cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Farmaseutik
ISSN : 1410590x     EISSN : 26140063     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmaseutic accepts submission concerning in particular fields such as pharmaceutics, pharmaceutical biology, pharmaceutical chemistry, pharmacology, and social pharmacy.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 1 (2021)" : 20 Documents clear
Analisis Perencanaan Obat di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi Ida Rosita Musyarofah; Satibi Satibi; Tri Murti Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.52736

Abstract

Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat di instalasi farmasi rumah sakit. Tujuan penelitian adalah mengetahui efisiensi  tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi. Rancangan penelitian termasuk penelitian deskriptif, pengumpulan data kuantitatif diambil secara retrospektif  untuk menganalisis efisiensi pengelolaan obat tahap perencanaan tahun 2018 dengan mengambil data Rencana Kebutuhan Obat tahun 2018. Pengelolaan obat tahap perencanaan diukur efisiensi dengan menggunakan indikator standar pengelolaan obat tahap perencanaan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesesuaian dengan 10 penyakit terbesar 100%, persentase item dan jumlah obat yang diminta dengan yang diterima 100%, ketepatan perencanaan 70,43%±65,19%, kesesuaian item yang diminta dengan yang direncanakan 121,5 %, kesesuaian jumlah yang diminta dengan yang direncanakan 270 %±1027,29%. Kesimpulan dari penelitian ini  bahwa di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi tahap  perencanaan  dikaitkan dengan indikator kesesuaian dengan 10 penyakit terbesar dan kesesuain penerimaan sudah efisien, dikaitkan dengan indikator ketepatan perencanaan dan kesesuaian item dan jumlah permintaan di RSUD Kelas C Kabupaten Banyuwangi  belum  efisien,
Analisis Distribusi Apotek Berdasar Standar Pelayanan Kefarmasian Melalui Sistem Informasi Geografis Nura Ali Dahbul; Nanang Munif Yasin; Lutfan Lazuardi
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.52846

Abstract

Apotek sebagai fasilitas kesehatan primer yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Faktor lokasi apotek berperan dalam kualitas pelayanan dan keberlangsungan bisnis apotek. Tujuan penelitian adalah memberikan gambaran mengenai profil distribusi apotek melalui sistem informasi geografis dari segi aksesibilitas masyarakat dalam pelayanan apotek berdasar standar WHO dan Kemenkes serta evaluasi standar pelayanan kefarmasian apotek sesuai permenkes no 73 tahun 2016.Penelitian ini berupa cross-sectional menggunakan analisis deskriptif non eksperimental secara kuantitatif. Pengumpulan data nama dan lokasi apotek melalui PC IAI Kota dan Kabupaten Pekalongan dan Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten Pekalongan. Data geografi dan jumlah penduduk serta tingkat kepadatan penduduk diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota dan Kabupaten Pekalongan. Analisis distribusi apotek melalui sistem informasi geografis diperoleh melalui visualisasi terhadap peta persebaran apotek di Kota dan Kabupaten Pekalongan, hasil yang diperoleh belum merata di seluruh wilayah Pekalongan. Ada kecamatan yang belum ada apotek dan banyak apotek yang terkonsentrasi pada titik tertentu di pusat kota, dekat rumah sakit dan dekat pasar. Analisa aksesibilitas pelayanan apotek dengan perhitungan rasio antara jumlah apotek dengan jumlah penduduk di setiap kecamatan di Kota dan Kabupaten Pekalongan dibandingkan dengan standar WHO dan Kemenkes yaitu 1:2000 apoteker, diperoleh hasil hanya lima kecamatan yang memenuhi syarat Kemenkes.Evaluasi penerapan Permenkes no 73 tahun 2016 tentang prosedur pelayanan kefarmasian terdiri dari pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinis. Analisis data kuantitatif dilakukan menggunakan skala Guttman. Kemudian dibagi tiga kategori yaitu baik (81-100%), cukup (61-80%), dan kurang (20-60%). Hasil penelitian diperoleh rerata tingkat pengelolaan obat 75,04 % pada apotek kota dan 70,06% apotek kabupaten Pekalongan, pelayanan farmasi klinis 55,32% apotek kota Pekalongan dan 57,45% di wilayah kabupaten Pekalongan, pengelolaan SDM 82,36% wilayah kota Pekalongan dan 78,57% wilayah kabupaten Pekalongan. Sarana dan prasarana kota Pekalongan 67,66% dan 66,51% di kabupaten Pekalongan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek termasuk dalam kategori cukup, namun pelayanan farmasi klinis tergolong kategori kurang. 
Rasionalitas Terapi Antibiotik Empiris Pada Pasien Pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang Achmad Quraisy Aljufri; Nanang Munif Yasin; Djoko Wahyono
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.53702

Abstract

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang dapat diperoleh di lingkungan komunitas atau rumah sakit. Di Indonesia sendiri terdapat peningkatan prevalensi pneumonia selama beberapa tahun terakhir dari 1,6% (2013) menjadi 2,0% (2018), dengan prevalensi di provinsi Jawa Tengah adalah sebesar 1,8%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pemberian antibiotik empiris yang tidak rasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasionalitas terapi antibiotik empiris serta hubungannya dengan clinical outcome pasien dengan pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional retrospektif untuk meneliti rasionalitas terapi antibiotik empiris pada pasien pneumonia di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sampel yang diambil adalah seluruh pasien dengan pneumonia selama periode Januari 2017-Mei 2019. Analisis terhadap rasionalitas terapi antibiotik empiris dilakukan dengan menggunakan kategori Gyssens dan dilanjutkan dengan uji Chi-square. Terdapat 86 pasien yang diuji pada penelitian ini. Sebanyak 80 pasien telah diberikan terapi antibiotik empiris yang rasional dengan 77,5% clinical outcome pasien dinyatakan membaik dan sebanyak 6 pasien telah diberikan terapi antibiotik empiris yang tidak rasional dengan 33,3% clinical outcome pasien dinyatakan membaik. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian antibiotik empiris yang rasional dapat meningkatkan clinical outcome pasien dengan pneumonia (p=0,035).
Pengaruh Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Profil Obat Pasien Hipertensi di Puskesmas Kecamatan Pulogadung Yudha Sukowati; Dian Ratih Laksmitawati; Yusi Anggraini; Mita Restina
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.55194

Abstract

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah resmi dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada Bulan Januari 2014. Perubahan yang mendasar adalah masalah pembiayaan. Sebelum JKN menggunakan metode Free For Service (FFS), sesudah JKN menggunakan metode Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs). Salah satu penyakit kronis yang membutuhkan pelayanan komprehensif dan terjadinya peningkatan jumlah pasien salah satunya adalah Hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penerapan  metode Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs)  pada program JKN terhadap profil pemenuhan obat pada pasien kronis hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain longitudinal time series dengan alur penelitian data dilakukan secara retrospektif sebelum dan sesuah JKN dengan kriteria inklusi adalah pasien ASKES hipertensi yang merupakan pasien rutin dan melakukan rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Pulogadung selama periode Januari 2013 – Desember 2015. Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan sampel sebanyak 82 pasien. Data diambil berasal dari rekam medis, Laporan Permakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), kartu stok, buku permintaan dan penerimaan obat, serta resep pasien hipertensi tahun 2013, 2014 dan 2015.  Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji asosiatif hubungan kausal (sebab akibat) untuk melihat seberapa besar pengaruh penerapan untuk metode Indonesian Case Base Groups (INA-CBGs)  pada program JKN terhadap profil pemenuhan obat pada pasien kronis hipertensi dibandingkan dengan metode Free For Service (FFS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien hipertensi pada profil pengobatan menunjukkan tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah JKN pada jumlah obat yang diterima oleh pasien, obat generik, kesesuaian dengan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional (FORNAS).
Faktor yang Memengaruhi Luaran Klinik Kemoterapi dengan Protokol Tahun 2013 pada Anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut Metamalik Pasala; Mawardi Ihsan; Zullies Ikawati
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.56993

Abstract

Penelitian ini bertujuan mempelajari hubungan antara beberapa faktor dicurigai dengan status remisi, relaps, dan mortalitas pada pasien LLA anak yang menjalani kemoterapi sesuai Protokol Kemoterapi LLA anak tahun 2013. Penelitian ini merupakan studi observasi dengan rancangan cross sectional yang mana proses pengambilan data dilakukan secara retrospektif pada bulan Oktober s.d. November 2018. Sumber dari seluruh data pada penelitian ini adalah rekam medik pasien anak dengan LLA yang pernah berobat di rumah sakit tempat penelitian dalam kurun waktu 1 Januari 2014-31 Desember 2015. Status remisi ditetapkan setelah pasien menyelesaikan kemoterapi fase I, sedangkan status relaps dan mortalitas ditetapkan ketika pasien telah menyelesaikan kemoterapi fase IV. Remisi dan relaps masing-masing ditetapkan berdasar nilai limfoblas hasil pemeriksaan BMP pasien pada akhir fase I dan fase IV, sedangkan status mortalitas ditetapkan berdasar diagnosis terakhir sebelum pasien meninggal setelah menyelesaikan fase IV. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, dan analisis hubungan menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun faktor yang berhubungan dengan status remisi dan mortalitas pasien, tetapi faktor usia >10 tahun dan kategori risiko tinggi masing-masing menunjukkan adanya suatu hubungan dengan peningkatan risiko terjadinya relaps (p=0,005; OR 11,5 [1,93-68,52] dan p=0,001; OR 15,33 [2,56-91,94]).
Penurunan Laktat Dehidrogenase Plasmodium falciparum strain D10 pada pemberian Fraksi Tithonia diversifolia (Hemsley) Rul Afiyah Syarif; Mae Sri Hartati Wahyuningsih; Mustofa Mustofa; Ngatidjan Ngatidjan
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.57817

Abstract

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa fraksi ke-6 (F6) merupakan fraksi aktif (F-akt) daun Tithonia diversifolia (Hemsley) A.Gray yang menghambat pertumbuhan Plasmodium. Pertumbuhan parasit ini memerlukan energi yang diperoleh dari aktivitas laktat dehidrogenase (LDH). Penelitian ini bertujuan mengkaji aktivitas antiplasmodium fraksi aktif T. diversifolia terhadap kadar LDH kultur P. falciparum. Kultur Plasmodium falciparum strain D10 stadium cincin dibagi menjadi kelompok eritrosit tidak terinfeksi (KTI), eritrosit terinfeksi (KI), dan eritrosit terinfeksi Plasmodium yang diberi F6 (F-akt) T. diversifolia (KI+F-akt) konsentrasi 9,38-150 µg/mL. Kultur diinkubasi 48 jam. Media kultur diukur kadar LDH-nya secara enzimatik. Adanya perbedaan LDH antar kelompok dianalisa dengan Anova. Penghambatan aktivitas LDH (IC50) ditetapkan dengan analisa probit. Kadar LDH kelompok KI (362,33 ± 133,18 U/L) lebih tinggi daripada KTI (270,33 ± 65,85 U/L) (p>0,05). Pemberian F-akt pada KI menyebabkan kadar LDH parasit lebih rendah daripada KI. Kadar LDH parasit yang diberi F-akt konsentrasi 9,38; 18,75; 37,50; dan 150 µg/mL secara berturut-turut adalah 365,5 ± 129,5; 210,5 ± 1,5; 195,5 ± 81,5; dan 111,5 ± 53,5 U/L. Tidak ada perbedaan kadar LDH antar kelompok penelitian (p>0,05). F-akt  T. diversifolia mampu menghambat LDH P. falciparum strain D10 dengan nilai IC50 = 39,22 µg/mL.Kata kunci: Tithonia diversifolia, laktat dehidrogenase, Plasmodium falciparum
Perbandingan Aktivitas Antibakteri Antara Ekstrak Daun Katang-Katang (Ipomoea pes-caprae L.) dan Minyak Seith Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Jennifer Vivian Kiriwenno; Melda Yunita; Vina Z. Latuconsina
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.58292

Abstract

Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh negara berkembang seperti di Indonesia. Salah satu penyebab infeksi ialah bakteri Staphylococcus aureus. Tanaman katang-katang (Ipomoea pes-caprae L.) dan minyak seith merupakan produk tanaman yang memiliki potensi sebagai agen antibakteri. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan konsentrasi yang paling efektif dari ekstrak daun katang-katang dan minyak seith dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Metode. Penelitian ini menggunakan ekstrak daun katang-katang dan minyak seith dalam konsentrasi 10%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% serta ampisilin sebagai kontrol positif dan aquades sebagai kontrol negatif yang diuji dengan Staphylococcus aureus kemudian diukur zona hambatnya dengan 3 kali pengulangan. Hasil. Hasil uji menunjukkan rerata zona hambat terbesar terbentuk pada konsentrasi 100% (12.0 mm) kemudian diikuti oleh konsentrasi 80% (7.66 mm), 60% (0 mm), 40% (0 mm), 20% (0 mm), dan 10% (0 mm) pada ekstrak daun katang-katang sedangkan pada minyak seith tidak terbentuk zona hambat untuk semua konsentrasi. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan one-way ANOVA dan uji lanjut menggunakan Bonferroni Test menunjukkan nilai signifikansi 0.000 (p<0.05). Hal ini berarti secara statistik, hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kesimpulan. Pemberian ekstrak daun katang-katang memiliki potensi sebagai agen antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan minyak seith.
Pengaruh Edukasi Apoteker Terhadap Tahap Berhenti Merokok pada Mahasiswa Perokok Aktif Tahap Contemplation Siswati Siswati; Prih Sarniatnto; Nurita Andayani
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.61230

Abstract

Kebiasaan merokok merupakan salah satu kebiasaan tidak sehat yang potensial menimbulkan penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus tipe 2, penyakit kardiovaskular, penyakit jantung koroner, kanker paru dan penyakit pernafasan kronis. Masih banyaknya mahasiswa yang merokok, memerlukan pendekatan seperti adanya edukasi apoteker terhadap upaya berhenti merokok. Perilaku berhenti merokok terbagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: tahap pre-contemplation, contemplation, preparation, action, maintenance dan relapse. Pada tahap contemplation, perokok telah berfikir serius untuk berhenti merokok. Intervensi edukasi oleh apoteker sebagai salah satu tenaga kesehatan, terutama pada perokok yang berada pada tahap contemplation merupakan hal penting yang dapat  menunjang keberhasilan upaya berhenti merokok,sehingga mahasiswa perokok dapat berada pada tahap selanjutnya dari tahap contemplation. Penelitian ini memiliki desain studi quasi eksperimental pre-test dan post test dan pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi apoteker terhadap perilaku berhenti merokok pada mahasiswa perokok aktif tahap contemplation. Dengan responden 43 mahasiswa perokok aktif tahap contemplation, hasil penelitian diuji dengan uji t one pair, untuk melihat pengaruh edukasi apoteker terhadap perilaku berhenti merokok. Hasil penelitian menunjukkan, edukasi apoteker memberikan perubahan yang bermakna pada nilai Urica Scale tahap perilaku berhenti merokok, namun tidak merubah tahap berhenti merokok responden, dimana sebelum edukasi adalah contemplation, sesudah edukasi juga tetap berada di tahap contemplation.
Pengaruh kombinasi Superdisintegrant Crospovidone dan Croscarmellose Sodium pada sifat fisik dan disolusi Fast Disintegrating Tablet Hidroklorotiazid Dewi Farahiyah; Teuku Nanda Syaifullah Sulaiman
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.61756

Abstract

Hidroklorotiazid (HCT) merupakan obat lini pertama untuk penanganan hipertensi. HCT memiliki kelemahan terkait bioavailabilitasnya yang rendah dan umumnya tersedia dalam bentuk sediaan tablet konvensional sehingga dapat menimbulkan masalah tersendiri bagi pasien yang tidak mampu menelan tablet. Fast disintegrating tablet (FDT) HCT merupakan tablet yang dapat terdisintegrasi dan terdisolusi dengan cepat di dalam mulut yang memungkinkan obat dapat diabsorpsi di daerah pregastric sehingga meningkatkan bioavailabilitas obat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula FDT HCT yang menghasilkan sifat fisik optimum dengan kombinasi superdisintegrant crospovidone (CP) dan croscarmellose sodium (CCS). FDT HCT diformulasikan menggunakan kombinasi superdisintegrant CP:CCS pada rentang konsentrasi CP 2-6% dan CCS 1-5%. FDT dibuat dengan metode kempa langsung. Tablet FDT yang dihasilkan, dilakukan uji sifat fisik tablet yaitu kekerasan, kerapuhan, waktu disintegrasi, waktu pembasahan, rasio absorpsi air, dan uji disolusi. Data diolah dengan metode simplex lattice design menggunakan software Design Expert® untuk memprediksi formula optimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  CP berpengaruh signifikan dalam mempercepat waktu pembasahan, waktu disintegrasi, dan disolusi tablet, sedangkan CCS berpengaruh signifikan dalam menurunkan kekerasan, meningkatkan kerapuhan dan rasio absorpsi air.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Batuk OTC (Over The Counter) dengan Faktor Demografi pada Mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta Listiana Hidayati; Amrina Amalia Yogananda
Majalah Farmaseutik Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/farmaseutik.v17i1.62011

Abstract

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia dan suhu. Batuk merupakan gejala tersering penyakit pernapasan dan masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-hari di Indonesia. Pengobatan batuk biasanya dilakukan dengan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang dialami seseorang dengan menggunakan obat herbal, obat tradisional maupun modern dengan tanpa adanya intervensi dari tenaga medis seperti dokter. Pengetahuan swamedikasi sendiri kemungkinan berhubungan dengan faktor demografi seperti kluster, tahun angkatan, dan jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penggunaan obat batuk pada responden, gambaran tingkat pengetahuan responden serta hubungan faktor demografi dengan tingkat pengetahuan responden dalam penggunaan obat batuk.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik bersifat non-eksperimental melalui penyebaran kuesioner. Kuesioner yang berisi 24 pertanyaan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian dilakukan di Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Jumlah sampel yang digunakan adalah 319 responden. Data primer selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan analisis bivariat dengan Chi-Square test.Hasil penelitian menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu baik, sedang, dan kurang. Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui faktor klaster berhubungan dengan tingkat pengetahuan mengenai penggunaan obat batuk dengan nilai p ≤ 0,05. Tahun angkatan dan jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuan responden mengenai penggunaan obat batuk.

Page 2 of 2 | Total Record : 20