cover
Contact Name
Nurjazuli
Contact Email
nurjazulifkmundip@gmail.com
Phone
+6282133023107
Journal Mail Official
jkli@live.undip.ac.id
Editorial Address
Faculty of Public Health, Diponegoro University Jl. Prof. Soedarto, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Central Java, Indonesia 50275
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Lingkungan indonesia
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 14124939     EISSN : 25027085     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia (JKLI, p-ISSN: 1412-4939, e-ISSN:2502-7085, http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli) provides a forum for publishing the original research articles related to: Environmental Health Environmental Epidemiology Environmental Health Risk Assessment Environmental Health Technology Environmental-Based Diseases Environmental Toxicology Water and Sanitation Waste Management Pesticides Exposure Vector Control Food Safety
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019" : 10 Documents clear
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Penyakit Periodontal Berdasarkan Faktor Lingkungan di Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul Setiawan, Prayudha Benni; Nur'aini, Bekti; Hartono, Hartono; Tandelilin, Regina Titi Christinawati
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.98-103

Abstract

ABSTRAK Latar belakang: Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang banyak di jumpai di masyarakat dunia khususnya di Indonesia. Penyebab utama penyakit periodontal adalah faktor lokal yaitu bakteri plak dan kalkulus. Selain itu faktor geografis, lingkungan secara tidak langsung dapat mempengaruhi individu mengalami penyakit periodontal. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk menganalisa perbedaan faktor-faktor tersebut, terutama yang berhubungan dengan perbedaan geografis dan lingkungan. Kecamatan Pundong memiliki variasi letak geografis dan lingkungan.Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional analitik survei dengan disain cross-sectional. Subjek penelitian ditetapkan dengan pendekatan Regristry Based Study dimana Puskesmas Pundong sebagai sumber data dasar dalam penelitian ini. Variabel bebas adalah penyakit periodontal, sedangkan variable terikat adalah ketinggian tempat (geografis) dan pH air (lingkungan). Analisis spasial menggunakan Purely Spatial Poisson Model SatScan  dan ArcGIS. Distribusi frekuensi dan hubungan faktor lingkungan dengan penyakit periodontal dianalisis menggunakan univariat dan bivariate. Hasil: Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan keparahan penyakit periodontal yaitu pH sumber air dan ketinggian tempat (p-value<0,05). Berdasarkan nalisis Purely Spatial Poisson Model didapatkan satu cluster, terjadi pada 49 penderita dengan radius 2.24 km terdapat di Desa Seloharjo. Memiliki annual cases 11.2/100000 penduduk, yang berarti dalam 100000 penduduk memiliki 11.2 mengalami kasus penyakit periodontal.Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan keparahan penyakit periodontal dengan pH sumber air dan ketinggian tempat. Berdasarkan analisis spasial terdapat klaster kejadian periodontal di Desa Seloharjo.   ABSTRACT Title: Using  Geographic Information System for Periodontal Disease Mapping  Based on Environmental Aspects in Pundong District, Bantul RegencyBackground: Periodontal disease is one of the most common oral diseases in the world, especially in Indonesia. The main causes of periodontal disease are local factors such as dental plaques and calculus. In addition, environmental factors can indirectly affect individuals experiencing periodontal disease. Geographical Information Systems (GIS) can be used to analyze differences in these factors, especially those related to geographical and environmental differences. Pundong district has geographical and socio-economic variation.Method: The type of study was an observational analytic survey with a cross-sectional design. The subject of research is determined by Registry Based Study approach where Pundong Community Health Center as the primary data source in this research. Independent variable is periodontal disease, while the dependent variable is a  altitude and water acidity. Spatial analysis using Purely Spatial Poisson SatScan and ArcGIS. The distribution and relationship of environmental factors with periodontal disease were analyzed using univariate and bivariateResult: The variables significantly associated with periodontal disease severity were altitude and water acidity(p-value <0.05). Spatial analysis to determine the cluster of incidence of periodontal disease, with Purely Spatial Poisson Model analysis obtained 1 cluster, occurred in 49 patients with radius 2.24 km in Seloharjo. It has annual cases of 11.2 / 100000 residents, which means that in 100000 the population has 11.2 cases of people. Conclusion: There is a significant relationship between the severity of periodontal disease and the water acidity and altitude. Based on the spatial analysis there were cluster periodontal events in Seloharjo 
Hubungan Higiene, Fasilitas dan Sanitasi Lingkungan dengan Kualitas Mikrobilogi Serta Identifikasi Eschericia Coli O157: H7 Pada Sate Languan Purnama, Sang Gede; Subrata, Made
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.104-112

Abstract

Latar belakang: Proses pembuatan sate languan yang dari bahan baku ikan rentan mengalami kontaminasi secara mikrobiologi akibat kontaminasi alat luluh yang kurang dibersihkan dan penjamah makanan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan identifikasi cemaran dan faktor risikonya.Metode: penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methode) dengan rancangan penelitian sequential explanatory design yakni menggabungkan dua bentuk penelitian yakni kuantitatif dan kualitatif dimana pada tahap pertama mengambil data kuantitatif selanjutnya data kualitatif. Pendekatan kuantitatif juga dilakukan dengan observasi secara langsung oleh peneliti.  Jumlah sampel seluruh pedagang Sate Languan di Pantai Lebih dan sekitarnya sebanyak 19 rumah makan dan 19 sampel Sate Languan.  Variabel yang diteliti higiene penjamah makanan, kepemilikan alat luluh, ketersediaan fasilitas sanitasi,  sanitasi lingkungan, lama kerja dan pendidikan. Pemeriksaan mikrobiologi dengan identifikasi Eschericia coli O157:H7 dengan pembiakan pada media eosin methylene blue agar (EMBA), identifikasi  E. coli O157:H7 dilanjutkan dengan penumbuhan isolate bakteri di media selektif sorbitol MacConkey agar (SMAC) dilanjutkan dengan uji konfirmasi dengan lateks O157.Hasil: variabel yang berhubungan dengan kontaminasi Eschericia colipada sate languan yakni higiene penjamah makanan, sarana fasilitas sanitasi dan kepemilikan alat luluh. Higiene penjamah makanan yang termasuk kategori kurang baik sebanyak (79%), kategori fasilitas sanitasi tidak memadai sebanyak (53%), kategori sanitasi lingkungan kurang bersih sebanyak (47%). Dari 19 sampel yang dilakukan pemeriksaan coliform dan E. coli diketahui 15 warung makanterkontaminasi E. coli rata-rata 5 x 106 cfu/gram hanya  4 warung yang E. coli masih dalam batas aman. Hasil uji lanjutan diketahui bahwa negatif Eschericia coli O157:H7.Simpulan : ada hubungan higiene penjamah makanan, sarana fasilitas sanitasi dan kepemilikan alat luluhdengan kontaminasi E. coli. Ditemukan cemaran E. coli pada makanan Sate Languan namun tidak terbukti jenis E. coliO157:H7. ABSTRACTTitle: The Relationship of Hygiene, Facilities and Environmental Sanitation with The Identification of Eschericia Coli O157: H7 at Languan Satay.Background: The process of processing satay from raw material from chopped fish is susceptible to microbiological contamination due to unclean contamination of equipment and food handlers. Therefore, it is necessary to identify contaminants and risk factors.Method: This study uses (mixed method) a sequential explanatory design that combines two forms of research, namely quantitative and qualitative, where in the first stage, the quantitative data is then taken from qualitative data. The quantitative approach is also carried out by direct observation by the researcher. The total sample of all satay traders in Lebih Beach and surrounding areas are 19 restaurants and 19 samples of Languan Satay. The variables studied were food handler hygiene, ownership of meat crusher, availability of sanitation facilities, environmental sanitation, length of work and education. Microbiological examination with identification of Escherichia coli O157: H7 with culture on eosin methylene blue agar (EMBA) media, identification of E. coli O157: H7 followed by growth of bacterial isolates in selective Sorbitol Mac Conkey agar (SMAC) followed by confirmation test with O157 latex.Results: variables related to Escherichia coli contamination in satay is food handler hygiene, sanitation facilities and ownership of meat crusher. Food handler hygiene included in the poor category (79%), inadequate sanitation facilities category (53%) and less clean environmental sanitation category (47%). Of the 19 samples that were examined for coliform and E. coli, it was found that 15 stalls contaminated with E. coli averaged 5 x 106 cfu / gram, only 4 stalls which were still within safe limits. The results of the follow-up test revealed that negative Eschericia coli O157: H7.Conclusion:There is a relationship between food handler hygiene, sanitation facilities and ownership of tool with E. coli contamination.It was found E. coli contamination in Languan Satay but it was not proven to be E. coli O157: H7. 
Kajian Sanitasi Lingkungan Pemukiman di Bantaran Sungai Musi Kota Palembang Trisnaini, Inoy; Idris, Haerawati; Purba, Imelda Gernauli
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.67-72

Abstract

Latar belakang: Budaya membangun rumah di bantaran sungai apabila tidak diiringi dengan pemeliharaan sanitasi lingkungan, berpotensi mengakibatkan pencemaran sungai. Kondisi ini juga dapat menghasilkan berbagai permasalahan sanitasi lingkungan pada permukiman di bantaran sungai oleh tingginya aktivitas di wilayah bantaran sungai serta buangan rumah tangga. Kondisi ini yang tampak di Kecamatan Sebrang Ulu I Kota Palembang Propinsi Sumatera Selatan. Sehingga tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji karakteristik sanitasi lingkungan pemukiman serta program dan kebijakan yang berlaku bagi pemukiman di bantaran Sungai Musi Kecamatan Sebrang Ulu I Kota Palembang.Metode: Penelitian ini menggunakan mix method, yaitu pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif yaitu analisis spasial menggunakan Geographic Information System (GIS), serta kualitatif melalui observasi dan wawancara. Penelitian dilakukan di 6 Kelurahan di Kecamatan Sebrang Ulu I Kota Palembang, dengan sampel sebanyak 150 orang warga dan 13 orang informan yang berasal dari masing-masing kelurahan serta petugas dinas kesehatan.  Hasil:Kondisi sanitasi sumber air dan SPAL seluruh responden tidak memenuhi syarat kesehatan. Mayoritas jamban keluarga (96,7%) dan tempat penampungan sampah (92,7%) yang dimiliki responden dalam kondisi tidak memenuhi syarat kesehatan. Program penyehatan lingkungan pemukiman khususnya rumah sehat yang diterima oleh masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Musi ialah berupa kunjungan oleh petugas kesehatan setempat. Serta tidak adanya kebijakan terkait pemukiman di bantaran Sungai Musi Kecamatan Sebrang Ulu I Kota PalembangSimpulan: Masih buruknya kondisi sanitasi dasar di Pemukiman bantaran Sungai Musi di Kecamatan Sebrang Ulu I Kota Palembang, serta belum optimalnya program penyehatan lingkungan pemukiman yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan setempat. ABSTRACTTitle: Study of Settlement Environmental Sanitation in The Bank Of Musi River, Palembang CityBackground: The culture of building houses on river banks if not accompanied by the maintenance of environmental sanitation could potentially cause pollution in the river, as well as generate various environmental sanitation problems in settlements along the riverbanks. This was due to the high level of activity in the river banks as well as household discharges, which disrupts the aesthetics and function of the river. This condition was also evident in the Sebrang Ulu I Subdistrict, Palembang City, South Sumatra Province.So the purpose of this study is to examine the sanitation characteristics of the residential environment and the programs and policies that apply to settlements on the banks of the Musi River, Sebrang Ulu I District, Palembang City.Methods: This study uses the mixed method. Data collection is carried out quantitatively, namely spatial analysis using Geographic Information System (GIS), a qualitative manner through observation and interviews. The study was conducted in 6 Outlands in Sebrang Ulu I Sub-District, Palembang City, with a sample of 150 residents and 13 informants from each of the outpatients and health service officers.Results: The sanitation conditions of water sources and SPAL all respondents did not meet health requirements. The majority of family latrines (96.7%) and garbage shelters (92.7%) owned by respondents in conditions do not meet health requirements. The program to restructure the residential environment, especially the healthy houses received by the people living on the banks of the Musi River, is in the form of visits by local health workers. The absence of policies related to settlements on the banks of the Musi River in the Sebrang Ulu I Sub-District, Palembang CityConclusions: The poor condition of basic sanitation in the settlements of the Musi River banks in the Sebrang Ulu I Sub-district, Palembang City, as well as the lack of optimal environmental sanitation programs that have been carried out by local health workers.
Penilaian Dampak Bahaya Radiologis terhadap Radionuklida Natural di Pesisir Pulau Bengkalis Makmur, Murdahayu; Prihatiningsih, Wahyu Retno; Yahya, Mohamad Nur
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.113-120

Abstract

Latar belakang : Radionuklida natural ditemukan hampir di semua media lingkungan, dan di lingkungan laut terdeteksi cukup tinggi karena adanya proses erosi, pelapukan dan daur ulang mineralyang mengalami perpindahan melalui badan air. Radionuklida natural tersebutdapat berpindah ke berbagai media, termasuk ke manusia melalui rantai makanan.Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi dasar mengenai tingkat radioaktivitas di lingkungan perairan laut di Pesisir Pulau Bengkalis dan melakukan penilaian dampak bahaya radiologis melalui aktivitas ekuivalen radium (Raeq) dan indeks bahaya eksternal (Hex)serta laju dosis eksternal dari radionuklida natural.Metode: Metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini dan metode pengambilan sample sedimen menggunakan metode purposive sampling. Sampelsedimen dikumpulkan dari 6 titik pengambilan sampel di pesisir Pulau Bengkalis, menggunakan sediment grab. Sampel kemudian dikeringkan dan dihomogenkan kemudian ditimbang sebanyak 1 kg. Pengukuran aktivitas radionuklida dilakukan menggunakan spektrometri gama dengan waktu cacah selama 3 hari. Aktivitas 226Ra ditentukan berdasarkan emisi sinar gamma 214Pb dan 214Bi. Aktivtias 232Th ditentukan berdasarkan emisi 212Pb dan 228Ac dan 40K ditentukan dari emisi pada 1461,8 keV. Hasil analisis akan digunakan untuk menghitung dampak radiologis di lingkungan mengunakan ekuivalen aktivitas radium dan indeks bahaya eksternal.Hasil: Aktivitas rata-rata berturut turut 56,45 ; 31,34 ; 26,04 ; 33,19 ; 30,00 dan 185,49 Bq/kg untuk radio nuklida226Ra, 212Pb, 214Pb, 214Bi, 228Ac dan 40K. Aktivitas terukur mempunyai kisaran nilai yang berdekatan dengan pengukuran di beberapa negara.Penghitungan nilai aktivitas ekuivalen radium (Raeq) berkisar dari 82,61 - 138 Bq/kg dan tidak melebihi nilai yang ditetapkan oleh ICRP (1990) dan OECD (179) yaitu sebesar 370 Bq/kg. Nilai indeks bahaya eksternal (Hex) masih dibawah 1, dengan nilai rata rata sebesar 0,31, dan laju dosis dari radionuklida natural sebesar 37,175 nGy/h.Simpulan:Aktivitas radionuklida natural di pesisirPulauBengkalismempunyai kisaran nilai yang berdekatan dengan pengukuran di beberapa Negara. Nilai aktivitas ekuivalen radium (Raeq) Yang terukur tidak melebihi nilai yang ditetapkan oleh ICRP (1990) dan OECD (179).  Nilai indeks bahaya eksternal (Hex) masih dibawah 1, dan laju dosis yang diserap lingkungan dari radionuklida natural masih dibawah nilai rata rata dunia. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa parameter radiologis radionuklida natural dalam sedimen di pesisir Pulau Bengkalis berada dalam batas yang dapat diterima. AbstractTitle : --Background: Natural radionuclides are found in almost all environmental media, and in the marine compartment have been detected relative high due to the process of erosion, weathering and recycling of minerals that come trough the water bodies. Radionuclides can move to various media, including to the humans through the food chain. This research was conducted to provide baseline information about the activity of radioactivity in the marine environment of the Bengkalis Island Coast and conduct radiological hazard impact assessments through equivalent radium (Raeq) and external hazard index (Hex) and external dose rates of natural radionuclides.Method: Descriptive methods were used in this study and the sediment sampling method used a purposive sampling method. Sediment samples were collected from 6 sampling points on the coast of Bengkalis Island, using sediment grab. The samples were then dried, homogenized and weighed 1 kg. Measurement of radionuclide activity was carried out using gamma spectrometry with counting time for 3 days. The 226Ra activity is determined based on 214Pb and 214Bi gamma ray emissions. The 232Th activity was determined based on 212Pb and 228Ac and 40K emissions determined from emissions at 1461.8 keV. The results of the analysis will be used to calculate the radiological impact in the environment using equivalent radium activity and external hazard index.Results: The average activity are 56.45; 31.34; 26.04; 33.19; 30.00 and 185.49 Bq/kg for radionuclides 226Ra, 212Pb, 214Pb, 214Bi, 228Ac and 40K respectively. The value of this activity comparable withthe activities in several countries.The calculation of radium equivalent activity (Raeq) values ranges from 82.61 - 138 Bq / kg and does not exceed the value 370 Bq / kg by ICRP (1990) and OECD (179). The external hazard index value (Hex) is still below 1, with an average value of 0.31, and the dose rate of natural radionuclides is 37,175 nGy / h.Conclusion: Natural radionuclide activity on the coast of Bengkalis Island has a range of values adjacent to measurements in several countries. The measured value of radium (Raeq) activity does not exceed the value set by ICRP (1990) and OECD (179). The external hazard index value (Hex) is still below 1, and the absorbed dose rate of natural radionuclides is still below the world average value. Thus, it can be concluded that the radiological parameters of natural radionuclides in sediments on the coast of Bengkalis Island are within acceptable limits. 
Tabel Hidup Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di Laboratorium Ramadhani, Tri; Yuliani, Vina; Hadi, Upik Kesumawati; Soviana, Susi; Irawati, Zubaidah
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.73-80

Abstract

Latar belakang: Kelangsungan hidup nyamuk merupakan aspek yang penting dalam penularan penyakit tular vektor. Culex quinquefasciatus merupakan vektor filariasis limfatik yang disebabkan oleh wuchereria bancrofti. Pengetahuan kehidupan nyamuk berperan penting dalam keberhasilan program pengendalian vektor. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan tabel hidup nyamuk Cx. quinquefasciatus di laboratorium.Metode: Penelitian diawali dengan koleksi larva Cx. quinquefasciatus di  Kota Pekalongan, kemudian diidentifikasi dan kolonisasi dalam kondisi laboratorium. Parameter yang diukur meliputi masa inkubasi, ekslosi, eksdisis, ketahanan hidup, laju reproduksi, waktu generasi dan laju pertumbuhan intrinsik.  Hasil: Cx. quinquefasciatus mempunyai siklus hidup 12.5 hari. Umur telur, larva, dan pupa masing-masing adalah 2.07; 10.2; dan  2.25 hari. Nyamuk jantan mempunyai ketahanan hidup yang lebih pendek dibandingkan betina. Laju reproduksi  bersih (Ro) sebesar 196.75, laju pertumbuhan intrinsik 0.35  dan waktu generasi (T) 14.91 hari.Simpulan: Pertumbuhan populasi Cx. quinquefasciatus  dapat diatur dan dikendalikan oleh kelulusan hidup dan mortalitas. ABSTRACTTitle: The Live Table of Vector Lymphatic Filariasis Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) in the LaboratoryBackground: The survival of a mosquito is an important aspect in the transmission of vector borne disease. Culex quinquefasciatus, which is a vector of lymphatic filariasis caused by wuchereria bancrofti. The knowledge of mosquito life is important in providing the foundation for the success of the vector control program. The research  aim to describe the life table Cx. quinquefasciatus in the laboratoryMethods:. This study was originated from the collecting larve  of Cx. quinquefasciatus from Pekalongan City, which were then identified and colonized under laboratory conditions. Parameters measured include the incubation period, ekslosi, eksdisis, survival rate, reproduction rate, and generation time.Results:The results showed that Cx. quinquefasciatus has a 12.5 day life cycle. Egg, larva, and pupa respectively were 2.07; 10.2; and 2.25 days. The males have a shorter survival period compared to  the  females. The net  reproductive  rate  (Ro)  was  196.75;  the  intrinsic  growth  rate  (rm)  was  0.35  and  the average generation time (T) was 14.91 days.Conclusion : The population growth of Culex quinquefasciatus can be regulated and controlled by life graduation and mortality 
Hubungan Lama Kerja Dengan Kadar Timbal (Pb) Pada Anak Jalanan di Kota Samarinda Hansen, Hansen; Habibi, Muhammad; Rachman, Ainur
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.121-125

Abstract

Latar belakang : Timbal merupakan suatu unsur yang berada di dalam batuan, tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anroganik dan umumnya dalam bentuk garam anorganik yang kurang larut dalam air selebihnya berbentuk timbal (Pb) organik yang ditemukan dalam bentuk senyawa Tetraethyllead (TEL) dan Tetramethyllead (TML). Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Samarinda setiap tahun meningkat berdasarkan data dari badan pusat statistik pada tahun 2015 tercatat jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 683.420 kendaraan yang dirilis pada bulan Mei 2017. Pencemaran udara yang berasal dari emisi kendaraan bermotor akan berdampak pada anak jalanan dimana mereka setiap harinya hidup berada dijalanan.Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama kerja dengan kadar timbal (Pb) pada anak jalanan di Kota Samarinda.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dan sampel yang digunakan adalah anak jalanan yang ada di Kota Samarinda, selain itu teknik yang digunakan dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Pengambilan spesimen darah pada anak jalanan dilakukan oleh petugas laboratorium rumah sakit dengan hasil perhitungan didapatkan jumlah responden sebanyak 39 respondenHasil : uji kenormalan data dengan menggunakan uji kolmogorv smirnov menyatakan data berdistribusi tidak normal (p<0,05). dari hasil uji tersebut didapatkan nilai p=0,464 (p>0,05).Simpulan : Berdasarkan penelitian kadar timbal pada anak jalanan di Kota Samarinda didapatkan hasil tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kadar timbal (Pb) dalam darah pada anak jalanan di Kota Samarinda, dengan nilai r = -0,121) dan p = 0,464 (p>0,05) dengan tingkat kekuatan hubungan yang sangat lemah ABSTRACTTitle : Relationship between Length of Work and Lead Level in Street Children in Samarinda CityBackground : Lead is something that does not exist in rocks, soil, plants and animals. 95% lead is anroganic and is common in the form of inorganic salts that are less soluble in water, the rest form organic lead (Pb) found in the form of a combined Tetraethyllead (TEL) and Tetramethyllead (TML). The growth in the number of motorized vehicles in Samarinda increases every year based on data from the central statistical agency in 2015, the number of motorized vehicles increased from the previous year to 683,420 vehicles released in May 2017. Air pollution from motor vehicle emissions will have an impact on street children where they live every day on the road. The purpose of this study was to determine the relationship between length of work and lead levels in street children in Samarinda city Method : This study was an observational analytic study with a cross sectional design. The population and samples used are street children in Samarinda City, besides the techniques used by conducting interviews using questionnaires. The collection of blood specimens on street children was carried out by hospital laboratory officers with the results of the calculation found that the number of respondents was 39 respondentsResult : The normal test results using the Kolmogorv Smirnov test state that the data are abnormally distributed (p <0.05). from the results of the test obtained a value of p = 0.464 (p> 0.05).Conclusion : There was no significant relationship between length of work with lead levels (Pb) in blood in street children in Samarinda City, with values r = -0.121) and p = 0.464 (p>0 , 05) with a very weak level of relationship strength 
Hubungan Pengetahuan, Perilaku dan Lingkungan Rumah dengan Kejadian Transmisi Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang Zulaikhah, Siti Thomas; Ratnawati, Ratnawati; Sulastri, Neng; Nurkhikmah, Eli; Lestari, Novi Dian
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.81-88

Abstract

Latar belakang: Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan. Tingginya angka kejadian TB paru dapat dikarenakan adanya faktor tingkat pengetahuan yang rendah, perilaku kesehatan yang buruk dan lingkungan rumah seperti ventilasi, pencahayaan, kelembaban, kepadatan hunianyang tidakmemenuhi syarat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variabel paling dominan berhubungan dengan transmisi kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.Metode: Desain penelitian observasional dengan pendekatan case control. Subjek penelitian terdiri dari 40 kasus dan 40 kontrol. Kasus merupakan penderita TB paru di Puskesmas Bandarharjo yang didiagnosis secara klinis dan laboratorik BTA positif dan tercatat dalam medical record dari bulan Agustus 2016 sampai Agustus 2017,kontrol merupakan tetangga kasus yang tidak terdiagnosis TB paru BTA positif dan anggota keluarga tidak menderita TB paru BTA positif. Teknik sampling menggunakan proporsional random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji univariat menggunakan distribusi frekuensi, uji bivariat menggunakan Chi Square, uji Multivariat menggunakan Regresi logistik ganda. Hasil : Hasil uji bivariat variabel lingkungan yang terdiri dari luas ventilasi (p=0,000); kepadatan hunian (p=0,000); kelembaban (p=0,001); pencahayaan (p=0,001); suhu (p=0,001), sedang hasil variabel pengetahuan (p=0,002) dan perilaku (p=0,005). Hasil analisis multivariat variabel pengetahuan (OR=3,776); kepadatan hunian (OR=4,476); kelembaban (OR=4,030); pencahayaan (OR=3,635); suhu (OR=3,064); pengetahuan (OR=6,374); perilaku (OR=3,525).Simpulan: Lingkungan rumah, pengetahuan dan perilaku berhubungan dengan kejadian TB paru di wilayah kerja puskesmas Bandarharjo Semarang dan faktor yang paling dominan berhubungan adalah pengetahuan. ABSTRACTTitle: Relationship Knowledge, Behavior and Household Environmentwith the Transmission Insidence Pulmonary Tuberculosis in the Work Area of Bandarharjo Health Center SemarangBackground: Pulmonary tuberculosis, an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis remains a health problem. A higher incidence of pulmonary TB has been associated with low level of knowledge, poor health behavior and household environment such as ventilation, lighting, humidity, residential density. The purpose of this study was to identify the most dominant factor associated with the transmission pulmonary TB in the Bandarharjo Health Center in Semarang.Methods: The research was an observational one with a case control study. The case and the control of this research were both using 40 respondents. The case was patients clinically diagnosed with pulmonary TB and has a laboratory BTA+ and documented in the medical record from August 2016 to August 2017. The control was a neighbor of cases with no BTA+ (acid resistant bacilli) pulmonary TB and history of family no BTA+ of pulmonary TB. The proportional random sampling was applied. The collected data were analyzed using univariate test of frequency distribution, bivariateof Chi Square, multivariate oflogistic regression.Results: Bivariate test of environmental variables consisting of ventilation area (p = 0.000); occupancy density (p = 0.000); humidity (p = 0.001); lighting (p = 0.001); temperature (p = 0.001), while the results of the knowledge variable (p = 0.002) and behavior (p = 0.005). The multivariate analysis showed variable of knowledge (OR = 3.776); residential density (OR = 4.476); humidity (OR = 4.030); lighting (OR= 3.635); temperature (OR = 3.064); knowledge (OR = 6.374); behavior (OR = 3.525).Conclusion: The household environment, knowledge and behavior were related to the transmission incidence of pulmonary tuberculosis in the working area of Bandarharjo health center and the most dominant factor was knowledge.
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan Hidrogen Sulfida (H2S) dan Ammonia (NH3) Pada Masyarakat Wilayah TPA Sukawinatan Kota Palembang Tahun 2018 Faisya, Achmad Fickry; Putri, Dini Arista; Ardillah, Yustini
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.126-134

Abstract

Latar belakang: TPA Sukawinatan merupakan salah satu tempat pembuangan akhir yang masih beroperasi aktif di Kota Palembang. TPA Sukawinatan berjenis controled landfill dengan risiko peningkatan aktivitas dekomposisi mikroorganisme secara anaerob sehingga menghasilkan gas hidrogen sulfida and ammonia setelah proses penimbunan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko kesehatan lingkungan paparan gas hidrogen sulfide dan ammonia pada masyarakat sekitar TPA Sukawinatan.Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan metode Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL). Sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang masyarakat dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dalam radius 300 dan 600 m. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis univariat dan analisis risiko.Hasil: Hasil penelitian untuk kadar risk agent menunjukkan bahwa kadar H2S tertinggi sebesar 0,003 mg/m3, kadar NH3 tertinggi yaitu 0,031 mg/m3. Nilai RQ (NH3) untuk setiap risk agent dilokasi studi seluruhnya menunjukkan dibawah 1, sedangkan nilai RQ (H2S)  untuk setiap risk agent berbeda terdapat nilai yang menunjukkan diatas 1.Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian menunjukaan bahwa H2S di sekitar kawasan TPA sukawinatan memiliki risiko terhadap gangguan kesehatan masyarakat karena masih terdapat nilai RQ>1. Untuk itu sebaiknya Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kota Palembang sebaiknya dapat melakukan manajemen risiko terhadap masyarakat yang beresiko mengalami gangguan kesehatan. ABSTRACTTitle: Enviromental Health Risk Analysis Of Hydrogen Sulfide (H2s) And Ammonia (Nh3) Exposure In The Communities Around Sukawinatan Landfill In Palembang 2018Background: Sukawinatan landfill is a one of landfill that still operates actively in the city of Palembang. The types of Sukawinatan landfill was control landfill with increased risk of decomposition activity of anaerobic microorganisms to produce hydrogen sulfide and ammonia gases after the waste dumping process. This study aims to analyze risk factors of hidrogen sulfide and ammonia gases exposure to communities around Sukawinatan Landfill.Methods: This study was descriptive research and used quantitative analysis method. The approach used was Environmental Health and Risk Analysis. Sample in this research was 50 human sample and technique was used Purposive Sampling within the radius of 300 and 600 m. Data analysis was conducted using  univariate and risk analysis.Results: The results of research showed that the highest levels of risk agent H2S levels is 0,003 mg/m3, the highest levels of NH3 is 0,031 mg/m3. The level of risk (NH3) showed below 1, while The level of risk (H2S) for each different risk agent there is showed above 1.Conclusion: Based on the result of this research, assesment is who received RQ>1 in TPA Sukawinatan Departement  of environmental and sanitation in Palembang must to do risk management towards people who are at risk of wxperiencing health problems. 
Implementasi Penerapan Sanitasi Tempat-tempat Umum Pada Rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang Marinda, Dika; Ardillah, Yustini
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.89-97

Abstract

Latar belakang: Tempat-tempat umum sarana wisata dikategorikan sebagai tempat yang berpotensi menyebarkan penularan, pencemaran lingkungan, maupun gangguan kesehatan. Penyebab penularan penyakit di tempat-tempat umum disebabkan oleh salah satunya ialah buruknya akses sanitasi. Penelitian ini untuk bertujuan mengevaluasi penerapan sanitasi tempat-tempat umum (STTU) pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota (BKB) Palembang. Metode: Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan pendekatan evaluasi. Informasi dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, telaah dokumen, dan photovoice. Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang. Analisis data yang digunakan adalah content analysis. Uji validitas yang dilakukan melalui triangulasi sumber, metode, dan data.            Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) belum mencukupi, pendidikan SDM sesuai standar, dana berasal dari Anggaran Pendatan dan Belanja Daerah (APBD), sarana dan prasarana pelaksanaan program STTU hampir sesuai dengan standar persyaratan sanitasi dasar. Kebijakan STTU sudah diimplementasikan, pencatatan, pelaporan, dan monitoring terhadap STTU terkhusus di BKB cukup baik. Pemeriksaan sanitasi di BKB belum terjadwal dengan baik karena terfokus melakukan STTU di sekolah, hotel, restoran, dan lain sebagainya. Penilaian yang dilakukan sesuai dengan formulir pemeriksaan obyek wisata. Pemberian rekomendasi secara lisan dan tulisan dan hasil STTU sudah mencapai target sebesar 85% dari target yang telah ditetapkan yaitu 80%.            Simpulan: Penerapan sanitasi tempat-tempat umum pada rekreasi Benteng Kuto Besak Kota Palembang telah memenuhi syarat kesehatan sanitasi. Disarankan sebaiknya inspeksi sanitasi tempat-tempat umum lebih dioptimalkan pelaksanaannya melalui pemerataan penyehatan lingkungan tempat-tempat umum lainnya, menambah fasilitas sarana dasar di tempat wisata, dan melengkapi sarana pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum.ABSTRACT Title: Implementation Sanitation of Public Places in the Recreation Benteng Kuto Besak Palembang          Background: Public places of tourist facilities are categorized as potential places  spread transmission, environmental pollution, and health problems. The cause of disease transmission in public places is caused by one of them is the need for sanitation access . This research aims to evaluate the application sanitation of public places (STTU) in the recreation of Benteng Kuto Besak Palembang (BKB).                     Method: This research included qualitative research with an evaluation approach. Information is collected through in-depth interviews, observation, document review, and photovoice. The informants this research were 9 people. Analysis of the data used content analysis. Validity testing used through triangulation of sources, methods, and data.          Result: The results of the research showed that Human Resources (HR) was insufficient, HR education according to standards, funds obtained from the Regional Education and Expenditure Budget (APBD), facilities and infrastructure for implementing the STTU program are almost in accordance with the standards of basic sanitation requirements. The STTU policy has been implemented, recording, reporting, and monitoring of STTU especially in BKB is quite good. The sanitation inspection at BKB has not been scheduled properly because it focuses on STTU in schools, hotels, restaurants, etc. The assessment is carried out according to the arrangement of the tourist inspetion object. STTU has reached the target of 85% of the set target 80%.                    Conclusion: The implementation sanitation of public places in the recreation Benteng Kuto Besak  Palembang has fulfilled sanitation health requirements. Suggestion that sanitation inspections of public places should be optimized to be carried out through environmental sanitation in other public places, adding basic facilities in tourist attractions, and completing sanitation inspection facilities for public places.                
Identifikasi Kualitas Air dan Beban Pencemaran Sungai Bedadung di Intake Instalasi Pengolahan Air PDAM Kabupaten Jember Pradana, Hendra Andiananta; Wahyuningsih, Sri; Novita, Elida; Humayro, Aisyah; Purnomo, Bambang Herry
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.135-143

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Salah satu sumber air permukaan yang memiliki peran vital bagi ekosistem perairan dan makhluk hidup adalah sungai. Sungai Bedadung merupakan salah satu sungai besar yang melewati wilayah Perkotaan Kabupaten Jember. Air dari sungai tersebut dimanafaatkan sebagai pemasok air baku untuk PDAM Kabupaten Jember. Akan tetapi akibat tekanan aktivitas antropogenik menurunkan kualitas air sungai tersebut. Pemantauan kualitas air diperlukan sebagai salah satu pertimbangan pengendalian pencemaran pada air sungai tersebut. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi kondisi kualitas air dan beban pencemaran di intake intalasi pengolahan air (IPA) PDAM Kabupaten Jember.Metode: Pengambilan contoh air secara grab sampling dilakukan di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal Besar dengan beberapa parameter kualitas air yang diamati yaitu suhu, kekeruhan, TDS, pH, DO, BOD, COD, yang dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 serta debit air yang digunakan untuk menghitung beban pencemaran serta dilanjutkan uji t untuk mengetahui perbandingan kondisi beban pencemaran.Hasil: Hasil penelitian menujukkan bahwa kualitas air sungai di intake IPA Tegal Gede dan IPA Tegal Besar secara berurutan tergolong kelas I dan III. Nilai COD di intake IPA Tegal Besar tergolong kelas III. Nilai beban pencemaran menujukkan perbedaan yang signifikan pada kedua intake IPA. Beban pencamaran di IPA Tegal Gede dan Tegal Besar dengan nilai rata-rata secara berurutan yaitu 24,96 kg/hari dan 74,03 kg/hari.Simpulan: Kualitas air Sungai Bedadung berdasarkan parameter fisika dan kimia di intake IPA Tegal Gede di IPA Tegal Besar secara berurutan tergolong kelas I dan III serta kondisi beban pencemaranya beragam.ABSTRACTBackground: River as one of surface water resources has a vital role for ecosystems and organism. Jember Regency Municipal Waterworks utilized the river as water raw resources. However, the pressure of anthropogenic activity decreases the river's water quality. Water quality monitoring is needed as a consideration for pollution controlling in the river. The focus research identified the condition of water quality and pollution load in the water treatment plants (WTP) intake of Jember Regency Municipal Waterworkers.Method: The water sampling by grab sampling was carried out at intake of Tegal Gede and Tegal Besar WTP with several observed pysicochemical parameters i.e temperature, turbidity, TDS, pH, DO, BOD, COD compered with the quality standard of Government Regulation No. 82 of 2001 and stream flow for pollution load measurement and continued by t-test to compire the pollution load conditions.Result: The results denote that the water quality in Tegal Gede and Tegal Besar WTP intakes were classified into first (I) and third (III) class. COD caused water quality decreased in intake of Tegal Besar WTP. The t-test of the pollution load represented a significantly difference at the both water treatment plants locations. Pollution load at Tegal Gede and Tegal Besar WTP showed the average values of 24.96 kg/day and 74.03 kg/day. Conclusion: The water quality refer to physicochemical parameter in intake of Tegal Gede and Tegal Besar were categorized WTP into first (I) and third (III) class, furthermore the condition of the pollution load varies.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2019 2019


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2025): Oktober 2025 Vol 24, No 2 (2025): Juni 2025 Vol 24, No 1 (2025): Februari 2025 Vol 23, No 3 (2024): Oktober 2024 Vol 23, No 2 (2024): Juni 2024 Vol 23, No 1 (2024): Februari 2024 Vol 22, No 3 (2023): Oktober 2023 Vol 22, No 2 (2023): Juni 2023 Vol 22, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 21, No 3 (2022): Oktober 2022 Vol 21, No 2 (2022): Juni 2022 Vol 21, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 20, No 2 (2021): Oktober 2021 Vol 20, No 1 (2021): April 2021 Vol 19, No 2 (2020): Oktober 2020 Vol 19, No 1 (2020): April 2020 Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019 Vol 18, No 1 (2019): April 2019 Vol 17, No 2 (2018): Oktober 2018 Vol 17, No 1 (2018): April 2018 Vol 16, No 2 (2017): Oktober 2017 Vol 16, No 1 (2017): April 2017 Vol 15, No 2 (2016): Oktober 2016 Vol 15, No 1 (2016): April 2016 Vol 14, No 2 (2015): Oktober 2015 Vol 14, No 1 (2015): April 2015 Vol 1, No 2 (2002): OKTOBER 2002 Vol 13, No 2 (2014): Oktober 2014 Vol 13, No 1 (2014): April 2014 Vol 12, No 2 (2013): Oktober 2013 Vol 12, No 1 (2013): April 2013 Vol 11, No 2 (2012): Oktober 2012 Vol 11, No 1 (2012): April 2012 Vol 8, No 2 (2009): Oktober 2009 Vol 8, No 1 (2009): April 2009 Vol 6, No 2 (2007): Oktober 2007 Vol 6, No 1 (2007): APRIL 2007 Vol 5, No 2 (2006): OKTOBER 2006 Vol 5, No 1 (2006): APRIL 2006 Vol 4, No 2 (2005): OKTOBER 2005 Vol 4, No 1 (2005): APRIL 2005 Vol 3, No 2 (2004): OKTOBER 2004 Vol 3, No 1 (2004): APRIL 2004 Vol 2, No 2 (2003): OKTOBER 2003 Vol 2, No 1 (2003): APRIL 2003 Vol 1, No 1 (2002): APRIL 2002 More Issue