cover
Contact Name
Ahmad Nimatullah Al-Baarri, PhD
Contact Email
redaksi@ift.or.id
Phone
-
Journal Mail Official
redaksi@ift.or.id
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
Articles 216 Documents
DAYA TERIMA DAN KANDUNGAN ZAT GIZI FORMULA TEPUNG TEMPE DENGAN PENAMBAHAN SEMI REFINED CARRAGEENAN DAN BUBUK KAKAO Februadi Bastian; E Ishak; A B Tawali; M Bilang
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.558 KB)

Abstract

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional Indonesia yang berasal dari kedelai. Tempe memiliki nilai gizi dan daya cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai. Produk turunan tempe masih sangat kurang, karena selama ini tempe langsung dikonsumsi dalam bentuk gorengan atau direbus. Penelitian ini dilakukan untuk membuat produk turunan tempe yaitu formula tepung tempe, kemudian dianalisis daya terimanya yang  meliputi rasa, aroma, dan tekstur; serta kandungan gizi. Penelitian ini terbagi atas dua tahap, pada tahap pertama akan ditentukan berapa persen penambahan semi refine carragenan (SRC) untuk meningkatkan kestabilan larutan formula tepung tempe. Pada tahap kedua, akan dilihat penerimaan panelis terhadap formula tepung tempe dengan penambahan bubuk kakao. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan penambahan SRC 4% (b/b) atau 1 g dari berat formula tepung tempe 25 g merupakan penambahan SRC terbaik dengan tingkat kestabilan larutan sebesar 71%. Penambahan bubuk kakao terbaik yaitu dengan penambahan 9% (b/b). Produk formula tepung tempe ini memiliki kandungan gizi protein 21,7%; lemak 13,65%; serat 5,18%; air 3,02%; abu 6,44%; dan karbohidrat 50,18%.
Ekstraksi Antosianin dari Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Berbantu Ultrasonik: Tinjauan Aktivitas Antioksidan Muhammad Djaeni; Nita Ariani; Rahmat Hidayat; Febiani Utari
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.668 KB) | DOI: 10.17728/jatp.236

Abstract

Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) mengandung antosianin yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan sekaligus sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dan berfungsi menetralkan radikal bebas. Metode terdahulu dalam mengekstrak bunga rosella adalah menggunakan metode maserasi atau soxhlet, metode ini memiliki beberapa kelemahan di antaranya waktu operasi lama, suhu tinggi yang mampu mendegradasi senyawa antosianin dan hasil ekstrak yang kurang stabil sehingga diperlukan metode yang lebih efisien. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh variasi rasio bahan : pelarut dan waktu ekstraksi terhadap kadar antosianin dari bunga rosella berbantu ultrasonik, serta mengkaji aktivitas antioksidan yang terdapat pada bunga rosella menggunakan DPPH (2,2-difenil-1-prikrilhidrazil). Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan. Tahap pertama adalah ekstraksi antosianin dengan metode ekstraksi berbantu ultrasonik menggunakan pelarut air. Sedangkan tahap kedua adalah uji aktivitas antioksidan dari ekstrak bunga rosella yang mengandung antosianin menggunakan larutan DPPH. Hasil ekstraksi antosianin dinyatakan dalam mg/gr sampel dan hasil uji aktivitas antioksidan dinyatakan dalam % inhibisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pelarut dan lamanya waktu ekstraksi sangat mempengaruhi hasil ekstrak antosianin yang diperoleh, dari variabel rasio bahan : pelarut 1:7 hingga 1:13 menunjukkan semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan semakin tinggi pula ekstrak yang didapatkan dan dari variabel waktu 30 menit hingga 60 menit menunjukkan semakin lama waktu ekstraksi semakin banyak ekstrak antosianin yang diperoleh. Hasil terbanyak yang diperoleh yaitu pada rasio bahan : pelarut 1:13 dengan lama waktu ekstraksi 60 menit sebesar 115,353 mg/100gr. Yield terbesar diperoleh pada variable yang sama sebesar 44,856%. Senyawa yang terkandung pada bunga rosella merupakan antioksidan kuat (nilai IC50 berkisar antara 50-100ppm). 
THE EFFECT OF DIFFERENT RATIO OF BACTERIA (LACTOBACILLUS BULGARICUS + STREPTOCOCCUS THERMOPHILUS AND BIFIDOBACTERUM LONGUM. ATCC15707) ON CHARACTERISTICS OF YOGURT AT DIFFERENT STORAGE PERIOD M Sabbah; anang legowo; Y Pramono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1, No 2 (2012): Mei 2012
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.704 KB)

Abstract

The main purpose of this research is to provide information about the effect of Bifidobacterium longum ATCC15707 on the characteristics of yogurt during different of storage period. The B.longum was obtained from Laboratory of Food and Nutrition Collection Culture Gadjah Mada University and a S.thermophillus + L.bulgaricus (1:1) was obtained from a commercial yogurt (Milkuat). This research was performed in Laboratory of Animal Science and Dairy Milk Processing Industry, Gadjah Mada University, used 8 L fresh milk cow, yogurt sample were stored at 4 ºC for 28 days.  Research using Completely Randomized Design with Factorial pattern A x B (4 x 2). Factor A is the ration between yogurt starter ST+Lb and BL (T1 is control 4% from yogurt starter, T2 1:3 (v/v), T3 2:2 (v/v), T4 3:1(v/v)). Factor B is the storage period (1 and 21 days) for chemical, physical and organoleptic analyses and (1, 14, 21 and 28) for microbial. Parameters measured are microbiology (total lactic acid bacteria), chemistry (acidity, pH, total solids, fat, protein and lactose), physical (viscosity) and organoleptic quality (color, texture, taste, performance, sweetness, acidity, bitterness and rancidity). If there is a real effect of treatment was followed by Duncan Multiple Test and LSD test for organoleptic quality. Microbial counts were log transformed and statistically evaluated. The result indicated that the yogurt produce with 3% (S.thermophillus and L. delbrueckii subsp. bulgaricus) and 1% B.longum ATCC15707 during storage period (1 and 21 days) at 4 ºC effected significantly to increase acidity and total solid of yogurt more than other treatment, decrease pH value significantly different. Also this ratio between starter bacteria obtained the high score in the taste and texture from the panelists.
Analisis Kadar Air, Tebal, Berat, dan Tekstur Biskuit Cokelat Akibat Perbedaan Transfer Panas Agatha Intan Wihenti; Bhakti Etza Setiani; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.706 KB) | DOI: 10.17728/jatp.186

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai kadar air, tebal, berat, dan tekstur biskuit cokelat dengan nilai target kualitas yang ditentukan perusahaan, sehingga dapat mengetahui perlakuan yang terbaik. Materi yang digunakan yaitu tepung terigu, gula, minyak nabati (mengandung antiokasidan TBHQ), sirup tinggi fruktosa, garam, bubuk kakao, lesitin kedelai, bahan pengembang (amonium dan sodium bikarbonat), pati jagung, dan perisa identik alami vanila. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain perlakuan yang berbeda yaitu (T1) perpaduan transfer panas Direct Gas Fired dan Forced Convection. (T2) perpaduan transfer panas cyclotherm dan forced convection. (T3) transfer panas forced convection. Setiap perlakuan akan dibandingkan dengan target perusahaan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan 9 kali. Pengolahan data menggunakan T Test jenis One Sample T dengan taraf signifikansi 5% (P≥0,05). Data organoleptik tekstur diolah dengan Uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-Whitney (P<0,05). Hasil penelitian menunjukkan pada parameter kadar air, tebal, dan berat biskuit cokelat, perpaduan transfer panas Cyclotherm dan Forced convection (T2) merupakan perlakuan yang sesuai dengan target kualitas perusahaan. Namun pada parameter tekstur (T1) dan (T3) lebih renyah daripada tekstur (T2). Ketepatan hasil dengan target ini dapat menjadi referensi penambahan atau penggantian oven biskuit dengan sistem perpaduan transfer panas Cyclotherm dan Forced Convection.The aim of this study was to compare the moisture, thickness, weight and texture of chocolate biscuits with the specified quality target of the company, so as to determine the best treatment. The material used in this research were wheat flour, sugar, palm oil (contains antioxidant TBHQ), fructose syrup, salt, cocoa powder, soy lecithin, leavening agents (ammonium and sodium bicarbonate), corn starch, and nature identical vanilla flavor. Experimental design was used three treatment and nine times. The treatments were given, (T1) heat transfers Direct Gas Fired and Forced Convection, (T2) heat transfers Cyclotherm and Forced Convection, (T3) heat transfer Forced Convection. The treatments will be compared with the quality target. Analysis of the data value of moisture, thickness, and weight used One Sample T Test given not significant (P≥0.05). While testing for organoleptic texture used of the Kruskal-Wallis and there are significant (P<0.05) continued by Mann Whitney Test. The research showed that heat transfer Cyclotherm and Forced Convection (T2) was match with the company’s target in moisture, thickness, and weight. But the texture (T1) and (T3) are crisper than the texture (T2). The accuracy with this target can be a reference of the addition or replacement of the oven biscuits with heat transfers system Cyclotherm and Forced Convection.
SIFAT KIMIA BAKSO BERBAHAN DASAR DAGING BABI DAN ULAT SAGU DENGAN PENGIKAT TEPUNG SAGU Charliany Hetharia; Antonius Hintono; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.294 KB)

Abstract

Tujuandaripenelitianiniadalah untuk mengetahui sifat kimia bakso berbahan dasardaging babi ulat sagu dengan menggunakan tepung sagu sebagai bahan pengikat. Penelitian ini bermanfaat mengetahui formulasi daging babi dan ulat sagu dengan konsentrasi tepung sagu yang tepat dalam pembuatan bakso sehingga dapat mengembangkan potensi lokal yaitu ulat sagu dan tepung sagu. Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap pola faktorial dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama (A) adalah formulasi daging babi ulat sagu ; A0 Formulasi daging babi ulat sagu (100%:0%) (Perlakuan kontrol), A1: Formulasi daging babi ulaat sagu (95%:5%), A2 : Formulasi daging babi ulat sagu (90%:10%), A3: Formulasi daging babi ulat sagu (85%:15%) dan A4 : Formulasi daging babi ulat sagu (80%:20%) dan faktor kedua (B) konsentrasi tepung sagu, yaitu: B1 Kosentrasi Tepung sagu 10%, B2 : Kosentrasi Tepung sagu 20%, dan B3: Konsentrasi tepung sagu 30%. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan taraf signifikansi 5%. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi perlakuan formulasi daging babi ulat sagu dan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein, perlakuan formulasi daging babi ulat sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan protein terlarut sedangkan perlakuan tepung sagu berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air bakso yang dihasilkan. Secara umum formulasi daging babi ulat sagu 90%:10% (A2) dan tepung sagu 10% (B1) dapat menghasilkan bakso dengan sifat kimia terbaik terbaik yaitu kadar air 65,67%; kadar protein 13,99%; kadar protein terlarut 1, 85%.
KUALITAS KEFIR BERDASAKAN KONSENTRASI KEFIR GRAIN MF Safitri; A Swarastuti
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kekentalan, total mikroba dan kesukaan keffir susu skim yang dibuat dengan kefir grain berbagai konsentrasi.
Kadar Antosianin dan Nilai a* pada Tangkai Daun Pepaya setelah Mengalami Pemanasan Oven dan Bleaching Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Raras Setyaningsih; Astrid Agustina Nur Amanah; Antonius Hintono
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.246 KB) | DOI: 10.17728/jatp.221

Abstract

Antosianin merupakan senyawa dengan fungsionalitas tinggi sebagai antioksidan yang secara natural terdapat dalam daun dan batang tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar antosianin dalam tangkai daun pepaya setelah melalui tahap pemanasan dengan suhu 65˚C selama 45 menit dengan menggunakan metode oven dan bleaching. Tangkai daun pepaya segar yang dikumpulkan dari lokasi sekitar penelitian lalu dilakukan maserasi serta dilarutkan ke dalam media etanol yang kemudian diukur kadar antosianinnya dengan menggunakan metode perbedaan nilai pH. Warna larutan (yaitu nilai a*) juga diamati pada larutan tangkai daun pepaya tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanasan dengan metode oven telah memberikan dampak pada penurunan kadar antosianin sebesar 55–69% dari kadar antosianin mula-mula. Perubahan nilai a* juga lebih terlihat pada sampel dengan pemanasan oven yang menandakan bahwa perubahan nilai a* selaras dengan perubahan kadar antosianin pada sampel yang dipanaskan dengan metode oven. Kesimpulannya, pemanasan dapat menyebabkan turunnya kadar antosianin yang cukup tinggi pada tangkai daun pepaya dan dapat mengubah nilai a*. Penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai informasi mengenai upaya penanganan tangkai daun pepaya agar lebih terjaga sifat fungsionalitasnya, baik potensinya sebagai makanan maupun sebagai obat.Anthocyanin has been known as high functional compound and naturally exist in leave or petiole of plant. This research was done to analyse the anthocyanin in petiole of papaya after heating treatment using oven and bleaching at 65˚C for 45 minutes. The petiole of papaya was collected from the plantation next to campus. After collection, petiole of papaya was macerated and diluted into ethanol to measure the anthocyanin concentration using pH differential method. The a* value of colour was also analysed. The result showed that heating treatment reduced 55–69% anthocyanin from initial concentration and also shifted the a*value. As conclusion, heating process both oven method and bleaching might reduce the anthocyanin and shifted the a* value. This research may provide the beneficial information to find the better treatment of heating to hinder the reduction in functional compounds.
PARAMETER KEASAMAN SUSU PASTEURISASI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN AILERU (WRIGHTIA CALIGRIA) Centhya Victorin Maitimu; A M Legowo; Sri Mulyani
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1, No 1 (2012): Februari 2012
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.025 KB)

Abstract

Pemanfaatan bahan alami, seperti daun Aileru sebagai bahan pengawet menjadi salah satu alternatif dalam mempertahan mutu susu pasteurisasi. Daun  Aileru adalah sejenis daun yang diduga mengandung senyawa antibakteri yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba sehingga dapat memberikan efek awet terhadap susu pasteurisasi. Penelitian ini bertujuan memanfaatkan ekstrak daun Aileruuntuk mengetahui pengaruhnya terhadap parameter keasaman susu pasteurisasi. Penelitian ini meliputi ekstraksi daun Aileru yang dilakukan dengan metode ekstraksi dengan menggunakan aquades sebagai bahan pengekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi perlakuan konsentrasi (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30%) daun Aileru yang diberikan terhadap susu pasteurisasi, hal ini menunjukkan bahwa peningkatanparameter keasaman susu pasteurisasi karena adanya pengaruh dari konsentrasi daun Aileru yang asam (pH 5.30). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama susu pasteurisasi disimpan (0 sampai 24 jam) dikombinasikan dengan perlakuan konsentrasi daun Aileru maka nilai akselerasi atau percepatan terhadap parameter keasaman semakin menurun. Selama penyimpanan, keasaman susu pasteurisasi meningkat karena sebagian laktosa akan diubah oleh mikroba asam laktat dan asam organik karena besarnya nilai keasaman berbanding terbalik dengan pH, apabila keasaman susu meningkat maka nilai pH akan menurun selama penyimpanan. Dengan melihat nilai akselerasi atau percepatan parameter keasaman efek daun Aileru terhadap susu pasteurisasi yang menurun selama penyimpanan, maka kesimpulannya penelitian ini yaitu bahwa konsentrasi daun Aileru dapat diperkecil (7,5%, 10% dan 12,%) dengan lama penyimpanan 15 jam, dengan penggunaan buffer phosphat sebagai penganti aquades yang berfungsi sebagai larutan penyangga untuk menahan perubahan pH.
KARAKTERISTIK DANGKE DARI SUSU DENGAN WAKTU INKUBASI BERBEDA PASCA PERENDAMAN DALAM LARUTAN LAKTOFERIN Ferdina Vera Kesuma Marfiyanti; Suranto Moch Sayuthi; Ahmad Ni&#039;matullah Al-Baarri; Anang M Legowo
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.784 KB)

Abstract

Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisi zat gizinya yang ideal. Dangke merupakan suatu produk olahan hasil dari fermentasi susu yang dikerjakan melalui teknik penggumpalan dengan beberapa campuran bahan. Laktoferin (LF) merupakan salah satu protein yang secara alami ditemukan dalam susu yang mampu mengikat ion besi (FE) dari mikroba, sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan mikroba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji karakteristik dangke yang telah direndam dalam cairan yang mengandung enzim laktoferin. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola Split Plot in Time dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan yaitu dangke tanpa perlakuan (A1),dangke dengan perlakuan menggunakan laktoferin (A2). Variabel yang diamati adalah total bakteri, nilai pH, dan profil protein. Hasil analisis menunjukkan bahwa total mikroba dan nilai pH dengan perendaman dangke menggunakan larutan laktoferin dan phosphat buffer berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap perlakuan dan waktu, sedangkan berdasarkan uji profil protein jenis protein yang tampak nyata yaitu kasein. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa total mikroba pada dangke dengan menggunakan larutan laktoferin mampu menurunkan mikroba secara nyata karena laktoferin mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
Perbedaan Umur Panen Buah Timun Suri (Cucumis Melo l.) Serta Formulasi Santan Kelapa dan Susu Terhadap Karakteristik Es Krim Risma Nurul Arifa; Merynda Indriyani Syafutri; Eka Lidiasari
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Indonesian Food Technologists

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.562 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia dan organoleptik es krim dengan perbedaan umur panen buah timun Suri (Cucumis melo l.) serta formulasi santan kelapa dan susu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan Juli 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 2 (dua) faktor perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali. Faktor A adalah umur panen buah timun Suri (75-85 hari setelah tanam dan 90-100 hari setelah tanam) dan faktor B adalah formulasi perbandingan penambahan santan kelapa dan susu (90%:10%, 80%:20% dan 70%:30%). Parameter yang diamati meliputi karakteristik fisik (viskositas, warna, dan over run), karakteristik kimia (kadar kalium, kadar protein, kadar gula total dan kadar lemak), serta organoleptik (meliputi rasa, aroma, tekstur dan warna). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan umur panen buah timun Suri berpengaruh nyata terhadap viskositas, lightness, hue, kadar kalium dan kadar protein. Formulasi perbandingan penambahan santan kelapa dan susu berpengaruh nyata terhadap viskositas, waktu leleh, over run, lightness, dan kadar gula total. Perlakuan A1B3 (buah timun Suri 75-85 hari setelah tanam, formulasi konsentrasi 70% santan kelapa dan 30% susu) merupakan perlakuan terbaik yang didapat dengan karakteristik fisik (viskositas 112,0 dPoise, lightness 76,23%, chroma 21,33%, hue 91,770 , waktu leleh 14,65 menit, over run 27,81%), kimia (kalium 0,80 g/L, kadar protein 4,79%, kadar gula total 29,97%, kadar lemak 15,38%), dan organoleptik dengan kategori suka (rasa 3,24, aroma 3,08, tekstur 3,20, dan warna 3,08).

Page 2 of 22 | Total Record : 216