cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
TOTOBUANG
Published by Kantor Bahasa Maluku
ISSN : 23391154     EISSN : 25976184     DOI : -
Totobuang is a journal that publish results of research or conceptual idea in linguistics and literary studies, also aspects of teaching. Totobuang is published twice a year, on June and December. Totobuang editors accept article submission from researchers, experts, academician, and teachers of language and literature.
Arjuna Subject : -
Articles 187 Documents
FUNGSI MITOS DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PULAUTEMIANG, JAMBI [The Function of Myth in Pulautemiang Society’s Life, Jambi] elva yusanti
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.717 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.141

Abstract

Myth is one of the references of the Pulautemiang society, Jambi, in their activities and socialization. The myths believed by the society generally are related to the traditions of pregnancy, birth, community, and religion. This study aims to describe the function of myth for the people of Pulautemiang, Jambi. This research used qualitative method and also myth theory proposed by Bastian and Mitchell. According to Bastian and Mitchell, the function of myth consists of primary function which is related to social and cultural system and secondary function which is related to unlogical things.  The result of the study shows that myth functions as social and ritual means, as well as healing and renewal. Mitos menjadi salah satu acuan masyarakat Pulautemiang, Jambi, dalam beraktivitas dan bersosialisasi. Mitos yang diyakini umumnya berkaitan dengan tradisi kehamilan, kelahiran, kemasyarakatan, dan keagamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi mitos bagi masyarakat Pulautemiang, Jambi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif serta memanfaatkan teori mitos yang dikemukakan Bastian dan Mitchell. Menurut Bastian dan Mitchell, fungsi mitos terdiri atas fungsi primer yang berkaitan dengan sistem sosial dan budaya, serta fungsi sekunder yang berkaitan dengan hal-hal di luar logika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos berfungsi sebagai sarana sosial dan ritual, serta sarana penyembuhan dan pembaruan.  
FUNGSI PERTUTURAN DALAM TAWAR MENAWAR PAKASAM DI PASAR TRADISIONAL [The Function of the Interests Offering Pakasam in Traditional Markets] - Hestiyana
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.662 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.35

Abstract

This research discussed the functions of substitution in bargaining pakasam at traditional markets   which aimed to describe its fucntions The method used  descriptive qualitative method. The data was  the speeches between sellers pakasam with buyers. In collecting the data, it used some techniques, such as: (1) observation, (2) interview, (3) simak libat cakap dan simak bebas libat cakap technique, and (4) noted technique . The results of the analysis indicated that there were five substitution functions  in bargaining pakasam at traditional markets, they were: (1)  declared information; (2) asked for an excuse ands opinion; (3) commanded , prohibited, approved and rejected; (4) apologized ; And (5) critized. In this study, the mostly found was the function of ordering. it included three categories of functions there were: (1)  commanded by ordering, (2) commanded by prohibiting, and (3) commanded by agreeing and rejecting. whilethe asking function includes two categories, : (1)  asking for reasons and (2)  asking for an opinion. Then, the declaring functiononly has one category, that was, declaring the information and  followed by appolizing and the criticizing  function. Penelitian ini membahas fungsi pertuturan dalam tawar menawar pakasam di pasar tradisional dengan tujuan untuk mendeskripsikan fungsi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data  penelitian ini merupakan tuturan-tuturan antara penjual pakasam dengan pembeli. Dalam mengumpulkan data digunakan teknik, yaitu: (1) observasi,(2) wawancara, (3) teknik simak libat cakap dan simak bebas libat cakap, dan(4) teknik catat. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat lima fungsi pertuturan dalam tawar menawar pakasam di pasar tradisional, yaitu: (1) fungsi pertuturan menyatakan informasi; (2) fungsi pertuturan menanyakan alasan dan meminta pendapat; (3) fungsi pertuturan , menyuruh, melarang, menyetujui dan menolak; (4) fungsi meminta maaf; dan (5) fungsi mengeritik. Dalam penelitian ini yang paling banyak ditemukan adalah fungsi pertuturan memerintah, yakni mencakup tiga kategori fungsi pertuturan: (1) fungsi pertuturan memerintah dengan menyuruh, (2) fungsi pertuturan memerintah dengan melarang, dan (3) fungsi pertuturan memerintah dengan menyetujui dan menolak. Diikuti fungsi pertuturan menanyakan yang mencakup dua kategori, yaitu: (1) fungsi pertuturan menanyakan dengan meminta alasan dan (2) fungsi pertuturan menanyakan dengan meminta pendapat. Kemudian, fungsi pertuturan menyatakan hanya mencakup satu kategori, yakni fungsi pertuturan menyatakan informasi serta diikuti dengan fungsi pertuturan meminta maaf dan fungsi pertuturan mengeritik.
PERBANDINGAN POLA KONSTRUKSI POSESIF DIALEK AMBON DENGAN BAHASA INDONESIA BAKU [Comparison of Construction Possessive Pattern of Ambon Dialect with Indonesian Standard] Taufik Salamun
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.722 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.123

Abstract

This study aims to reconstruct the possessive pattern of the Indonesian language in Ambon dialect with Indonesian standards. This research is descriptive qualitative. The data of this study were derived from the speech of the people of Ambon and surrounding cities who communicate using Ambonese dialect in Indonesian. Indonesian data was obtained from the translation of Ambonese dialects of Indonesian. This research was located in all areas of Ambon City and its surroundings. The time needed by researchers to collect data is for two weeks. The data collection method used is non-participant observation. There are two techniques used to support non-participant observation methods, namely recording and recording techniques. This study uses two ways in the process of data analysis, namely the equivalent method and the method of religion. The results of the study show that there are differences in possessive construction patterns (ownership) between Indonesian Ambon dialect and Indonesian standard. The difference is the location of the possessor and the different possessed. In the Indonesian language, Ambonese dialect, whatever the possessor category, both pronima persona, self-name, and not human, always precedes possessum. That is different from standard Indonesian, which is in the possessum construction pattern that precedes the possessor. Another difference is that the possessive construction pattern in the Ambonese dialect Indonesian language had the addition of the word pung between the possessor and possessed, whereas in standard Indonesian there is no addition. Penelitian ini bertujuan merekonstruksi pola posesif bahasa Indonesia dialek Ambon dengan Indonesia baku. Penelitian ini merupakan kualitatif deskriptif. Data penelitian ini bersumber dari tuturan masyarakat Kota Ambon dan sekitarnya yang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dialek Ambon. Data bahasa Indonesia diperoleh dari hasil terjemahan tuturan bahasa Indonesia dialek Ambon. Penelitan ini berlokasi di seluruh wilayah Kota Ambon dan sekitarnya. Waktu yang diperlukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data adalah selama dua minggu. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi non-partisipan. Ada dua teknik yang digunakan untuk mendukung metode obeservasi non-partisipan, yaitu teknik rekam dan catat. Penelitian ini menggunakan dua metode dalam proses analisis data, yaitu metode padan dan metode agih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola konstruksi posesif (kepemilikan) antara bahasa Indonesia dialek Ambon dengan bahasa Indonesia baku. Perbedaan tersebut adalah letak possessor dan possessum yang berbeda. Pada bahasa Indonesia dialek Ambon, apapun kategori possessor baik pronima persona, nama diri, maupun bukan manusia selalu mendahului possessum. Hal itu berbeda dengan bahasa Indonesia baku, yaitu pada pola konstruksinya possessum-lah yang mendahului possessor. Perbedaan lain adalah pola konstruksi posesif pada bahasa Indonesia dialek Ambon mendapat penambahan kata pung di antara possessor dan possessum, sedangkan pada bahasa Indonesia baku tidak mengalami penambahan.
FORMASI DAN NEGOSIASI IDEOLOGI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI DALAM CERPEN “SARMAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA HENY ANGGREINI
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.139

Abstract

The community has the right to obtain his will - his view of life, but the situation cannot be obtained because the community is trapped by the great ideologies that are in power (dominating). Therefore, the author as a recorder - intellectuals who contested his ideology through literary works. Literary works as a unifying tool of social forces and the struggle of subordinate groups to fight political actions that offer certain ideologies. Thus, the purpose of this research is to explain the ideologies that live in society, including the dominant ideologies, which are related to the mindset and patterns of people’s behavior in literary works. This study uses a qualitative descriptive method that focuses on content analysis using the Gramsci hegemony theory. The results of this study are that Sarman figures are not counter-hegemonic over the ideology of capitalism, but through Sarman, Seno tries to negotiate that the ideology of capitalism becomes a socialist and humanist capitalist ideology, namely capitalists who view humans as dignified beings and social beings, entitled to rights which should be obtained. The relationship between the characters of Sarman and Seno, were  clearly described by the author Gumira Ajidarma, the author contests ideologies to the readers and wants to negotiate his ideologies. However, like Sarman, Seno is still trapped in the dominant group (rulers) whose ideology is capitalism. Masyarakat memiliki hak untuk memperoleh kehendaknya—pandangan hidupnya, namun situasi tersebut tidak dapat diperoleh karena masyarakat terperangkap oleh ideologi-ideologi besar yang berkuasa (mendominasi). Oleh karena itu, pengarang sebagai perekam—kaum intelektual yang mengkontestasikan ideologinya melalui karya sastra. Karya sastra sebagai alat pemersatu kekuatan-kekuatan sosial dan pertarungan kelompok subordinat untuk melakukan perlawanan terhadap tindakan politik yang menawarkan ideologi-ideologi tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah terjelaskannya ideologi-ideologi yang hidup di masyarakat, termasuk ideologi dominan, yang berkaitan dengan pola pikir dan pola perilaku masyarakat dalam karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh Sarman bukan counter-hegemonik atas ideologi kapitalisme, tetapi melalui Sarman, Seno mencoba untuk menegosiasikan agar ideologi kapitalisme menjadi ideologi kapitalisme yang sosialis dan humanis, yaitu kapitalis yang memandang manusia sebagai makhluk bermartabat dan makhluk sosial, berhak mendapatkan hak-hak yang seharusnya diperoleh. Keterkaitan tokoh Sarman dengan Seno Gumira Ajidarma sebagai pengarang, sangat jelas terlihat bahwa pengarang mengkontestasikan ideologi-ideologi kepada pembaca dan ingin menegosiasikan ideologi-ideologinya. Namun, seperti Sarman, Seno masih terjebak dalam kelompok dominan (penguasa) yang berideologi kapitalisme.
PENGGUNAAN CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMPN UBUNG PULAU BURU [The Use of Mixing Code and Switching Code in Learning Process at SMPN Ubung Buru Island] Nanik Indrayani
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.815 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.40

Abstract

Mixing code and  switching code are always become strategy in learning process. The aim of the research were  describing the form of  mixing code and  switching code as well as factors that caused  them at SMPN Ubung, Lilialy District, Buru Regency, Maluku. This  was qualitative descriptive research that studied the phenomenon of linguistic by sociolinguistic approach. The source of data in this research were all the speeches ofof the teachers, as well as all the students who involved in learning process that used mixing code and  switching code. Method of data collection was conducted by non-participant observation. Meanwhile, technique of collecting data was done by free conversation, recording, and noting technique. The data was analyzed by qualitative descriptive analysis technique. The results of this study revealed that the forms of  mixing code were the insertion of word, repeated word, personal pronoun, and phrase, while  switching code were independent clause, coordinative clause, and sentence. The other finding were the factors that lead to  mixing code was the influence of first language, no other equivalent, and practical. The factors that led to  switching code were  considered prestige, offsetting the students’ language skill, and teacher emotion.  mixing code and  switching code occurred in learning process at SMPN Ubung, Lilialy District, Buru Regency, Maluku, by the teachers and students from Indonesian to Ambon Malay dialect or vice versaCampur kode dan alih kode selalu dijadikan strategi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk campur kode dan alih kode serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa campur kode dan alih kode di SMPN Ubung, Kecamatan Lilialy, Kabupaten Buru, Maluku. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengkaji fenomena kebahasaan dengan pendekatan Sosiolinguistik. Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan yang digunakan guru serta semua tuturan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran yang mengandung campur kode dan alih kode. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi nonpartisipasi. Sementara teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Data yang sudah diklasifikasi kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk campur kode yang berupa wujud penyisipan kata, kata ulang, kata ganti orang, dan frasa, sedangkan alih kode berwujud klausa mandiri, klausa koordinatif, dan kalimat. Temuan berikutnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode yaitu pengaruh bahasa pertama, tidak ada padanan lain, dan praktis. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode yaitu dianggap prestise atau bergengsi, mengimbangi kemampuan berbahasa siswa, dan emosi guru. Campur kode dan alih kode tersebut terjadi dalam proses pembelajaran di SMPN Ubung, Kecamatan Lilialy, Kabupaten Buru, Maluku, yang dilakukan guru dan siswa dari bahasa Indonesia ke dialek Melayu Ambon atau sebaliknya.
MODUS TINDAK TUTUR EKPRESIF DALAM TRANSAKSI JUAL-BELI DI PASAR TRADISIONAL KOTA BAUBAU: TINJAUAN PRAGMATIK [Modus Speech Act in The Interaction of Selling-Buying in Traditional Market of Baubau City: A Pragmatic Study] Harziko Harziko
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.553 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.124

Abstract

This research aims to describe the uses of speech modus of the vendor and buyers. The research was descriptive and qualitative. The samples were chosen using the purposive sampling technique. The linguistic phenomena was analyzed using the pragmatic approach. The data camprised the oral data obtained from the conversation between the vendors and the buyers in the selling-buying interaction. The data were collected using the method of observation through the techniques of recording and noting. The classified data were then analyzed descriptively and qualitatively. The results showed that (1) the use of the seller speech mode consists of modes declarative, interrogative mode, and the imperative mood. Interrogative mode is used to ask the seller as well invite shoppers to browse and select items they need. Seller declarative mode is used to maintain prices (reject) the buyer's bid by way of mentioning the source and price of goods. Seller imperative mood used to persuade buyers to try every item offered by a seller. Furthermore, the use of speech mode consists of modes buyer declarative, interrogative mode, and the imperative mood. Declarative mode is used buyers in an attempt to bargain the price of goods in a way to convey that he is a subscription often buy goods sold sellers. Modus interrogative used buyers to ask at once aimed at bargain prices, while the imperative mood used buyers who aimed ask the seller to reduce the price of goods according to buyer demand.              Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan modus tindak tutur penjual dan pembeli di pasar tradisional Kota Baubau. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Fenomena kebahasaan dikaji dengan pendekatan pragmatik. Data penelitian berupa data lisan yang bersumber dari percakapan penjual dan pembeli dalam transaksi jual-beli. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode simak melalui teknik rekam dan catat. Data yang telah diklasifikasi, dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modus tuturan penjual terdiri atas modus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif. Modus interogatif penjual digunakan untuk menanyakan sekaligus mempersilakan pembeli untuk mencari dan memilih barang yang dibutuhkannya. Modus deklaratif penjual digunakan untuk mempertahankan harga (menolak) tawaran pembeli dengan cara menyebutkan sumber dan harga barang. Modus imperatif penjual digunakan untuk membujuk pembeli agar mencoba tiap-tiap barang yang ditawarkan oleh penjual. Selanjutnya, penggunaan modus tuturan pembeli terdiri atas modus deklaratif, modus interogatif, dan modus imperatif. Modus deklaratif digunakan pembeli sebagai upaya menawar harga barang dengan cara menyampaikan bahwa dirinya merupakan langganan yang sering membeli barang yang dijajakan penjual. Modus interogatif digunakan pembeli untuk bertanya sekaligus bertujuan menawar harga, sedangkan modus imperatif digunakan pembeli yang bertujuan meminta penjual agar mengurangi harga barang sesuai permintaan pembeli.
REPRESENTASI MANUSIA DAN ALAM DALAM PUISI AKU, HUTAN JATI, DAN INDONESIA KARYA YACINTA KURNIASIH [Human and Nature Representation in “Aku, Hutan Jati, and Indonesia” by Yacinta Kurniasih] Faradika Darman
TOTOBUANG Vol. 5 No. 2 (2017): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2017
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.885 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v5i2.43

Abstract

Environmental issues are important to talk about. Talking about the environment is talking about human, because it sustains of human life. If the environment damaged, human life will be disturbed and being extinct. Many things can be done to reduce the damage that occurs in the environment. One of them is  changing the humans view through the literary works. Aku, Hutan Jati, dan Indoensia is an example of green literature tries to reflect the love of the environment and show the problems in it. The poetry is important to review because literary work with ecocriticism is limited. This study was a part of literary utilization and real step for ecological crises solving through the formation of human ecological morals and ethics. The poem was reviewed by the theory of literary ecology. The research method used hermeneutic. The results show that Aku, Hutan Jati, dan Indonesiawas a reflection of human caring for the environment, especially teak forests with ecology’s words highlighted by the love of the environment and expressed anxiety in responding to the environmental damage was the logging of teak forests. Ecological poetry is expected to provide awareness and enlightenment that can make people aware of the importance of preserving nature and the environment.Permasalahan lingkungan menjadi hal yang penting untuk dibicarakan. Jika berbicara tentang lingkungan berarti berbicara tentang manusia karena lingkungan yang menopang kehidupan manusia. Jika lingkungan rusak, maka kehidupan manusia akan terganggu bahkan dapat menyebabkan kepunahan umat manusia. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kerusakan yang terjadi pada lingkungan. Salah satunya adalah mengubah pandangan kepada manusia melalui karya sastra. Puisi Aku, Hutan Jati, dan Indonesia adalah satu contoh sastra hijau yang merefleksikan kecintaan terhadap lingkungan dan memperlihatkan berbagai persoalan di dalamnya. Puisi ini penting dikaji mengingat terbatasnya kajian dan karya sastra berperspektif ekologi. Kajian ini sebagai bentuk pemanfaatan karya sastra dan langka untuk penanganan krisis ekologi melalui pembentukan moral dan mengubah pola pikir manusia. Puisi tersebut ditelaah dengan memanfaatkan teori ekologi sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah metode hermeneutika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi Aku, Hutan Jati, dan Indonesia adalah refleksi kecintaan manusia terhadap lingkungan khususnya hutan jati dengan menonjolkan diksi ekologi yang berlandaskan rasa cinta terhadap lingkungan dan mengungkapkan kegelisahan dalam menyikapi adanya kerusakan lingkungan yaitu penebangan hutan jati. Puisi-puisi bernuansa ekologi diharapkan dapat memberikan penyadaran dan pencerahan yang dapat menyadarkan manusia akan pentingnya menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan.
NILAI PEMBENTUK KARAKTER MASYARAKAT WAKATOBI MELALUI KABHANTI WA LEJA [Values for The Formation of The Character of The Wakatobi Community Through Kabhanti Wa Leja] Susiati susiati
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.09 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.136

Abstract

This study aims to describe the value of forming the character of the wakatobi community through Wa Leja kabhanti. This research is a qualitative research. Data is collected using the refer method. Meanwhile, data collection techniques use note-taking techniques. The results showed that there were twenty-nine values forming the character of the wakatobi community through Wa Leja kabhanti which included (1) social care; (2) love / affection and love; (3) submission; (4) praise; (5) humility: (6) breadwinner; (7) surrender; (8) attention; (9) find out; (10) firm stand; (11) optimistic; (12) advice; (13) loyal friends; (14) keep promises; (15) sincerity; (16) disappointed; (17) hurt; (18) sadness; (19) shame; (20) confidence; (21) confused; (22) convincing; (23) loyal to lovers; (24) regret; (25) pity; (26) hope; (27) forgive each other; (28) application; and (29) reprimand.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai pembentuk karakter masyarakat Wakatobi melalui Kabhanti Wa Leja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan menggunakan metode simak. Sementara, teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh sembilan nilai pembentuk karakter masyarakat wakatobi melalui Kabhanti Wa Leja meliputi (1) peduli sosial; (2) rasa kasih/sayang dan cinta; (3) kepasrahan; (4)  pujian; (5) kerendahan hati: (6) pencari nafkah; (7) berserah diri; (8) perhatian; (9) mencari tahu; (10) teguh pendirian; (11) optimis; (12) nasihat; (13) setia kawan; (14) tepati janji; (15) ikhlas; (16) kecewa; (17) sakit hati; (18) kesedihan; (19) rasa malu; (20) percaya diri; (21) bingung; (22) meyakinkan; (23) setia pada kekasih; (24) penyesalan; (25) rasa kasihan; (26) pengharapan; (27) saling memaafkan; (28) permohonan; dan (29) teguran.
PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VI SEKOLAH MADRASAHIBTIDAIYAH PANGERAN HIDAYATULLAH [Vocabulary Mastery of the Ability to Speak Indonesia Students of Class VI School of Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah] Hestiyana Hestiyana
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.721 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.129

Abstract

This study aims to describe the mastery of  Indonesian vocabulary and the ability to speak Indonesianstudents of class VI school of Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah. This research uses quantitativedescriptive research. The object of this research was students of class VI school of Madrasah IbtidaiyahPangeran Hidayatullah with a saturated sampling technique. Instruments used in data collection, namely:test sheets, observation guidelines, and documentation. Data analysis was performed using descriptivestatistical analysis. Based on the results of the analysis, it can be seen that the mastery of Indonesianvocabulary and the ability to speak Indonesian in students of class VI school of Madrasah IbtidaiyahPangeran Hidayatullah are in the moderate category. Mastery of Indonesian vocabulary has an averagevalue of 24.40 which is in the interval 23-24 so it can be stated that the mastery of Indonesian vocabularyof students is in the medium category. Then, the ability to speak Indonesian in students of class VI schoolof Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah was in the moderate category with an average value of 10.08in intervals of 10-11 so that students' speaking ability was in the medium category. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penguasaan kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa kelas VI Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah dengan teknik pengambilan sampel jenuh. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu: lembar tes, pedoman observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa penguasaan kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa kelas VI Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah berada pada kategori sedang. Penguasaan kosakata bahasa Indonesia memiliki nilai rata-rata sebesar 24,40 yang berada pada interval 23—24 sehingga dapat dinyatakan bahwa penguasaan kosakata bahasa Indonesia siswa berada pada kategori sedang. Kemudian, kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa kelas VI Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Hidayatullah berada pada kategori sedang dengan  nilai rata-rata sebesar 10,08 yang berada pada interval   10—11 sehingga dapat dinyatakan bahwa kemampuan berbicara siswa berada pada kategori sedang.
PENYIMPANGAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PANCA RIJANG SIDENRENG RAPPANG [The Deviations of Language Politeness Principle in Learning-Teaching Interaction in Bahasa Indonesia of Class XI Students at SMAN 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang] musyawir musyawir
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.171 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.104

Abstract

         The research aims to describe the types of deviation of language politeness principle and the cause of deviation. The research was qualitative. The data of the research were all of the students’ speeches or oral conversation discourse and speech information situation. The data source was obtained from the students of class XI at SMAN 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang.The data of the research were collected by recording, note-king, and unstructured interview technique. The data of the research were analyzed through four stages, namely data collections, data reduction, presentation, as well as data analysis and conclusions/verification. The results of the research reveal that the deviations of language politeness principle which were occurred in learning-teaching interaction in Bahasa Indonesia of class XI students at SMAN 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang are single and double deviation. The causes of the deviation of language politeness principle in learning-teaching interactions in Bahasa Indonesia of class XI students at SMAN 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang cover (1) deviation caused by the speakers intentionally accused the speaking partner, (2) intentionally speak not accordance with the context, (3) protective on opinion, (4) the speaker’s emotional impulse, (5) direct critic with harsh words, (6) mocking, and (7) no sympathy given to the speaking partner.              Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dan penyebab penyimpangan. Jenis penelitian ini tergolong penelitian kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan siswa atau wacana percakapan lisan dan informasi situasi tutur. Adapun sumber data diperoleh dari siswa kelas XI SMA Negeri 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik rekam, teknik catat, dan wawancara tidak terstruktur. Analisis data melalui empat tahapan,yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian sekaligus penganalisisan data dan penyimpulan /verifikasi. Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  penyimpangan  prinsip kesantunan berbahasa yang terjadi dalam interaksi belajar-mengajar bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang, yakni penyimpangan tunggal dan penyimpangan ganda. Penyebab penyimpangan prinsip kesantunan berbahasa dalam interaksi belajar-mengajar bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 2 Panca Rijang Sidenreng Rappang meliputi (1) penyimpangan disebabkan oleh penutur sengaja menuduh mitra tutur, (2) sengaja berbicara tidak sesuai dengan konteks, (3) protektif terhadap pendapat, (4) dorongan rasa emosi penutur, (5) kritik secara langsung dengan kata-kata kasar, dan (6) mengejek, serta (7) tidak memberikan rasa simpati kepada mitra tutur.

Page 8 of 19 | Total Record : 187