cover
Contact Name
Agung Dwi Juniarsyah
Contact Email
juniarsyahagungdwi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalsainskeolahragaan2@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan)
ISSN : 24771791     EISSN : 26548860     DOI : -
Core Subject : Health,
JSKK adalah jurnal yang bergerak di bidang olahraga dan kesehatan. Dengan tujuan menjadi wadah publikasi ilmiah di bidang olahraga dan kesehatan untuk para peneliti, dan menjadi pusat informasi untuk masyarakat luas di bidang olahraga dan kesehatan. Dikelola oleh Kelompok Keilmuan Olahraga, Sekolah Farmasi ITB. Terbit setahun dua kali, pada bulan Juni dan Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 176 Documents
PENGARUH AIR KELAPA (COCOS NUCIFERA L.) VARIETAS GENJAH SALAK DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP PERUBAHAN AMPLITUDO JANTUNG TIKUS INDUKSI HIPERTENSI Syafriani, Rini; Sukandar, Elin Yulinah; Apriantono, Tommy; Sigit, Joseph Iskendiarso
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.298 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.2

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi pengaruh dari air kelapa (Cocos nucifera L) dan minuman isotonik terhadap perubahan amplitudo pada tikus yang diinduksi hipertensi. Tikus jantan galur Wistar dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok aquades, kelompok air kelapa, kelompok minuman isotonik, dan kelompok obat. Tikus diinduksi hipertensi dengan pemberian NaCl selama 14 hari, kemudian diterapi dengan pemberian bahan uji pada masing-masing kelompok selama 14 hari tanpa menghentikan induksi. Amplitudo jantung diukur sebelum induksi (h0), awal terapi (h14), dan akhir terapi (h28) dengan menggunakan alat tail cuff. Ketika diinduksi hipertensi, amplitudo jantung tikus semua kelompok mengalami peningkatan. Ketika tikus kelompok air kelapa diterapi dengan air kelapa dan tikus kelompok minuman isotonik diterapi dengan minuman isotonik, amplitudo memperlihatkan penurunan. Kelompok minuman isotonik memperlihatkan penurunan amplitudo yang signifikan (p=0,02) dibandingkan kelompok air kelapa dan obat. Hasil penelitian menunjukkan air kelapa genjah salak dapat menurunkan amplitudo tetapi minuman isotonik paling mendekati optimum atau paling baik dalam menurunkan amplitudo pada kondisi hipertensi dibandingkan dengan air kelapa (Cocos nucifera L.).
PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN RENANG GAYA DADA TERHADAP PEMBENTUKAN DAYA TAHAN Ishak, Mochamad
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.797 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2018.3.1.3

Abstract

Daya tahan menyatakan keadaan yang menekan pada kapasitas melakukan kerja secara terus-menerus dalam suasana aerobik. Daya tahan adalah kemampuan untuk bekerja, berlatih dalam waktu yang lama. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk menganalisa mengenai seberapa besar pengaruh renang gaya dada terhadap daya tahan di SMK Taruna Mandiri. Peneliti menggunakan metode penelitian expost facto. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh peserta yang mengikuti ekstrakulikuler renang SMK Taruna Mandiri yang berjumlah 32 orang. Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Maka peneliti menggunakan semua dari total populasi yang akan dijadikan sampel. Dengan demikian maka jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 orang. Untuk mengukur tingkat efisiensi daya tahan siswa setelah melalui rangkaian proses pembelajaran renang gaya dada, yang ditujukan melalui pengukuran pengambilan oksigen maksimum (maximum oxygen uptake) maka peneliti menggunakan alat ukur tes lari multi tahap (bleep test). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa renang gaya dada memberikan pengaruh yang positif terhadap daya tahan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler renang di SMK Taruna Mandiri.
GAYA MENGAJAR, KETERAMPILAN MOTORIK DAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT Sobarna, Akhmad
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.594 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.4

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari efektivitas gaya mengajar terhadap hasil belajar keterampilan lari cepat dilihat dari keterampilan motorik Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan desain treatment faktorial 2x3. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa sekolah STKIP Pasundan Cimahi tingkat I yang yang berjumlah 12 kelas, terdiri atas 360 orang. Sampel dipilih secara random menggunakan teknik simple random sampling. Sampel pada penelitian ini sebanyak 60 orang mahasiswa STKIP Pasundan Cimahi tingkat I. Penelitian dilakukan selama 16 kali pertemuan yang dilakukan tiga kali satu minggu. Instrumen penelitian menggunakan tes kecepatan lari cepat dan rubrik penampilan lari cepat. Analisis data yang digunakan adalah uji independent t test. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan keterampilan lari cepat antara gaya mengajar inklusi, latihan dan resiprokal secara keseluruhan, (2) Terdapat perbedaan keterampilan lari cepat antara kemampuan motorik tinggi dan kemampuan motorik rendah secara keseluruhan, (3) Terdapat interaksi antara gaya mengajar dan kemampuan motorik terhadap keterampilan lari cepat secara keseluruhan.
STATUS AKTIVITAS FISIK, ANTROPOMETRI, DAN TINGKAT KEBUGARAN MAHASISWA TPB ITB Sunadi, Didi; Permana, Taufik
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.75 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.2

Abstract

Aktivitas fisik merupakan gerak tubuh yang dihasilkan otot rangka yang memerlukan suatu pengeluaran energy, Kurangnya aktivitas fisik dan rendahnya tingkat kebugaran pada remaja di sekolah menengah atas dianggap sebagai pemicu rendahnya tingkat kebugaran mahasiswa TPB ITB. Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui ratarata status aktivitas fisik, antropometri, tingkat kebugaran dan status kesehatan mahasiswa TPB ITB sebelum dan setelah menjalani MKOR. Metode: sebanyak 3447 mahasiswa TPB ITB laki-laki (umur: 18,01 ± 0,69 tahun; tinggi badan: 169,27 ± 13,11 cm; berat badan: 63,65 ± 14,27 kg) dan perempuan (umur: 18,03 ± 0,65 tahun; tinggi badan: 159,38 ± 6,87 cm; berat badan: 52,99 ± 9,03 kg) berpartisipasi dalam penelitian. Seluruh mahasiswa yang diambil sebagai sampel penelitian adalah yang mengikuti tes kebugaran kategori lari. Data aktivitas fisik didapat dari International Physical Activity Quesstionaire (IPAQ), penelitian ini menggunakan One Group Pretest-Posttest Design dengan melakukan tes awal dan tes akhir menggunakan Cooper test 2,4 km untuk mencari nilai rata-rata tingkat kebugaran yang digambarkan dengan VO2max. Hasil: Secara keseluruhan mahasiswa lakilaki memliki rata-rata IMT (Indeks Massa Tubuh) 21,80 ± 3,79 dan perempuan 20,74 ± 3,00. Rata-rata skor aktivitas fisik mahasiswa laki-laki pada saat SMA adalah 1520,80 ± 1444,50 dan pada saat TPB 2330,00 ± 1800,77, sedangkan skor aktivitas fisik perempuan pada saat SMA adalah 1029,55 ± 1000,82 dan pada saat TPB 2020,46 ± 1895,68. Rata-rata tingkat kebugaran mahasiswa laki-laki tes awal adalah 35,34 ± 5,74 dan tes akhir 38,27 ± 7,08 sedangkan perempuan memperoleh nilai tes awal 28,60 ± 4,06 dan tes akhir 30,17 ± 5,17. Untuk status kesehatan secara keseluruhan mahasiswa TPB ITB 66,79% memiliki status kesehatan yang baik, kemudian 22,88% memiliki penyakit dengan tingkat resiko menengah dan 10,33%.mempunyai penyakit dengan tingkat resiko tinggi. Kesimpulan: secara keseluruhan mahasiswa TPB ITB mempunyai IMT yang normal dan status kesehatan yang baik hal ini dibuktikan oleh adanya peningkatan kadar VO2max yang signifikan, hal ini berbanding lurus dengan besarnya tingkat aktivitas fisik yang yang diperoleh.
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK FISIOLOGI PEMAIN FUTSAL PROFESIONAL DAN AMATIR DALAM DUA PERTANDINGAN BERTURUT-TURUT Juniarsyah, Agung Dwi; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.036 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.3

Abstract

Futsal sangat diminati oleh berbagai kalangan di zaman ini. Banyak orang memainkan olahraga ini untuk prestasi maupun rekreasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan karakteristik fisiologi, denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, perubahan %-lemak, dan berat badan para pemain futsal profesional dan amatir dalam dua pertandingan berturut-turut. Sebanyak 8 pemain futsal profesional yang berasal dari sebuah klub futsal di Indonesia (22,50±0,25 tahun, 61,90±1,66 kg, 171±6,14 cm, 13,81±2,92 % lemak) dengan rata-rata pengalaman bermain 3 tahun dan 8 pemain futsal amatir (23,75±0,71 tahun, 67,57 ± 3,16 kg, 170 ± 4,30 cm, 19,8±5,18 % lemak) yang berasal dari sebuah klub amatir di Bandung berpartisipasi dalam penelitian. Masing-masing tim bertanding dua kali dalam dua hari. Pengambilan data antropometri dan VO2 max (di luar pertandingan) serta pemantauan denyut jantung, kadar asam laktat, jumlah langkah, energy expenditure, berat badan, dan %-lemak (saat bertanding). Pengukuran VO2 max menggunakan bleep test. Denyut jantung dan energy expenditure menggunakan polar RC3 GPS. Jumlah langkah menggunakan step pedometer. Kadar asam laktat menggunakan accutrend plus portable. Berat badan dan %-lemak menggunakan timbangan digital omron karada body scan. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata VO2 max tim profesional dan tim amatir berurutan 53,96±4,25 vs 43,90±5,48 ml/kg/min berbeda signifikan (p<0,01). Rata-rata denyut jantung tim profesional dan tim amatir 166±5 vs 174±10 bpm (p<0,05), kadar asam laktat sesudah pertandingan 6,30±2,60 vs 10,10±1,90 mmol/L (p<0,05), jumlah langkah 3620±579,77 vs 2864±494,64 kali (p<0,05), energy expenditure 505±66,69 vs 578±81,89 kkal (p<0,05), perubahan persentase lemak dan berat badan berurutan 0,71 vs 1,37% (p>0,05) dan 0,40 vs 0,44 kg (p>0,05). Kebugaran fisik tim profesional lebih tinggi dibanding tim amatir. Aktivitas pertandingan futsal bagi tim amatir lebih berat dibanding tim profesional menyebabkan kelelahan yang lebih tinggi dialami tim amatir. Daya jelajah tim profesional lebih banyak dibanding tim amatir, akan tetapi energi yang dibutuhkan tim amatir lebih besar dibanding tim profesional. Terjadi penurunan %-lemak dan berat badan setelah pertandingan untuk kedua tim.
INSTRUMEN KECEPATAN TENDANGAN PENCAK SILAT Ihsan, Nurul; Yulkifli, Yulkifli; Yohandri, Yohandri
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (249.596 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2018.3.1.4

Abstract

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah belum tersedianya instrument kecepatan tendangan pencak silat yang berbasis teknologi. Tujuan penelitian ini adalah menciptakan instrument kecepatan tendangan berbasis teknologi. Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya yang menghasilkan desain rancangan instrumen yang telah teruji secara empiris. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan dan mengadopsi model Borg and Gall. Hasil uji reliabilitas yang menggunakan teknik test and retest, yaitu 0.671 pada kelompok sampel kecil dan 0.746 pada kelompok sampel besar sehingga diperoleh hasil memiliki kriteria yang “kuat”. Persentase kecepatan reaksi akurasinya adalah 99. 334 persen, untuk kecepatan aksi adalah sebesar 99.288 persen. Hasil analisis Ini menunjukkan bahwa alat yang dikembangkan memiliki tingkat akurasi tinggi, dan layak dipergunakan sebagai instrumen kecepatan tendangan pencak silat.
PERBANDINGAN METODE CPET (CARDIO PULMONARY EXERCISING TEST) DENGAN METODE TES LARI COOPER 2400 METER DALAM PENGUKURAN VO2MAX Robianto, Agung; Apriantono, Tommy; Kusnaedi, Kusnaedi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.385 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.2.5

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara metode tes laboratorium menggunakan CPET(Cardio Pulmonary Exercising Test) dengan metode tes lapangan menggunakan tes lari cooper 2400 meter. Subjek adalah 14 orang laki-laki sehat usia (20 ± 1,24) dengan tingkat aktifitas fisik aktif. Subjek melakukan tes pengukuran VO2max metode tes laboratorium menggunakan CPET dan metode tes lapangan menggunakan tes lari cooper 2400 meter dengan interval antar tes minimal dua hari. Setiap pelaksanaan tes dilakukan pengukuran nilai VO2max, kadar asam laktat darah, denyut jantung maksimal, kalori, dan rating of perceived exertion (RPE). Nilai VO2max, denyut jantung maksimal, kadar asam laktat darah, dan nilai RPE yang dihasilkan tes lari cooper 2400 metertidak memiliki perbedaan yang siginifikan dengan tes laboratorium.
KONDISI VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK SELAMA TIGA MINGGU BERTURUT-TURUT Syafriani, Rini; Mulyawan, Rizki; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.688 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.3

Abstract

Latar belakang dan Tujuan: Atlet remaja memiliki resiko besar terhadap penurunan asupan nutrisi karena meningkatnya kebutuhan energi. Memperoleh asupan nutrisi yang seimbang menjadi sebuah masalah yang dihadapi oleh remaja karena gaya hidup yang cenderung mengabaikan kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Banyak atlet remaja mengkonsumsi minuman berenergi tapi ternyata berkontribusi negatif terhadap kesehatan sehingga lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi susu. Atlet remaja yang terbiasa melakukan aktivitas fisik akan mengalami respon fisiologis di dalam tubuh maka perlu ditunjang dengan asupan tambahan untuk menjaga kebutuhan energi tetap terpenuhi. Kombinasi antara aktivitas fisik ditambah dengan asupan nutrisi akan berdampak bagi sistem metabolisme tubuh. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsumsi susu sapi terhadap kondisi VO2 Maks atlet remaja. Metode: Pemilihan subjek penelitian diawali dengan kuesioner pre-test, hal ini dilakukan untuk menghindari subjek yang memiliki riwayat penyakit berbahaya dan bisa mempengaruhi hasil penelitian. Diperoleh 24 atlet sepakbola berusia 18-21 tahun, tidak memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi dan memiliki pengalaman bermain sepakbola lebih dari 3 tahun minimal di level daerah, dengan aktivitas fisik 3-5 kali seminggu. Atlet dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok minuman (susu sapi segar, susu pasteurisasi dan air mineral) yang dikonsumsi selama tiga minggu berturut-turut. Pemberian susu sapi segar dan susu pasteurisasi dengan volume yang sama (isovolumic) wajib dikonsumsi subjek penelitian sebanyak tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga minggu dengan takaran yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan Pretest-Posttest Randomized-Groups Design, dengan melakukan dua kali pengetesan yaitu pre-test (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Setiap pre-test dan post-test dilakukan Cooper test 2,4 km. Saat sebelum (p1) dan sesudah (p2) Cooper test 2,4 km dilakukan pengambilan sampel darah untuk mengukur nilai laktat, glukosa dan hemoglobin. Hasil: Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu -2,240 < 2,069 dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi VO2 Max antara pretest (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Namun jika dilihat dari nilai VO2 Max ketika pre-test dan post-test, terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada nilai VO2 Max atlet sepakbola yang terbiasa mengkonsumi susu sapi. Dari penelitian ini terlihat data dari hasil tes VO2 Max dengan menggunakan Cooper test 2,4 km terjadi peningkatan nilai namun tidak terlalu signifikan.
PENGARUH LATIHAN LEG PRESS EKSENTRIK, KONSENTRIK DAN KONVENSIONAL TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH Syahruddin, Syahruddin
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.765 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.2.4

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan pengaruh latihan leg press eksentrik, latihan leg press konsentrik, dan latihan leg press konvensional terhadap kekuatan otot tungkai dan kemampuan lompat jauh. Jenis penelitian eksperimen lapangan dengan desain randomized group pretest-postest design. Subjek penelitian adalah siswa putra SMA Negeri 2 Makassar yang terpilih 60 orang secara random, kemudian subjek dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan hasil tes awal kekuatan otot tungkai. Penelitian ini dilakukan selama 8 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali per minggu. Sebelum perlakuan terlebih dulu subjek penelitian diberi pretest, yang materi tesnya sama dengan materi posttest, yaitu tes kekuatan otot tungkai dan kemampuan lompat jauh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan leg press konvensional lebih besar meningkatkan kekuatan otot tungkai dan kemampuan lompat jauh daripada latihan leg press konsentrik dan latihan leg press eksentrik (p < 0.05).
PENINGKATAN VO2MAX DAN ANALISIS KORELASI VARIABEL YANG MEMPENGARUHINYA Sunadi, Didi; Soemarji, Andreanus A; Apriantono, Tommy; Wirasoetisna, Komar Ruslan
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.742 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.6

Abstract

Pendahuluan: Salah satu tolok ukur kesehatan adalah tingkat kebugaran. Secara teori, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebugaran seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT), kekuatan tungkai, dan VO2Max mahasiswa yang menekuni olahraga permainan pada Tahap Persiapan Bersama (TPB) Institut Teknologi Bandung (ITB). Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Nilai kebugaran diukur dengan 2,4 km run-test, nilai IMT diperoleh dari pengukuran tinggi badan dan berat badan, kekuatan tungkai diukur dengan leg dynamometer, dan untuk mengetahui jenis olahraga yang ditekuni menggunakan angket. Sebanyak 156 laki-laki dan 17 perempuan dengan rata-rata usia 18 tahun yang memenuhi kriteria inklusi mengikuti kuliah olahraga selama satu semester. Pada awal dan akhir semester dilakukan pengukuran kebugaran. Pengukuran kekuatan tungkai dan IMT dilakukan pada akhir semester. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kelompok Keahlian Ilmu keolahragaan Sekolah Farmasi ITB. Hasil penelitian: Hasil penelitian menunjukkan, VO2Max rata-rata 40,61 ± 4,73 ml/kg/menit. Terdapat 8 orang (4,62%) yang memiliki kategori kebugaran “sangat kurang”, 23 orang (13,29%) kebugarannya “kurang”, 89 orang (51,45%) kebugarannya “sedang”, 40 orang (23,12%) kebugarannya “baik”, 8 orang (4,62%) kebugarannya “sangat baik”, dan 5 orang (2,89%) kebugarannya “istimewa”. Rerata usia 18 tahun, rerata tinggi badan 168,52 Cm, rerata berat badan 62,22 Kg, rerata IMT 21,84, rerata kekuatan tungkai 116,86 Kg, dan rerata intensitas olahraga tiga jam per minggu. IMT memiliki korelasi yang signifikan dengan VO2Max, kekuatan tungkai memiliki korelasi dengan kebugaran (p=0,057). Derajat kekuatan hubungan IMT dan kekuatan tungkai terhadap VO2Max adalah lemah (r=0,103). Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa program olahraga secara terstruktur selama dua jam per minggu dapat meningkatkan VO2Max secara bermakna. IMT dan kekuatan tungkai memberikan pengaruh terhadap kebugaran para mahasiswa yang menekuni olahraga pemainan.

Page 3 of 18 | Total Record : 176