cover
Contact Name
Muhammad Syahrir
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
ma.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
Jl. Sungai Musi Km. 09 Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone, Sulawesi
Location
Kab. bone,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Media Akuakultur
ISSN : 19076762     EISSN : 25029460     DOI : 10.15578/ma
Media Akuakultur as source of information in the form of the results of research and scientific review (review) in the field of applied aquaculture including genetics and reproduction, biotechnology, nutrition and feed, fish health and the environment, and land resources in aquaculture.
Arjuna Subject : -
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)" : 15 Documents clear
SISTEM PEMULIAAN BERBASIS PEMBUDIDAYA (COOPERATIF BREEDING SYSTEM ): STRATEGI PEMULIAAN IKAN TEPAT GUNA Wartono Hadie; Lies Emmawati Hadie
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1479.848 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.54-63

Abstract

Pemuliaan berbasis pembudidaya memerlukan integrasi program dan pelaksanaan yang sinergis antar semua stakeholder. Pemikiran, pencurahan waktu, dan upaya bersama antar sesama pembudidaya (user), pemulia (breeder), dan pemerintah dalam konteks pemuliaan berbasis pembudidaya dapat mengatasinya. Program yang seksama, manajemen yang konsisten, dan pemahaman lingkungan yang cermat akan memberikan hasil yang menguntungkan. Dengan ikan unggul, pakan yang memadai, dan lingkungan optimal, pembudidaya bisa memperoleh keuntungan maksimal. Dewasa ini kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan benih varietas unggul bermutu oleh kalangan pembudidaya skala besar dan kecil, ternyata pada umumnya masih rendah untuk semua jenis ikan. Perkecualian terdapat antara lain pada usaha perikanan swasta yang bergerak pada ikan salmon dan nila. Benih varietas unggul bermutu untuk banyak komoditi, bahkan masih mengimpor, dan menghabiskan devisa cukup besar. Selain menghabiskan devisa, impor jenis hanya akan menguntungkan bagi negara pengekspor jenis tersebut. Rendahnya tingkat penggunaan benih varietas unggul dan bermutu untuk segala macam komoditi pertanian termasuk perikanan sesungguhnya membuka peluang bagi industri perbenihan dalam negeri, baik yang masih dalam taraf penangkar, maupun industri benih yang sudah mampu membuat varietas unggul baru sendiri. Selama ini hampir semua varietas unggul baru dari berbagai komoditi, dihasilkan oleh kelembagaan penelitian pemerintah dan perguruan tinggi.
BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM SEMI-INTENSIF PADA TAMBAK TANAH SULFAT MASAM Erna Ratnawati
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.309 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.6-10

Abstract

Tanah sulfat masam adalah nama umum yang diberikan pada tanah yang mengandung senyawa sulfida atau pirit (FeS2). Apabila tanah sulfat masam digali untuk dikonversi menjadi tambak atau tambak diperdalam, akan menyebabkan pirit teroksidasi dan menjadi larut selanjutnya dapat menyebabkan penurunan pH tanah dan meningkatkan kelarutan unsur-unsur toksik seperti besi dan aluminium. Akibatnya produktivitas tambak rendah atau bahkan tidak berproduksi. Oleh karena itu, untuk memberdayakan tambak tanah sulfat masam diperlukan upaya perbaikan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk budidaya tambak. Kegiatan utama yang perlu dilakukan dalam usaha budidaya udang windu (Penaeus monodon) di tambak tanah sulfat masam adalah remediasi tambak. Budidaya udang windu dengan pola semi-intensif di tambak tanah sulfat masam yang terlebih dahulu diremediasi dapat mencapai sintasan 57,46% dengan padat penebaran 80.000 ekor/ha. Hal ini tidak jauh berbeda dengan sintasan pada budidaya udang vanamei pada tambak tanah mineral pola tradisional plus yaitu 60%--70% dengan padat penebaran yang sama. Dari hasil yang dicapai ini, menandakan bahwa budidaya pada tambak tanah sulfat masam memberi harapan bagi pembudidaya udang apabila dilakukan pengelolaan tanah tambak yang tepat.
PEMANFAATAN TEPUNG ANAK AYAM (DOC) UNTUK MENSUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM PAKAN IKAN BUDIDAYA Kamaruddin Kamaruddin; Usman Usman
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1876.653 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.36-39

Abstract

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi penggunaan tepung ikan dalam industri pakan, adalah dengan penjajakan beberapa bahan baku lokal ataupun pemanfaatan beberapa jenis limbah industri seperti pemanfaatan limbah industri cold storage, pemotongan hewan, dan penetasan ayam. Telah dilakukan beberapa kegiatan uji kecernaan dan pemanfaatan limbah tersebut dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam mensubstitusi tepung ikan dalam pakan ikan. Meskipun bahan dari jenis limbah ini masih dalam bentuk utuh, sehingga masih perlu diolah sampai menjadi bahan baku yang siap untuk diramu dengan bahan baku lainnya. Seperti halnya dengan pemanfaatan limbah DOC dalam pakan ikan, yang harus melalui beberapa proses seperti pembakaran, pengukusan, penjemuran, penepungan kasar, dan penepungan halus. Sehingga melalui proses tersebut dari penelitian yang dilakukan diperoleh rendemen sekitar 21,4%. Dari hasil analisis proksimat DOC ini didapatkan protein kasar 59,2%; lemak kasar 13,2%; kadar abu 7,9%; serat kasar 1,2%; dan BETN 18,2%. Hasil uji kecernaan tepung DOC pada ikan kerapu macan adalah kecernaan bahan kering sekitar 88,2%; kecernaan protein sekitar 73,7%; dan kecernaan lemak sekitar 70%.
STATUS PENGELOLAAN BUDI DAYA KOMODITAS IKAN KARANG DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN TOGEAN, SULAWESI TENGAH Utojo Utojo; Hasnawi Hasnawi
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1756.278 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.64-69

Abstract

Kepulauan Togean merupakan kawasan pengembangan sektor kelautan dan perikanan di Sulawesi Tengah yang potensi budidaya lautnya cukup besar, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu potensi perikanan seperti budidaya laut yang sudah mulai diusahakan adalah pengembangan budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (Kejapung) atau Keramba Jaring Tancap (Kejatan). Permasalahan utama yang dihadapi adalah belum adanya tata ruang wilayah pengembangan secara detail dan operasional, sarana dan prasarana produksi seperti hatcheri untuk suplai benih serta sumber daya manusia dan kelembagaan pembudidaya/nelayan yang belum memadai. Informasi status pengelolaan dan prospek pengembangan budidaya ikan di Kepulauan Togean dibahas dalam makalah ini. Diharapkan bahwa dengan informasi ini pengelolaan budidaya ikan di Kepulauan Togean akan lebih rasional dan dapat bermanfaat bagi pembudidaya/nelayan, para pengusaha dan investor secara berkelanjutan.
POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAMEI DI SULAWESI SELATAN Abdul Mansyur; Nur Ansari Rangka
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.845 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.11-14

Abstract

Udang vanamei merupakan udang introduksi yang masuk ke Indonesia pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2002 oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai komoditas alternatif dengan maksud untuk membangkitkan kembali usaha pertambakan udang selama budidaya udang windu masih banyak menemui kendala. Udang vanamei ini cukup potensial untuk dikembangkan di Sulawesi Selatan, bukan saja pembudidaya bermodal besar tetapi pembudidaya bermodal kecilpun dapat mengembangkannya. Namun banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama yang menyangkut masih lambatnya dan belum sepenuhnya dikuasai oleh sumber daya manusia perikanan bahkan masih adanya anggapan bahwa udang vanamei hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Di lain pihak belum terwujudnya pembinaan kelembagaan kelompok pembudidaya yang profesional, tangguh, dan memiliki visi ke depan dan dukungan permodalan yang masih minim.
AKTIVITAS ENZIM PROTEASE DALAM LAMBUNG DAN USUS IKAN KERAPU MACAN SETELAH PEMBERIAN PAKAN Muhamad Yamin; Neltje Nobertine Palinggi; Rachman Syah
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.702 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.40-44

Abstract

Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah salah satu jenis ikan karnivora yang membutuhkan kadar protein tinggi dalam pakannya. Untuk meningkatkan efisiensi pakan dan mengoptimalkan pertumbuhan ikan perlu memperhatikan manajemen pakan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah aktivitas enzim protease di lambung dan usus ikan kerapu macan setelah pemberian pakan. Pengamatan yang dilakukan adalah aktivitas enzim protease dalam lambung dan usus ikan kerapu macan pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan. Dari hasil ini diperoleh nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam lambung ikan kerapu macan pada 12 dan 15 jam setelah pemberian pakan adalah 2,615 /mL dan 0,292 /mL. Pada 18 jam setelah pemberian pakan, aktivitas enzim proteasenya tidak ada. Sedang nilai rata-rata aktivitas enzim protease dalam usus pada 12, 15, dan 18 jam setelah pemberian pakan adalah 7,45 /mL; 6,08 /mL; dan 5,03 /mL. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease di lambung dan usus menurun dengan semakin lamanya waktu setelah pemberian pakan.
PELESTARIAN SUMBER DAYA TERIPANG MELALUI RESTOCKING DAN BUDI DAYA DI SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko; Akhmad Mustafa
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.728 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.70-76

Abstract

Teripang pasir (Holothuria scabra) merupakan salah satu komoditas ekspor dari sektor perikanan yang sudah menurun produksi dan kelestarian sumber dayanya. Hal ini ditandai semakin kurangnya hasil tangkapan dan semakin kecilnya ukuran teripang yang tertangkap. Untuk meningkatkan produksi dan mempertahankan kelestariannya, perlu dilakukan upaya restocking dan budidaya di tambak. Restocking dilakukan dengan menebar benih teripang dari panti benih ke perairan dengan tujuan untuk memperkaya stok populasi teripang tersebut, sedangkan budidaya teripang di tambak, seperti di tambak tanah sulfat masam yang berasosiasi tanah gambut adalah selain bertujuan untuk meningkatkan produksi teripang, juga untuk meningkatkan produktivitas tambak tersebut yang selama ini kurang dimanfaatkan oleh pemiliknya oleh karena tingkat produktivitasnya sangat rendah bila digunakan untuk budidaya udang. Padahal jenis tambak semacam ini cukup luas di Sulawesi Selatan. Dasar pertimbangan untuk pengembangan budidaya teripang pasir di tambak sulfat masam yang berasosiasi tanah gambut adalah hasil temuan di lapangan di mana teripang pasir yang terikut pada saat panen ikan bandeng dan rumput laut mencapai bobot 300--500 g/ekor. Untuk keberhasilan budidaya teripang pasir di tambak tersebut teknik budidaya yang diaplikasikan antara lain padat penebaran 3--5 ekor/m2, pemberian pakan berupa klekap, dedak halus dicampur kotoran ayam dengan dosis dari bobot total biomassa di samping melakukan pemupukan awal dan susulan untuk menumbuhkan pakan alami berupa klekap dan plankton yang merupakan makanan utama bagi teripang. Untuk menjaga kestabilan kualitas air selama pemeliharan dilakukan penggantian air secara teratur mengikuti pola pasang surut.
BEBERAPA ASPEK PENTING DALAM BUDIDAYA UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei ) DENGAN SISTEM PEMUPUKAN SUSULAN DI TAMBAK (TRADISIONAL PLUS) Gunarto Gunarto
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2042.858 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.15-24

Abstract

Sebagian besar tambak di Indonesia dikelola secara tradisional oleh petambak yang rata-rata bermodal kecil. Untuk itu, teknologi budidaya udang vanamei pola tradisional plus perlu dikembangkan misalnya dengan sistem pemupukan susulan sehingga akan diperoleh teknologi budidaya yang murah tetapi menguntungkan bagi petambak tradisional. Beberapa faktor penting yang sangat perlu diperhatikan agar supaya berhasil dalam budidaya udang vanamei pola tradisional plus, di antaranya adalah persiapan tambak harus maksimal, pemilihan dan penanganan benur harus betul, kontruksi tambak meskipun untuk pola tradisional harus didisain agar air baru mudah masuk ke tambak dan air buangan beserta limbahnya dapat segera keluar dari pelataran tambak, cara pengelolaan air sistem resirkulasi atau penggantian air hanya dilakukan saat terjadi air pasang tinggi. Penggunaan fermentasi probiotik dan peningkatan upaya biosekuritas di sekitar lingkungan tambak. Dengan memperhatikan faktor-faktor penting tersebut, meskipun udangdipelihara pada musim kemarau dengan kadar garam tinggi (53--34 ppt) dengan hanya mengandalkan pemupukan susulan 750 g urea dan 375 g SP-36/500 m2 serta penambahan fermentasi probiotik sebanyak 3 mg/L per minggu ternyata masih bisa panen dengan masa pemeliharaan lebih singkat yaitu 76 hari. Produksi pada kepadatan 1, 3, 5, dan 7 ekor/m2 masing-masing pada kisaran 4,1--8,69 kg/500 m2 (82--173,8 kg/ha); 8,7--10,7 kg/500 m2 (174--214 kg/ha); 4,27--10,55 kg/500 m2 (175,6--211 kg/ha); dan 11,6--17,5 kg/500 m2 (232--350 kg/ha).
PERBANDINGAN KEMAMPUAN DIAGNOSA ELISA DAN HPLC UNTUK DETEKSI TOKSIN DIARRHETIC SHELLFISH POISONING PADA KEKERANGAN Angela Mariana Lusiastuti; Rosmawaty Peranginangin
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.908 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.45-48

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan diagnosa dari ELISA dan HPLC dalam mendeteksi toksin Diarrhetic Shellfish Poisoning pada kekerangan. Asam okadaik dideteksi menggunakan DSP Quick Check Test Kit ELISA sedangkan HPLC menggunakan 2 metode yang berbeda pada proses ekstraksi dan kondisi HPLC yang digunakan. ELISA yang digunakan adalah ELISA kompetitif menggunakan mikroplat 96 lubang, 8 x 12 strip yang dilapisi dengan antibodi monoklonal dan antiserum antimouse murni dengan konjugat peroksidase untuk mendeteksi antibodi. Metode HPLC yang digunakan meliputi metode ekstraksi sampel, proses clean up dan derivatisasi sebelum masuk ke injektor sampel otomatis. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa ELISA dapat sebagai pilihan untuk monitoring toksin (uji tapis) sedangkan HPLC dapat digunakan untuk mengkonfirmasi sampel positif dalam membantu penegakan diagnosa. HPLC membutuhkan proses clean up dan derivatisasi supaya dapat memberikan hasil yang terbaik.
SURVAI POTENSI, DISTRIBUSI SUMBER DAYA, DAN USAHA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BEBERAPA SENTRA PRODUKSI Rudhy Gustiano; Tri Heru Prihadi; Eni Kusrini
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (36.206 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.77-80

Abstract

Budidaya ikan hias di Indonesia sampai saat ini masih mengalami kendala baik dalam hal pemeliharaan maupun pemasarannya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya evaluasi secara berkesinambungan dan pemecahan masalahmasalah yang ada. Dengan demikian komoditas ikan hias dapat lebih ikut berperan dalam pemulihan perekonomian nasional. Dalam rangka mendukung langkah-langkah pencapaian sasaran tersebut sangat diperlukan riset yang mendukung untuk potensi, distribusi sampai dengan sentra produksi di berbagai provinsi di Indonesia. Berdasarkan survai yang dilakukan, kegiatan budidaya ikan hias masih terkonsentrasi di kota-kota besar dan didominasi tangkapan dari alam.

Page 1 of 2 | Total Record : 15