cover
Contact Name
Andi Suwirta
Contact Email
aspensi@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
sosiohumanika@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
SOSIOHUMANIKA
Published by Minda Masagi Press
ISSN : 19790112     EISSN : -     DOI : -
This journal, with ISSN 1979-0112, was firstly published on May 20, 2008, in the context to commemorate the National Awakening Day in Indonesia. The SOSIOHUMANIKA journal has been organized and published by Minda Masagi Press, a publishing house owned by ASPENSI (the Association of Indonesian Scholars of History Education) in Bandung, West Java, Indonesia. The SOSIOHUMANIKA journal is published every May and November. The SOSIOHUMANIKA journal is devoted, but not limited to, Social Sciences education, Humanities education, and any new development and advancement in the field of Humanities and Social Sciences education. The scope of our journal includes: (1) Language and literature education; (2) Social sciences education; (3) Sports and health education; (4) Economy and business education; (5) Science, Technology and Society in education; (6) Political and Social Engineering in education; and (7) Visual arts, dance, music, and design education.
Arjuna Subject : -
Articles 208 Documents
Hubungan antara Motivasi, Sikap dan Kelelahan Non Fisik dengan Produktivitas Kerja para Pengusaha Kecil di Jawa Timur, Indonesia Subandowo, M
SOSIOHUMANIKA Vol 2, No 2 (2009)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.496 KB)

Abstract

ABSTRAK: Krisis moneter tahun 1997 yang melanda Indonesia ternyata memiliki dampaknya hingga saat ini. Namun secara empirik terbukti bahwa produktivitas dan daya tahan produksi secara nasional tetap dimiliki oleh sentra ekonomi Usaha Kecil Menengah (UKM) bila dibandingkan dengan usaha ekonomi yang lebih besar. Penelitian ini berkenaan dengan industri kecil pengrajin emping melijo di daerah Jawa Timur, yang sangat handal dan dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak di tengah-tengah badai krisis moneter. Perilaku UKM tersebut tentunya sangat menarik untuk dikaji terkait dengan produktivitas kerja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengusaha kecil emping melinjo yang berada di sentra industri pertanian yang tersebar di Jawa Timur (Magetan, Kediri, Ponorogo, dan Pacitan) sumbangannya cukup signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Fakta ini kiranya perlu diperkuat dengan cara dibantu secara kontinyu oleh Pemerintah Kabupaten dan Kota, serta Pemerintah Provinsi di Jawa Timur, terutama yang berkenaan dengan pemberian insentif pinjaman dana dan pelatihan kerja sebagai motivator dalam melakukan usaha. Sementara itu pengembangan pasar yang lebih luas dan “global market oriented” juga perlu dilakukan agar daya saing emping melinjo dapat berjalan secara produktif dan efisien.Kata-kata kunci: krisis moneter, usaha kecil menengah, produktivitas kerja, industri emping melinjo, serta kesejahteraan masyarakat.About the Author: Dr. M. Subandowo adalah Direktur Program Pascasarjana UNIPA (Universitas PGRI Adi Buana) di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, beliau boleh dihubungi dengan alamat e-mail: subanindi@gmail.comHow to cite this article? Subandowo, M. (2009). “Hubungan antara Motivasi, Sikap dan Kelelahan Non Fisik dengan Produktivitas Kerja para Pengusaha Kecil di Jawa Timur, Indonesia” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.2, No.2 [November], pp.297-312. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNIPA Surabaya, and UMS Kota Kinabalu, Malaysia, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (September 18, 2009); Revised (October 19, 2009); and Published (November 20, 2009).   
Full text in PDF for the SOSIOHUMANIKA Journal, issue of May 2011 SOSIOHUMANIKA, Editor Journal
SOSIOHUMANIKA Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This journal was firstly published on May 20, 2008 by ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia or Association of Indonesian Scholars of History Education) in Bandung, West Java, Indonesia. The SOSIOHUMANIKA journal is published twice a year i.e. every May and November. 
A View on Teaching Philosophy in Curriculum Implementation at the Indonesia University of Education Wahyudin, Dinn
SOSIOHUMANIKA Vol 9, No 2 (2016)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: Efforts have been done by TEIs (Teacher Education Institutions) in Indonesia. UPI (Indonesia University of Education) in Bandung is having effort to reformulate its curriculum. The formula of redesign of professional education for teachers that was developed by UPI is a response to need for better teacher education. This study focused on philosophy of education in the implementation of curriculum in Study Program at UPI. In curriculum implementation, aspect of philosophy of teaching is very important in the educational institutions. It is applied in the teaching-learning situations, in the conduct of research, and in developing educational policies. Teaching philosophy of individual lecturer is based on the university and faculty’s vision and mission, concept, beliefs, and attitudes on teaching, and how they put these into the teaching-learning process. This has implications to classroom management, pedagogy, facilitating and evaluating learning, and curriculum development. This study presents some empirical base data from two faculties in UPI, namely FIP (Faculty of Educational Sciences) and FPTK (Faculty of Technology and Vocational Education). Instruments used were questioners, interview, focused group discussion, and documentation study. Result shows that the implementation of curriculum and individual teaching philosophies of lecturers are strongly influenced and inspired by institutional teaching philosophy and its vision and mission. KEY WORD: Curriculum Development; Teaching Philosophy; Teacher Education; Indonesia University of Education; Implementation of Curriculum. RESUME: “Pandangan tentang Falsafah Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum di Universitas Pendidikan Indonesia”. Pembenahan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Indonesia terus dilakukan. UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), sebagai salah satu LPTK di Indonesia, tengah melakukan reformulasi pendidikan profesional guru, sebagai respon terhadap tuntutan kebutuhan guru yang lebih bermutu dan bermartabat. Studi ini memfokuskan pada kajian falsafah pembelajaran dalam  implementasi kurikulum  di UPI. Studi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif, dengan sampel melibatkan unsur pimpinan  fakultas dan program studi. Dalam implementasi kurikulum, telaah filsafat pembelajaran menjadi isu penting dalam praktek di fakultas atau jurusan. Hal tersebut diimplementasikan dalam situasi belajar-mengajar, penelitian, ataupun dalam mengembangkan kebijakan pendidikan. Penelitian ini menyajikan beberapa data dasar empiris dari dua Fakultas di UPI, yaitu FIP (Fakultas Ilmu Pendidikan) dan FPTK (Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan), yaitu  bagaimana falsafah pembelajaran yang dianut setiap individu dosen dipengaruhi pula oleh sistem nilai, visi dan misi  universitas, fakultas, dan program studi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, FGD (Focused Group Discussion), dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam implementasi kurikulum dan filosofi mengajar individu dosen sangat dipengaruhi dan terinspirasi oleh filosofi, sistem nilai, serta visi dan misi lembaga penaungnya.KATA KUNCI: Pengembangan Kurikulum; Falsafah Pendidikan; Pendidikan Guru, Universitas Pendidikan Indonesia; Implementasi Kurikulum.About the Author: Dr. Dinn Wahyudin is a Senior Lecturer at the Faculty of Educational Sciences UPI (Indonesia University of Education), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, West Java, Indonesia. For academic interests, the author is able to be contacted via his e-mail at: dinn_wahyudin@upi.edu How to cite this article? Wahyudin, Dinn. (2016). “A View on Teaching Philosophy in Curriculum Implementation at the Indonesia University of Education” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.9(2) November, pp.235-248. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UPI Bandung, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (September 29, 2016); Revised (October 28, 2016); and Published (November 30, 2016).
Human Rights in Islam: A Way towards Justice for Humanity Wani, Hilal Ahmad; Suwirta, Andi
SOSIOHUMANIKA Vol 6, No 1 (2013)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: Islam is complete code of life, because there is not any single dimension related to human beings which had not been touched and included. Before 14 hundred years, Muslims had human rights; so, saying that human rights are kind of new phenomenon and a new package for humanity, it is wrong and unjustified. This paper is based on strong research data to challenge all anti Islamic views and notions about the Islam. To examine the bunch of rights which Islam had given to human beings from the very beginning, even before the so called genesis of world human rights. And to justify that Islam is the real custodian and guardian of human rights for every human being. And to prove that all anti-Islamic challenges are nothing, but a chimera and myth of the anti-Islamic forces on Islam and Muslims so that they could be successful to mould the people against Islam and Muslim world, whereas Islam is divine religion supported by Allah, the anti-Islamic forces cannot hurt Islam because Islam is based on universal and human principles which cannot be challenged by someone who does not have vision to understand the real philosophy of Islam. Islam is the real solution to the world, a world where justice is totally absent. Islam is the real voice of oppressed and suppressed people and it is a true way for justice and world brotherhood.KEY WORD: Code of life, Islam, human rights, justice, humanity, world order, Islamic forces, and Muslim countries.   RESUME: Makalah ini berjudul “Hak Azasi Manusia dalam Islam: Sebuah Jalan Menuju Keadilan bagi Kemanusiaan”. Islam merupakan pedoman hidup yang lengkap, karena tidak ada satupun dimensi yang berhubungan dengan manusia yang tidak tersentuh dan tercakup. Sebelum 1400 tahun, umat Islam memiliki hak asasi manusia; maka, perkataan bahwa hak asasi manusia merupakan fenomena baru dan suatu kemasan baru bagi kemanusiaan merupakan hal yang salah dan tidak berdasar. Makalah ini berdasarkan data penelitian yang kuat untuk menantang semua pandangan anti Islam dan keyakinan tentang Islam. Untuk menguji seperangkat hak-hak yang telah diberikan Islam kepada umat manusia mulai dari awal, bahkan sebelum disebut dalam hak asasi manusia dunia. Dan juga untuk meyakinkan bahwa Islam merupakan pemelihara dan pelindung hak asasi manusia bagi setiap umat manusia. Dan untuk membuktikan bahwa semua tantangan anti Islam tidak ada artinya, melainkan gagasan yang tidak masuk akal dan mitos tentang kekuatan-kekuatan anti Islam terhadap Islam dan kaum Muslim sehingga mereka bisa berhasil untuk menciptakan orang-orang yang menentang Islam dan dunia Muslim, sebaliknya Islam merupakan agama yang hebat dan didukung oleh Allah, kekuatan-kekuatan anti Islam tidak dapat mencederai Islam karena Islam berlandaskan prinsip-prinsip universal dan kemanusiaan yang tidak bisa ditentang oleh seseorang yang tidak memiliki visi untuk memahami filosofi Islam yang sesungguhnya. Islam merupakan solusi nyata bagi dunia, suatu dunia dimana keadilan benar-benar tidak ada. Islam merupakan suara nyata dari orang-orang tertindas dan tertekan dan ianya merupakan jalan yang benar bagi keadilan dan persaudaraan dunia.KATA KUNCI: Pedoman hidup, Islam, hak azasi manusia, keadilan, kemanusiaan, ketertiban dunia, kekuatan Islam, dan negeri-negeri Muslim.  About the Authors: Dr. Hilal Ahmad Wani is a Post-Doctoral Fellow at the Centre for Peace and Strategic Studies UOI (University of Ilorin) in Nigeria; and Andi Suwirta, M.Hum. is a Senior Lecturer at the Department of History Education UPI (Indonesia University of Education) in Bandung, West Java, Indonesia. They can be reached at: wanihilal@gmail.com and andisuwirta@yahoo.com  How to cite this article? Wani, Hilal Ahmad & Andi Suwirta. (2013). “Human Rights in Islam: A Way towards Justice for Humanity” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.6, No.1 [Mei], pp.1-12. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (March 11, 2013); Revised (April 13, 2013); and Published (May 20, 2013).    
Ecotourism, Conservation Programme and Local Community Participation: Conflict of Interests among the Stakeholders in Sukau Village of Sabah, Malaysia Hussin, Rosazman; Mat Som, Ahmad Puad
SOSIOHUMANIKA Vol 1, No 1 (2008)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Sejak tahun 1990-an, projek eko-pelancongan telah diperkenalkan di Kampung Sukau apabila beberapa pengusaha pelancongan swasta membina rumah penginapan pelancong di tebing Sungai Kinabatangan. Selepas itu, sesetengah penduduk tempatan (Orang Sungai) mula melibatkan diri mereka dalam aktiviti dan perkhidmatan pelancongan, misalnya sebagai pengemas bilik, pelayan tetamu dan tukang kebun. Penduduk tempatan juga terlibat dalam kerja-kerja seperti pemandu bot, pembuat bot dan peserta homestay. Walau bagaimanapun, kebanyakan kawasan hutan di Hilir Kinabatangan ini telah bertukar menjadi ladang kelapa sawit yang luas. Justeru itu, demi memastikan pembangunan ladang kelapa sawit ini tidak melenyapkan sama sekali kawasan biodiversiti di Hilir Kinabatangan, maka kerajaan dan pihak swasta di Malaysia telah memperkenalkan program bagi tujuan pengurusan pemuliharaan hutan dan hidupan liar di kawasan ini. Persoalannya, sejauhmanakah program pemuliharaan ini telah memberi kesan kepada kehidupan sosio-budaya komuniti tempatan dan apakah kesannya terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan di kawasan ini. Inilah isu-isu utama yang akan diterokai secara kritikal dalam esei ini. Kata-kata kunci: eko-pelancongan, program pemuliharaan, komuniti tempatan, penglibatan komuniti dan pihak berkepentingan.    About the Authors: Rosazman Hussin, Ph.D. is a Lecturer at the School of Social Sciences UMS (Universiti Malaysia Sabah). He was born in Bentong, Pahang, Malaysia on 1 January 1960. He earned his Ph.D. (Doctor of Philosophy) degree from the University of Glasgow UK (United Kingdom) in 2006. His Ph.D. thesis was “Ecotourism Development and Local Community Participation: Case Studies of Sukan and Batu Puteh Village in Lower Kinabatangan Area of Sabah”. For academic purposes, he can be reached at: drazzros@gmail.com Ahmad Puad Mat Som, Ph.D. is a Lecturer at the School of Housing, Building and Planning USM (Universiti Sanis Malaysia), Penang. He was born in Selangor, Malaysia in 1965. He earned his Ph.D. (Doctor of Philosophy) degree from the University of Strathclyde UK (United Kingdom) in 2005. His Ph.D. thesis was “Community Involvement in Ecotourism”. For academic purposes, he can be reached at: puadusm@gmail.comHow to cite this article? Hussin, Rosazman & Ahmad Puad Mat Som. (2008). “Ecotourism, Conservation Programme and Local Community Participation: Conflict of Interests among the Stakeholders in Sukau Village of Sabah, Malaysia” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.1, No.1 [Mei]. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UPI Bandung, and UMS Kota Kinabalu, Malaysia, ISSN 1979-0112, pp.115-140.Chronicle of the article: Accepted (February 11, 2008); Revised (April 14, 2008); and Published (May 20, 2008).
Tibetan Opera: A History Gnanasekaran, R
SOSIOHUMANIKA Vol 7, No 2 (2014)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT: The history of Tibet can be traced back to thousand years ago, but the written history dates back to 7th century during the reign of Songtsen Gampo. The first human who appeared in the highest plateau was surrounded by mountains and forest. They were known as Tibetan. Meanwhile, Tibetan Opera reflects the past and keep the history, cultural, and religion of Tibet alive. The word “Lhamo” in Tibetan denotes Goddess. Tibetan Opera was known as “Lhamo”. Because it was believed that when Opera was first performed, there were seven ravishing girls who sang with high-pitched voice in an open air and Thang-stong rGyalpo played the accompanying cymbals and drum. The audience thought that the goddesses hailed from heaven to make a performance. Contemplated by the exquisite voice and beauty, the audience applied the name “Lhamo” to this form of performance. Thang-stong rGyalpo was the pioneer of “Lhamo”. Introducing this kind of performances was mainly for collecting funds that was necessary for the completion of building the Iron Bridge. Further, he collected seven beautiful sisters who were excellent in singing and dancing. Thang-stong rGyalpo trained the seven sisters exactly the same way as the performances of Goddess Khadoma (Dakini) whom he had seen in his vision. Thang-stong rGyalpo and the seven beautiful girls travelled and performed in various Provinces of Central Tibet appealing for funds. Since then, “Lhamo” became a theatrical performance of Tibet.KEY WORD: Tibetan opera, “Lhamo”, Goddess, performance, Thang-stong rGyalpo, Central Tibet, Dalai Lama, and Buddha. RESUME: “Opera Tibet: Sebuah Sejarah”. Sejarah Tibet dapat ditelusuri kembali ke ribuan tahun yang lalu, tapi sejarah yang tertulis kembali ke abad ke-7 pada masa pemerintahan Songtsen Gampo. Manusia pertama yang muncul di dataran tertinggi dikelilingi oleh pegunungan dan hutan. Mereka dikenal sebagai orang Tibet. Sementara itu, Opera Tibet mencerminkan masa lalu dan menjaga sejarah, budaya, dan agama orang Tibet secara hidup. Kata "Lhamo" dalam bahasa Tibet menunjukkan Dewi. Opera Tibet dikenal sebagai "Lhamo". Karena diyakini bahwa ketika Opera itu pertama kali dipertunjukkan, ada tujuh gadis menggairahkan yang menyanyi dengan suara bernada tinggi di udara terbuka dan Thang-stong rGyalpo menyertainya dengan memainkan simbal dan gendang. Para penonton menyangka bahwa Dewi itu berasal dari surga untuk membuat pertunjukan. Dikontemplasikan dengan suara merdu dan keindahan, penonton mengenakan nama "Lhamo" untuk bentuk pertunjukan itu. Thang-stong rGyalpo adalah pelopor dari "Lhamo". Memperkenalkan jenis pertunjukan itu terutama untuk mengumpulkan dana yang diperlukan bagi penyelesaian bangunan Jembatan Besi. Lebih lanjut, ia mengumpulkan tujuh saudari-saudari cantik yang sangat baik dalam menyanyi dan menari. Thang-stong rGyalpo melatih tujuh saudari-saudarinya itu dengan cara yang persis sama seperti pertunjukan Dewi Khadoma (Dakini) yang telah dilihat dalam penerawangannya. Thang-stong rGyalpo dan tujuh gadis cantik itu berkeliling dan tampil dalam pertunjukan di berbagai Provinsi Tibet Tengah untuk mengumpulkan dana. Sejak itu, "Lhamo" menjadi pertunjukan teater dari Tibet.KATA KUNCI: Opera Tibet, "Lhamo", Dewi, pertunjukan, Thang-stong rGyalpo, Tibet Tengah, Dalai Lama, dan agama Buddha.About the Author: R. Gnanasekaran is a Ph.D. Scholar at the Department of Linguistics, Puducherry Institute of Linguistics and Culture, Lawspet, Puducherry 605008, India. His e-mail address is: gnanasekaranpdy@gmail.comHow to cite this article? Gnanasekaran, R. (2014). “Tibetan Opera: A History” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.7(2) November, pp.153-158. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112. Chronicle of the article: Accepted (May 30, 2014); Revised (August 17, 2014); and Published (November 20, 2014).
Ontologi Pendidikan IPS sebagai Disiplin Pendidikan Kewarganegaraan Farisi, Mohammad Imam
SOSIOHUMANIKA Vol 8, No 1 (2015)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Kejelasan dan kepastian objek kajian atau studi merupakan salah satu prasyarat pokok bagi Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), sebagai disiplin ilmu, didalam mengembangkan tubuh pengetahuannya. Sementara itu, salah satu aspek mendasar dari Pendidikan IPS, sebagai disiplin ilmiah, adalah aspek ontologi atau objek studi formal dan material. Sejauh ini, kajian spesifik terhadapnya belum intensif dilakukan. Sehingga, untuk membangun dan mengembangkan “body of knowledge” Pendidikan IPS yang utuh dan menjadikannya sebuah disiplin yang mandiri dan menyediakan fondasi, kaidah-kaidah, dan standar-standar bersama bagi aktivitas penelitian, masih belum terwujud. Artikel ini mengkaji eksemplar-eksemplar hasil pemikiran dan penelitian tentang Pendidikan IPS secara luas tentang tradisi/paradigma Pendidikan IPS sebagai model konseptual untuk merekonstruksi objek-objek studi Pendidikan IPS. Kajian secara khusus difokuskan pada objek-objek studi terkait dengan konten kurikulum; dan objek studi yang relatif baru, yang belum banyak dikaji, yaitu sejarah perkembangan pemikiran Pendidikan IPS dan komunitas profesional Pendidikan IPS, yang merupakan objek kajian dalam studi sosiologi ilmiah. Kajian ini diharapkan dapat menginspirasi para peneliti khsususnya, dan komunitas profesional Pendidikan IPS umumnya, untuk lebih intensif mengeksplorasi bidang-bidang dan objek-objek studi Pendidikan IPS lain, yang masih merupakan “enigma” bagi pengembangan disiplin Pendidikan IPS.KATA KUNCI: Ontologi, pendidikan IPS, disiplin ilmu, hasil pemikiran dan penelitian, objek studi, komunitas profesional, dan pendidikan kewarganegaraan. ABSTRACT: “The Ontology of Social Studies Education as a Discipline of Civics Education”. Clarity and certainty object of study or the study is one of the basic prerequisites for Social Studies Education, as a discipline, in developing its body of knowledge. Meanwhile, one of the fundamental aspects of Social Studies Education, as a scientific discipline, is an aspect of ontology or the formal and material objects of study. So far, the specific studies are not intensive to be done. Thus, to build and develop a body of knowledge of Social Studies Education completely and make it an autonomous discipline, which provides the foundation, rules, and common standards for research activities, are still not realized. This article examines the examplars of the ideas and research on Social Studies Education traditions or paradigms widely as a conceptual model to reconstruct objects of study of Social Studies Education. Specifically, the study focused on the objects of study related to curriculum content; and new objects of study that has not been much studied such as the history of the development of Social Studies Education’s thought and professional community of Social Studies Education, which is an object of study in scientific sociology. This study is expected to inspire researchers and professional community of Social Studies Education to explore of other objects more intensive, that are still an “enigma” for the development of Social Studies Education as a scientific discipline.KEY WORD: Ontology, Social Studies education, scientific discipline, ideas and research results, objects of study, professional community, and civics education.    About the Author: Dr. Mohammad Imam Farisi adalah Dosen di Jurusan Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UPBJJ-UT (Unit Pendidikan Belajar Jarak Jauh – Universitas Terbuka) Surabaya, Kampus C UNAIR (Universitas Airlangga) di Kota Surabaya 60115, Jawa Timur, Indonesia. Alamat e-mail: imamfarisi@ut.ac.idHow to cite this article? Farisi, Mohammad Imam. (2015). “Ontologi Pendidikan IPS sebagai Disiplin Pendidikan Kewarganegaraan” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.8(1) Mei, pp.115-130. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112.Chronicle of the article: Accepted (August 31, 2014); Revised (January 2, 2015); and Published (May 30, 2015).
Pemerintahan Khalifah Uthmaniyyah di Mesir pada abad ke-17 M: Satu Analisis Yusoff, Kamaruzaman
SOSIOHUMANIKA Vol 4, No 1 (2011)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK: Artikel ini menerangkan hubungan antara Mesir dan empayer Uthmaniyyah sejak abad ke-15 M sehingga penguasaannya ke atas Mesir pada tahun 922 H / 1517 M. Sebelum itu, perselisihan antara kedua belah pihak tertumpu kepada perebutan wilayah penampan Dhu’l-Qadr, tetapi mereka masih berjaya mengekalkan hubungan baik. Hubungan baik antara kedua belah pihak berubah apabila Sultan Mamluk mengubah polisinya dengan cuba membantu kerajaan Safawiyyah di Parsi. Perubahan ini menjadi penyebab kepada penguasaan Turki Uthmaniyyah ke atas Mesir. Selepas itu, pihak Turki Uthamniayyah menghantar Gabenor mereka ke Mesir dan mengasaskan sistem pentadbiran mereka. Walau bagaimanapun, golongan Mamluk telah diberikan peluang untuk meneruskan perkhidmatan mereka dalam pentadbiran baru ini. Sungguh pun demikian, pihak Turki Uthmaniyyah gagal membawa keamanan berpanjangan ke atas penduduk Mesir. Suasana ini menjadikan harapan penduduk tempatan di Mesir yang sangat mengharapkan keamanan selepas diperintah oleh kesultanan Mamluk sejak sekian lama ternyata tidak kesampaian.Kata-kata kunci: Sultan Mamluk di Mesir, empayer Uthmaniyyah, hubungan dua hala, pentadbiran, dan keamanan.===About the Author: Dr. Kamaruzaman Yusoff ialah Pensyarah Kanan di Pusat Pengajian Sejarah, Politik dan Strategi, Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan UKM (Universiti Kebangsaan Malaysia), UKM Bangi 43600, Selangor Darul Ehsan, Malaysia. Alamat emel beliau adalah: kamaruz@pkrisc.cc.ukm.myHow to cite this article? Yusoff, Kamaruzaman. (2011). “Pemerintahan Khalifah Uthmaniyyah di Mesir pada abad ke-17 M: Satu Analisis” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.4, No.1 [Mei], pp.13-20. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (March 13, 2011); Revised (April 17, 2011); and Published (May 20, 2011).    
Peranan Tamadun Islam di Institut Pendidikan Guru dalam Pembangunan Modal Insan Kassim, Mustapha Kamal Ahmad; Harith, Zahiah Haris @
SOSIOHUMANIKA Vol 5, No 2 (2012)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKHTISAR: Dalam kurikulum pendidikan guru, tamadun Islam diajar kepada guru pelatih dengan mendedahkan beberapa tajuk penting seperti konsep, ciri, dasar, prinsip, matlamat, sumber, dan keistimewaan tamadun Islam. Ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu ketamadunan demi memajukan ilmu pengetahuan seluruhnya dengan menggabungkan penggunaan teknologi maklumat dan kemahiran berfikir. Begitu juga untuk membekalkan bakal pendidik dengan ilmu pengetahuan dan ketahanan diri yang membolehkan mereka memahami serta menghadapi pergolakan dunia dan cabaran sesama. Seterusnya untuk melahirkan bangsa yang bertamadun tinggi dan sanggup memperjuangkan nilai-nilai ketamadunan yang luhur dan murni. Justeru itu, pembangunan modal insan, melalui tamadun Islam dalam pendidikan guru, dapat merealisasikan hasrat Kementerian Pelajaran Malaysia dalam konteks pembangunan modal insan nasional dan sejagat. Unsur kerohanian merupakan asas pembangunan modal insan yang wajar diberi keutamaan dalam kehidupan manusia. Pembangunan modal insan juga berteraskan nilai akhlak yang mana seorang manusia mesti memiliki hubungan yang baik dengan Pencipta-Nya, sesama manusia, dan alam sekitar yang merupakan matlamat dalam tamadun Islam. KATA KUNCI : Tamadun Islam, Institut Pendidikan Guru Malaysia, pembangunan modal insan, dan negara-bangsa Malaysia. ABSTRACT: In the teacher education curriculum, Islamic civilization subject is taught to trainee teachers by exposing a number of  important topics about Islamic civilization pertaining to its  concept, feature, policy, principle, objective, resource, and specialty. This aims to expand the knowledge of civilization in developing knowledge entirely by combining the use of information technology and application of thinking skills. Likewise, it intends to supply trainee teachers with knowledge and personal resilience that enable them to understand and face world instability and current challenges. It also hopes to produce highly civilized nation who is willing to espouse the good values of civilization. Hence, the development of human capital, through Islamic civilization subject in the teacher education, can realize the aspiration of the Ministry of Education Malaysia  in national and global context. Spiritual elements as the foundational base of human capital development ought to be prioritized in life. Development of human capital is also based on moral value which outlines that one must possess good relationship with his/her Creator, among people, and with environment which also the objective of Islamic civilization.KEY WORD: Islamic civilization, Institute of Teacher Education Malaysia, development of human capital, and nation-state of Malaysia.  About the Authors: Mustapha Kamal Ahmad Kassim dan Zahiah Haris @ Harith ialah Pelajar di Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam, Akademi Pengajian Islam UM (Universiti Malaya), 50603 Kuala Lumpur, Malaysia. Bagi urusan sebarang akademik, penulis boleh dihubungi dengan alamat emel: musza1968@yahoo.com.my dan zahiah1970@yahoo.com.myHow to cite this article? Kassim, Mustapha Kamal Ahmad & Zahiah Haris @ Harith. (2012). “Peranan Tamadun Islam di Institut Pendidikan Guru dalam Pembangunan Modal Insan” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.5, No.2 [November], pp.165-174. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, ISSN 1979-0112.Chronicle of article: Accepted (September 15, 2012); Revised (October 17, 2012); and Published (November 20, 2012).    
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582: Tindak-Balas Kerajaan Gowa terhadap Persekutuan Tiga Kerajaan di Sulawesi Selatan Mappangara, Suriadi
SOSIOHUMANIKA Vol 7, No 1 (2014)
Publisher : ASPENSI in Bandung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

RESUME: Perjanjian “Tellumpoccoe” pada tahun 1582 merupakan kekuatan utama bagi kerajaan-kerajaan Bugis (Bone, Wajo, dan Soppeng) dalam upaya mereka membangun perlawanan terhadap Kerajaan Gowa. Perjanjian “Tellumpoccoe” ini, di mata penguasa Kerajaan Gowa, tidak saja dipandang sebagai bentuk perlawanan secara terbuka dari para penguasa kerajaan Bugis yang berada di daerah pedalaman, tetapi juga disadari sebagai satu bentuk strategi yang dilakukan oleh penguasa dari Kerajaan Bone untuk membendung ambisi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini (Gowa dan Bone) telah sering berperang di sepanjang abad ke-16. Selain itu, Perjanjian “Tellumpoccoe” telah digunakan oleh ketiga kerajaan Bugis untuk membendung upaya yang dilakukan oleh penguasa Kerajaan Gowa untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam itu, di mata para penguasa kerajaan Bugis, dianggap sebagai satu taktik dan strategi dari Kerajaan Gowa, dalam meluaskan pengaruh dan kekuasaannya di wilayah-wilayah pedalaman Sulawesi Selatan. Persekutuan tiga kerajaan ini tidak dapat bertahan lama, karena pengaruh yang dimainkan oleh pihak luar, dalam hal ini pihak Kompeni Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Pihak VOC merasa berkepentingan dan berusaha untuk tetap memelihara agar kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Sulawesi Selatan ini tetap hidup dalam kecurigaan antara satu dengan lainnya dan tidak bersatu dalam sebuah entitas politik yang kuat.KATA KUNCI: Perjanjian “Tellumpoccoe”, Sulawesi Selatan, kerajaan Gowa, persekutuan tiga kerajaan, serta kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng. ABSTRACT: “The ‘Tellumpoccoe’ Agreement in 1582: The Response of Gowa Kingdom towards the Alliance of Three Kingdoms in South Sulawesi”. The “Tellumpoccoe” Agreement in 1582 was a major force for the Bugis kingdoms (Bone, Wajo, and Soppeng) in their efforts to build up resistance to the Gowa Kingdom. This “Tellumpoccoe” Agreement, in the eyes of the ruler of Gowa, is not just seen as a form of resistance openly from the rulers of Bugis kingdoms residing in rural areas, but is also recognized as a form of strategies undertaken by the ruler of the Bone Kingdom’s ambition to stem the Gowa Kingdom. Both of these kingdoms (Gowa and Bone) have often fought throughout the 16th century. In addition, the “Tellumpoccoe” Agreement has been used by the three Bugis kingdoms to stem the efforts made by the rulers of Gowa Kingdom to spread Islam. The spread of the Islamic religion, in the eyes of the rulers of the Bugis kingdoms, regarded as one of the tactics and strategy of the Gowa Kingdom, in expanding the influence and power in the rural areas of South Sulawesi. The Alliance of three kingdoms can not last long, because of the influence played by outsiders, in this case is the VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) or Dutch East India Company. The VOC was concerned and trying to maintain that the existing kingdoms in South Sulawesi are still alive in the suspicion each other and they are not united as a strong political entity.KEY WORD: “Tellumpoccoe” agreement, South Sulawesi, kingdom of Gowa, the alliance of three kingdoms, and kingdoms of Bone, Wajo, and Soppeng.About the Author: Dr. Suriadi Mappangara adalah Dosen Senior di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UNHAS (Universitas Hasanuddin), Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245, Sulawesi Selatan, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa dihubungi dengan alamat emel: suriadi_mappangara@yahoo.comHow to cite this article? Mappangara, Suriadi. (2014). “Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582: Tindak-Balas Kerajaan Gowa terhadap Persekutuan Tiga Kerajaan di Sulawesi Selatan” in SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.7, No.1 [Mei], pp.43-54. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press owned by ASPENSI, UNHAS Makassar, and UNIPA Surabaya, ISSN 1979-0112. Chronicle of article: Accepted (March 25, 2014); Revised (April 29, 2014); and Published (May 20, 2014).    

Page 5 of 21 | Total Record : 208