cover
Contact Name
Endang Sriyati
Contact Email
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jppi.puslitbangkan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
ISSN : 08535884     EISSN : 25026542     DOI : -
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia accepts articles in the field of fisheries, both sea and inland public waters. The journal presents results of research resources, arrest, oceanography, environmental, environmental remediation and enrichment of fish stocks.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)" : 8 Documents clear
EVALUASI POTENSI IKAN LAYANG (Decapterus spp.) DI WPP 712– LAUT JAWA Setya Triharyuni; Sri Turni Hartati; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.764 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.143-152

Abstract

Dalam rangka menjaga pelestarian sumberdaya ikan di kawasan perairan tertentu, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut harus seimbang dengan potensi produksinya. Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan hasil tangkapan dominan mencapai 60% dari total tangkapan perikanan pukat cincin yang beroperasi di Laut Jawa. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian beberapa model produksi surplus pada dinamika perikanan layang di Laut Jawa (WPP-712) dengan menggunakan pendekatan lima model produksi, yaitu model Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) dan Schnute. Model produksi yang sesuai digunakan untuk estimasi tangkapan maksimum lestari (MSY) dan upaya optimum (Fopt) serta parameter pertumbuhan stok ikan layang. Data yang digunakan adalah data hasil tangkapan ikan layang dan jumlah trip penangkapan kapal pukat cincin yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Tegal, Pekalongan, Juana dan Rembang yang beroperasi di Laut Jawa selama periode 2004-2012. Ketepatan model dianalisis dengan membandingkan tanda regresi, uji F, uji t dan nilai konstanta determinasi. Hasil kajian menunjukkan bahwa pendekatan model Fox merupakan model yang paling tepat dengan estimasi MSY sebesar 24.447 ton dan upaya penangkapan sebesar 5.784 trip/tahun setara pukat cincin. Berdasarkan model Fox juga diperoleh nilai parameter pertumbuhan stok ikan layang, yaitu nilai pertumbuhan intrinsik (r) sebesar 0,7172, koefisien penangkapan (q) sebesar 5,075 x 10-5 dan daya dukung lingkungan perairan (K) sebesar 48.072 ton. Perikanan layang di Laut Jawa telah berada pada kondisi lebih tangkap sehingga intervensi pengelolaan, yaitu pengurangan intensitas upaya penangkapan ke titik optimal atau pengaturan hasil tangkapan di bawah tangkapan lestari untuk menjamin keberlanjutannya perlu dilakukan. The general principle to sustain fish resources in a certain area is the exploitation level should not exceed its carrying capacity. Round scads (Depcaterus spp.) are dominant catch; reach up 60% of the total catch of purse seine in the Java Sea. The objectives of study are to investigate the best fits of surplus production model i.e., Schaefer, Fox, Walter & Hilborn, Clarke Yoshimoto Pooley (CYP) and Schnute and to estimate the fish stocks parameters through surplus production model of the round scads fisheries in the Java Sea. Data on the number of trips and catch of round scads of purse seiner operated in FMA 712 (Java Sea) which were landed in Tegal, Pekalongan, Juana and Rembang during the period of 2004-2012 were analysed. The best fits model was determined by comparing to the sign of regression, F test, t test and determination value. The results showed that Fox model was the best fits models with estimated maximum sustainable yield of 24.447 ton and fishing effort of 5.784 trip/year for round scads fisheries. The estimate intrinsic growth (r) was 0.7172, catch ability coefficient (q) was 5,075 x 10-5 and environmental carrying capacity (K) was 48.072 ton. The round scads fisheries in the Java Sea indicated over-exploited and need to be managed properly by reducing fishing effort and decreasing the total catch to be under the maximum sustainable yield. 
PENGARUH MODIFIKASI CELAH PELOLOSAN TERHADAP SELEKTIVITAS BUBU LIPAT DALAM PENANGKAPAN KEPITING BAKAU (Scylla spp.) Ismawan Tallo; Ari Purbayanto; Sulaeman Martasuganda; Gondo Puspito
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.207 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.183-190

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentuk dan posisi pemasangan celah pelolosan serta selektivitas pada bubu lipat balok. Penelitian dibagi dalam dua tahap, yaitu penelitian di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di laboratorium dilaksanakan antara Januari - Mei 2012 dan penelitian di lapangan dilaksanakan di Teluk Mutiara Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur antara Juni - November 2012. Data penelitian di laboratorium dan di lapang dianalisis secara deskriptif komparatif. Adapun data untuk selektivitas bubu lipat dianalisis dengan model selektivitas logistik dengan dukungan persamaan metode maximum likelihood dan program Solver dari Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk celah pelolosan yang sesuai untuk meloloskan kepiting bakau adalah celah berbentuk persegi panjang. Posisi celah pelolosan yang paling banyak meloloskan kepiting muda adalah celah pelolosan bagian depan (CP depan). Nilai selektivitas bubu lipat (dengan nilai CW50) untuk posisi CP depan: 6,6 cm, CP sudut bawah: 6,5 cm, CP samping atas: 6,4 cm dan CP sudut atas: 6,2 cm. Celah pelolosan yang lebih selektif terhadap ukuran kepiting bakau adalah CP samping atas. The study was aimed to determine the shape and installed position of escaping gap equipment and the selectivity of the pot based on the escaping gaps. The study was conducted in experimental laboratory from January to May 2012 and the field experiment was carried out in Mutiara Bay, Alor District, Province of Nusa Tenggara Timur between June to October 2012. The data were analysed by using comparative descriptively. The pot selectivity was analysed by using logistic model and it was supported by using formulation of Maximum Likelihood Method and SOLVER of Microsoft Excel. The results showed that the appropriate of escaping gap shape was rectangular escaping gap and the escaped gap at front position of the pot which the escaped of young crabs were higher than the other escaped gaps. The pot selectivity based on CW50 with escaping gap at front position was 6.6 cm, under side position of 6.5 cm, top corner position of 6.4 cm and upper side position of 6.2 cm. The selectivity of escaping gap at front position was higher than the other escaping gap position.
SELEKTIVITAS MATA JARING BUJUR SANGKAR (SQUARE MESH WINDOW) PADA ALAT TANGKAP CANTRANG DI PERAIRAN JAWA Hufiadi Hufiadi; Baihaqi Baihaqi; Mahisworo Mahisworo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.457 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.153-160

Abstract

Penelitian selektivitas alat tangkap cantrang dilakukan dengan memasang BRD/square mesh window di bagian kantong jaring. Upaya rancang bagun jaring cantrang yang lebih selektif dilakukan melalui ujicoba pengoperasian secara langsung di lapangan. Untuk mengetahui tingkat kelolosan ikan muda (juvenil)/ukuran kecil melalui square mesh window menggunakan metode cover cod end. Penelitian dilakukan di Brondong, Lamongan Jawa Timur di 39 stasiun penangkapan. Selama penelitian, Rata-rata laju tangkap cantrang yang dilengkapi dengan perangkat square mesh window  2 inci, 3 inci dan 4 inci masing-masing  berkisar 54,03 - 101,34 kg/tarikan, 36,84 - 72,34 kg/tarikan dan 46,51 - 99,98 kg/tarikan dari subtotal tangkapan. Tingkat pelolosan cantrang yang dilengkapi square mesh window 2 inci, 3 inci dan 4 inci masing-masing berkisar antara 4,13 - 9,06% ,7,66 - 10,47% dan 14,94 - 39,80%. Perangkat square mesh window berukuran 3 inci (7, 62 cm) dan 4 inci (10,16 cm) efektif dalam meloloskan ikan-ikan berukuran kecil.The study of Danish seine selectivity was conducted by installing the square mesh window on the cod end. Experimental fishing operation on the sea was conducted to design of danish seine for increasing its selectivity. The rate escapement of fish juvenile through the square mesh window was determined by using cover cod end method. The study was done in 39 stations of Fishing trials at Brondong, Lamongan, East Java. During this study, catch rate of the square mesh window 2 inch, 3 inch and 4 inch ranged between 54.03 - 101.34kg/hauling, 36.84 - 72.34 kg/hauling and 46.51 - 99.98 kg/hauling, respectively. Escapement rate of danish seine with square mesh window 2 inch,3 inch and 4 inch, were between 4.13 -9.06%, 7.66-10.47% and 14,94-39.80%, respectively. The square mesh window devices with mesh size of 3 inch (7.62cm) and 4 inch (10.16 cm) were more effective for escaping of fish juvenile.
SEBARAN UKURAN MORFOLOGI LABI-LABI (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) HASIL TANGKAPAN DI SUMATERA SELATAN Agus Arifin Sentosa; Astri Suryandari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.116 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.129-136

Abstract

Labi-labi (Amydacartilaginea) merupakan salah satu komoditas tangkapan untuk ekspor di Sumatera Selatan. Status perlindungannya telah masuk dalam Appendix II CITES dan kategori rawan menurut IUCN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran morfologi A. cartilaginea hasil tangkapan di Sumatera Selatan. Data tangkapan labi-labi diperoleh dari catatan enumerator  selama 2013 di Kabupaten Musi Rawas, Musi Banyuasin dan Lubuklinggau. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa labi-labi yang tertangkap dari Musi Rawas dan Lubuklinggau memiliki ukuran morfologi yang lebih besar dibandingkan dari MusiBanyuasin. Labi-labi yang dominan tertangkap memiliki bobot < 5,5 kg (52,45%). Sebaran labi-labi yang tertangkap dengan bobot tangkapan total > 1000 kg dan total tangkapan > 200 ekor tahun-1 terdapat di Jaya Loka, Megang Sakti dan Lakitan Ulu (Kabupaten Musi Rawas) serta di Sekayu, Batanghari Leko dan Babat Toman (Kabupaten Musi Banyuasin).The Asiatic softshell turtle (Amyda cartilaginea Boddaert, 1770) is one of the export commodities in South Sumatera. Its conservation status has been included in Appendix II CITES and IUCN vulnerable category. The objective of study is to determine the distribution of morphological size of A. cartilaginea caught in South Sumatera. The softshell turtle catch data was collected and recorded by enumerators during 2013 in District Musi Rawas, Musi Banyuasin and Lubuklinggau. Data were analysed descriptively. The results show that the morphological size of softshell turtle caught from Musi Rawas and Lubuklinggau were bigger than from Musi Banyuasin. The Asiatic softshell turtle catch distribution with a total catch body mass >1000 kg and total catch >200 individuals year-1 were found in Jaya Loka, Megang Sakti and Lakitan Ulu (Musi Rawas Regency) and Sekayu, Batanghari Leko and Babat Toman (Musi Banyuasin Regency).
PENINGKATAN KINERJA PELABUHAN PERIKANAN: STUDI KASUS PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG Suryanto Suryanto; Setiya Triharyuni; Ignatius Tri Hargiyatno
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (459.178 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.169-176

Abstract

Pengukuran waktu penyerahan ikan dan tingkat aktifitas dermaga, sebagai bagian dari usaha peningkatan kinerja di PPN Brondong, dilakukan dengan menggunakan simulasi antrian. Simulasi dilakukan dengan memanfaatkan data kedatangan dan hasil tangkapan kapal, data enumerator dan sampling di PPN Brondong periode Agustus-Desember 2012-Januari-Juli 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kinerja dapat dilakukan melalui kesepakatan semua pihak yang berkepentingan untuk mengubah jam pelayanan armada dogol mingguan dan rawai dasar dari jam 05:00 menjadi jam 02:30 serta memindahkan kegiatan sortasi ikan dari dermaga ke Pusat Pendaratan dan Distribusi Ikan (PPDI). Langkah tersebut dapat menurunkan tingkat aktifitas dermaga pada musim ikan menjadi lebih ideal, 76-79%; menambah 29 unit kapal setara dogol mingguan per hari untuk sandar serta meningkatkan efektifitas tenaga kerja sortasi dan akan mempersingkat waktu penyerahan ikan sebesar 52%.The measurements of fish delivery time and berth occupancy ratio, as part of the efforts to improve the performance of Brondong Achipelagic Fishing Port, were done using quenching simulation. The data on number vessel arrival and their catches of August to December 2012-January-July 2013 and enumerator’s data as well as sampling data were used in the simulations. Results showed that the port performance improvement can be done through agreement of all parties concerned to change the start of port service for weekly Danish seiners and bottom long liner from 05:00 am to 02:30 am and to move on sorting activity from the pier to the fish landing and distribution centre (PPDI). Such actions would reduce the level of berth activity, during fishing season, to more ideal value of 76-79%; augment additional 29 units of weekly Danish seines per day to berth and increase the effectiveness of labor sorting. Finally, these measures would shorten fish delivery time by 52%.
DISTRIBUSI SPASIAL DAN TEMPORAL IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI SAMUDERA HINDIA BAGIAN TIMUR Irwan Jatmiko; Bram Setyadji; Dian Novianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.611 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.137-142

Abstract

Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) merupakan salah satu hasil tangkapan yang penting bagi industri perikanan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial dan temporal ikan tuna mata besar di Samudera Hindia Bagian Timur. Pengumpulan data dilakukan oleh pemantau ilmiah (scientific observers) pada kapal rawai tuna yang berbasis di Pelabuhan Benoa Bali, mulai Agustus 2005 hingga November 2013. Ikan tuna mata besar yang tertangkap sebanyak 5.340 ekor dan dari jumlah tersebut sebanyak 5.253 ekor diukur panjangnya. Distribusi spasial ikan tuna mata besar yang tertangkap rawai tuna Indonesia membentang dari 0°-33° LS dan 76°-128° BT. Persentase tertinggi ikan tuna mata besar dengan panjang >110 cm (Lm) terdapat di sebelah barat Sumatera Barat dan di sebelah selatan Jawa Timur. Laju pancing menurut bulan penagkapan menunjukkan perbedaan yang nyata dengan laju pancing tertinggi terjadi pada Agustus sebesar 0,54 ekor/100 mata pancing. Nelayan direkomendasikan untuk melakukan operasi penangkapan di daerah dengan persentase ukuran panjang ikan tuna mata besar >110 cm (Lm) tertinggi, sehingga species tersebut mempunyai kesempatan untuk melakukan pemijahan minimal sekali sepanjang hidupnya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan tuna mata besar di Samudera Hindia.Big eye tuna (Thunnus obesus) is one of the important catch of the fishing industry in Indonesia. The study is aimed to investigate the spatial and temporal distribution of big eye tuna in the Eastern Indian Ocean. Data were collected by scientific observers on tuna long line vessels which were mainly based in Port of Benoa Bali from August 2005 to November 2013. Total number of big eye tuna caught were 5,340 individuals and as many as 5,253 of them were measured in length. The spatial distribution of  big eye tuna caught by Indonesia tuna long line are in the area between 0°-33° S and 76°-128° E. The highest percentage of big eye tuna with length bigger than 110 cm (Lm) occurred in the west of West Sumatera and in the south of East Java. The hook rate by months was significantly different and the highest hook rate was in August with 0.54/100 hooks. The fishermen are recommended to fish in areas of  high percentage of big eye tuna with length more than 110 cm (Lm), to provide opportunities for the species to spawn at least once throughout their life. It is intended to sustain the big eye tuna resources in the Indian Ocean.
STATUS PERIKANAN DAN STOK SUMBERDAYA IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT ARAFURA Wijopriono Wijopriono; Fayakun Satria
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.684 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.177-182

Abstract

Sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura belum menjadi target utama  penangkapan bagi armada perikanan skala industri apabila dibandingkan dengan perikanan demersal, terutama spesies udang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun demikian, pesatnya peningkatan armada pukat ikan dan pukat udang telah berdampak terhadap stok sumberdaya ikan pelagis kecil, yang tereksploitasi sebagai hasil tangkapan sampingan. Penelitian terhadap perikanan dan sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura telah dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang status perikanan, stok dan pemanfaatannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa stok sumberdaya ikan pelagis pada tingkat maximum sustainable yield (MSY) diestimasi sebesar 468.700 ton, sementara pemanfaatannya masih sekitar 177.000 ton. Ditemukan 42 jenis ikan pelagis kecil pada survei  eksplorasi musim peralihan II (Oktober), namun ditemukan berkurang pada musim peralihan I (Mei). Hal ini menunjukkan indikasi adanya pengaruh musim terhadap kelimpahan jenis ikan. Hasil observasi akustik menunjukkan bahwa stok sumberdaya ikan pelagis kecil juga lebih melimpah pada musim peralihan II dibandingkan musim peralihan I. Small pelagic fishery resource in Arafura Sea has not been a main fishing target to industrial fishing fleet compared to the demersal resource, especially shrimp species that is economically high value. However, rapid increase of the industrial shrimp trawls and fishnets has given impact to the small pelagic fish resource, which was exploited as by-catch. Research on the fishery and stock of small pelagic fish has been conducted in Arafura Sea aiming at determining status of the fishery, fish stock and exploitation level. The results showed that Maximum Sustainable Yield (MSY) for small pelagic fish stock was estimated at 468,700 tons, while its exploitation was still at approximately 177,000 tons. There were 42 species found in pre-monsoon II (October) survey, but less species were found in pre-monsoon I (May) survey. This was giving indication the influence of monsoon regime on the species richness. Results from acoustic observation suggested that small pelagic fish stock was also more abundant in pre-monsoon II compared to that in pre-monsoon I.
PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGELOLAAN PERIKANAN UDANG SKALA KECIL DI KABUPATEN CILACAP PROPINSI JAWA TENGAH Drama Panca Putra; Mulyono S Baskoro; Eko Sri Wiyono; Sugeng Hari Wisudo; Wudianto Wudianto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 3 (2014): (September 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.342 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.3.2014.161-168

Abstract

Kabupaten Cilacap merupakan penghasil utama udang di perairan Selatan Jawa dan sebagian besar merupakan hasil tangkapan nelayan skala kecil. Namun demikian, saat ini (periode tahun 2004 – 2010) terjadi penurunan produksi udang rata-rata sekitar 7,61%. Kondisi ini harus dicermati dengan serius oleh stakeholders perikanan terkait. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat peran stakeholders perikanan dalam pengelolaan sumberdaya udang skala kecil. Peran ini akan menentukan bentuk ko-manajemen untuk diterapkan dalam pengelolaan udang. Metode yang digunakan adalah structural equation modelling (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa pemerintah, nelayan, dan swasta mempunyai peran yang positif dalam mendukung pengelolaan perikanan udang skala kecil di perairan Kabupaten Cilacap dengan nilai EE masing-masing 0,484, 6,873, dan 2,622, namun pihak swasta yang terbukti memiliki peran secara nyata terhadap pengelolaan perikanan udang (P < 0,05).Cilacap Regency, Central Java Province is the main producer of shrimp in the waters of the South Java which was dominated by the small-scale fishermen. However, currently (in the period from 2004 to 2010) the shrimp production has been declining at an average around 7,61%. This condition should be considered seriously by the relevant fisheries stakeholders. This study aimed to analyze the role of fishery stakeholders in managing of small-scale shrimp resource. The stakeholders are an important role in the establishment of co-management which being applied in the management of shrimp fisheries. The structural equation modeling (SEM) was used in the analysis. The results of the analysis showed that the government, fishermen, and the private sectors had a positive role in supporting the management of small-scale shrimp fisheries in the waters of Cilacap Regency (EE value search 0,484, 6,873, and 2,622), however, only the private sector have significantly affected on the shrimp fisheries management (P <0,05, namely 0,004).

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2014 2014


Filter By Issues
All Issue Vol 31, No 4 (2025): (Desember 2025) Vol 31, No 3 (2025): (September 2025) Vol 31, No 2 (2025): (Juni 2025) Vol 31, No 1 (2025): (Maret 2025) Vol 30, No 4 (2024): (Desember 2024) Vol 30, No 3 (2024): (September) 2024 Vol 30, No 2 (2024): (Juni) 2024 Vol 30, No 1 (2024): (Maret) 2024 Vol 29, No 4 (2023): (Desember) 2023 Vol 29, No 3 (2023): (September) 2023 Vol 29, No 1 (2023): (Maret) 2023 Vol 28, No 4 (2022): (Desember) 2022 Vol 28, No 3 (2022): (September) 2022 Vol 28, No 2 (2022): (Juni) 2022 Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022 Vol 27, No 4 (2021): (Desember) 2021 Vol 27, No 3 (2021): (September) 2021 Vol 27, No 2 (2021): (Juni) 2021 Vol 27, No 1 (2021): (Maret) 2021 Vol 26, No 4 (2020): (Desember) 2020 Vol 26, No 3 (2020): (September) 2020 Vol 26, No 2 (2020): (Juni) 2020 Vol 26, No 1 (2020): (Maret) 2020 Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019 Vol 25, No 3 (2019): (September) 2019 Vol 25, No 2 (2019): (Juni) 2019 Vol 25, No 1 (2019): (Maret) 2019 Vol 24, No 4 (2018): (Desember) 2018 Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018 Vol 24, No 2 (2018): (Juni 2018) Vol 24, No 1 (2018): (Maret 2018) Vol 23, No 4 (2017): (Desember 2017) Vol 23, No 3 (2017): (September 2017) Vol 23, No 2 (2017): (Juni 2017) Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017) Vol 22, No 4 (2016): (Desember 2016) Vol 22, No 3 (2016): (September) 2016 Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016) Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016) Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015) Vol 21, No 3 (2015): (September 2015) Vol 21, No 2 (2015): (Juni 2015) Vol 21, No 1 (2015): (Maret 2015) Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014) Vol 20, No 3 (2014): (September 2014) Vol 20, No 2 (2014): (Juni 2014) Vol 20, No 1 (2014): (Maret 2014) Vol 19, No 4 (2013): (Desember 2013) Vol 19, No 3 (2013): (September 2013) Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013) Vol 19, No 1 (2013): (Maret 2013) Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012) Vol 18, No 3 (2012): (September 2012) Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012 Vol 18, No 1 (2012): (Maret 2012) Vol 17, No 4 (2011): (Desember 2011) Vol 17, No 3 (2011): (September 2011) Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011) Vol 17, No 1 (2011): (Maret 2011) Vol 16, No 4 (2010): (Desember 2010) Vol 16, No 3 (2010): (September 2010) Vol 16, No 2 (2010): (Juni 2010) Vol 16, No 1 (2010): (Maret 2010) Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009) Vol 15, No 3 (2009): (September 2009) Vol 15, No 2 (2009): (Juni 2009) Vol 15, No 1 (2009): (Maret 2009) Vol 14, No 4 (2008): (Desember 2008) Vol 14, No 3 (2008): (September 2008) Vol 14, No 2 (2008): (Juni 2008) Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008) Vol 13, No 3 (2007): (Desember 2007) Vol 13, No 2 (2007): (Agustus 2007) Vol 13, No 1 (2007): (April 2007) Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006) Vol 12, No 2 (2006): (Agustus 2006) Vol 12, No 1 (2006): (April 2006) Vol 11, No 9 (2005): (Vol. 11 No. 9 2005) Vol 11, No 8 (2005): (Vol. 11 No. 8 2005) Vol 11, No 7 (2005): (Vol. 11 No. 7 2005) Vol 11, No 6 (2005): (Vol. 11 No. 6 2005) Vol 11, No 5 (2005): (Vol. 11 No. 5 2005) Vol 11, No 4 (2005): (Vol. 11 No. 4 2005) Vol 11, No 3 (2005): (Vol. 11 No. 3 2005) Vol 11, No 2 (2005): (Vol. 11 No. 2 2005) Vol 11, No 1 (2005): (Vol. 11 No. 1 2005) Vol 10, No 7 (2004): (Vol. 10 No. 7 2004) Vol 10, No 6 (2004): (Vol. 10 No. 6 2004) Vol 10, No 5 (2004): (Vol. 10 No. 5 2004) Vol 10, No 4 (2004): (Vol. 10 No. 4 2004) Vol 10, No 3 (2004): (Vol. 10 No. 3 2004) Vol 10, No 2 (2004): (Vol. 10 No. 2 2004) Vol 10, No 1 (2004): (Vol. 10 No. 1 2004) Vol 9, No 7 (2003): (Vol.9 No.7 2003) Vol 9, No 6 (2003): (Vol.9 No.6 2003) Vol 9, No 5 (2003): Vol. 9 No. 5 2003) Vol 9, No 4 (2003): Vol. 9 No. 4 2003) Vol 9, No 3 (2003): (Vol.9 No.3 2003) Vol 9, No 2 (2003): (Vol, 9 No. 2 2003) Vol 9, No 1 (2003): (Vol.9 No.1 2003) Vol 8, No 7 (2002): (Vol.8 No.7 2002) Vol 8, No 6 (2002): (Vol.8 No.6 2002) Vol 8, No 5 (2002): (Vol.8 No.5 2002) Vol 8, No 4 (2002): (Vol.8 No.4 2002) Vol 8, No 3 (2002): (Vol.8 No.3 2002) Vol 8, No 2 (2002): (Vol. 8 No. 2 2002) Vol 8, No 1 (2002): (Vol.8 No.1 2002) Vol 7, No 4 (2001): (Vol. 7 No. 4 2001) Vol 7, No 2 (2001): (Vol.7 No. 2 2001) Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000) Vol 6, No 2 (2000): (Vol.6 No.2 2000) Vol 6, No 1 (2000): (Vol.6 No.1 2000) Vol 5, No 2 (1999): (Vol.5 No.2 1999) Vol 5, No 1 (1999): (Vol.5 No. 1 1999) Vol 4, No 4 (1998): (Vol.4 No.4 1998) Vol 4, No 3 (1998): (Vol.4 No.3 1998) Vol 4, No 2 (1998): (Vol.4 No.2 1998) Vol 4, No 1 (1998): (Vol.4 No.1 1998) Vol 3, No 4 (1997): (Vol.3 No.4 1997) Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997) Vol 3, No 2 (1997): (Vol.3 No.2 1997) Vol 3, No 1 (1997): (Vol.3 No.1 1997) Vol 2, No 4 (1996): (Vol.2 No.4 1996) Vol 2, No 3 (1996): (Vol.2 No.3 1996) Vol 2, No 2 (1996): (Vol.2 No.2 1996) Vol 2, No 1 (1996): (Vol.2 No.1 1996) Vol 1, No 4 (1995): (Vol.1 No.4 1995) Vol 1, No 3 (1995): (Vol.1 No.3 1995) Vol 1, No 2 (1995): (Vol.1 No.2 1995) Vol 1, No 1 (1995): (Vol.1 No.1 1995) More Issue