahulukan kelestarian lingkungan dan menghentikan pola lama yang serakah pada lingkungan.
The Contribution of Interfaith Dialogue in Transforming Nuclear Conflict between the United States and the Islamic Republic of Iran Andrea Rayi Galuh Palita; Elyzabeth Bonethe Nasution
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 26 (2021): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i26.5242

Abstract

The nuclear conflict between the US and Iran is one that is complicated to be resolved. Although the prevailing conflict has not reached the point of war, the political and social tensions precipitate concerns to the international security. Various stakeholders are involved, not only the government, but also the society as external parties in influencing the conflict. Therefore, this research centralises on examining interfaith dialogue as one of the approaches in efforts to transform the conflict through describing and analysing its process, role, and limitations in addressing nuclear conflict between the US and Iran. Sample data are obtained through a literature study by collecting secondary data. This research draws on three examples of interfaith dialogue between the US and Iran upon examining the interfaith dialogue approach's process, role, and limitations examined through the Constructivist theory, which were conducted by (i) USCCB and the Society of the Seminary Teachers of Qom, (ii) MCC and IRCS with IKRI, and (iii) Washington National Cathedral with Former President Khatami. This research indicates that the roles of interfaith dialogue are to prevent the escalation of conflict escalation and to facilitate conflict transformation process. However, this approach still needs to overcome numerous limitations as conflicted parties still show no signs of subsiding. These limitations are rooted from the strong ideas and identities of the two countries and the process of the approach itself. Bahasa Indonesia Abstract: Konflik nuklir antara AS dan Iran memang rumit untuk diselesaikan. Meskipun konflik yang terjadi belum sampai pada titik perang, ketegangan politik dan sosial antara kedua negara memicu kekhawatiran terhadap keamanan internasional. Berbagai pemangku kepentingan terlibat dalam konflik ini, tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat sebagai pihak eksternal dalam memengaruhi konflik tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini memusatkan pada kajian dialog antaragama sebagai salah satu pendekatan upaya transformasi konflik melalui pendeskripsian dan analisis proses, peran, dan keterbatasan dialog antaragama dalam menangani konflik nuklir antara AS dan Iran. Data sampel diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan data sekunder. Penelitian ini mengacu pada tiga contoh dialog antara pihak AS dan Iran untuk mengkaji proses, peran, dan keterbatasan pendekatan dialog antaragama yang dikaji melalui Teori Konstruktivis. Ketiga dialog tersebut dilakukan oleh (i) USCCB dan Society of the Seminary Teachers of Qom, (ii) MCC dan IRCS dengan IKRI, dan (iii) Washington National Cathedral dengan Mantan Presiden Khatami. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peran dialog antaragama dalam menangani isu nuklir AS dan Iran saat ini adalah untuk mencegah eskalasi konflik serta memfasilitasi proses transformasi konflik. Namun, seiring dengan belum meredanya konflik, pendekatan dialog ini masih memiliki banyak keterbatasan yang didasari oleh kuatnya identitas agama dari kedua negara serta karena proses dialog itu sendiri.
Urgensi Hukum Positif Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) di Indonesia sebagai Langkah Penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) [The Urgency of the Sexual Violence Eradication Positive Law in Indonesia as the Implementation of Sustainable Development Goals (SDGs)] Brayent Vivaldi Filemonia; Nicolette Princie Karensa Kusuma; Hetty Antje Geru
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 26 (2021): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i26.5243

Abstract

The draft law of Sexual Violence Eradication has stolen attentions from all classes of societies. The increase in sexual violence cases in Indonesia have become an “alarm” to bring a positive law into the action as the form of decisive actions from the government to protect its citizens as soon as possible. On the other side, positive law was formed as one of the efforts for the implementation of international organization values. It was explained by the United Nations through its Sustainable Development Goals (SDGs) program. The value promotion process from the international organization level to the domestic level is an action that can be explained by the Neoliberalism theory, where states as rational actors will definitely consider cooperation with other actors in order to achieve its interests. In this context, Social Violence Eradication positive law is the form of Indonesia’s responsibility and commitment towards the SDGs. Bahasa Indonesia Abstract: Rancangan Undang Undang Penghapusan Kekerasan Seksual telah menyita perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Peningkatan jumlah kasus kekerasan seksual di Indonesia menjadi “alarm” bagi negara untuk segera menghadirkan hukum positif sebagai wujud tindak tegas pemerintah dalam melindungi masyarakatnya. Di sisi lain, hukum positif sendiri dibentuk sebagai salah satu upaya implementasi dari nilai-nilai organisasi internasional, yakni Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sejalan mengenai penghapusan kekerasan seksual.  Hal tersebut dituangkan PBB melalui program Sustainable Development Goals-nya. Proses promosi nilai-nilai dari organisasi internasional ke ranah domestik ini merupakan suatu upaya yang dapat dijelaskan dengan teori neoliberalisme, dimana negara sebagai aktor rasional pasti akan mempertimbangkan kerjasama dengan aktor-aktor lain demi mencapai kepentingannya. Dalam konteks ini, hukum positif penghapusan kekerasan seksual merupakan bentuk tanggung jawab negara terhadap masyarakat sekaligus bentuk komitmen Indonesia terhadap SDGs PBB.
Adam Smith's Invisible Hand and the Visible Hand Elfi Elfi
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 26 (2021): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i26.5244

Abstract

The invisible hand is one of Adam Smith’s prominent theories. It argues that if individuals are left to pursue their self-interest, it will unintentionally lead to the public good. Scholars have been interpreting the invisible hand from many aspects: some regard it as a strong justification for selfish acts and that it is unethical, another sees it as a perfect competition among small and traditional firms, it is even read in a mystical nuance, and others consider him as a supporter of the laissez-faire economy. New theories are found in response to Smith’s invisible hand. However, some are built on wrong interpretations of the invisible hand. Employing the literature review method, this paper probes three books and three articles, which are selected from ScienceDirect and Google Scholar, aiming to elaborate on how the invisible hand is interpreted and misinterpreted and hopes to provide a clear understanding of what was Smith’s original idea with regards to the role of government. This paper finds that Smith is nowhere close to a laissez-faire figure. He even has an elaborative list of actions government should take to promote the public interest. Further research in other aspects of the invisible hand, i.e., theological and moral perspective, will contribute to a more conclusive comprehension of Smith’s invisible hand.Bahasa Indonesia Abstract: “Tangan tak terlihat” adalah salah satu dari teori Adam Smith yang menonjol. Teori tersebut menyatakan bahwa jika seseorang mencoba untuk mengejar kepentingan pribadinya, maka akan secara tidak sengaja berujung kepada barang publik. Para peneliti telah mencoba untuk menginterpretasikan “tangan tak terlihat” dari berbagai aspek. Beberapa di antara mereka melihat hal ini sebagai justifikasi yang kuat terhadap tindakan-tindakan egois yang tidak etis. Di sisi lain, beberapa di antara mereka melihat hal ini sebagai sebuah bentuk persaingan sempurna di antara perusahaan-perusahaan kecil dan traditional (tidak jarang dibaca dalam nuansa mistis). Di sisi yang lain lagi, beberapa di antara mereka melihat Adam Smith sebagai pendukung dari konsep ekonomi laissez-faire. Teori-teori baru telah ditelusuri sebagai tanggapan dari teori “tangan tak terlihat” milik Smith. Namun, banyak dari teori tersebut yang dibangun berdasarkan interpretasi yang salah terhadap “tangan tak terlihat”. Dengan menerapkan metode tinjauan Pustaka, naskah ini menelaah tiga buku dan tiga artikel yang dipilih dari ScienceDirect dan Google Scholar dengan tujuan untuk menjelaskan lebih lanjut bagaimana “tangan tak terlihat” diimplementasikan secara tepat dan kurang tepat serta menyediakan pemahaman yang lebih jelas terhadap gagasan orisinil Smith mengenai peran pemerintah. Naskah ini menemukan bahwa teori Smith sangat jauh berbeda dengan konsep ekonomi laissez-faire. Bahkan, Smith memiliki daftar yang elaboratif berisi tindakan yang harus diambil pemerintah untuk mempromosikan kepentingan publik. Penelitian lebih lanjut mengenai aspek-aspek lainnya dari teori “tangan tak terlihat” (seperti pendekatan teologis dan moral) akan berkontribusi terhadap pemahaman yang lebih konklusif terhadap teori Smith.
Ekonomi Politik Pengadaan Vaksin oleh Indonesia di Tengah Persaingan Politik Global [The Political Economic Perspective of Vaccine Procurement in Indonesia in the Midst of Global Political Competition] Ignatius Ismanto
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 26 (2021): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i26.5245

Abstract

The spread of COVID-19 has not only becoming a national issue but also a global issue. Vaccine are viewed as important means in preventing and/or stopping the spread of COVID-19. However, vaccine availability in the midst of the battle against the global pandemic is a highly uncertain situation. There are limited number of countries that can possibly produce the vaccine, such as the United States, China, India, Russia, and England. At the same time, this global pandemic is currently ongoing in between these powerful countries. Therefore, the distribution of the vaccine, which is a rare commodity nowadays, has become their instrument of diplomacy in expanding and strengthening their global influence. This paper uses political-economy approach in examining Indonesia’s efforts in vaccine procurement. This approach means that there are some efforts in combining the political and economy dimension to explain certain phenomenon. This approach is coming from an assumption that politics and economics are the two things that cannot be separated and both are influential towards each other. In this research, international political economy approach does not only take a look at the economic dimension of vaccine procurement, but also the political dimension about this policy. The political dimension taken by Indonesia can express its response regarding global political constellation that kept on developing. Indonesia’s strategy to avoid or to be somewhat independent from a specific country is also an interesting consideration. Vaccine procurement policy by Indonesia is also becomes a reflection from the free and active political foreign policy, where Indonesia has a tendency not to be too close with another competing countries, especially the major players. Bahasa Indonesia Abstract: Penyebaran COVID-19 tidak hanya menjadi isu nasional bagi setiap negara tetapi juga telah menjadi isu global. Vaksin dipandang sebagai sarana yang penting dalam pencegahan dan atau menghentikan penyebaran COVID-19. Namun, ketersediaan vaksin dalam memerangi pandemi global itu dihadapkan pada situasi yang sangat tidak menentu. Produksi vaksin hanya memungkinkan dilakukan oleh sejumlah negara yang sangat terbatas, yaitu Amerika Serikat, China, India, Rusia dan Inggris. Penyebaran COVID-19 pada saat yang sama berlangsung di tengah persaingan pengaruh negara-negara besar itu. Distribusi vaksin, sebagai komoditi yang langka, karena itu menjadi instrumen diplomasi mereka dalam memperluas dan memperkuat pengaruh global negara-negara besar itu. Tulisan ini menggunakan pendekatan ekonomi-politik dalam mengkaji upaya yang ditempuh Indonesia dalam pengadaan vaksin. Pendekatan ekonomi politik yang dimaksudkan itu berupaya memadukan dimensi ekonomi dan dimensi politik dalam menjelaskan suatu fenomena. Pendekatan ekonomi-politik bertolak dari asumsi bahwa ekonomi dan politik merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling mempengaruhi. Dalam kajian ini, pendekatan ekonomi-politik internasional tidak hanya melihat dimensi ekonomi dalam pengadaan vaksin, tetapi juga sekaligus melihat dimensi politik dari kebijakan pengadaan vaksin itu. Dimensi politik dalam pengadaan vaksin yang ditempuh Indonesia itu dapat dipandang sebagai respon terhadap konstelasi politik global yang tengah berkembang. Strategi Indonesia untuk menghindari atau tidak mengandalkan vaksin pada satu negara saja menjadi isu pertimbangan yang menarik. Kebijakan pengadaan vaksin yang ditempuh Indonesia itu sekaligus merupakan pencerminan suatu kebijakan politik luar negeri yang bebas aktif, di mana sikap Indonesia yang cenderung tidak ingin berpihak pada salah satu kekuatan besar yang tengah saling bersaing.
Peran dan Tantangan Indonesia dalam Upaya Menghadapi Perubahan Iklim di Tingkat Global [The Role and Challenges of Indonesia in the Efforts to Face Global Climate Change] Qanszelir Gabriel Bataranotti; Agung Kurnia Adipratama
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 13, No 26 (2021): July - December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v13i26.5246

Abstract

Entering the globalization era that provides positive spirit and various development challenges, the world still cannot be easily separate itself from the trap of lots of international-level problems. Those problems could not be handled and solved by a single country. One of those international-level problems is the climate change. There are no spots or countries that can be free from the thread of climate change, which is always increasing as the time goes on. Although climate change cannot be solved just by a single country, it does not mean that a single country could not contribute to help solving this global issue, with no exception to Indonesia. In addition, developing countries like Indonesia has to show more determination so that Indonesia did not always be used by bigger, developed countries. Using the case study method supported by the historical method, this research tries to understand the role that can be executed and the challenges faced by Indonesia in terms of tackling global climate change. This research uses the international political economy approach in comprehending Indonesia’s role and challenges in responding the climate change. In the end, all stakeholders in Indonesia have to realize that Indonesia could play a huge role in terms of climate change. However, Indonesia could not abandon and forget those various challenges, internally and externally. If those challenges can be solved excellently, than Indonesia could play a much bigger role in the efforts to tackle global climate change. Bahasa Indonesia Abstract: Memasuki era globalisasi yang memberikan semangat positif yang tinggi dan berbagai peluang perkembangan, dunia juga tidak bisa dengan mudah membebaskan diri dari “perangkap” dalam bentuk berbagai masalah berskala internasional, di mana masalah tersebut tidak bisa ditangani dan diselesaikan oleh sebuah negara semata. Salah satu masalah berskala internasional tersebut adalah perubahan iklim. Tidak ada satu pun pelosok dunia atau negara tertentu yang dapat terbebas dari ancaman perubahan iklim yang senantiasa meningkat seiring berjalannya waktu. Meskipun perubahan iklim tidak bisa diselesaikan hanya oleh satu negara tertentu, tetapi bukan berarti tidak ada kontribusi yang dapat dilakukan oleh sebuah negara untuk membantu menyelesaikan permasalahan global ini, tidak terkecuali untuk Indonesia. Selain itu, negara berkembang seperti Indonesia juga perlu menunjukkan determinasi yang lebih tinggi supaya tidak senantiasa dipergunakan oleh negara-negara maju. Dengan menggunakan metode studi kasus yang kemudian didukung oleh metode historis, penelitian ini mencoba mendalami peran yang bisa dijalankan serta tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim di tingkat global. Penelitian ini melihat dari segi ekonomi politik internasional dalam menanggapi peran dan tantangan Indonesia dalam merespon tantangan perubahan iklim. Pada akhirnya, seluruh pemagku kepentingan yang ada di Indonesia perlu menyadari bahwa Indonesia bisa memainkan peran yang besar terkait perubahan iklim. Namun, Indonesia tidak bisa melupakan dan mengabaikan berbagai tantangan yang dihadapi, baik secara internal maupun eksternal. Jika tantangan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik, maka Indonesia dapat semakin memainkan peran yang besar terkait perubahan iklim di tingkat global.
The Role of Business Actor in Implementing Japanese Gastrodiplomacy: The Case of AWKitchen Restaurant in Indonesia [Peran Aktor Bisnis dalam Menerapkan Gastrodiplomacy: Studi Kasus Restoran AWKitchen di Indonesia] Jane Sherly Stephanie; Edwin Martua Bangun Tambunan
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 14, No 27 (2022): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v14i27.5910

Abstract

Business actors as one of the non-state actors play a role in implementing a country's foreign policy, especially in introducing a national image or identity through public diplomacy, which is known as gastrodiplomacy. This article aims to identify and examine the role of a fusion cuisine restaurant in carrying out Japanese gastrodiplomacy in Indonesia. The article is developed from qualitative research applying a case study method. Based on data collecting from interviews, observations, and library research, the Japanese restaurant under investigation is not just a business actor serving fusion cuisine in Indonesia. The restaurant has contributed to showing the positive side of globalization or taming westernization, and its business activities can be categorized as unrecognized gastrodiplomacy. The restaurant has participated in implementing the function of gastrodiplomacy even though without any formal affinity and official recognition from the Japanese government agencies. The fusion cuisine restaurant has succeeded in helping carry out the mission of the Japanese state in introducing its image or identity. Bahasa Indonesia Abstract: Aktor bisnis sebagai salah satu aktor non-negara memainkan peran dalam mengimplementasikan kebijakan luar negeri suatu negara, terutama dalam memperkenalkan citra nasional atau identitas nasional melalui diplomasi publik, yang sering dikenal sebagai gastrodiplomacy. Artikel ini bertujuan untuk mengenali dan menelaah peran dari restoran dengan hidangan kombinasi dalam menjabarkan gastrodiplomacy Jepang di Indonesia. Artikel ini dikembangkan dengan pendekatan kualitatif yang menerapkan metode studi kasus. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan studi kepustakaan, restoran Jepang yang diteliti tidak hanya menjadi aktor bisnis yang bertugas untuk menyajikan hidangan gabungan di Indonesia. Restoran ini sudah berkontribusi untuk menunjukkan sisi positif dari Globalisasi atau mengurangi persepsi buruk Westernisasi, dan aktivitas bisnis restoran tersebut dapat dikategorikan sebagai gastrodiplomacy yang kurang mendapat pengakuan. Restoran ini sudah berpartisipasi dalam implementasi fungsi gastrodiplomacy meskipun tanpa perhatian dan pengakuan resmi dari pemerintah Jepang. Restoran hidangan kombinasi telah berhasil membantu membawa misi Jepang untuk memperkenalkan citra atau identitasnya.
Komitmen Indonesia dalam Implementasi SDGs Nomor 5 untuk Menjamin Keamanan Manusia Khususnya Perempuan (2015-2021) [Indonesia's Commitment on the Implementation of SDGs Number 5 to Guarantee Human Security Especially Women (2015-2021)] Ilmi Dwiastuti; Anggara Raharyo; Muhammad Farid; Riski Baskoro
Verity: Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional (International Relations Journal) Vol 14, No 27 (2022): January - June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/verity.v14i27.5901

Abstract

This study examines the Indonesian government's commitment to gender equality as part of SGD 5. Gender equality is a human security concern that is fundamental to Indonesia's development. Thus, Indonesia's commitment and seriousness must be assessed to ensure that the agreed-upon SDG targets are met. The writers employ the concepts of SDGs and Human Security as analytical tools in evaluating and analyzing Indonesia's promises. The writers classify the aims specified in SDG 5 using the UNDP's seven elements of human security. The writers next explain the strategies and capacities required to handle human security based on the elements. The writers also employ a qualitative content analysis method in which the researchers evaluate diverse sources from official papers. Furthermore, the writers then examine the implementation of SDG 5 using the indicators provided by Bappenas. The writers categorize the analysis based on human security elements and provides an assessment of the government's executed strategies. Finally, the writers believes that, overall, Indonesia's commitment to implementing the SDGs program from 2015 to 2021 did not meet the desired target, but it was ideal in certain targets and indicators.Bahasa Indonesia Abstract: Penelitian ini membahas tentang komitmen pemerintah Indonesia dalam menjamin kesetaraan gender sebagai bagian dari SGDs nomor 5. Isu kesetaraan gender merupakan isu keamanan manusia yang menjadi fokus pembangunan Indonesia. Sehingga komitmen dan keseriusan Indonesia perlu dievaluasi untuk menjamin tercapainya target-target dalam SDGs yang sudah disepakati. Dalam mengevaluasi dan menganalisa komitmen Indonesia, penulis menggunakan konsep SDGs dan Keamanan Manusia sebagai alat analisis. Penulis menggunakan tujuh elemen keamanan manusia berdasarkan UNDP dalam mengklasifikasikan target-target yang tercantum dalam SDGs nomor 5. Kemudian, penulis memaparkan strategi dan kapasitas yang diperlukan dalam mengatasi keamanan manusia sesuai elemennya. Penulis juga menggunakan metode kualitatif dengan content analysis dimana para peneliti mengkaji berbagai sumber dari dokumen resmi. Kemudian penulis menganalisa implementasi SDGs nomor 5 menggunakan indikator yang sudah disediakan oleh Bappenas. Penulis mengelompokkan analisa berdasarkan elemen keamanan manusia dan memberikan evaluasi strategi pemerintah yang sudah dijalankan. Terakhir penulis menyimpulkan bahwa Komitmen Indonesia dalam menjalankan program SDGs sejak tahun 2015 hingga 2021 dapat dikatakan belum sesuai target yang diinginkan secara umum, namun sudah sempurna di beberapa target dan indikator.

Page 6 of 12 | Total Record : 114