cover
Contact Name
Harls Evan Siahaan
Contact Email
evandavidsiahaan@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
kurios@sttpb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Kurios
ISSN : 2615739X     EISSN : 26143135     DOI : -
KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen) merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan Pendidikan Agama Kristen dengan nomor ISSN: 2614-3135 (online), ISSN: 2406-8306 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa Jakarta.
Arjuna Subject : -
Articles 19 Documents
Search results for , issue "Vol. 11 No. 2: Agustus 2025" : 19 Documents clear
Keluarga sebagai ecclesia domestica: Fondasi teologis-biblis pengembangan kecerdasan emosional anak dalam pengasuhan kristiani Gidion; Poroe, Herman
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1014

Abstract

The crisis of emotional regulation in the contemporary generation demands a reconceptualization of the Christian parenting paradigm. This research examines the concept of ecclesia domestica as a theological foundation for the development of children's emotional intelligence. Through a practical and constructive theological approach, this study synthesizes patristic thought on the family as a "little church" with contemporary emotional intelligence theory. Analysis focuses on four dimensions: the sacramentality of domestic space, koinonia as a matrix for emotional formation, family liturgy in affective regulation, and the missio Dei in transformative parenting. Findings indicate that the ecclesia domestica conception provides a robust theological framework for integrating spirituality and emotional development. Practical implications include reorienting parenting from an instructive to a formative-relational model, where the family functions as a hermeneutical community, facilitating children's encounter with God's love through secure attachment experiences. This research contributes to the development of holistic and contextual family theology for the digital era.   Abstrak Krisis regulasi emosional pada generasi kontemporer menuntut rekonseptualisasi paradigma pengasuhan Kristiani. Penelitian ini mengeksplorasi konsep ecclesia domestica sebagai fondasi teologis untuk pengembangan kecerdasan emosional anak. Melalui pendekatan teologi praktis-konstruktif, studi ini mensintesiskan pemikiran patristik tentang keluarga sebagai "gereja kecil" dengan teori kontemporer emotional intelligence. Analisis difokuskan pada empat dimensi: sakramentalitas ruang domestik, koinoniasebagai matriks pembentukan emosi, liturgi keluarga dalam regulasi afektif, dan missio Dei dalam pengasuhan transformatif. Temuan menunjukkan bahwa konsepsi ecclesia domestica menyediakan kerangka teologis yang robust untuk mengintegrasikan spiritualitas dan perkembangan emosional. Implikasi praktis mencakup reorientasi pengasuhan dari model instruktif menuju formatif-relasional, di mana keluarga berfungsi sebagai komunitas hermeneutis yang memfasilitasi perjumpaan anak dengan kasih Allah melalui pengalaman kelekatan yang aman. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teologi keluarga yang holistik dan kontekstual untuk era digital.
Konstruksi khotbah transformatif sebagai instrumen pembentukan resiliensi spiritual: Sebuah pendekatan homiletik kontekstual dalam menghadapi tantangan eksistensial di era posmodernisme Ginting, Alex Stefanus
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1078

Abstract

This study examines the construction of transformative sermons that strategically fostered the congregation's spiritual resilience in countering the epistemological and existential challenges of postmodernism. Through a qualitative approach using phenomenological inquiry and thematic analysis, this study identifies elements of sermons that are effective in transforming threats into spiritual resilience. The findings suggest that sermons that combine biblical narratives with explicit addressing of doubt and uncertainty can empower congregations to confront the fragmentation of meaning in postmodern culture. The primary contribution of this study is the development of an integrative homiletic framework that maintains theological authority while being responsive to the spiritual needs of contemporary congregations.   Abstrak Studi ini mengeksplorasi konstruksi khotbah transformatif yang secara strategis membangun resiliensi spiritual jemaat dalam melawan perlawanan epistemologis dan eksistensial posmodernisme. Melalui pendekatan kualitatif menggunakan inkuiri fenomenologis dan analisis tematik, studi ini mengidentifikasi unsur-unsur khotbah yang efektif dalam mengubah ancaman menjadi ketahanan spiritual. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa khotbah yang menggabungkan narasi Alkitab dengan penanganan keraguan dan ketidakpastian secara eksplisit dapat memberdayakan jemaat untuk menghadapi fragmentasi makna dalam budaya posmodern. Kontribusi utama studi ini adalah pengembangan kerangka homiletika integratif yang mempertahankan otoritas teologis sekaligus responsif terhadap kebutuhan spiritual jemaat kontemporer.
Dari absolutisme menuju dialog: Transformasi pedagogis etika Kristen dalam konteks postmodernitas dan multikulturalisme Tjandra, Daniel Sudibyo
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1115

Abstract

This article examines the pedagogical transformation in Christian ethics education that occurred due to the paradigm shift from absolutism to a dialogical approach in the context of postmodernity and multiculturalism. This study uses a critical analysis method of contemporary educational theology literature and case studies of pedagogical implementation in various Christian educational institutions. The findings indicate that this pedagogical transformation necessitates an epistemological reconstruction that does not compromise theological authority but instead opens up space for critical engagement with a plurality of perspectives. The practical implication is the development of a more inclusive, contextual, and dialogical pedagogical model in Christian ethics education.   Abstrak Artikel ini mengkaji transformasi pedagogis dalam pendidikan etika Kristen yang terjadi akibat pergeseran paradigma dari absolutisme menuju pendekatan dialogis dalam konteks postmodernitas dan multikulturalisme. Penelitian ini menggunakan metode analisis kritis terhadap literatur teologi pendidikan kontemporer dan studi kasus implementasi pedagogis di berbagai institusi pendidikan Kristen. Temuan menunjukkan bahwa transformasi pedagogis ini memerlukan rekonstruksi epistemologis yang tidak mengorbankan otoritas teologis namun membuka ruang untuk keterlibatan kritis dengan perspektif pluralitas. Implikasi praktisnya adalah pengembangan model pedagogi yang lebih inklusif, kontekstual, dan dialogis dalam pendidikan etika Kristen.
Teologi relasional 4.0: Membangun kesehatan mental melalui komunitas digital kristiani di era post-truth Pasaribu, Jonias
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1165

Abstract

This research examines the development of a relational theology model that addresses mental health challenges in the digital and post-truth era. Through a practical theology approach and phenomenological analysis, this article argues that Christian digital communities can serve as effective therapeutic spaces for building mental wholeness. Research findings suggest that Trinity-centered relational theology 4.0 can offer a robust epistemological foundation to counteract mental fragmentation resulting from disinformation and digital isolation. The proposed model integrates principles of digital pastoral care, virtual ecclesiology, and contextual hermeneutics to create communities that support their members' mental health. This research contributes to the development of contemporary practical theology relevant to digital reality, providing constructive alternatives to destructive post-truth narratives.   Abstrak Penelitian ini mengeksplorasi pengembangan model teologi relasional yang responsif terhadap tantangan kesehatan mental di era digital dan post-truth. Melalui pendekatan teologi praktis dan analisis fenomenologis, artikel ini mengargumentasikan bahwa komunitas digital Kristiani dapat menjadi ruang terapeutik yang efektif untuk membangun keutuhan mental. Temuan penelitian menunjukkan bahwa teologi relasional 4.0 yang berpusat pada Trinitas dapat memberikan fondasi epistemologis yang kokoh untuk melawan fragmentasi mental akibat disinformasi dan isolasi digital. Model yang diusulkan mengintegrasikan prinsip-prinsip pastoral care digital, eklesiologi virtual, dan hermeneutika kontekstual untuk menciptakan komunitas yang mampu menopang kesehatan mental anggotanya. Penelitian ini berkontribusi pada pengembangan teologi praktis kontemporer yang relevan dengan realitas digital dan memberikan alternatif konstruktif terhadap narasi post-truth yang destruktif.
Dari lokalitas ke universalitas: Pengembangan model pendidikan kristiani berbasis kearifan lokal sebagai fondasi solidaritas dan tanggung jawab sosial-teologis Baun, Soleman; Leobisa, Jonathan
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1183

Abstract

This research explores the development of a Christian education model that integrates local wisdom as a foundation for building solidarity and socio-theological responsibility. Through a comprehensive literature study approach with a hermeneutical-critical analysis of theological and pedagogical sources, this research identifies how local values can serve as a bridge to a universal understanding of human solidarity. The findings suggest that integrating local wisdom into Christian education not only enriches theological understanding but also enhances pedagogical relevance and effectiveness in the Indonesian context. The developed model offers a transformative framework that connects locality with universality through a contextual educational praxis while remaining faithful to fundamental Christian values.   Abstrak Penelitian ini mengeksplorasi pengembangan model pendidikan Kristiani yang mengintegrasikan kearifan lokal sebagai fondasi untuk membangun solidaritas dan tanggung jawab sosial-teologis. Melalui pendekatan studi literatur komprehensif dengan analisis hermeneutis-kritis terhadap sumber-sumber teologis dan pedagogis, penelitian ini mengidentifikasi bagaimana nilai-nilai lokal dapat menjadi jembatan menuju pemahaman universal tentang solidaritas kemanusiaan. Temuan menunjukkan bahwa integrasi kearifan lokal dalam pendidikan Kristiani tidak hanya memperkaya pemahaman teologis tetapi juga meningkatkan relevansi dan efektivitas pedagogis dalam konteks Indonesia. Model yang dikembangkan menawarkan kerangka kerja transformatif yang menghubungkan lokalitas dengan universalitas melalui praxis pendidikan yang kontekstual namun tetap setia pada nilai-nilai Kristiani fundamental.
"Already but not yet": Konstruksi paradigma resiliensi teologis dalam konvergensi pemikiran eskatologis Paulus-Moltmann Simanjuntak, Eddy Suandar
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1222

Abstract

This study examines the construction of the theological resilience paradigm through the convergence of Pauline and Moltmannian eschatological thought, particularly focusing on the "already but not yet" concept. The research demonstrates how Paul's eschatological framework, as systematized by Geerhardus Vos, intersects with Jürgen Moltmann's theology of hope to construct a paradigm of theological resilience. Through a literature-based analysis, this study reveals that the tension between present reality and future hope creates a distinctive theological framework for understanding human perseverance in the face of suffering. The convergence of these theological traditions offers a novel perspective on resilience that transcends psychological categories, grounding human endurance in eschatological hope. The findings suggest that theological resilience arises from the dialectical tension of Christ's inaugurated yet incomplete reign, offering believers both present comfort and a future orientation. This research contributes to contemporary theological discourse by offering a biblical-theological foundation for understanding resilience within Christian faith communities.   Abstrak Penelitian ini mengkaji konstruksi paradigma resiliensi teologis melalui konvergensi pemikiran eskatologis Paulus dan Moltmann, khususnya fokus pada konsep "already but not yet". Riset ini mendemonstrasikan bagaimana kerangka eskatologis Paulus, sebagaimana disistematisasi oleh Geerhardus Vos, bersinggungan dengan teologi harapan Jürgen Moltmann untuk mengkonstruksi paradigma resiliensi teologis. Melalui analisis berbasis literatur, penelitian ini mengungkap bahwa tegangan antara realitas kini dan harapan masa depan menciptakan kerangka teologis yang khas untuk memahami daya tahan manusia di tengah penderitaan. Konvergensi tradisi-tradisi teologis ini menawarkan perspektif novel tentang resiliensi yang melampaui kategori-kategori psikologis, mendasarkan daya tahan manusia pada harapan eskatologis. Temuan menunjukkan bahwa resiliensi teologis muncul dari tegangan dialektis pemerintahan Kristus yang sudah dimulai namun belum lengkap, memberikan kepada orang percaya baik penghiburan masa kini maupun orientasi masa depan. Penelitian ini berkontribusi pada diskursus teologis kontemporer dengan menawarkan fondasi biblis-teologis untuk memahami resiliensi dalam komunitas iman Kristen.
Tanah sebagai sakralitas: Makna teologis tanah dalam tradisi tenun ikat Rote dari perspektif kaum perempuan penenun Rote Ndao Dethan, Mesakh A.P.
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1223

Abstract

This article explores the theological significance of land in the Rote ikat weaving tradition from the perspective of women weavers in Rote Ndao, East Nusa Tenggara. Through a literary approach, this research reveals how the practice of prayer is not only an economic activity but also a sacred space where women connect with the land as a source of life and spiritual identity. The findings suggest that in the cosmology of Rote women weavers, land possesses a sacred dimension that is intricately linked to the practice of ikat weaving, thereby creating a unique contextual theology within the Eastern Indonesian context. Abstrak Artikel ini mengeksplorasi makna teologis tanah dalam tradisi tenun ikat Rote dari perspektif perempuan penenun di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Melalui pendekatan literatur, penelitian ini mengungkap bagaimana praktik berdoa tidak hanya sebagai aktivitas ekonomi, tetapi juga sebagai ruang sakral di mana perempuan menjalin hubungan dengan tanah sebagai sumber kehidupan dan identitas spiritual. Temuan menunjukkan bahwa dalam kosmologi perempuan penenun Rote, tanah memiliki dimensi sakralitas yang terintegrasi dengan praktik tenun ikat, menciptakan teologi kontekstual yang unik dalam konteks Indonesia Timur.
Teologi sebagai praksis nation-building: Kontribusi pendidikan teologi dalam transformasi peradaban Indonesia menuju visi 2045 Runtuwene, Daniel E.
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1285

Abstract

Indonesia faces multidimensional crises rooted in moral, mental, and spiritual degradation, as evidenced by high corruption levels (CPI 37/100), persistent poverty (8.57%), and significant social inequality (Gini ratio 0.379). This research examines the strategic role of theological education in achieving Indonesia's 2045 vision through qualitative approaches that employ theological-critical analysis methods. Findings indicate that theological education can contribute to five main strategies: memorializing digital space as a constructive arena for social transformation, developing theological education as an integral laboratory for character formation, implementing development theology as an antithesis to oligarchy, institutionalizing transformation through sustainable educational ecosystems, and building strategic multi-stakeholder synergy. The research concludes that theological education has significant potential as an incubator for the next generation of leaders capable of driving social transformation toward a just, dignified, and sustainable Indonesia by 2045.   Abstrak Indonesia menghadapi krisis multidimensional yang mengakar pada degradasi moral, mental, dan spiritual yang termanifestasi dalam tingkat korupsi tinggi (IPK 37/100), kemiskinan persisten (8,57%), dan ketimpangan sosial signifikan (Gini ratio 0,379). Penelitian ini menganalisis peran strategis pendidikan teologi dalam mewujudkan visi Indonesia 2045 melalui pendekatan kualitatif dengan metode analisis teologis-kritis. Temuan menunjukkan pendidikan teologi dapat berkontribusi melalui lima strategi utama: memorialkan ruang digital sebagai arena transformasi sosial konstruktif, mengembangkan pendidikan teologi sebagai laboratorium pembentukan karakter integral, mengimplementasikan teologi pembangunan sebagai antitesis oligarki, menginstitusionalisasikan transformasi melalui ekosistem pendidikan berkelanjutan, dan membangun sinergi strategis multi-stakeholder. Penelitian menyimpulkan pendidikan teologi memiliki potensi signifikan sebagai ruang inkubasi generasi emas yang mampu memimpin transformasi sosial menuju Indonesia yang berkeadilan, bermartabat, dan berkelanjutan sesuai target 2045.
Pendidikan kristiani dewasa berkeadilan gender: Sebuah konstruksi teologis berdasarkan tafsir feminis-dialektis Kejadian 3:16 Undas, Happy Seviana; Samosir, Agustina Raplina
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1380

Abstract

Gender-biased patriarchal ideas permeate even the church. These ideas result in unequal gender construction between men and women, which, in turn, leads to gender-based violence (GBV). The church has a major role to play in preventing and addressing GBV against women. On the one hand, the church has the potential to be exposed, but on the other hand, it has the potential to erode the patriarchal ideas that have permeated it. For this reason, we offer adult Christian education with gender justice. Adults are people who may have been exposed to patriarchal ideas, as well as stakeholders who can criticize and educate the next generation about more gender-equitable ideas. In an effort to build a gender-equitable Adult PK, we interpret Genesis 3:16 through a feminist-dialectical lens. This approach will critically and constructively interpret the position and experience of women in the text. By conducting this gender-equitable Adult PK, in turn, the church plays an active role in the prevention and handling of GBV that is rampant in Indonesia.   Abstrak Gagasan patriarki yang bias gender merambah bahkan menubuh di gereja. Gagasan ini menghasilkan konstruksi gender yang tidak setara antara laki-laki dan perempuan, yang pada gilirannya, menyebabkan kekerasan berbasis gender (KBG). Gereja memiliki peran besar dalam mencegah dan menangani KBG terhadap perempuan. Di satu sisi, gereja berpotensi terpapar, tetapi di sisi lain, gereja berpotensi mengikis gagasan patriarki yang telah merasukinya. Untuk itu, kami menawarkan pendidikan Kristiani dewasa berkeadilan gender. Orang dewasa adalah yang kemungkinan telah terpapar gagasan patriarki sekaligus stakeholder yang dapat mengkritisi sekaligus mendidik generasi berikut tentang gagasan yang lebih adil gender. Dalam upaya membangun PK Dewasa berkeadilan gender ini, kami menafsir Kejadian 3:16 dengan menggunakan pendekatan feminis-dialektis. Pendekatan ini akan menafsir secara kritis dan konstruktif terutama tentang posisi dan pengalaman perempuan di dalam teks. Dengan mengadakan PK Dewasa berkeadilan gender ini, pada gilirannya, gereja berperan aktif dalam pencegahan dan penanganan KBG yang marak terjadi di Indonesia.
Melawan alienasi digital: Spiritualitas relasional sebagai antitesis phubbing dalam diskursus teologi komunikasi Kristen di era posdigital Handoko, Yusuf Slamet
KURIOS Vol. 11 No. 2: Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30995/kur.v11i2.1404

Abstract

The post-digital era has given rise to the phenomenon of phubbing, with a prevalence of 49.3% among young people, creating a crisis of relational spirituality within Christian communities. This research aims to analyze phubbing as a manifestation of digital alienation from a Christian communication theology perspective and construct relational spirituality as its theological antithesis. Through literature study methods with an integrative theological reflection approach, this research explores the phenomenology of phubbing, the framework of relational spirituality, the construction of resistant communities, and the transformation of ministry. Findings indicate that phubbing represents a fundamental crisis in understanding the relational imago Dei, threatening fellowship that reflects Trinitarian love. Relational spirituality offers a comprehensive theological paradigm that integrates the wisdom of Christian tradition with contemporary digital realities. Practical implications include developing theological praxis for forming communities resistant to digital alienation and reconceptualizing pastoral ministry for the post-digital era, as well as creating compelling counter-narratives to digital culture's assumptions about connectivity as a substitute for authentic human development.   Abstrak Era post-digital telah melahirkan fenomena phubbing dengan prevalensi 49,3% di kalangan generasi muda, menciptakan krisis spiritualitas relasional dalam komunitas Kristen. Penelitian ini bertujuan menganalisis phubbing sebagai manifestasi alienasi digital dalam perspektif teologi komunikasi Kristen dan mengkonstruksi spiritualitas relasional sebagai antitesis teologisnya. Melalui metode studi literatur dengan pendekatan teologis refleksi integratif, penelitian mengeksplorasi fenomenologi phubbing, kerangka spiritualitas relasional, konstruksi komunitas resisten, dan transformasi pelayanan. Temuan menunjukkan bahwa phubbing merepresentasikan krisis fundamental dalam pemahaman imago Dei yang relasional, mengancam persekutuan yang mencerminkan cinta Trinitas. Spiritualitas relasional menawarkan paradigma teologis komprehensif yang mengintegrasikan kebijaksanaan tradisi Kristen dengan realitas digital kontemporer. Implikasi praktisnya meliputi pengembangan praksis teologis untuk formasi komunitas yang resisten terhadap alienasi digital dan rekonseptualisasi pelayanan pastoral untuk era pasca-digital, menciptakan kontra-narasi terhadap asumsi kultur digital tentang konektivitas sebagai pengganti perkembangan manusia yang autentik.

Page 1 of 2 | Total Record : 19