Rizki Mulyawan
Department Of Sport Science, Faculty Of Sport Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

DAMPAK PENERAPAN POLA PELATIHAN HARNESS MENGGUNAKAN METODE INTERVAL DAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN POWER ENDURANCE TUNGKAI Mulyawan, Rizki; Sidik, Dikdik Zafar; Hidayat, Nida'ul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.208 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2016.1.1.1

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak yang diberikan latihan harness dengan menggunakan metode interval dan repetisi terhadap peningkatan power endurance tungkai. Populasi dalam penelitian ini adalah UKM Futsal Putri UPI. Dimana 20 sampel diambil dengan teknik sample random sampling. Kemudian dibagi menjadi dua kelompok dengan sample acak beraturan (pola A-B-A-B) Tes 10 hop digunakan untuk mengetahui besarnya dampak perbedaan power endurance. Desain penelitian menggunakan One Group Prestest-Postest Design. Satu kelompok menggunakan eksperimen latihan interval dan satu kelompok lain menggunakan eksperimen latihan repetisi. Penelitian dilakukan selama 6 minggu, dengan dua kali latihan dalam seminggu. Data yang diolah pada penelitian ini adalah data pre-test dan post-test untuk mengetahui seberapa besar peningkatan dari program penelitian yang telah dilaksanakan. Pengolahan data menggunakan perhitungan uji homogenitas, uji normalitas, uji kesamaan dua rata-rata dan uji beda. Menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan yang diberikan tidak signifikan, baik metode interval (1.94 ± 2.26) maupun repetisi (1.40 ± 2.26) terhadap peningkatan power endurance tungkai. Tetapi jika dibandingkan antar metode yang digunakan dalam penelitian, metode interval peningkatannya lebih besar dibandingkan dengan metode repetisi. Penulis menyarankan untuk menggunakan metode interval dan repetisi sebagai salah satu saran untuk meningkatkan kondisi fisik.
KONDISI VO2 MAX PADA ATLET SEPAKBOLA SETELAH MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK SELAMA TIGA MINGGU BERTURUT-TURUT Syafriani, Rini; Mulyawan, Rizki; Apriantono, Tommy; Adnyana, I Ketut
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.688 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2017.2.1.3

Abstract

Latar belakang dan Tujuan: Atlet remaja memiliki resiko besar terhadap penurunan asupan nutrisi karena meningkatnya kebutuhan energi. Memperoleh asupan nutrisi yang seimbang menjadi sebuah masalah yang dihadapi oleh remaja karena gaya hidup yang cenderung mengabaikan kandungan nutrisi yang dikonsumsi. Banyak atlet remaja mengkonsumsi minuman berenergi tapi ternyata berkontribusi negatif terhadap kesehatan sehingga lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi susu. Atlet remaja yang terbiasa melakukan aktivitas fisik akan mengalami respon fisiologis di dalam tubuh maka perlu ditunjang dengan asupan tambahan untuk menjaga kebutuhan energi tetap terpenuhi. Kombinasi antara aktivitas fisik ditambah dengan asupan nutrisi akan berdampak bagi sistem metabolisme tubuh. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsumsi susu sapi terhadap kondisi VO2 Maks atlet remaja. Metode: Pemilihan subjek penelitian diawali dengan kuesioner pre-test, hal ini dilakukan untuk menghindari subjek yang memiliki riwayat penyakit berbahaya dan bisa mempengaruhi hasil penelitian. Diperoleh 24 atlet sepakbola berusia 18-21 tahun, tidak memiliki riwayat alergi terhadap susu sapi dan memiliki pengalaman bermain sepakbola lebih dari 3 tahun minimal di level daerah, dengan aktivitas fisik 3-5 kali seminggu. Atlet dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok minuman (susu sapi segar, susu pasteurisasi dan air mineral) yang dikonsumsi selama tiga minggu berturut-turut. Pemberian susu sapi segar dan susu pasteurisasi dengan volume yang sama (isovolumic) wajib dikonsumsi subjek penelitian sebanyak tiga kali sehari dalam jangka waktu tiga minggu dengan takaran yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan Pretest-Posttest Randomized-Groups Design, dengan melakukan dua kali pengetesan yaitu pre-test (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Setiap pre-test dan post-test dilakukan Cooper test 2,4 km. Saat sebelum (p1) dan sesudah (p2) Cooper test 2,4 km dilakukan pengambilan sampel darah untuk mengukur nilai laktat, glukosa dan hemoglobin. Hasil: Dengan nilai t hitung < t tabel yaitu -2,240 < 2,069 dapat diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kondisi VO2 Max antara pretest (sebelum pemberian minuman) dan post-test (setelah pemberian minuman selama tiga minggu berturut-turut). Namun jika dilihat dari nilai VO2 Max ketika pre-test dan post-test, terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Tidak terjadi perubahan yang signifikan pada nilai VO2 Max atlet sepakbola yang terbiasa mengkonsumi susu sapi. Dari penelitian ini terlihat data dari hasil tes VO2 Max dengan menggunakan Cooper test 2,4 km terjadi peningkatan nilai namun tidak terlalu signifikan.
Pengaruh recovery aktif dan pasif terhadap daya tahan otot Rizki Mulyawan
MEDIKORA Vol 19, No 1 (2020): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.724 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v19i1.30886

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi seberapa besar efek dari recovery aktif dan pasif terhadap kemampuan dalam melakukan angkatan dumbell sampai lelah (kemampuan daya tahan), agar dapat diketahui bagaimana efektivitas recovery terhadap kemampuan daya tahan otot lengan berikutnya. Menggunakan teknik purposive sampling diperoleh 23 subjek penelitian yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok recovery pasif ditambah penggunaan manset sphygmomanometer (RPMS), recovery aktif (RA), dan recovery pasif selama 3 menit (RP3) sebagai kontrol. Desain penelitian menggunakan One Pretest and Posttest Design, dengan single blind study. Subjek penelitian mengangkat dumbell sampai lelah (daya tahan), kemudian melakukan satu dari tiga bentuk recovery, dilanjutkan dengan pengangkatan dumbell kembali sampai lelah. Hasil dari penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh antara recovery aktif (RA) dan pasif (RPMS dan (RP3). Namun jika ditelaah lebih mendalam pada setiap kelompoknya, hanya RP3 yang tidak mengalami penurunan daya tahan secara signifikan (0,186 0,05) jika dibandingkan dengan RPMS (0,000 0,01) dan RA (0,007 0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan RP3 memiliki kemampuan tahan terhadap kelelahan lebih lama dibandingkan dengan RA dan RPMS. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh antara recovery aktif dan pasif. Namun recovery pasif terbukti mampu membuktikan bahwa tahan terhadap kelelahan lebih lama dibandingkan dengan recovery aktif. Effects of active versus passive recovery on muscle endurance Abstract The study investigated effects of active and passive toward ability to lift dumbbell to exhausted (endurance ability), so that it can prove effectiveness of recovery for lifting further. Through purposive sampling techniques acquired 23 research subject divided into three groups, passive recovery group accompanied by sphygmomanometer utilization (RPMS), active recovery group (RA), and passive recovery during 3 minutes (RP3) as control group. Research design was use One Pretest and Posttest Design, with single blind study. Research subject lifted dumbbell to exhaustion (endurance), after that, subjects did one of three form of recovery similar with their group, then lifting dumbbell for the second time after recovery until exhausted. This study showed that there is no difference between RA, RPMS and RP3. Specifically, if we looked at comparison between pre- and post- recovery, only RP3 had no experience significance reduction for endurance ability (0,186 0,05) compared with RPMS (0,000 0,01) dan RA (0,007 0,05). This result indicated application of RP3 resistant to fatigue if compared with RA and RPMS. It can conclude that there was no significance effect between active and passive recovery. Whilst, passive recovery has time to exhaustion benefits longer than active recovery.
PROFIL ANTROPOMETRI ATLET SEPAKBOLA PROFESIONAL PADA MASA TRANSISI Rizki Mulyawan
MEDIKORA Vol 18, No 1 (2019): April
Publisher : Faculty of Sports Sciences, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (487.323 KB) | DOI: 10.21831/medikora.v18i1.29192

Abstract

Ada beberapa tahapan bagi pemain sepakbola dalam menjalani kompetisi, yaitu masa persiapan, masa kompetisi utama dan masa transisi. Dari ketiga tahap tersebut, masa transisi sering diabaikan oleh para pemain sepakbola di Indonesia. Hal ini sangat fatal, kadang ada pula yang salah dalam mempersepsikan masa transisi.  Pengambilan data menggambarkan bagaimana kondisi atlet sepakbola profesional khususnya yang berdomisili di kota Bandung selama masa transisi (jeda kompetisi). Diperoleh 8 pemain sepakbola professional yang berasal dari kota Bandung dan sedang dalam waktu jeda kompetisi. Pengambilan data menggunakan Omron HBF 375 Karada Scan Body Composition Monitor. Lemak di area bawah kulit yang ada di seluruh tubuh berada dalam kondisi normal pada seluruh subjek, kecuali pada bagian lengan dan kaki sekitar 37,50% dari 8 subjek masuk dalam kategori tinggi lemak, 62,50% masuk dalam kategori normal. Sementara itu, kondisi otot rangka secara keseluruhan berada dalam kategori normal (100%). Jika dispesifikkan ke beberapa bagian tubuh, kondisi otot rangka di batang tubuh, dalam hal ini tubuh bagian atas, semua subjek kondisi otot rangkanya masih tergolong rendah (100%), kemudian di bagian lengan kondisi otot rangka kategori tinggi (100%) dan pada bagian kaki seluruh subjek memiliki kondisi otot rangka yang termasuk dalam kategori sangat tinggi (100%), dapat diartikan kondisi kaki ditopang oleh proporsi otot yang kuat. Pengambilan data lainnya, yaitu kadar lemak, data menunjukkan bahwa 37,50% dari jumlah subjek memiliki kadar lemak dengan kategori tinggi, dalam hal ini di atas normal, meskipun peningkatannya tidak melebih 20%, sementara 62,50% subjek berada dalam kategori normal. Kemudian instrumen lainnya, yaitu lemak yang melindungi organ vital (visceral fat), seluruh subjek dikategorikan normal (100%) dan indeks massa tubuh (BMI) pun berada dalam kategori normal (100%). Secara keseluruhan bisa dikatakan semua subjek dalam keadaan normal. Terdapat beberapa instrumen yang harus diperbaiki subjek ketika masa transisi, terkait komposisi lemak secara keseluruhan dan kondisi otot rangka bagian atas tubuh Pengambilan data ini berguna untuk menentukan program apa yang akan dibuat selanjutnya dalam masa transisi dan menjelang persiapan kompetisi. ANTHROPOMETRY PROFILE OF PROFESSIONAL SOCCER ATHLETES IN THE TRANSITION PERIODAbstractThere are several stages for soccer players in undergoing the competition, namely the preparation period, the main competition period and the transition period. Of the three stages, the transition period is often ignored by soccer players in Indonesia. This is fatal, sometimes there is wrong perception in transition period. Retrieval of data illustrates how the condition of professional soccer athletes, especially those who live in the city of Bandung during the transition period (competition break). Obtained 8 professional soccer players who came from Bandung and are on transition period (competition break). Data collectiong use Omron HBF 375 Karada Scan Body Composition Monitor. Subcutaneous fat in the whole body is in normal condition in all subjects, except in the arms and legs about 37.50% of 8 subjects included in the high-fat category, 62.50% included in the normal category. Meanwhile, the condition of skeletal muscle as a whole is in the normal category (100%). If specified to several parts of the body, skeletal muscle conditions in the trunk, in this case the upper body, all subjects with skeletal muscle conditions are still relatively low (100%), then in the arm the skeletal muscle conditions are high category (100%) and on feet have skeletal muscle conditions that are included in the very high category (100%), it meant that the foot's condition is supported by the proportion of strong muscles. Another data collected, in the name of fat content as general in the body, data showed that 37.50% of the total subjects had high fat content, in this case above normal, although the increase did not exceed more than 20%, while 62.50% subjects were in the normal category. Then other instruments, fat that protects vital organs (visceral fat), all subjects were categorized in normal (100%) and body mass index (BMI) was in the normal category (100%). Overall it can be said that data from all subjects are normal. There are several instruments that must be improved by the subject during the transition period, related to the overall fat composition and condition of upper body skeletal muscles. Data collection is useful to determine what programs will be made later in the transition period and preparation period.
LITERASI MEMBACA MAHASISWA OLAHRAGA Rizki Mulyawan; Guntur Guntur; Cerika Rismayanthi
LITERA Vol 20, No 3: LITERA NOVEMBER 2021
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v20i3.43997

Abstract

Literasi menjadi bagian penting bagi masa depan seseorang. Pengetahuan akan lebih luas apabila kebiasaan membaca sudah ditanamkan sejak dini. Sayangnya, tingkat literasi masyarakat masih sangat rendah, maka dari itu muncul keinginan dalam mendalami bagaimana persepsi mahasiswa di lingkungan pendidikan tinggi tentang kebiasaan dalam literasi. Lebih spesifik, subjek penelitian berasal dari mahasiswa olahraga yang mengikuti perkuliahan telaah literatur. Terdapat sejumlah 85 orang yang terlibat dalam studi deskriptif secara sukarela. Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan cara observasi, angket, dan wawancara. Studi pendahuluan ini menghasilkan gambaran tentang kebiasaan membaca mahasiswa olahraga yang masih sangat rendah, 10-15 menit waktu membaca dilakukan oleh mahasiswa olahraga dengan presentase sebanyak 36,5%, diikuti oleh kebiasaan membaca dalam rentang 5 – 10 menit, 15 – 30 menit, di bawah 5 menit dan di atas 30 menit yaitu 34,1%, 15,3%, 9,4%, dan 4,7% dari mahasiswa olahraga yang terlibat pada studi pendahuluan ini. Lalu, mayoritas mahasiswa hanya membaca 1 kali sehari mencapai 64%. Meskipun begitu, pengetahuan tentang mencari informasi sudah mencakup sumber nasional dan/atau internasional. Hasil survey studi pendahuluan ini menyimpulkan bahwa minat baca mahasiswa olahraga sangat rendah, sehingga perlu cara untuk memperbaiki tingkat literasi mahasiswa olahraga untuk lebih membuka wawasan.
The effect of low impact aerobic exercise on increasing physical fitness for the elderly Cerika Rismayanthi; Muhammad Ikhwan Zein; Rizki Mulyawan; Risti Nurfadhila; Rifky Riyandi Prasetyawan; Muhammad Sigit Antoni
Jurnal Keolahragaan Vol 10, No 1: April 2022
Publisher : Program Studi Ilmu Keolahragaan Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.265 KB) | DOI: 10.21831/jk.v10i1.48743

Abstract

This study aimed to investigate the effect of low-impact aerobic exercise on increasing physical fitness for the elderly. This one group of pretest-posttest quasi-experimental research recruited elderly subjects from Sumber Waras Elderly Association in Yogyakarta, Indonesia. Twenty-four elderly subjects aged 60-70 years old participated in the 16 sessions of aerobic exercise intervention. All subjects completed pre-and post-intervention physical fitness tests comprising the aerobic/cardiovascular (CV) endurance (2 minutes step test), upper body strength (arm curl test), lower body strength (chair stand test), upper body flexibility (back scratch test), core and lower body flexibility (sit and reach test) and balance (8 foot up and go test). Changes in physical fitness (post- versus pre-intervention) of the subjects were analyzed using paired T-test. The normality and homogeneity tests were performed using the Kolmogorov Smirnov and Levene’s tests, respectively. Statistical significance was set to p 0.05. This study showed that all physical fitness components, including aerobic endurance, upper and lower body strength, upper and lower body flexibility, and balance, were increased significantly in the subjects (p 0.05). The results suggest that low-impact aerobic exercise positively affects physical fitness improvement in the elderly.
PERSEPSI INSTRUKTUR MENGENAI KEBUGARAN DAN CEDERA DI KAMPUNG WISATA AIR TITIK 0 JAWA TENGAH: STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF Rizki Mulyawan; Yudik Prasetyo; Fatkurahman Arjuna; Atikah Rahayu; Farid Imam Nurhadi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 6 No 2 (2021)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2021.6.2.7

Abstract

Resiko terjadi cedera tidak hanya ada di lapangan, aktivitas fisik di lingkungan tempat wisata pun memiliki potensi terjadinya cedera yang sangat besar. Persepsi mengenai cedera perlu dipertimbangkan sebagai langkah awal antisipasi kejadian cedera akibat aktivitas fisik di tempat rekreasi. Mayoritas praktisi mungkin lupa bahwa peran instruktur khususnya di tempat wisata perlu dipelajari lebih mendalam karena masih jarang ada yang berani untuk menelusuri lebih lanjut. Observasi studi ini dilakukan kepada 18 instruktur melalui teknik pengambilan subjek dengan total sampling di Kampung Wisata Air Titik 0 Jawa Tengah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semua instruktur yang terlibat terbiasa melakukan aktivitas fisik 1-2 kali seminggu sebesar 88,89%, lebih besar dibandingkan instruktur yang terbiasa beraktivitas fisik 3-4 kali seminggu yang hanya sebesar 11,11%. Cedera di bagian kepala belum pernah dialami oleh seluruh instruktur, satu orang mengalami cedera pada bagian punggung (5,5%) dan tubuh bagian atas (5,5%), dan mayoritas instruktur mengalami cedera pada tubuh bagian bawah (88,89%). Kondisi tegang (38,89) dan memar (27,78%), retak (16,67%), berputar atau terkilir (5,56%) dialami oleh semua intruktur. Penyebab cedera terjadi mayoritas akibat jatuh (72,27%), kontak fisik (16,67%) dan beban berlebih (11,11%). Lebih dari 50% instruktur mengalami pengulangan cedera dan berhenti melakukan kegiatan kurang lebih sampai rentang 2 minggu. Terjadi penurunan waktu peregangan, meskipun semua instruktur tidak lupa untuk melakukan sebelum dan setelah aktivitas. Perlu adanya penerapan strategi pemulihan, meskipun instruktur beranggapan bahwa cedera tidak menurunkan kondisi kebugaran.
STUDI KUALITATIF DAMPAK AKTIVITAS HARIAN TERHADAP PERFORMA FISIK ATLET FUTSAL PADA INDIVIDU SUKU TULEHU Agung Dwi Juniarsyah; Sendy Mohamad Anugrah; Rizki Mulyawan; Sri Indah Ihsani; Bagus Winata
MAJORA: Majalah Ilmiah Olahraga Vol 26, No 1 (2020): Maret
Publisher : Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.366 KB) | DOI: 10.21831/majora.v26i1.31031

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengukur karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh suku Tulehu dalam aktivitas kesehariannya di saat usia mereka 15-20 tahun, yang dikaitkan dengan performa fisik mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Terdapat 7 subjek dari total populasi yang tergabung dalam futsal Maluku Depok Club, yang berusia 20-23 tahun. Memiliki kriteria inklusi dimana setiap individu merupakan asli suku Tulehu Maluku, terdaftar sebagai anggota futsal Maluku Depok club dan berlatih selama 6 bulan, tumbuh dan berkembang di Maluku pada rentang usia 15 – 20 tahun dan bersedia mengikuti wawancara pada penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: Individu bukan asli suku Tulehu Maluku dan tidak pernah tinggal (tumbuh dan berkembang) di Maluku. Simpulan penelitian ini adalah Suku Tulehu dapat lebih mendominasi performa dikarenakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh pemuda Tulehu sehari-hari ketika mereka tumbuh dan berkembang (di rentang usia 15-20 tahun). QUALITATIVE STUDY OF EFFECTS OF DAILY ACTIVITIES TOWARD PHYSICAL PERFORMANCE IN FUTSAL FROM TULEHU ETHNIC PLAYERS AbstractThis study measures the characteristics of activities carried out by the Tulehu tribe in their daily activities at the age of 15-20 years, thus affecting their physical performance. The research method using descriptive qualitative. There are 7 subjects from a total population are members of the Maluku Depok Club futsal, aged 20-23 years. Inclusion criteria was individual is a native of Tulehu Maluku, registered as a member of the Maluku Depok futsal club and practiced for 6 months, growing and developing in Maluku at the age range of 15-20 years and willing to take interviews in research. While the exclusion criteria in this study are individuals are not native to the Tulehu ethnic group of Maluku and have never lived (grown and developed) in Maluku. The conclusion is Tulehu tribe dominate more than others because of physical activities did by youth Tulehu when they grow and develop (at vulnerable ages 15-20 years).
KONSEP TUBUH MANUSIA: DARI SUDUT PANDANG PHILOS DAN SHOPIA Rizki Mulyawan
MAJORA: Majalah Ilmiah Olahraga Vol 27, No 2 (2021): September
Publisher : Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/majora.v27i2.42061

Abstract

Abstrak Tubuh manusia selalu menjadi objek penyelidikan yang menarik sepanjang sejarah manusia. Sebagai sebuah topik, tubuh manusia mencakup hampir keseluruhan perhatian dari berbagai bidang ilmu. Faktanya, tubuh manusia telah diperlakukan dari begitu banyak sudut pandang yang berbeda. Studi dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan naratif, bertujuan untuk mengambil sintesa tentang konsep tubuh manusia yang dikaji melalui ranah filsafat secara singkat. Keyakinan terhadap pikiran dan kehidupan mental kita menyatu dari otak dan fisik adalah dua hal yang berbeda. Filsafat modern harus menantang fisiologi modern dan mencoba menyatukannya dengan psikologi modern dalam sintesis yang bermanfaat. Upaya ini tentu menjadi tantangan karena harus menghadapi bidang ilmu yang penuh dengan hal tabu. THE CONCEPT OF THE HUMAN BODY: FROM THE VIEW OF PHILOS AND SHOPIAAbstract The human body has always been the interesting object of investigation throughout human history. As a topic, the human body covers all areas of concern from various disciplines. In fact, the human body has been treated from so many different points of view. The study was conducted qualitatively with a narrative approach, aiming to take a synthesis of the human body concept briefly, which was examined through philosophy perspective. Belief in our mind compared with mental toughness built by combination of brain and physical are two main different things. Modern philosophy must challenge modern physiology and try united with modern psychology create useful synthesis. This phenomenon would become challenges because scientist have to face the field of science which is full of taboo.