Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Karakteristik Individu dan Kondisi Lingkungan Pemukiman di Daerah Endemis Leptospirosis di Kota Semarang Ramadhani, Tri; Astuti, Novia Tri
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 25, No 3 Sep (2015)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.22 KB)

Abstract

Leptospirosis adalah penyakit demam akut yang dapat menginfeksi manusia dan hewan (zoonosis) dandisebabkan oleh bakteri leptospira. Kota Semarang merupakan salah satu daerah endemis leptospirosisdengan insiden pada tahun 2009 sebanyak 13,27/100.000 penduduk dan kematian 3,5%. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui karakteristik individu penderita leptospirosis dan hubungannya denganlingkungan pemukiman. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan cross sectional.Populasi adalah semua pengunjung Puskesmas, sedangkan sampel adalah pengunjung Puskesmasdengan gejala klinis leptospirosis (terutama: demam dengan suhu tubuh > 37oC) atau demam disertaisakit kepala, nyeri otot, konjungtivitis dan ruam). Data lingkungan pemukiman diperoleh denganmelakukan pengamatan sedangkan karakteristik individu kasus leptospirosis dengan wawancara, datadianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan karakteristikresponden sebagian besar kelompok usia 10-19 tahun (38,1%), jenis kelamin laki-laki (56,2%), dantingkat pendidikan tidak tamat SD (30,5%). Kasus leptospirosis lebih banyak terjadi pada laki-laki,kelompok usia 0-19 tahun dengan (CFR=3,6). Kondisi lingkungan yang berhubungan dengan kejadianleptospirosis meliputi dinding dapur tidak permanen, tidak ada langit-langit, tempat sampah terbukadan kondisi rumah yang kotor. Upaya pencegahan penularan leptospirosis dapat dilakukan melaluikebersihan lingkungan, penanganan sampah yang baik sehingga tidak menjadi tempat bersarang tikus.
Tabel Hidup Nyamuk Vektor Filariasis Limfatik Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) di Laboratorium Ramadhani, Tri; Yuliani, Vina; Hadi, Upik Kesumawati; Soviana, Susi; Irawati, Zubaidah
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 18, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.18.2.73-80

Abstract

Latar belakang: Kelangsungan hidup nyamuk merupakan aspek yang penting dalam penularan penyakit tular vektor. Culex quinquefasciatus merupakan vektor filariasis limfatik yang disebabkan oleh wuchereria bancrofti. Pengetahuan kehidupan nyamuk berperan penting dalam keberhasilan program pengendalian vektor. Tujuan penelitian ini mendiskripsikan tabel hidup nyamuk Cx. quinquefasciatus di laboratorium.Metode: Penelitian diawali dengan koleksi larva Cx. quinquefasciatus di  Kota Pekalongan, kemudian diidentifikasi dan kolonisasi dalam kondisi laboratorium. Parameter yang diukur meliputi masa inkubasi, ekslosi, eksdisis, ketahanan hidup, laju reproduksi, waktu generasi dan laju pertumbuhan intrinsik.  Hasil: Cx. quinquefasciatus mempunyai siklus hidup 12.5 hari. Umur telur, larva, dan pupa masing-masing adalah 2.07; 10.2; dan  2.25 hari. Nyamuk jantan mempunyai ketahanan hidup yang lebih pendek dibandingkan betina. Laju reproduksi  bersih (Ro) sebesar 196.75, laju pertumbuhan intrinsik 0.35  dan waktu generasi (T) 14.91 hari.Simpulan: Pertumbuhan populasi Cx. quinquefasciatus  dapat diatur dan dikendalikan oleh kelulusan hidup dan mortalitas. ABSTRACTTitle: The Live Table of Vector Lymphatic Filariasis Culex quinquefasciatus (Diptera: Culicidae) in the LaboratoryBackground: The survival of a mosquito is an important aspect in the transmission of vector borne disease. Culex quinquefasciatus, which is a vector of lymphatic filariasis caused by wuchereria bancrofti. The knowledge of mosquito life is important in providing the foundation for the success of the vector control program. The research  aim to describe the life table Cx. quinquefasciatus in the laboratoryMethods:. This study was originated from the collecting larve  of Cx. quinquefasciatus from Pekalongan City, which were then identified and colonized under laboratory conditions. Parameters measured include the incubation period, ekslosi, eksdisis, survival rate, reproduction rate, and generation time.Results:The results showed that Cx. quinquefasciatus has a 12.5 day life cycle. Egg, larva, and pupa respectively were 2.07; 10.2; and 2.25 days. The males have a shorter survival period compared to  the  females. The net  reproductive  rate  (Ro)  was  196.75;  the  intrinsic  growth  rate  (rm)  was  0.35  and  the average generation time (T) was 14.91 days.Conclusion : The population growth of Culex quinquefasciatus can be regulated and controlled by life graduation and mortality 
IDENTIFIKASI SEROVAR BAKTERI LEPTOSPIRA PADA TIKUS KAITANNYA DENGAN KEJADIAN LEPTOSPIROSIS DI BEBERAPA KABUPATEN DI PROVINSI JAWA TENGAH Ramadhani, Tri; Widiastuti, Diah
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 8 No 3 (2014): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Leptospirosis adalah penyakit zoonotik yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen, menyerang hewan dan manusia. Penyakit ini lebih sering terjadi dan luas penularannya pada musim penghujan. Penularan terjadi melalui kontak langsung dengan urin yang terinfeksi leptospira atau kontak langsung dengan lingkungan yang terkontaminasi. Tahun 2013 jumlah kejadian leptospirosis di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 130 dengan CFR 10,8%. Penelitian dilakukan di Kabupaten Demak, Pati, Banyumas dan Klaten yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap angka kejadian leptospirosis di Jawa Tengah. Tujuan penelitian menganalisis serovar bakteri leptospira pada tikus terhadap kejadian leptospirosis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Data kejadian leptospirosis diperoleh dengan melakukan screening pada penderita suspect leptospirosis, data tikus diperoleh dari survei dengan perangkap hidup. Identifikasi bakteri leptospira dengan metode MAT (Microscopic Aglutination Test). Hasil penelitian menunjukkan 3 sampel serum manusia terinfeksi bakteri leptospira dari 19 sampel yang diperiksa. Serovar bakteri leptospira teridentifikasi L.Icterohaemorhagiae dengan titer 1/400, L.Javanica 1/1600, L.cynopteri 1/100, L.bataviae 1/400, L.Naam 1/320, L.Sejroe 1/160 dan L.Castello 1/320. Tikus positif bakteri leptospira sebanyak 3 dari 126 sampel yang diperiksa, dengan serovar L. icterohaemorhagie, L.Javanica, L. Pyrogenes, L. Cynopteri dengan titer 1/100 ~ 1/1600. Penderita leptospirosis dapat terinfeksi bakteri leptospira lebih dari satu jenis serovar demikian juga pada tikus. Ada kesamaan serovar bakteri pada human dan tikus sebagai reservoirnya.Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan mengurangi kepadatan tikus di lingkungan pemukiman dan meningkatkan personal hygiene.
ANALISIS TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI SISWA SMA 1 MUHAMMADIYAH MAKASSAR SELAMA MASA PANDEMI Sarnia, Wawaa; Ramadhani, Tri; Asriadi, Asriadi; mutmainna, Mutmainna
JURNAL PENA Vol 10, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/jp.v10i2.12252

Abstract

Gangguan mental utamanya gangguan emosional masih sering terjadi pada penduduk dunia, di Indonesia sendiri penduduk yang mengalami gangguan mental emosional utamanya pada tingkat remaja dengan revelensi sebesar 6,2%. Namun, akhir-akhir ini dunia sedang digemparkan dengan adanya kasus covid-19 yang dimana kasus ini banyak menyebabkan kematian. Hal ini membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan agar segala sesuati dikerjakan dari rumah dan berdiam diri dirumah agar rantai penyebaran virus tersebut dapat terputus. Hal ini tentu berdampak pada pendidikan di Indonesia, saat seteleh peraturan tersebut keluar semua sekolah di Indonesia akhirnya melaksanakan pembelajaran secara daring (online) yang dimana pembelajaran ini merupakan hal yang baru bagi para siswa dan membuat mereka sulit untuk beradaptasi. Akibatnya membuat para siswa jadi kesulitan dalam memahami pembelajaran dan merasa tertekan dengan berbagai tugas yang diberikan oleh guru. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan menggunakan jenis pendekatan kualitatif serta menganalisis, memotret dan mengkontruksi objek yang diteliti menjadi jelas dan bermakna. Hasil penelitian ini didapatkan remaja yang selama pandemi covid-19 pernah merasakan depresi yaitu sebesar 20% dan yang mengalami kecemasan sebesar 80% yang dimana hal tersebut disebabkan oleh faktor pembelajaran online yang kurang efektif dilaksanakan. Disarankan selanjutnya untuk pemeliharaan kesehatan mental guru dan orang tua mempunyai peran penting untuk memberikan semangat dan motivasi kepada siswa.Kata Kunci: Depresi, Kecemasan, Kesehatan Mental, Pandemi Covid-19
Design and evaluation of degenerate primers targeting the NS3 gene for detection of dengue virus by RT-PCR Aziz, Saefuddin; Sari, Regita Cahaya; Priyanto, Dwi; Ramadhani, Tri
Acta Biochimica Indonesiana Vol. 8 No. 1 (2025): Acta Biochimica Indonesiana
Publisher : Indonesian Society for Biochemistry and Molecular Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32889/actabioina.190

Abstract

Background: Dengue fever, caused by the dengue virus, is hyper-endemic in Indonesia. Since no protective vaccine or specific treatments are available, accurate diagnosis is crucial for the early implementation of preventive measures to limit dengue transmission and reduce economic losses. Various diagnostic techniques have been developed, including reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) for detecting viral nucleic acids using specific primers. Objective: This study aimed to design and evaluate the effectiveness of a new primer targeting the NS3 gene of the dengue virus for molecular detection in clinical samples. Methods: A cross-sectional molecular study was conducted in Banjarnegara, Indonesia. Serum samples were collected from dengue-suspected patients attending hospitals in the city. The diagnosis was initially performed using dengue NS1 antigen and IgG/IgM antibody detection. Dengue virus (DENV) serotyping was conducted using Simplexa Dengue real-time RT-PCR with a newly designed NS3 gene primer. The effectiveness of the new primer was assessed by comparing its performance with a commercial primer. Results: The primers, DenVNS3F (5’-CGAGTAGGAATGGGWGARGCAGC-3’) and DenVNS3R (5’-CTGTCCAGTGAGCRYGGTCTT-3’) were able to detect the NS3 gene of the dengue virus. However, the level of agreement in detecting the dengue virus compared to the commercial primer showed a moderate agreement (k = 0.60) with a low confidence level. Conclusion: The newly designed primers DenVNS3F and DenVNS3R are capable of detecting the NS3 gene. However, the primers may require further optimization to achieve a higher level of accuracy and confidence in detecting the dengue virus, and additional validation through sequencing is necessary to confirm the specificity of the amplified product.
ANALISIS PENGARUH MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA TERHADAP KUALITAS PENGETAHUAN MAHASISWA UNISMUH MAKASSAR Ramadhani, Tri; Hafidah, Hilmy; Mashur, Nursetyana; Salsadila; Latif, Isnaeny
JURNAL PENA Vol 12 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/kaztjf86

Abstract

The Merdeka Belajar Kampus Merdeka program, initiated by the Ministry of Education and Culture, promotes student independence in pursuing higher education. The implementation of this program in various universities includes adjustments to a more flexible curriculum. This research aims to examine the impact of the Merdeka Belajar Kampus Merdeka program on improving the quality of student knowledge at the Universitas Muhammadiyah Makassar. This study used a quantitative approach with a survey method, involving students of the Universitas Muhammadiyah Makassar as respondents. The results of the questionnaires collected from 44 respondents showed a significant increase in students' knowledge and abilities. The majority of respondents (100%) agreed that this program contributed to the development of their skills and competencies, as well as training skills relevant to the world of work and career preparation in the future. Overall, this study concludes that participation in the Merdeka Belajar Kampus Merdeka program effectively improves the quality of student knowledge, both in their scientific disciplines and in other fields. This program also plays an important role in training practical skills and developing student competencies, preparing them to succeed in the world of work. Keywords: Independent Campus, Knowledge Quality, Students, Unismuh Makassar.   References Aini, Q., Budiarto, M., Putra, P. O. H., dan Santoso, N. P. L. (2021). Gamification-based the Kampus Merdeka learning in 4.0 era. IJJS (Indonesian Journal of Computing and Cybernetics Systems), 15(1), 31. Alawi, D., Sumpena, A., Supiana, S., dan Zaqiah, Q. Y. (2022). Implementasi kurikulum merdeka belajar kampus merdeka pasca pandemi COVID-19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5863-5873. Anggrawan, I. A., Herawati, B. C., ST, M., Suhendra, E., dan Soraya, S. (2023). Pendidikan Implementasi Program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka (MBKM) di Perguruan Tinggi. PT. Sonpedia Publishing Indonesia. Anshori, A. F., dan Syam, S. (2021). Persepsi mahasiswa pendidikan biologi terhadap Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Biogenerasi, 6(2), 147-153. Arisandi, D., Mutiara, M. W., dan Mawardi, V. C. (2022). Dampak kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) magang dan studi independen dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan Seni, 6(1), 174-181. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Buku panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Falah, M. (2021). Digitalisasi pada program Kampus Merdeka untuk menjawab tantangan SDGs 2030. Sultan Agung Fundamental Research Journal, 2(2), 87-94. Faridatussalam, S. R., Abid, A. H., dan Hasan, N. (2023). Menumbuhkan jiwa wirausaha kalangan anak muda melalui program wirausaha merdeka. Jurnal Pengabdian Nasional (JPN) Indonesia, 4(1), 74-80. Fauziah, Y., dan Vantissha, D. (2021). Pengaruh implementasi kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) terhadap mahasiswa di program studi sistem informasi fakultas ilmu komputer Universitas Esa Unggul. Jurnal Abdimas, 8(2), 117-123. Fuadi, T. M., dan Aswita, D. (2021). Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM): Bagaimana penerapan dan kendala yang dihadapi oleh perguruan tinggi swasta di Aceh. Jurnal Dedikasi Pendidikan, 5(2), 603-614. Hariyadi, H., Misnawati, M., dan Yusrizal, Y. (2023). Mewujudkan kemandirian belajar: Merdeka Belajar sebagai kunci sukses mahasiswa jarak jauh. Badan Penerbit Stiepari Press. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Buku pegangan mahasiswa program Kampus Mengajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Malyana, A. (2020). Pelaksanaan pembelajaran daring dan luring dengan metode bimbingan berkelanjutan pada guru sekolah dasar di Teluk Betung Utara Bandar Lampung. Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, 2(1), 67-76. Mariati, M. (2021). Tantangan pengembangan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka di perguruan tinggi. Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora, 1(1), 749-761. Maulidina, A., Setiadi, D., dan Santoso, D. (2023). Analisis kebermanfaatan program Kampus Mengajar mahasiswa program studi pendidikan biologi FKIP Universitas Mataram. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8(3), 1613-1619. Misnawati, M., dan Zuraini, Z. (2023). Dampak implementasi program pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Universitas Almuslim. Reslaj: Religion Education Social Laa Roiba Journal, 5(5), 2702-2717. Mustafidah, H., dan Suwarsito. (2020). Dasar-dasar metodologi penelitian (Edisi ke-1). UM Purwekerto Press. Nuraeni, N. (2023). Analisis kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam filsafat. Journal Transformation of Mandalika, 4(7), 191-200. Putra, B. A., Qomariyah, C. M., dan Aditya, C. (2021). Eksistensi dan implementasi program magang MBKM di Arwana Studio Engineering Consultant Malang. Conference on Innovation and Application of Science and Technology (Ciastech), 1011-1016. Rochana, R., Darajatun, R. M., dan Ramdhany, M. A. (2021). Pengaruh implementasi kebijakan Kampus Merdeka terhadap minat dan keterlibatan mahasiswa. Journal of Business Management Education (JBME), 6(3), 11-21. Sandfreni, dan Perdana, M. R. (2021). Pengaruh program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) terhadap mahasiswa pada prodi teknik informatika fakultas ilmu komputer Universitas Esa Unggul. Forum Ilmiah, 18(4), 661-675. Saputra, R. R., Prasetyo, T. N., dan Suraji, A. (2021). Implementasi bentuk kegiatan pembelajaran penelitian dalam program MBKM di program studi teknik sipil Universitas Widyagama Malang. Seminar Nasional Hasil Riset Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Suprayitno, A., dan Wahyudi, W. (2020). Pendidikan karakter di era milenial. Deepublish. Taridala, S., dan Anwar, R. (2023). Transformasi edukasi: Mengoptimalisasi kinerja guru dan kualitas layanan melalui program Merdeka Belajar. Feniks Muda Sejahtera.
PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III UPT SD INPRES BORONG Ramadhani, Tri; A Husniati; Hadaming, Hamdana
JURNAL PENA Vol 12 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/236exe39

Abstract

This research is motivated by the problem of learning outcomes that occur in UPT SD Inpres Borong, especially for third-grade students. The problems that occur are influenced by several factors, both from student factors, learning motivation, or inadequate learning environment. Therefore, researchers provide an alternative solution to the problem, namely by using the Contextual Teaching and Learning approach in the learning process so that learning becomes more enjoyable and effective. The purpose of this study is to determine the effect of the Contextual Teaching and Learning approach on the mathematics learning outcomes of third-grade students of UPT SD Inpres Borong. The research approach used is a quantitative approach with a Pre-experimental research type. The research design is One Group Pretest-Posttest Design. The subjects used in this study were 31 third-grade students. The research instruments used were learning outcome tests and observation sheets. The data analysis techniques used were descriptive data analysis and inferential data analysis. The results of the inferential statistical analysis using the t-test, it is known that the t-count value = 12.47 while the t-table value = 1.697 at a significance level of α = 0.05. Based on these values, it is obtained that t-count > t-table, this means that H0 is rejected and then H1 is accepted. The results of the analysis of student observation sheets in the class accumulated from the first to the third meeting obtained a score of 431.2 with a percentage of 72% which indicates student involvement in the good category. Based on these results, it can be concluded that there is a significant influence by using the Contextual Teaching and Learning approach on the mathematics learning outcomes of class III students of UPT SD Inpres Borong.  
Malaria Prevention Strategies in Kalimantan, Indonesia: A Secondary Analysis of 2018 Basic Health Research Data Ridha, Muhammad Rasyid; Andiarsa, Dicky; Noor, Ihya Hazairin; Wiliyani, Erni; Ramadhani, Tri; Yudhastuti, Ririh
Nurse Media Journal of Nursing Vol 14, No 2 (2024): (August 2024)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/nmjn.v14i2.56285

Abstract

Background:  Kalimantan remains malaria-endemic, particularly in rural areas, where prevention efforts face challenges such as insecticide resistance and limited healthcare access. Despite available measures like insecticide-treated nets, gaps in understanding individual and household prevention practices persist, especially in relation to demographics and effectiveness in reducing malaria transmission.Purpose: This study aimed to examine the individual and household-level malaria prevention strategies utilized in rural Kalimantan and evaluate their effectiveness in reducing malaria incidence.Methods: The study was a secondary analysis of the 2018 Indonesian basic health research (Riskesdas). A total of 67,155 respondents in Kalimantan were analyzed including respondent characteristics, memories of malaria infection, and individual and household malaria prevention efforts. The data were collected through the result of the 2018 Riskesdas survey. Bivariate regression and multivariable logistic regression were used in data analysis.Results:  Self-reported malaria rates were higher among older respondents compared to younger ones. Women reported lower malaria rates than men, especially in South Kalimantan. In West Kalimantan, the use of bed nets was associated with higher self-reported malaria rates (OR=1.838, 95%CI 1.147–2.943). Short-term use of insecticide-treated nets (ITNs) showed varying odds across provinces: Central Kalimantan (OR=3.659, 95%CI 1.378–9.717), South Kalimantan (OR=10.811, 95%CI 3.649–32.030), East Kalimantan (OR=2.615, 95%CI 1.041–6.567), and West Kalimantan (OR=2.428, 95%CI 1.446–4.078). In all provinces, preventive measures such as coils or electric mats reduced self-reported malaria cases. The use of mosquito screens was effective in South Kalimantan (OR=0.208, 95%CI 0.027–1.598), Central Kalimantan (OR=0.365, 95%CI 0.120–2.181), and North Kalimantan (OR=0.000, 95%CI 0.000–0.000). The multivariate model highlighted mosquito nets as the most effective household-scale prevention in nearly all Kalimantan provinces except North Kalimantan.Conclusion:  This study showed that individuals aged 25 and over, women, non-farmers, and those using ITNs and other preventive measures, especially in rural areas, were less likely to report malaria, emphasizing the need for targeted interventions from local health authorities.
Filariasis Limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Ramadhani, Tri
Kesmas Vol. 3, No. 2
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Filariasis limfatik masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, khususnya di Kota Pekalongan. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya angka mikrofilaria dan perluasan daerah dengan kasus filariasis limfatik.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui situasi filariasis limfatik di Kelurahan Pabean Kota Pekalongan. Penelitian ini meliputi penduduk dan agent, dalam periode sekitar enam bulan (Juli-Desember 2007) dengan disain studi cross sectional. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan klinis, survei darah jari dan identifikasi parasit penyebab filariasis limfatik. Hasil penelitian menunjukkan angka mikrofilaria (3,4) angka kesakitan akut filaria (0,4 %) yang tinggi, tetapi angka kesakitan kronis filaria rendah (0,00 %). Parasit penyebab filariasis di Kelurahan Pabean adalah jenis Wuchereria bancrofti dengan kepadatan rerata mikrofilaria yang tinggi. Pengendalian filariasis limfatik di Kelurahan Pabean perlu dilakukan dengan pengobatan massal dan perubahan perilaku masyarakat. Lymphatic filariasis is still being a public health problem in Indonesia, especially in Pekalongan district. This problem marked by the increasing rate of microfilaria and areas with lymphatic filariasis. The aim of this study is to know the epidemiologic situation of lymphatic filariasis in Pabean village Pekalongan district. The research was a cross-sectional design and covered host and agent within the period of July-Desember 2007. Data were collected through clinical survey of acute and chronic filariasis symptoms, blood survey and identification of lymphatic filariasis parasite. The result showed that microfilaremia rate was 3,4%, acute disease rate (ADR) 0,4 % and the chronic disease rate (CDR) 0,00 %. The average of microfilaria density in 1 ml blood was 465,63. Based on microfilaremia identification in the blood, the lymphatic filariasis agent in Pabean village is Wuchereria bancrofti type. Lymphatic filariasis control in Pabean village need to focused on Mass Drug Administration (MDA) and community behavior for healthy life.
Reservoir dan Kasus Leptospirosis di Wilayah Kejadian Luar Biasa Ramadhani, Tri; Yunianto, Bambang
Kesmas Vol. 7, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Kulonprogo adalah salah satu daerah dengan masalah leptospirosis penyakit zoonosis yang dapat menginfeksi spesies hewan dan manusia. Studi ini bertujuan untuk mengetahui reservoir dan distribusi kasus leptospirosis pascakejadian luar biasa di Kabupaten Kulonprogo. Metode yang digunakan adalah inkriminasi bakteri Leptospira sp. pada tikus dan penegakan diagnosis pada manusia dengan rapid test dan MAT. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer dengan melakukan screening di Rumah Sakit dan Puskesmas. Penelitian observasional ini menggunakan rancangan studi cross sectional dengan metode analisis data secara distribusi frekuensi dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel. Penelitian menemukan jumlah penderita leptospirosis di Kabupaten Kulonprogo tahun 2011 adalah 273 kasus dengan angka fatalitas 6,59%. Kasus leptospirosis paling banyak terjadi di Kecamatan Nanggulan (20,5%), pada laki-laki (76,6%) dan kelompok umur 40 – 60 tahun (43,2%). Uji serologi (MAT) penderita suspek leptospirosis menemukan 41(22,5%) penderita positif mengandung bakteri Leptospira sp. Serovar yang paling banyak ditemukan adalah Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc dengan titer 1 : 40 ~ 1 : 1.600. Spesies tikus yang menjadi reservoir Leptospira sp. yang ditemukan meliputi Rattus tanezumi, Rattus tiomanicus, Mus musculus, N fluvescens, juga ditemukan insektivora jenis Suncus murinus. Trap success ditemukan sekitar 6,9% di luar rumah dan sekitar 5,5% di dalam rumah. Kulonprogo regency is one region with leptopsirosis problem. This study aims to determine the reservoir and the case distribution of leptospirosis outbreaks in the Kulonprogo regency post. The method used is inkriminasi Leptospira sp. bacteria in mice and human with rapid test and MAT diagnosis. Leptospirosis case data taken from secondary data and primary data by conducting screening at the hospital and puskesmas. Observational research using cross-sectional study design. Data analyzing was performed using frequency distribution with pictures, graphics and tables. The results showed leptospirosis cases in the Kulonprogo regency in 2011 as much 273 cases with CFR 6.59%. The biggest number of distribution of leptospirosis cases were in District Nanggulan (20.5%), in men (76.6%), and 40 – 60 years age group (43.2%). Serological test (MAT) patients with suspected leptospirosis from 182 serum showed that 41 (22.5%) patients leptospires bacteria positive. Serovar most commonly found in patients with leptospirosis is Harjo, Semaranga, Icterohaemorhagie, Bataviae, Patoc with a titer of 1: 40 ~ 1: 1600. Species of mice that become Leptospira sp. reservoir found were Rattus tanezumi, Tiomanicus rattus, Mus musculus, N fluvescens, insectivores Suncus murinus type was also found. Trap success by 6.9% outside home and 5.5% in house.