cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
,
INDONESIA
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia
ISSN : 08548390     EISSN : 25498029     DOI : -
LIMNOTEK Tropical Inland Waters in Indonesia (Limnotek) is a periodical publication from the Research Center for Limnology, Indonesian Institute of Sciences in collaboration with Indonesian Society of Limnology (MLI). Published semiannually, the journal has a goal to be a means of communication and dissemination of research results in tropical limnology. The articles in this journal examines the interaction between factors: physics, chemistry, biology, hydrology, and geology on inland waters ecosystems. Definition of inland waters here are all forms puddles on the surface of the earth to the landward of the line of the lowest tides either fresh or brackish water such as rivers, swamps, lakes, water, wetlands, reservoirs, puddles, ponds, and dams.
Arjuna Subject : -
Articles 109 Documents
MOLUSKA DANAU MANINJAU: KANDUNGAN NUTRISI DAN POTENSI EKONOMISNYA Tanjung, Livia Rossila
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 22, No 2 (2015)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Danau Maninjau terkenal dengan kerangnya yang disebut pensi (Corbicula moltkiana dan Corbicula javanica) yang diolah secara tradisional sebagai makanan selingan yang khas. Pensi sudah menjadi sumber daya perairan bernilai ekonomis yang diperjualbelikan di pasar-pasar sekitar Danau Maninjau. Selain pensi, langkitang (Brotiasumatrensis dan Melanoides tuberculata) juga menjadi makanan favorit bagi penduduk di daerah tersebut. Sebaliknya, keong tutut (Filopaludina javanica) dan kijing taiwan (Anodonta woodiana) yang banyak ditemukan di sekitar danau ini tidak dijadikan sebagai salah satu sumber makanan bagi masyarakat setempat. Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui kandungan nutrisi dan nilai ekonomis keempat komoditas tersebut. Untuk itu, dilakukan pengambilan sampel keempat komoditas tersebut dari Danau Maninjau pada bulan Oktober 2013 dan April 2014 dan dilakukan analisis proksimat, mineral dan asam amino. Hasilnya menunjukkan bahwa keempat komoditas tersebut memiliki kandungan protein yang tinggi, berkisar dari 5,2% (kijing) sampai 9,5% (langkitang) dari berat basahnya. Kandungan lemaknya cukup rendah (1,3-2,7% berat basah). Keempat komoditas mengandung semua mineral yang diuji (Ca, Fe dan P). Kijing mengandung besi dan fosfor tertinggi (0,148% dan 0,612%), sedangkan kandungan kalsium tertinggi ada pada tutut (2,023%). Dengan kandungan protein yang tinggi dan kaya mineral kijing dan tutut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pilihan makanan bergizi dan sumber peningkatan ekonomi bagi penduduk di daerah Maninjau. Pensi yang sangat populer di daerah Maninjau ternyata memiliki kandungan nutrisi yang lebih rendah  daripada kijing dan tutut.
KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN FITOPLANKTON DI WADUK DJUANDA, JAWA BARAT Purnamaningtyas, Sri Endah; Hendro Tjahjo, Didik Wahju
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 23, No 1 (2016)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Komunitas fitoplankton merupakan dasar dari terbentuknya suatu rantai makanan, mampu menyerap CO2 dan melepaskan O2 yang sangat berguna bagi organisme lain dan lingkungan perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi dan kelimpahan fitoplankton di Waduk  Djuanda, Jawa Barat. Penelitian dilakukan  pada bulan Maret, Mei, dan Juli 2011 di 5 (lima) stasiun dengan  menggunakan plankton net no. 25, yang ditarik secara vertikal mulai dari kedalaman 0,5, 2, 4,  dan 8 m. Selama penelitian teridentifikasi sebanyak 43 genera dari 6 kelas dengan kelimpahan fitoplankton berkisar antara 1.198–78.892.575 sel/L. Genus fitoplankton yang dominan di Waduk Djuanda  adalah Oscillatoria dari kelas Cyanophyceae. Hasil analisis keanekaragaman genera fitoplankton di Waduk Djuanda menunjukkan  nilai (H’) = 0,722–0,895 dan indeks dominansi = 0,18-0,28. Hasil ini menunjukkan, keanekaragaman genera fitoplankton di Waduk Djuanda tergolong  rendah (tidak stabil) dengan kecenderungan didominansi oleh salah satu genera.
KARAKTERISTIK PERAIRAN YANG DILALUI IKAN SIDAT (Anguilla sp.) DI ALIRAN SUNGAI POSO Sugianti, Yayuk; Krismono, Krismono
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 20, No 2 (2013)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perairan danau dan sungai Poso sudah lama diketahui sebagai daerah penangkapan ikan sidat. Ikan sidat termasuk famili Anguillidae merupakan ikan katadromus yaitu ikan yang hidup di perairan tawar (sungai/danau), bermigrasi ke laut untuk melakukan pemijahan dan setelah itu kembali lagi ke perairan tawar untuk melanjutkan siklus hidupnya. Benih ( glass eel/elver) sidat di aliran Sungai Poso sendiri bergerak dari Muara Poso, kemudian bermigrasi anadromus untuk sampai ke perairan tawar melewati beberapa wilayah sungai seperti Sungai Pandiri, Sulewana menuju Rawa Tentena dan kemudian berakhir di Danau Poso. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik perairan yang dilalui fase-fase ikan sidat. Penelitian karakteristik perairan ikan sidat telah dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan September 2012 dengan metode survei berstrata. Dari pengamatan diperoleh hasil bahwa karakteristik dari lima stasiun pengamatan hampir sama, dimana karakteristik dasar perairannya berbatu dan berpasir, vegetasi yang tumbuh di sekitar sungai juga sama seperti pohon-pohon besar dan alang-alang. Kondisi kualitas perairan di aliran Sungai  Poso yang dilewati oleh fase-fase ikan sidat juga masih mendukung untuk kehidupan sidat.
Penilaian Kualitas Perairan Ditinjau dari Keanekaragaman Infauna di Sungai Kumbe Papua Dwirastina, Mirna; Ditya, Yoga Candra
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 25, No 1 (2018)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK  Kondisi Sungai Kumbe masih kategori alami, menjadi tempat mata pencaharian penduduk setempat. Kegiatan perikanan yang dilakukan secara tradisional.  Sungai-sungai ini memiliki pola kerusakan yang sama yaitu  penggundulan hutan, eksploitasi berlebihan terhadap spesies endemik dan introduksi spesies asing di sungai. Usaha pengendalian kerusakan sungai mengharuskan adanya pemantauan kualitas perairan. Pemantauan dengan biota lebih diperhatikan, mengingat biota lebih tegas dalam mengekspresikan kerusakan sungai serta biota lebih ramah lingkungan, lebih murah, cepat dan mudah diinterpretasikan. Salah satu biota yang dijadikan indikator adalah Infauna. Penelitian bertujuan memberikan informasi tentang hasil penilaian kualitas perairan berdasarkan komposisi dan struktur komunitas  Infauna di Sungai Kumbe Papua.  Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan September 2014 di Sungai Kumbe pada 5 (Lima) stasiun pengamatan yaitu Baad, M. Inggun, Sakor, Yakau dan Wapeko. Metode sampling infauna menggunakan alat Ekman grab dan pemeriksaan kualitas air dilakukan secara insitu dan dilaboratorium penguji BRPPUPP. Analisa data kualitas air dihubungkan dengan komposisi dan kelimpahan infauna menggunakan analisis PCA (Principle Component Analysis).  Hasil penelitian tentang komposisi infauna ditemukan 2 famili dan 6 genus infauna, Kelimpahan Tertinggin daerah Wapeko (3466,6 idv/cm2) dan kelimpahan terendah daerah Yakau (400 idv/cm2). Nilai Indeks Keanekaragaman berkisar Sungai Kumbe 0-2 sehingga dikategorikan keanekaragaman rendah mendekati sedang.Kata kunci : Infauna, Keanekaragaman, Sungai Kumbe, Penilaian, Papua
KEMATIAN MASSAL IKAN DI WADUK CIRATA PADA JANUARI 2013 Suwedi, Nawa; T, Abimanyu; Alamsyah, Alamsyah; Sutjiningsih, Dwita; Garno, Yudhi S
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 22, No 1 (2015)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kematian massal ikan di wadukdapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salahsatunya adalah ketersediaan oksigen terlarut dalam air waduk. Pendekatan pemahaman kejadian kematian massal ikan yang berbeda dengan yang biasa telah dilakukan dalam penelitian ini. Pendekatan yang dilakukan adalah analisis keterkaitan antara kejadian kematian massal ikan dengan data cuaca. Data cuaca yang dimaksud adalah intensitas cahaya matahari, temperatur udara permukaan, kondisi awan, hujan, arah angin, dan kecepatan angin. Pengamatan data cuaca dilakukan diWaduk Cirataantara tanggal 1 Nopember2012 sampai 31 Januari 2013. Dari pengamatan data tutupan awan dan hujan, diketahui bahwa pada kejadian kematian massal ikan tanggal 17, 18 dan 19 Januari, Waduk Cirata ada dalam kondisi tertutup awan dari tanggal 9 sampai 19 Januari dan hujan terjadi antara tanggal 11 - 19 Januari. Diantara hari hujan tersebut, menjelang kejadian dan pada saat kejadian (antara tanggal 16, 17 dan 18 Januari) kondisi hujan relatif tinggi yaitu antara 5 sampai 8 jam dari 13 jam pengamatan.Dari pengamatan arah angin dominanantara tanggal 16, 17 dan 18 Januari, diketahui bahwa angin dominan berasal dari arah Timur dan Timur Laut. Hal ini yang dapat menjelaskan mengapa kematian massal ikan dapat terjadi di:sebagian blok Gado Bangkong sampai Cipicung, sebagian blok Cibogo sampai Citatah, dan sebagian blok Pasir Anas sampai Sangkali (Bandung Barat); sebagian blok Cimanggu, Cadas, dan Tanah Beurem Sona (Purwakarta); dan sebagian blok Patokbesi (Cianjur).
PENILAIAN KUALITAS SEDIMEN DENGAN KONSEP SCREENING LEVEL CONCENTRATION (SLC): STUDI KASUS PERAIRAN TERGENANG DI JAWA BARAT Suryono, Tri; Sudarso, Yoyok; Yoga, Gunawan Pratama; Yuniarti, Ivana
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 21, No 1 (2014)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Monitoring kualitas sedimen saat ini sangat penting dilakukan guna melengkapi hasil monitoring kualitas air sehingga diperoleh informasi yang sebenarnya kondisi suatu perairan, karena sedimen dalam perairan merupakan tempat terakumulasinya bahan-bahan pencemar. Konsep Screening Level Concentration (SLC) merupakan salah satu konsep untuk menilai kualitas sedimen yang didasarkan dari besarnya data efek kejadian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas sedimen dari beberapa perairan tergenang di Jawa Barat baik situ, telaga maupun waduk. Hasil penelitian sedimen dari beberapa situ secara umum mengandung merkuri (Hg) total dan dari uji toksisitas dengan menggunakan moina sp dan anakan ikan menunjukkan efek toksik.
PEFORMA KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PARACHEIRODON AXELRODI MENGGUNAKAN PERBEDAAN WARNA WADAH PEMELIHARAAN Nurhidayat, Nurhidayat; Koswawati, Ragil; Ardi, Idil
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 24, No 1 (2017)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak di sukai oleh hobiis terutama untuk menambah keindahan akuaskeping. Ikan Cardinal sudah banyak dibudidayakan di Indonesia, beberapa masalah timbul selama pemeliharaan. Salah satu masalah yang timbul pada spesies ini adalah adaptasi dengan lingkungan ukuran benih berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Warna dapat mempengaruhi kecerahan dalam media pemeliharaan, hal ini berpengaruh terhadap penglihatan dalam kekontrasan pakan menjadi terlihat jelas sehingga nafsu makan ikan menjadi optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa pertumbuhan dan kelansungan hidup Paracheirodon axelrodi menggunakan perbedaan warna wadah untuk media pemeliharaan. Hewan uji adalah yang digunakan adalah benih dengan panjang 1,0±0,2 cm, ditebar dengan kepadatan 5 ekor/L. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan  pada penelitian adalah 5 perlakuan yang dilakukan pengulangan 3 kali. Perlakuan yang digunakan adalah warna wadah yaitu : A. Warna hitam, B. Warna putih (kontrol), C. Warna merah. D. Warna biru dan E. Warna kuning. Parameter yang diamati; Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, dan pertumbuhan panjang. Parameter penunjang yaitu kualitas air yang meliputi suhu, derajat keasaman (pH), kadar oksigen terlarut (DO) dan amoniak. Hasil penelitian perbedaan warna wadah terhadap kelangsungan hidup memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0.05), sedangkan terhadap laju pertumbuhan harian dan pertumbuhan panjang memberikan perbedaan sangat nyata (P<0.01). Kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning dan biru (100±0,00%). Laju pertumbuhan harian tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning (4,12±0,182%), dan pertumbuhan panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan warna kuning (0,66±0,016 cm). Penggunaan warna wadah yang terbaik ditunjukkan pada perlakuan wadah warna kuning. Data kualitas air selama pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata kualitas air berada pada kisaran : suhu 25,5-270C, pH 6,0-6,5, DO 5,14-6,93 mg/l, amoniak 0,0042-0,0059mg/l, dan intensitas cahaya 55-75 lux.
KOMPOSISI ZOOPLANKTON PADA PERIODE AIR SURUT DI DANAU PAPARAN BANJIR: STUDI KASUS DANAU TEMPE, INDONESIA Toruan, Relaiana Lumban
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 22, No 2 (2015)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Danau paparan banjir merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Kajian terhadap komposisi zooplankton di Danau Tempe dilakukan pada Oktober 2012 yang merupakan musim kering. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi keragaman zooplankton di Danau Tempe, salah satu danau paparan banjir di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan di tujuh stasiun, yaitu TMP1, TMP2, TMP3, TMP4, TMP5, TMP6 dan TMP7. Sampel untuk analisis kualitatif zooplankton diambil secara vertikal pada zona pelagis dan litoral menggunakan plankton net. Sebanyak 30 L air yang diambil dari dasar ke permukaan dan disaring secara komposit dengan plankton net 40 μm. Selanjutnya, sampel diawetkan dengan 4% formalin. Hasil pengamatan menunjukkan 66 spesies zooplankton dapat teridentifikasi yang mewakili kelompok fungsional Copepoda (9 spesies), Cladocera (11 spesies) dan Rotifera (46 spesies). Keragaman spesies yang paling tinggi ditemukan di TMP7, yaitu 49 spesies dengan nilai indeks Shannon 3,263, sedangkan keragaman spesies yang paling rendah ditemukan di TMP3 yaitu 20 spesies dengan nilai indeks 2,228. Species dari filum Rotifera merupakan spesies yang dominan pada hampir semua stasiun pengamatan. Pada saat kondisi air surut, umumnya Rotifera, terutama dari genus Brachionus memperlihatkan adaptasi yang baik, yang diindikasikan oleh dominanya jenisjenis tersebut. Sebaliknya, bagi kelompok mikrokrustasea (Copepoda dan Cladocera), habitat akuatik yang terfragmentasi pada saat air surut kurang menguntungkan, sehingga mikrokrustasea tersebut tidak menunjukkan dominansinya.
POTENSI PRODUKSI PERAIRAN DENGAN PENDEKATAN BIOMASSA FITOPLANKTON DI SUNGAI KUMBE PAPUA Dwirastina, Mirna; Ditya, Yoga Candra
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 23, No 2 (2016)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sungai Kumbe merupakan salah satu sungai yang mengalir di Kabupaten Merauke Papua, Panjang sungai berkisar 300.42 km dengan luas tangkapan air sebesar 3765.90  km2. Informasi mengenai potensi dan pemanfaatan sumberdaya ikan serta keragaman biota di wilayah sungai Kumbe masih terbatas. Padahal informasi tersebut merupakan komponen terpenting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan perairan umum. Oleh karena itu, penelitian di Sungai Kumbe dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesuburan perairan menggunakan pendekatan biomassa fitoplankton dengan cara pengukuran volume sel geometri dan biomassa nilai klorofil. Penelitian dilakukan pada bulan Maret dan September 2014 dengan lima stasiun pengambilan sampel yaitu Wapeko, Yakau, Baad, Inggun dan Sakor. Hasil penelitian didapatkan bahwa komposisi kelas fitoplankton tertinggi terdapat pada Chlorophyceae 54.17%, Bacillariophyceae 31.25% dan Cyanophyceae 14.58%. Berdasarkan kelimpahan total fitoplankton bulan Maret-September 2014 berkisar 1238-5532 sel/L dan terendah Muara Inggun berkisar 248-1158 cell/l, Biomassa fitoplankton yang diukur dari volume sel geometri berkisar 0.01-0.004 sedangkan biomassa klorofil berkisar 0-54.17 mg/l. Dari penelitian yang telah dilakukan berdasarkan potensi produksi yang dilihat dari nilai biomassa maka  perairan Sungai Kumbe masih kategori cukup produktif.
COVER LIMNOTEK Limnotek, Cover
LIMNOTEK - Perairan Darat Tropis di Indonesia Vol 22, No 1 (2015)
Publisher : Research Center for Limnology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cover Limnotek

Page 4 of 11 | Total Record : 109