cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
BULETIN OSEANOGRAFI MARINA
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 20893507     EISSN : 25500015     DOI : -
Core Subject : Science,
Buletin Oseanografi Marina (BULOMA) adalah jurnal yang menginformasikan hasil penelitian dan telaah pustaka tentang aspek Oseanografi, Ilmu Kelautan, Biologi Laut, Geologi Laut, Dinamika Laut dan Samudera, Estuari, Kajian Enerji Alternatif, Mitigasi Bencana, Sumberdaya Alam Pesisir, Laut dan Samudera.
Arjuna Subject : -
Articles 374 Documents
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Caulerpa serrulata Dengan Metode DPPH (1,1 difenil 2 pikrilhidrazil) Rini Pramesti
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.926 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i2.6931

Abstract

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan sintetis sering digunakan untuk makanan tetapi penggunaannya mulai dibatasi karena beracun. Salah satu alternatif sumber antioksidan alami adalah rumput laut, khususnya C. serrulata karena tanaman ini mengandung pigmen yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan komposisi pigmen dari rumput laut C.  serrulata.. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposif. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak rumput laut C. serrulata mempunyai aktivitas antioksidan yang sedang dengan IC50 sebesar 136, 89 ppm. Hasil identifikasi komposisi pigmen didapatkan 10 pigmen yaitu karoten, klorofil a dan b, 3 turunan klorofil, feofitin a, dan 3 xantofil. Kata kunci : Antioksidan, DPPH, Caulerpa serrulata, Klorofil, Pigment.
Keberadaan Krustasea di Kawasan Vegetasi Mangrove Tugurejo, Semarang Retno Hartati
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.443 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i2.15732

Abstract

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik karena terjadi akibat perpaduan antara habitat darat dan laut. Ekosistem mangrove juga merupakan tempat hidup berbagai jenis hewan benthos termasuk krustasea yang memegang peranan penting dalam ekosistem tersebut. Adanya perubahan fungsi lahan untuk berbagai kepentingan manusia diduga akan berpengaruh terhadap kondisi kelimpahan krustaseayang terdapat di kawasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisais komposisi dan struktur komunitas makrozoobenthos krustasea di kawasan mangrove Tugurejo, Semarang. Pengambilan sampel dilakukan dengan 2 metode yaitu kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 22 jenis makrozoobenthos krustasea, dari Infra Ordo Brachyura ditemukan 14 jenis yang termasuk ke dalam 5 famili, Infra Ordo Macrura ditemukan 4 jenis yang termasuk ke dalam 4 famili, dari Isopoda ditemukan 3 jenis dan dari Copepoda ditemukan satu jenis biota. Nilai indeks keanekaragaman semua stasiun termasuk kategori sedang. Indeks keseragaman rendah sampai  tinggi. Terdapat dominansi species di Stasiun B (vegetasi pohon) dan C (vegetasi sapling).  Pola sebaran krustasea mengelompok. Nilai indeks kesamaan komunitas termasuk kategori rendah dan tinggi. Secara umum jumlah krustasea pada infra ordo Brachyura jantan lebih banyak dari betina, dan jumlah infra ordo Brachyura betina yang bertelur 23,07% dari jumlah betina yang ditemukan. Kata Kunci : Mangrove, Krustasea, Komposisi dan Kelimpahan
Biomorfometrik Kepiting Bakau (Scylla sp.) Hasil Tangkapan di Perairan Semarang Guna Menunjang Konservasi Sumberdaya Hayati Anggun Sri Hardiyanti; Sunaryo Sunaryo; Ita Riniatsih; Adi Santoso
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.669 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i2.20686

Abstract

Kepiting bakau (Scylla sp.) merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Permintaan terhadap komoditas kepiting dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sehingga dalam memenuhi semua permintaan ini seluruhnya berasal dari hasil tangkapan di alam, yaitu sebesar 70% dan banyaknya penangkapan kepiting bakau tanpa memperhatikan ukuran yang layak tangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biomorfometrik kepiting bakau, meliputi jumlah, distribusi, nisbah kelamin, hubungan lebar karapas dan berat, faktor kondisi dan tingkat kematangan gonad. Penelitian menggunakan metode deskriptif eksploratif. Penelitian dilaksanakan pada bulan  Mei – Juni 2017 di kawasan perairan Semarang, yaitu di Mangkang Wetan, Tapak, Tanah Mas dan Tambak Lorok. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa jumlah kepiting bakau yang diamati sebanyak 616 ekor, terdiri atas 362 betina (58,77%) dan 254 jantan (41,23%), perbandingan betina dan jantan 1,43 : 1. Ukuran lebar karapas berkisar antara 47,05 - 132,56 mm dengan berat berkisar antara 33,02 - 513,09 g. Hubungan lebar karapas dengan berat bersifat allometrik negatif dan positif. Nilai faktor kondisi yang didapatkan berkisar 1,368 – 9,752. Tingkat kematangan gonad kepiting betina maupun jantan didominasi oleh TKG II dan III, dengan demikian diduga pada bulan Mei – Juni di perairan Semarang sedang terjadi masa pemijahan. Biomorphometry of Mangrove Crab (Scylla sp.) Catched in SemarangMangrove crab (Scylla sp.) is one of the fishery commodities that have high economic value. The demand for crab commodity from year to year tends to increase, in order to fulfilling all these demands almost all of them come from the catch in nature that is equal to 70%, and this led to the occurrence of a lot of mangrove crab catching regardless of the size of the catch. This study aimed to examine the biomorphometric of mangrove crab, which includes the composition, sex ratio distribution, widht and weight relation, condition factors and gonad maturity level. The descriptive explorative methods was used in this research. This research was conducted from May - June 2017 in the Semarang waters included Mangkang Wetan, Tapak, Tanah Mas and Tambak Lorok. The results showed that the composition of mangrove crab were 616, consist of 362 females (58,77%) and 254 males (41,23%), with the comparison of female and male ratio of 1,43 : 1. The size of the obtained carapace width ranged from 47,05 - 132,56 mm with the size of the weight ranged from 33,02 – 512,09 g. The relations between width and weight of caparace indicated allometric. The value of the obtained condition factor ranged from 1,368 – 9,752. Gonad maturity level of male and female mangrove crab was dominated by TKG II and III, because the research location was in the spawning period.
REKAYASA TEKNOLOGI TRANSPLANTASI LAMUN (Enhalus acoroides)DI KAWASAN PADANG LAMUN PERAIRAN PRAWEAN BANDENGAN JEPARA Febriyantoro Febriyantoro; Ita Riniatsih; Hadi Endrawati
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.291 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i1.6922

Abstract

Lamun adalah sumber makanan bagi beberapa jenis herbivora seperti penyu, dugong dan beberapa jenis invertebrata. Fungsi lamun tidak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh berbagai aktivitas manusia.Lamun berkurang secara cepat di berbagai belahan dunia akibat dari kegiatan manusia seperti kerusakan secara mekanis (pengerukan dan jangkar), eutrofikasi, budidaya perikanan, pengendapan, pengaruh pembangunan konstruksi pesisir, dan perubahan jaring makanan.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan transplantasi lamun berdasar laju pertumbuhan dan tingkat keberlangsungan hidup (SR) dengan dengan penerapan metode Frame tabung bambu, Plugs, Fastening waring di perairan Prawean Bandengan Jepara agar lamun dapat dikembangkan dengan teknologi ramah lingkungan yaitu menggunakan bambu dan keberadaanya masih tetap lestariPenelitian dilakukan dengan observasi lapangan selama 6 Minggu pada tanggal 17 September – 1 November 2012 . Metode yang digunakan untuk analisis  adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan. Berdasarkan hasil One-way ANOVA, diketahui bahwa laju pertumbuhan transplantasi lamun dari ketiga metode tersebut tidak berbeda nyata. Tingkat keberhasilan unit transplantasi lamun untuk metode Frame Tabung Bambu sebesar 95%, metode Plugs sebesar 100%dan metode Fastening Waring sebesar 100%. Laju pertumbuhan unit transplantasi lamun di Perairan Prawean Bandengan Jepara dengan metode Frame Tabung Bambu memliki rata-rata sebesar (0,70 cm/hari ± 0.06), sedangkan untuk metode Plugs sebesar (0,78 cm/hari ± 0.09) dan metode Fastening Waring sebesar (0,71 cm/hari ± 0.05). Kata Kunci : Perairan Prawean Bandengan Jepara, Transplantasi lamun, metode Frame Tabung Bambu, metode Plugs, metode Fastening Waring.
ALOS AVNIR-2 DIGITAL DATA ANALYSIS FOR TURBIDITY MAPPING IN SEMARANG COASTAL AREA, CENTRAL JAVA, INDONESIA Muhammad Helmi; Muhammad Arief Wibowo
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.23 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i2.11217

Abstract

This study aims to determine the spectral response of ALOS AVNIR-2 satellite’s image on the turbidity of the waters and devise the algorithms for turbidity mapping in the coastal waters of Semarang City, Indonesia. The Remote Sensing Technology Center of Japan, RESTEC supported the ALOS AVNIR data and conducted the technical training on Application and Verification Project to support this research. The method used in this study is digital image processing and field survey. Digital image processing method including histogram adjustment for radiometry correction, rectification for geometry correction, cropping area of interest, masking the area for the separation of the mainland, statistical analysis to determine the spectral response of the image of water turbidity (R2 ≥ 0.9) and algorithm model evaluation by using the Mean Normalized Bias (MNB) as an indicator of systematic error and the Root Mean Square (RMS) as an indicator of random error (Ouillon et al., 2008). The results of statistical analysis showed that the red channel and green channel on ALOS AVNIR-2 has a relatively high spectral response of the turbidity level (R2 ≥ 0.9). The best algorithm model for the single spectral channel obtained from the red band with the MNB value is 22.65% and the RMS value is 32.09%. The best algorithm model for the dual channel spectral bands obtained from a combination of red and blue bands with the MNB value is 19.89% and the RMS value is 28.22%. Distribution of water turbidity levels in the waters of Semarang city has a range between 0.03 to 9.44 NTU. Key words: ALOS AVNIR-2, Turbidity Mapping and Coastal Area
Suhu Air Laut Tahunan di Perairan Pulau Genting, Kepulauan Karimunjawa Arfiyan Arfiyan; Munasik Munasik
Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.665 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v5i1.11297

Abstract

Kombinasi data suhu air laut dari pengukuran lapangan secara tahunan dan data meteorologi Near Real Time dari satelit bisa digunakan sebagai acuan untuk mengaitkan kondisi musim suatu perairan. Kondisi Perairan Pulau Genting mempunyai dua pola suhu rendah yaitu pada musim monsoon barat laut JFM (Januari, Februari, Maret) dan musim monsoon tenggara JAS (Juli, Agustus, September). Sedangkan pola suhu tinggi terjadi pada musim transisi AMJ (April, Mei, Juni) dan musim transisi OND (Oktober, November, Desember). Pola suhu air laut tahunan menunjukan bahwa suhu tahunan di Pulau Genting sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dibandingkan Insolation Clearness Index dan Curah Hujan pada semua musim. Kata kunci: Suhu Air Laut Tahunan, Musim, Kecepatan Angin
Karakteristik Darah Mimi (Tachypleus gigas) sebagai Pendeteksi Bakteri Kontaminan Penghasil Endotoksin Pada Produk Perikanan Romadhon Romadhon; Selamet Suharto; Sumardianto Sumardianto
Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.721 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v7i1.19037

Abstract

Kepiting tapal kuda atau mimi lan mintuno atau belangkas (suku Limulidae) mencakup empat jenis hewan beruas (Artropoda) yang menghuni perairan dangkal wilayah payau dan kawasan mangrove. Mimi merupakan salah satu sumberdaya genetika yang dilindungi. Mimi juga memiliki karakteristik tersendiri dalam darahnya. Umumnya hewan darat maupun laut memiliki darah berwarna merah. Namun, darah pada mimi berwarna biru. Pada (Tachypleus gigas) memiliki ekstrak darah kemungkinan mengandung senyawa antibakteri. Tujuan memisahkan dan mengkarakterisasi darah limulus dan menskrining hasil pemisahan darah dengan bakteri patogen. Hasil Penelitian 10 ekor mimi yaitu 165,72 ml. Setelah disentrifuse dihasilkan supernatan  90,633 ml dan  23,304 pelet. Hasil analisis fitokimia banyak dihasilkan pada supernatan terutama alkaloid, fenol, tannin, alkaloid. Berdasarkan skrining dengan bakteri patogen tidak dihasilkan zona hambat karena pengenceran terlalu kecil. Horseshoe crab or mimi lan mintuno or trim (Limulidae tribe) includes four types of extending animals (Artropoda) that inhabit the shallow waters of the brackish area and the mangrove area. Mimi is one of the protected genetic resources. Mimi also has its own characteristics in the blood. Generally land and sea animals have red blood. However, the blood on the mimi is blue. In (Tachypleus gigas) has Limulus Amebosit Lysate blood extract (LAL). The purpose of separating and characterizing blood limulus and screening the results of blood separation with pathogenic bacteria. Research result of 10 tail Limulus sp that is 165,72 ml. After centrifugation, the supernatant produced 90,633 ml and 23,304 pellets. The result of phytochemical analysis is mostly produced on supernatant especially alkaloid, phenol, tannin, alkaloid. Screening with pathogenic bacteria does not result in inhibit zone because dilution is too small.
The Arsenic Contamination of the Shallow Coastal Aquifers in the North Coast of Java Baskoro Rochaddi
Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.227 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v1i5.6912

Abstract

A study was conducted to assess the Arsenic (As) metal contamination of the shallow aquifers in  Jakarta, Semarang, and Surabaya city of Java and its relation to the highly developed industrial and domestic activities in the coastal region. Arsen  was assayed in the waters of  30 wells throughout the terrestrial cities, in residential zones using Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) technique. Analysis of the As level revealed that high As contents were found primarily in Jakarta, to a maximum of 59.65 μg L−1. The mean and standard deviation of As in Jakarta, Semarang and Surabaya were 15.47 ± 18.79, 1.25 ± 2.05 and 0.59 ± 0.26 μgL-1, respectively. The groundwater As concentration  shows a correlation with Fe significantly. It was concluded that the levels of As in some investigated 3 Indonesian metropolis cities were below the maximum allowable concentrations of metals recommended by Indonesian Drinking & Domestic Water Quality Standard for Ground Water and WHO’s (World Health Organization)Guideline Values for Drinking Water, except for station 5 and 6 of Jakarta.   Keywords: Arsenic (As), AAS, coastal aquifer
Komposisi Larva Ikan Pada Tutupan Padang Lamun di Perairan Prawean Bandengan, Kabupaten Jepara Sri Redjeki; Riska Novianti Putri; Adi Santoso; Sunaryo Sunaryo; Sri Sedjati
Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.569 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v8i2.25639

Abstract

Larva Ikan (ichtyoplankton) merupakan tahapan awal dari daur hidup ikan dimulai dari perkembangan telur, larva dan juvenil, memiliki tingkat mortalitas tinggi dan peka terhadap perubahan lingkungan, predator, dan kesediaan makanan. Fungsi ekologis padang lamun sebagai daerah asuhan dan tempat berlindung bagi semua jenis organisme laut kecil, salah satunya larva ikan. Kerapatan atau tutupan padang lamun juga sebagai salah satu faktor pendukung melimpahnya organisme dan kekayaan di laut. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui kelimpahan dan distribusi larva ikan yang terdapat pada ekosistem padang lamun, serta mengetahui hubungan kelimpahan larva ikan dengan tutupan padang lamun di Perairan Prawean Bandengan, Jepara. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan penentuan lokasi sampling menggunakan  purposive sampling methode. Lokasi penelitian pada 3 stasiun dengan pembagian kerapatan lamun yang berbeda (I = Padat ; II = Sedang ; III = Jarang) dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan sampling di masing-masing lokasi. Pengambilan sampel larva ikan dilakukan dengan menggunakan larva net  (P = 0,9 m ; L : 0,6m) dengan ukuran mata jaring 800 µm. Hasil penelitian ini ditemukan larva ikan sebanyak 5 famili yaitu Nemipteridae, Gerreidae, Gobiidae, Labridae, dan Mullidae. Famili larva ikan yang paling sering ditemukan adalah Nemipteridae. Rata-rata kelimpahan famili larva ikan pada Stasiun I sebesar 0,419 ind/m3, Stasiun II sebesar 0,205 ind/m3, dan pada stasiun III sebesar 0,069 ind/m3. Nilai rata - rata indeks keanekaragaman termasuk dalam kategori rendah sedang (0,65–1,37), indeks keseragaman larva ikan termasuk dalam kategori rendah-tinggi (0,33-0,65) indeks dominasi larva ikan menunjukan ada yang mendominasi pada tiga stasiun (0,28–0,30) dan indeks sebaran morisita yang dilakukan menunjukan bahwa sebaran larva ikan pada tiga stasiun merata. Fish larvae (ichtyoplankton) are the initial stages of the fish's life cycle starting from the development of eggs, larvae and juveniles, which have a high mortality rate and are sensitive to environmental changes, predators, and food availability. The ecological function of seagrass beds as nurseries and shelter for all types of small marine organisms, one of which is fish larvae. The density or cover of seagrass beds is also one of the supporting factors for the abundance of organisms and wealth in the sea. The purpose of this study was to determine the abundance and distribution of fish larvae found in the seagrass ecosystems, and to determine the relationship of abundance of fish larvae with cover seagrass beds in the waters of Prawean Bandengan, Jepara. This research method is a descriptive method by determining the sampling location using purposive sampling method. The research location was in 3 stations with a different distribution of seagrass density (I = Dense; II = Medium; III = Rare) and carried out 3 times repetition of sampling at each location. Sampling of fish larvae was carried out using larvae net (P = 0,9 m; L: 0,6m) with a mesh size of 800 μm. The results of this reasearch, found fish larvae of 5 families, namely Nemipteridae, Gerreidae, Gobiidae, Labridae, and Mullidae. The most common family of fish larvae was Nemipteridae. The average abundance of fish larvae at Station I was 0,419 ind/m3, Station II was 0,205 ind/m3, and at Station III was 0,069 ind/m3. The average diversity index was included in the low category (0,65 – 1,37), the uniformity index of fish larvae was included in the low-high category (0,33 – 0,65) the fish larvae dominance index shows that there are dominating at three stations (0,28 – 0,30) and the distribution index of distribution (morisita) conducted showed that the distribution of fish larvae at three stations was evenly distributed.
STUDI FILOGENETIK IKAN KARANG GENUS PSEUDOCHROMIS DAN PICTICHROMIS DI PERAIRAN INDO-PASIFIK Analis Finansi Twindiko; Diah Permata Wijayanti; Ambariyanto Ambariyanto
Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.873 KB) | DOI: 10.14710/buloma.v2i3.6948

Abstract

Indo-Pasifik merupakan kawasan perairan yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Salah satu keanekaragaman tertinggi di perairan Indo-pasifik adalah spesies ikan karang. Pseudocrhomis adalah salah satu spesies ikan karang yang tersebar luas di seluruh perairan Indo-Pasifik. Di dalam suatu kawasanyang memiliki keanekaragaman jenis melimpah, terdapat banyak spesiesyang bersaing untuksumber daya yang terbatas dalam bertahan hidup. Perbedaan kondisi lingkungan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan karakter morfologi, anatomi dan filogenetik dari suatu populasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kekerabatan Genus ikan Pseudochromis di sebagian perairan Indo-Pasifik dengan melihat perbedaan kedalaman dan perbedaan warna. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif. Sedangkan untuk analisis molekuler melalui ekstraksi DNA dilanjutkan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), elektroforesis, sekuensing dan yang analisis filogenetik. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pohon tersebut terbagi dalam lima clade dengan jarak genetik terdekat 0% dan jarak genetik terjauh 16,4%. Perbedaan kedalaman dan warna pada ikan tersebut tidak terlalu signifikan sebagai petunjuk dalam menentukan spesies baru.   Kata Kunci : Pseudochromis, Polymerase Chain Reaction (PCR), Pohon Filogenetik, Lokus 16S, Lokus Control Region

Page 8 of 38 | Total Record : 374


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 3 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 2 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 14, No 1 (2025): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 3 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 2 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 13, No 1 (2024): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 3 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 2 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 12, No 1 (2023): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 3 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 2 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 11, No 1 (2022): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 2 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 2 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 9, No 1 (2020): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 2 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 8, No 1 (2019): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 2 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 7, No 1 (2018): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 2 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 6, No 1 (2017): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 2 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 5, No 1 (2016): Buletin Oseanografi Marina Vol 3, No 1 (2014): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 4 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 3 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 2 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 2, No 1 (2013): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 5 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 3 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 2 (2012): Buletin Oseanografi Marina Vol 1, No 1 (2011): Buletin Oseanografi Marina More Issue