cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
STUDI INVERSI SPARSE SPIKE DENGAN LINIER PROGRAMMING DI LAPANGAN X Aris Ismanto; Suprajitno Munadi; Djoko Rubyanto
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (984.773 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i3.6952

Abstract

Metoda inversi post-stack merupakan metoda yang paling umum digunakan, karena relatif mudah dilakukan dan ekonomis. Data masukannya harus berupa seismik zero offset, dan hasilnya adalah distribusi Akustik Impedansi (AI) yang menggambarkan perlapisan (layer), bukan lagi bidang batas (interfaces) seperti pada seismik biasa. Hilangnya informasi frekuensi rendah dan frekuensi tinggi adalah salah satu  persoalan yang sering timbul pada proses inversi. Hal ini terjadi karena pita frekuensi wavelet yang terbatas sehingga informasi deret koefisien refleksi di luar lebar pita wavelet tersebut hilang. Dengan kata lain spectrum wavelet atau deret koefisien refleksi tidak memiliki energy pada frekuensi tersebut atau bernilai nol. Sehingga terjadi ketidakakuratan pada log impedansi akustik. Salah satu teknik inversi yang bisa digunakan  untuk mengatasi masalah tersbut adalah metode sparse spike dengan pemrograman linier. Upaya tersebut merupakan  proses dalam  inversi seismik untuk memperoleh gambaran impedansi akustik yang benar dan tepat, sehingga dapat mempermudah dalam proses interpretasi suatu  reservoar serta mengurangi resiko kegagalan dalam pemboran. Pemodelan  ini di kerjakan pada batuan karbonat Formasi Kujung dengan menggunakan data sintetik dan data riil. Implementasi program Inversi sparse spike dengan pemrograman linier secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman MATLAB dan Hampson Russel dengan modul Strata. Hasil inversi berupa penampang impedansi Akustik cukup baik digunakan untuk mengkarakterisasi reservoar. Inversi pemrograman linier sparse spike dengan implementasi Matlab menghasilkan Impedansi akustik yang sama baiknya dengan program yang sudah ada yaitu Hampson Rusell. Metode LP Sparse Spike cukup baik untuk mengestimasi reflektivitas. Namun estimasi wavelet sumber dan model konstrain yang diberikan akan mempengaruhi hasil inversi .   Kata kunci: Linear Programming Sparse Spike Inversion, impedansi akustik, Matlab, Hampson Russel, Strata
The Origin of Back-Arc Spreading in The Eastern Edge of Scotia Plate Indra Budi Prasetyawan
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.194 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i1.11292

Abstract

The origin and evolution of  back-arc spreading in the eastern edge of Scotia Plate will be discussed in this paper. The Scotia Plate is a tectonicplate on the edge of the South Atlantic and Southern Ocean, located between the South American and Antartic plates. The East Scotia Ridge (ESR) in the eastern edge of Scotia Plate, forned due to subduction of the South American plate beneath the South Sandwich plate along the South Sandwich Island arc. The methods and techniques of data acquisition used were data from absolution motions and data from magnetic anomalies and bathymetric data. Magnetic anomalies and  bathymetric data that used in this paper consist of two sets data. First, magnetic anomalies and  bathymetric data which were obtained by aboard HMS Endurance in the 1969-70 austral summer, and the second, magnetic anomalies and  bathymetric data which were obtained after removal of the International Geomagnetic Reference Field (IGRF). Absolution motion analyses in the subduction zones of Sandwich plate results that form back-arc spreading in East Scotia Ridge showing high deformation for slow moving upper plates. Where back-arc spreading is associated with upper plate retreat that reaches 26.9 mm/year and have back-arc deformation style consistent with upper plate absolute. Key Words: Geological oceanography, Scotia plate, back-arc spreading
Pengaruh Volume Air Pada Media Terhadap Pertumbuhan Panjang Dan Berat Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Nur Taufiq-Spj; Virda Maya Definta; Raden Ario
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.958 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i2.16569

Abstract

Budidaya ikan sidat (Anguilla sp.) di Indonesia baru mulai berkembang beberapa tahun belakangan meskipun ikan ini memiliki banyak prospek di berbagai negara Asia maupun Eropa. Kegiatan budidaya yang dilakukan di beberapa daerah baru pada taraf pembesaran pada kolam persawahan (earthen pond) dan hanya sebagian kecil yang menggunakan sistim resirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume air terhadap pertumbuhan panjang dan berat ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) stadia awal dari elver dengan sistim budidaya resirkulasi. Metode eksperimental digunakan dalam penelitian ini dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan volume air yang berbeda (E: 942 l, F: 1413 l, dan G: 750 l). Sampling panjang dan berat dilakukan setiap 2 minggu selama 8 minggu budidaya. Hasil penelitian pertumbuhan panjang dan berat tiap Kolam menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata (α > 0.05). Pertumbuhan Mutlak (berat) pada kolam E: 33,33 g, F: 23,33 g, dan kolam G: 40,00 g, sementara pertumbuhan mutlak (panjang) pada kolam E: 8,67 cm, F: 7,67 cm, serta kolam G: 9,50 cm selama 8 minggu budidaya. Hasil dari perhitungan Spesific Growth Rate (SGR) pada kolam E: 0,48; F:0,33 dan G: 0,57 %/hari selama 70 hari budidaya. Pertumbuhan panjang dan berat ikan sidat pada percobaan ini mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan korelasi antara 83,5 – 94,5%. Hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sidat stadia awal elver akan meningkat dengan menurunnya volume air pada kondisi suhu optimum 28±2 ºC. The eel (Anguilla sp.) cultivation in Indonesia recently has just begun to develop, eventhough this species has so many economic prospect especially in eastern Asia and European countries. Aquaculture activities in some province (of Indoesia) still using earthen pond and only certain places which used Resirculating Aquaculure System (RAS) for racing the local eels. The aims of this study were to determine the effect of water volume on early elver of Anguilla bicolor bicolor length and weight growth and it’s corelations. Experimental method was used, complitely random design with 3 treatments of different water volumes i.e. E: 942 liter, F: 1413 liter, and G: 750 l. Sampling were taken every fortnight during 8 weeks culture. The results shows that length and weght growth have no significantly different (α > 0.05). Absolute growth (of weight) in each tank i.e. E: 33.33 g, F: 23.33 g, and G: 40.00 g, meanwhile the length absolute growth i.e. E: 8.67 cm, F: 7.67 cm, and G: 9.50 cm. Spesific growth rate of early elver were: E = 0.48, F=0.33 and G= 0.57 ini % d-1 during 70 d culture. Length and weght growth have a tight correlation i.e. 83.5 to 94.5%. The results of this study indicate that the growth of early eel (Anguilla bicolor bicolor) increased by decreasing water volume in the optimum water temperature of 28±2 ºC.
Model Distribusi Kecepatan Angin untuk Peramalan Gelombang dengan Menggunakan Metode Darbyshire dan Smb di Perairan Semarang Saiful Hadi; Denny Nugroho Sugianto
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (670.963 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i3.6907

Abstract

Gelombang merupakan salah satu parameter oseanografi yang sangat mempengaruhi kondisi pantai. Tiga faktor yang menentukan karakteristik gelombang yang dibangkitkan oleh angin yaitu : (1) lama angin bertiup atau durasi angin, (2) kecepatan angin dan (3) fetch (jarak yang ditempuh oleh angin dari arah pembangkitan gelombang atau daerah pembangkitan gelombang) (Baharuddin et all, 2009). Berdasarkan pengolahan data angin tahun 1995 – 2010  didapatkan  durasi dan  kecepatan angin pada musim Barat untuk angin sedang (11-16 knot) durasi  maksimumnya adalah 9 jam dan durasi rata-rata adalah 6 jam, untuk angin agak kuat (17-21 knot) durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam, untuk angin kuat (22-27 knot) durasi maksimumnya adalah 2 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam. Untuk musim Peralihan durasi maksimum angin sedang adalah 10 jam dan durasi rata-rata adalah 6 jam untuk angin agak kuat durasi maksimumnya adalah 8 jam dan durasi rata-rata adalah 1 jam, untuk durasi angin kuat durasi maksimum adalah 2 jam dan durasi rata-rata adalah 1. Pada musim Timur durasi maksimum angin sedang adalah 9 jam dan durasi rata-rata adalah 5 jam, untuk durasi maksimum dan rata-rata angin agak kuat adalah 1 jam, untuk durasi maksimum dan rata-rata angin kuat adalah 1 jam.Berdasarkan hasil peramalan gelombang didapatkan untuk musim Barat tinggi gelombang maksimum di Perairan Semarang mencapai 2 meter dengan  periode 6,8 detik, pada musim Peralihan tinggi gelombang maksimum  mencapai 1,99 meter dengan periode 6,8 detik, sedangkan pada musim Timur tinggi gelombang maksimum mencapai 1,49 meter dengan periode 6,1 detik.   Kata Kunci : Gelombang, Durasi Angin, Kecepatan Angin Perairan Semarang
Keanekaragaman Perifiton pada Daun Lamun Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata di Pulau Parang, Karimunjawa Raden Ario; Ita Riniatsih; Ibnu Pratikto; Pratiwi Megah Sundari
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.052 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i2.23274

Abstract

Keanekaragaman jenis lamun dan struktur morfologi yang cukup besar pada Enhalus acoroides dan Cymodocea serrulata memungkinkan ditumbuhi perifiton dimana dapat meningkatkan produktivitas primer. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan perifiton dan pola distribusinya serta hubungan kerapatan lamun terhadap kelimpahan perifiton di PulauParang, Karimunjawa. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2018 menggunakan metode survei dan penentuan lokasi dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, sedangkan metode pengambilan data lamun melalui metode line transect quadrant yang mengacu pada metode seagrass watch. Pengambilan daun lamun untuk pengamatan perifiton menggunakan metode sapuan daun yang selanjutnya diamati dengan menggunakan metode sensus yaitu pengamatan total dengan alat sedgwick rafter counting chamber di bawah mikroskop. Nilai kelimpahan perifiton pada daun lamun Enhalus acoroides di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berturut–turut sebesar 2654 sel/cm2, 2831 sel/cm2, 1435 sel/cm2. Sedangkan kelimpahan perifiton pada daun lamun Cymodocea serrulata di Stasiun 1, Stasiun 2, dan Stasiun 3 berurutan sebesar 0 sel/cm2, 2376 sel/cm2, 2890 sel/cm2. Kelimpahan tertinggi perifiton terdapat pada jenis lamun Enhalus acoroides, hal ini diduga karena Enhalus acoroides mempunyai penampang daun yang lebih lebar dan umur jaringan makrofil yang lebih lama. Perifiton yang mendominasi di Pulau Parang berasal dari Kelas Bacillariophyceae, diduga karena kelas ini memiliki kemampuan melekat pada substrat yang baik. Berdasarkan perhitungan Indeks Morisita maka diketahui bahwa sebaran perifiton di Pulau Parang adalah mengelompok. Kelimpahan perifiton dengan kerapatan lamun di Pulau Parang memiliki hubungan cukup erat.   The variety of seagrass types and the morphological structure of Enhalus acoroides and Cymodocea serrulata allows periphyton to be grown. Periphyton can increase primary productivity and help the decomposition process of seagrass. This research aims to determine the periphyton abundance, periphyton distribution and seagrass density relationship towards periphyton abundance in Parang Island, Karimunjawa. This research was conducted on October 2018. The seagrass data was collected by using the line transect quadrant method refers to the seagrasswatch method. Taking seagrass leaf for periphyton observation using the leaf drainage method was then observed using the census method, which is a total observation with sedgwick rafter counting chamber. Periphyton abundance value on seagrass leaves of Enhalus acoroides at Station 1, Station 2, and Station 3 are 2654 cells/ cm2, 2831 cells/ cm2, 1435 cells/ cm2 respectively. While periphyton abundance on the seagrass leaves of Cymodocea serrulata at Station 1, Station 2, and Station 3 are 0 cell/ cm2, 2376 cells/ cm2, 2890 cells/ cm2 respectively. The highest abundance of periphyton was observed on Enhalus acoroides leaves. This is presumably because Enhalus acoroides has a wider leaf section and longer age of macrophilic system. Periphyton that dominates in Parang Island comes from Class Bacillariophyceae. This is likely because this class has the ability to attach on a good substrate. Based on the calculation of the Morisita Index, it is known that the periphyton distribution in Parang Island is clustered. Periphyton abundance showed a strong relation with the seagrass density.
Struktur Komunitas Ikan pada Ekosistem Mangrove di Desa Bedono, Sayung, Demak Sri Rejeki; Irwani Irwani; Firdaus Maulana Hisyam
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.121 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i2.6943

Abstract

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan dan pelabuhan) berdampak dan memberikan tekanan ekologis terhadap ekosistem pesisir, khususnya ekosistem hutan mangrove. Meningkatnya tekanan ini tentunya berdampak terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove itu sendiri baik secara langsung maupun tak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur komunitas ikan pada ekosistem mangrove di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei deskriptif dan lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan metode purposive sampling. Sampel ikan diambil selama delapan minggu menggunakan liftnet. Penelitian ini menemukan sembilan famili ikan yakni Ambassidae , Ariidae, Mugilidae, Tetraodontidae, Phallostethidae, Drepanidae, Gobiidae, Aplocheilidae, dan Syngnathidae. Dengan spesies yang sering ditemukan adalah Mugilidae dan Ambassidae, sementara yang paling sedikit ditemukan adalah Tetraodontidae, Phallostethidae, Drepanidae, Aplocheilidae, dan Syngnathidae. Kata kunci : Struktur Komunitas, Ikan, Mangrove, Bedono
Proses Pasang Surut dalam Pola Fluktuasi Nutrien Fosfat di Muara Sungai Demaan, Jepara Lilik Maslukah; Elis Indrayanti; Stephanus Budiono
Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.619 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v3i1.11215

Abstract

Proses pasang dan surut di muara sungai dapat mempengaruhi fluktuasi unsur-unsur fisika kimia, seperti salinitas, temperatur, pH, oksigen terlarut, dan nutrien (nitrat, silikat dan fosfat). Fosfat merupakan salah satu nutrien yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton. Dalam jumlah yang besar, fosfat  memberikan kontribusi untuk terjadinya eutrofikasi pada badan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasang dan surut terhadap nutrien fosfat. Materi penelitian yang digunakan adalah sampel air laut yang diambil dari muara Sungai Demaan, Jepara. Penelitian dilakukan pada November 2013. Penentuan konsentrasi fosfat dalam contoh air laut ditentukan dengan menggunakan metode spektrofometrik yang didasarkan pada penambahan pereaksi asam molibdate yang mengandung asam askorbit dan potassium antimonil tatrat. Metode hubungan antara fosfat dengan salinitas menggunakan analisis korelasi. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat lebih tinggi pada saat pasang daripada saat surut. Fosfat dengan salinitas berkorelasi sangat kuat pada saat surut (r=0.8) dan berkorelasi lemah pada saat pasang (r=0.06).  Pada kondisi surut, sumber fosfat lebih banyak dipengaruhi oleh adanya aliran air tawar dari sungai, sedangkan pada kondisi pasang sumber fosfat  lebih dipengaruhi oleh sumber dari sedimen  dasar. Kata kunci : Muara Sungai Demaan, Fosfat, Pasang surut
Komposisi Echinodermata Di Rataan Litoral Terumbu Karang Pantai Krakal, Gunung Kidul,Yogyakarta Ken Suwartimah; Dwi Saniscara Wati; Hadi Endrawati; Retno Hartati
Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.512 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v6i1.15743

Abstract

Echinodermata merupakan salah satu komponen penting dalam hal keanekaragaman fauna di daerah terumbu karang. Hal ini karena terumbu karang berperan sebagai tempat berlindung dan mencari makan bagi fauna Echinodermata. Salah satu penyebaran biota ini adalah di perairan rataan terumbu karang Pantai Selatan di Pantai Krakal, Gunung Kidul, Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui species dan kelimpahan Echinodermata di Pantai Krakal, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode transek kuadrat dengan ukuran 1m2. Hasil pengamatan ditemukan beberapa species dari 3 kelas dari filum Echinodermata, antara lain 3 species dari kelas Echinoidea, 3 species dari kelas Ophiuroidea, dan 1 species dari kelas Asteroidea. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan individu tertinggi penelitian adalah Ophiocoma scolopendrina (4.01 ind. /m2) dan terendah adalah Archaster typirus ( 1 ind. /m2). Echinodermata is a important ecosystem component in terms of the diversity of fauna in the coral reefs. This is because the coral reefs act as a refuge and feeding ground for the fauna of the Echinoderms. One of echinoderm habitat is reef flat waters of Krakal Beach, Gunung Kidul, Jogjakarta. The purpose of this research is identify and determine the abundance of Echinoderms. Purpossive sampling method was applied. The samples were taken using 1m2 transect squares. There were 3 classes of Echinodermata found, i.e. 3 species of Echinoidea, 3 species of Ophiuroidea, and 1 species of Asteroidea. The result showed that the highest was Ophiocoma scolopendrina (4,01 ind./m2 and the lowest was Archaster typirus (1 ind./m2)
STUDI PENYEBARAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI MUARA SUNGAI PORONG KABUPATEN PASURUAN Warsito Atmodjo
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (683.452 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i1.2984

Abstract

Abstract   Estuary is part of the downstream that straightly related to the sea which function as expenseas of water river (Triatmodjo, 1999). Sediment transport which came from river and sea will be akumulated in estuary. That akumulated make effect to changes of the depth in that area. The purpose from this research is to know about the suspended sediment spreading in Porong estuary. The research was done in three stages which were field survey on April 5th until 24th 2008, laboratory analysis to bottom sediment samples on May 5th until 27th 2008 in Core Laboratory Marine Geology Research and Development Centre Cirebon and suspended sediment analysis on June 13th 2008 in Water Laboratory Environmental Engineering, Civil and Environmental Engineering Department, Bandung Institute Technology. Model running on Computation Laboratory Marine Sciences Department, Diponegoro University Semarang. Model simulation running on 15 days from April 9th until 24th 2008 related to the field survey. Descriptive method was used in this research, and SMS (Surface Water Modelling System) software used for making the model.             Materials used were primary and secondary data. Primary data that is current, tides, bottom sediment and suspended sediment. Secondary data that is Porong river flow, Juanda wind data and bathymetric map.             Based on simulation current speed in research location on Spring condition up to 0.270 m/s and current speed on Neap condition up to 0.080 m/s. Which direction on ebb to flood condition moved from east to west then to north, on flood to ebb condition moved from north to south then to east. Simulation result of Suspended sediment consentration spreading on 15 days showed that suspended sediment consentration was 3.803 until 240.448 mg/l which dominate direction moved to south east. Key words : suspended sediment, current, Porong estuary.
Kandungan Logam Berat Seng pada Enhalus acoroides di Perairan Jepara Bagus Apriana Putra; Adi Santoso; Ita Riniatsih
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.988 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i1.21378

Abstract

Lamun adalah tanaman air yang berbunga (Antophyta) dan mempunyai kemampuan adaptasi untuk hidup dan tumbuh di lingkungan laut.Enhalus acoroidesmerupakan jenis lamun yang banyak tumbuh di sekitar perairan Teluk Awur dan Pulau Panjang. Kegiatan manusia meliputi pertanian, industri mebel, pariwisata, dan kegiatan nelayan  di Teluk Awur dan Pulau Panjang diduga menjadi sumber logam berat Seng (Zn). Keberadaan lamun di laut dapat menjadi bioindikator pencemaran logam berat karena menyerap dan mengakumulasi bahan pencemar. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan membandingkan kandungan logam berat seng (Zn)pada lamun Enhalus acoroides (akar dan daun), pada air dan pada sedimen di Teluk Awur dan Pulau Panjang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan metode penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel lamun Enhalus acoroides, air, dan sedimen.Parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecerahan, pH dan arus diukur secara in situ. Hasil penelitian menunjukkan nilai akumulasi Zn pada akar Enhalus acoroides  di Teluk Awur berkisar antara 0,98–1,27 mg/l dan pada daun 0,4–0,89 mg/l, sedangkan akumulasi logam berat Zn pada akar Enhalus acoroides di Pulau Panjangberkisar antara 0,78–1,01 mg/l dan pada daun 0,34–0,75 mg/l. Kemampuan lamun Enhalus acoroides yang ada di Teluk Awur dan Pulau Panjang dalam mengakumulasi logam berat Zn termasuk dalam kategori rendah dengan nilai faktor biokonsentrasi rata-rata <250.  Seagrass is a flowering water plant (Antophyta) and can adapt to live and grow in the marine environment. Enhalus acoroides is a type of seagrass that grows around Teluk Awur and Panjang Island. All human activities including agriculture, tourism, and fishing activities in Teluk Awur and Panjang Island may be the source of heavy metals Zinc (Zn). The presence of seagrass in the sea can be a bioindicator of heavy metal pollution due to absorb and accumulate contaminants. The purposes of this research were to know and compare the content of heavy metals (Zn in seagrass Enhalus acoroides (root and leaf), on water and in sediments in Teluk Awur and Panjang Island.  This research used the descriptive method, while the method of determining the location used purposive sampling method. The material used in this research were the samples of Enhalus acoroides, water, and sediment. Environmental parameters such as temperature, salinity, dissolved oxygen, clarity, pH and current flow were determined in situ. The results showed the value of the accumulation of heavy metal Zn from the root of Enhalus acoroides in Teluk Awur ranging between 0.98–1.27 mg/l and 0.41–0.89 mg/l from the leaves, while the accumulation of heavy metal Zinc (Zn) from the root of Enhalus acoroides in Panjang Island range between 0,78–1.01 mg/l and 0.34–0.75 mg/l from the leaves. The ability of Enhalus acoroides in Teluk Awur and Panjang Island to accumulate the heavy metals Zn were low category because of bioconcentrating factor value <250. 

Page 7 of 38 | Total Record : 374


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue