cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Naditira Widya
ISSN : 14100932     EISSN : 25484125     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
Arjuna Subject : -
Articles 545 Documents
RUMAH PANJANG DAN PERUBAHAN FUNGSINYA KAJIAN SOSIAL PADA MASYARAKAT DAYAK DI KABUPATEN KUTAI BARAT Hartatik, Hartatik
Naditira Widya Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v3i2.149

Abstract

A long house is a traditional communal house, which is occupied by a number of Dayak families. Such house usually accomodates traditional ceremonies sush as marriage, mortuary and other traditional gatherings. Today, most of the long houses are abandoned and deteriorate, and what is left is mere symbol of old custom which is also gradually dimishing. This article discusses the archaeological and sociological perspective on factors causing of the degrading existence and function of long houses of the Dayak in Kutai Barat.
PERBANDINGAN BAHASA DAN DATA ARKEOLOGI PADA SUKU TIDUNG DAN DAYAK DI WILAYAH NUNUKAN: DATA BANTU UNTUK REKONSTRUKSI SEJARAH DAN PERUBAHAN BUDAYA Hartatik, Hartatik
Naditira Widya Vol 8, No 1 (2014): April 2014
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v8i1.104

Abstract

Suku Tidung merupakan salah satu suku asli Nunukan yang beragama Islam dan mengakui bahwa dirinya merupakan orangDayak. Hal tersebut berbeda dengan suku lainnya yang telah memeluk Islam, biasanya tidak menganggap dirinya sebagai orangDayak. Masalah dalam artikel ini adalah adakah hubungan antara suku Tidung dengan suku Dayak di wilayah Nunukan (Tahol,Tenggalan, dan Agabag)? Bagaimana perbandingan bahasa, data arkeologi, dan tradisi dapat menjadi data bantu untuk merekonstruksisejarah dan perubahan budaya suku Tidung kaitannya dengan suku Dayak lainnya di Nunukan? Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui ada tidaknya hubungan antara suku Tidung dengan Dayak Tahol, Agabag, dan Tenggalan melalui perbandingan bahasa,data arkeologi dan tradisi, serta peluangnya sebagai data bantu untuk merekonstruksi sejarah dan perubahan budayanya. Darianalisis perbandingan bahasa, tradisi, dan data arkeologi diketahui bahwa suku Tidung mempunyai persamaan yang signifikandengan suku Dayak Tahol, Tenggalan, dan Agabag. Dari hasil perbandingan itu disimpulkan bahwa suku Tidung mempunyai hubungandengan ketiga suku Dayak tersebut karena berasal dari rumpun yang sama. Suku Tidung mempunyai pergerakan yang lebih dinamisdari pada suku Dayak lainnya sehingga mereka menyebar jauh dari pedalaman dan melakukan kontak dengan pendatang muslim,sehingga kini suku Tidung pun identik dengan muslim.
RIJANG DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALAT BATU Cahyaningtyas, Yuka Nurtanti
Naditira Widya Vol 4, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i1.243

Abstract

Based on bibliographical studies on stone tools which have intensively analyzed by Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional and its centres,it can be inferred that raw materials used to make stone tools are mostly chert. Geologically, this is understandable, since chert is one of the sedimentary rocks originated from the permo-carbon stage which were specifically sedimented in Kalimantan. Such rock is usually structured in the deep sea by a hydrothermal action in forms of aggregate limestone concretion and hematite. Chert is commonly found in rivers and limestone hills. The physical hardness of chert is 7, which makes chert flakes favorable to use in cutting, slicing or incising softer subject. Therefore, I assume that chert was chosen stone tools raw material by human in the past due its physical quality and effortlessness to find it in rivers close to human dwellings. This article discusses the technology of making stone tools of chert focusing on the geology of the site, the environment where chert was formed and its physical attributes
VISUALISASI TEMA PERAHU DALAM REKAYASA SITUS ARKEOLOGI DI MALUKU Ririmasse, Marlon Nicolay Ramon
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.168

Abstract

In regard geographical characteristics of the Molluscas Islands, it is suggested the boats have played an important role in the daily life of the Molluscans since prehistoric period. A boat may be benefited for economic activities such as transportation purposes or communication needs. Subsequently, these economic role apparently had influenced the philosophical values of the Molluscas on the boats. Hence, boats were not regarded to have merely practical function, but also symbolic significance. Such phenomenon is apparently indicated by the use of boat as theme and concept to visualize its symbolic trait in many past cultural material and archaeological sites in the Molluscas. The article discusses many visualization of a boat including its manifestation onto architectural design and semi-macro scale landscape blue-prints of a southeastern Mollucan tradional settlement.
PULAU MAYA DAN HUBUNGANNYA DENGAN SEGITIGA EMAS SUMATERA-JAWA-KALIMANTAN PADA MASA KLASIK Herwanto, Eko
Naditira Widya Vol 4, No 1 (2010): April 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i1.134

Abstract

The dynamic of social politic, economy, and culture in the golden triangle between Sumatera, Java and Kalimantan was marked by the birth of Sriwijaya, Tarumanegara, and other old kingdoms during the Indonesian Classical period. The development of Hindu-Buddhist civilization had influenced other surrounding island including groups of islands in the Karimata Strait. One of the islands which are assumed to have had great cultural impact from Sumatera, Java and Kalimantan is Maya Island. The latest research carried out in Maya Island indicated traces of Hindu-Buddhist influence in form of statues and stupa relief. Based on such evidence, it can be inferred that Maya Island played an important role in the golden triangle, which act as cultural bridge and trading transit for Sumatera, Java, and Kalimantan. This article discusses the role of Maya Island in the Indonesian Classical agenda.
MAKAM-MAKAM DAN CANDI DI NEGERI BARU DALAM PERKEMBANGAN SEJARAH BUDAYA DI KABUPATEN KETAPANG Atmojo, Bambang Sakti Wiku
Naditira Widya Vol 7, No 2 (2013): Oktober 2013
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v7i2.95

Abstract

Salah satu manfaat peninggalan budaya masa lalu adalah untuk merekonstruksi perkembangan sejarah budaya. Peninggalanbudaya baik fisik maupun non fisik banyak ditemukan di berbagai daerah, salah satunya di Desa Negeri Baru, Kabupaten Ketapang,Kalimantan Barat. Desa tersebut memiliki banyak peninggalan kepurbakalaan yang merupakan warisan budaya masa lalu, baikberupa artefak, situs, bangunan, dan struktur. Peninggalan kepurbakalaan tersebut ada yang berlatar belakang budaya Hindu dan adayang berlatar belakang budaya Islam. Adanya berbagai jenis peninggalan dengan berbagai ragam latar belakang budaya tersebutmengindikasikan bahwa dahulu desa tersebut merupakan sebuah kawasan hunian yang cukup besar pada masanya. Adanyabangunan makam yang tidak jauh lokasinya dengan candi dapat diasumsikan sebagai sebuah kerukunan antarpemeluk agama yangberbeda, yang telah terjalin sejak lama. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa keragaman budaya merupakan bagian dari kehidupanmasyarakat sejak zaman dahulu.
APPENDIX NADITIRA WIDYA VOLUME 6 NOMOR 2 OKTOBER 2012 Widya, Naditira
Naditira Widya Vol 6, No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v6i2.286

Abstract

SITUS PULAU SIRANG: DATA BARU JEJAK PALEOLITIK DI KALIMANTAN (PULAU SIRANG: NEW DATA ON THE PALAEOLITHIC IN KALIMANTAN) Fajari, Nia Marniati Etie; Jatmiko, nfn; Hindarto, Imam; Herwanto, Eko; Cahyaningtyas, Yuka Nurtanti; Oktrivia, Ulce
Naditira Widya Vol 12, No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v12i1.249

Abstract

Jejak budaya paleolitik di Kalimantan ditemukan di lembah Sungai Riam Kanan, yaitu di situs Awang  Bangkal dan Rantau Balai. Data arkeologi yang ditemukan di situs-situs tersebut berupa kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, kerakal dipangkas, dan fragmen serpih. Debit air waduk Riam Kanan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan secara signifikan memunculkan situs yang semula tenggelam, yang disebut Pulau Sirang. Fenomena ini memunculkan pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan bentuk, sebaran, dan kronologi data arkeologi. Penelitian ini merupakan penelitian penyelamatan yang bertujuan untuk mengumpulkan,  dan mendokumentasikan data arkeologi sebanyak mungkin dengan rangkaian metode penelitian survei, ekskavasi, dan analisis. Kami laporkan hasil survei dan ekskavasi di Pulau Sirang berupa (dalam terminologi Movius) kapak perimbas, kapak penetak, proto pahat genggam, kapak genggam, serpih, serut,bilah, lancipan, fragmen serpih, perkutor, batu inti, dan tatal. Sebaran artefak batu tersebut terkonsentrasi di permukaan Pulau Sirang utama, dan beberapa ditemukan di pulau-pulau lain di sekitarnya.Palaeolithic sites in Kalimantan are located in the Riam Kanan Valley at the Awang Bangkal and Rantau Balai sites. Lithics include pebble tools, hand-axes, flakes and debitage. Power plant construction has recently lowered the level of the Riam Kanan reservoir, revealing a formerly submerged site with surface lithics called Pulau Sirang. This phenomenon raises questions on the morphology of lithics, and their distribution and chronology. The present investigation is a rescue research which aims to collect and record as many archaeological data as possible by a sequence of method comprising survey, excavation, and analysis. We report on archaeological survey and excavation at Pulau Sirang, a site which has yielded (in Movius terminology) a range of choppers, chopping tools, proto-hand-adzes, hand-axes, flakes, scrapers, blades, points, flake shatter, awls, cores, and debitage. The distribution of these lithics is concentrated on the surface of the main Pulau Sirang, and some are also found on other small emergent islands around it.
EKSOTISME ALAM DAN SENI MASYARAKAT DAYAK Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i2.34

Abstract

Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami, dimengertilebih jauh, karena unsur kekhasannya itu. Ini adalah karakteristik yang tertangkap seorang pengamat dalammemandang alam Kalimantan. Sumber dayaalam ini pulalah yang menginspirasi terciptanya seni unik masyarakatDayak yang akhirnya menjadi dokumentasi eksistensinya di Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang hubunganharmonis antara alam, manusia, dan seni, serta langkah-langkah pelestarian karakter tersebut sebelummengkomersialisasikannya. Pembahasan ini membuahkan gagasan tentang pembangunan yang berwawasaneko-budaya yang menjadi ikon spesifik Kalimantan.
PENINGGALAN SARANA PERTAHANAN BELANDA PERANG DUNIA II DI TARAKAN Susanto, Nugroho Nur
Naditira Widya Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.159

Abstract

However importing to power the oil Kalimantans special Tarakan island by Duck and frends in future. They are exploitations and want to defend. Voraciously Jepan for gulp down Tarakan island is very power. The evident of remaining World War II archaeologies: meriams, pillbox, bunker, battery, and war equipment in Tarakan still wa known is very clear. To looks the remaining World War II as thought is conscious the foreight want to commanded is Tarakan. Makes so realize we having in abundance.

Page 3 of 55 | Total Record : 545


Filter by Year

2006 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 17 No 1 (2023): Naditira Widya Volume 17 Nomor 1 Tahun 2023 Vol 16 No 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Tahun 2022 Vol 16 No 1 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 1 Tahun 2022 Vol 15 No 2 (2021): NADITIRA WIDYA VOLUME 15 NOMOR 2 OKTOBER 2021 Vol 15 No 1 (2021): NADITIRA WIDYA VOLUME 15 NOMOR 1 APRIL 2021 Vol 14 No 2 (2020): NADITIRA WIDYA VOLUME 14 NOMOR 2 OKTOBER 2020 Vol 14 No 1 (2020): NADITIRA WIDYA VOLUME 14 NOMOR 1 APRIL 2020 Vol 13 No 2 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 13 No 1 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 13, No 1 (2019): NADITIRA WIDYA Vol 12 No 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018 Vol 12, No 2 (2018): Naditira Widya Volume 12 Nomor 2 Oktober Tahun 2018 Vol 12, No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 Vol 12 No 1 (2018): NADITIRA WIDYA VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 Vol 11, No 2 (2017): Naditira Widya Volome 11 Nomor 2 Oktober 2017 Vol 11 No 2 (2017): Naditira Widya Volome 11 Nomor 2 Oktober 2017 Vol 11 No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017 Vol 11, No 1 (2017): Naditira Widya Vol. 11 No. 1 April 2017 Vol 10 No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016 Vol 10, No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016 Vol 10, No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016 Vol 10 No 1 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 1 Tahun 2016 Vol 9 No 2 (2015): OKtober 2015 Vol 9, No 2 (2015): OKtober 2015 Vol 9, No 1 (2015): April 2015 Vol 9 No 1 (2015): April 2015 Vol 8, No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 8 No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 8 No 1 (2014): April 2014 Vol 8, No 1 (2014): April 2014 Vol 7, No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 7 No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 7, No 1 (2013): April 2013 Vol 7 No 1 (2013): April 2013 Vol 6 No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 6, No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 6 No 1 (2012): April 2012 Vol 6, No 1 (2012): April 2012 Vol 5, No 2 (2011): Oktober 2011 Vol 5 No 2 (2011): Oktober 2011 Vol 5, No 1 (2011): April 2011 Vol 5 No 1 (2011): April 2011 Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010 Vol 4, No 2 (2010): Oktober 2010 Vol 4 No 1 (2010): April 2010 Vol 4, No 1 (2010): April 2010 Vol 3 No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2 Vol 3, No 2 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.2 Vol 3 No 1 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.1 Vol 3, No 1 (2009): Naditira Widya Vol. 3 No.1 Vol 2, No 2 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.2 Vol 2 No 2 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.2 Vol 2, No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1 Vol 2 No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1 Vol 1, No 2 (2007): Naditira Widya Volume 1 Nomor 2 Tahun 2007 Vol 1 No 2 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.2 Vol 1 No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1 Vol 1, No 1 (2007): Naditira Widya Vol. 1 No.1 No 16 (2006): Naditira Widya Nomor 16 Oktober 2006 No 16 (2006): Naditira Widya Nomor 16 Oktober 2006 More Issue