cover
Contact Name
Elmansyah
Contact Email
ealharamain@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
ealharamain@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Al-Hikmah
ISSN : 19785011     EISSN : 25028375     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Al-Hikmah (ISSN: 1978-5011 dan E-ISSN: 2502-8375) merupakan Jurnal Nasional yang diterbitkan oleh Fakultas Usuluddin Adab dan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Jurnal ini khusus pada kajian Dakwah dalam studi tertentu dan komunikasi Islam pada umumnya, dan Al-hikmah akan mengkombinasikan antara hasil penelitian dengan artikel pada kajian-kajian terkini dari para kontributor yang ahli dibidangnya. Al-Hikmah, terbit perdana pada volume I edisi 1 pada bulan Juni 2007, Al-Hikmah telah terbit 16 kali (8 volume), dengan memulai mempublikasikan artikel tentang Dakwah dan Komunikasi, diprakarsai oleh Dr. Wajidi Sayadi yang merupakan doktor tafsir hadis. Al-Hikmah hadir karena tuntutan kebutuhan intelektual dalam merespon isu-isu actual terkait berbagai problematika Dakwah dalam konteks kekinian, tidak hanya dibatasi pada hasil karya penulis lokal tetapi juga mengakomodir karya penulis dalam skala nasional dan internasional. dengan kata lain jurnal Al-Hikmah membuka akses seluas-luasnya bagi siapa saja yang ingin berkiprah dan memberikan kontribusi ilmiah bagi pengayaan wacana pemahaman Dakwah dalam rangka menjawab tantangan intelektual yang kian hari semakin berkembang. Al-hikmah, menjadi media komunikasi ilmiah antarapeminat ilmu Dakwah yang terdiri dari dosen, pakar dan praktisi dakwah, mahasiswa dan lainya. disamping itu jurnal Al-Hikmah menyediakan tempat khusus berupa review terhadap masalah-masalah terkini yang berkenaan dengan dakwah dan komunikasi.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2025)" : 8 Documents clear
MODEL KEPEMIMPINAN DALAM LEMBAGA DAKWAH Amelia, Rizki Lala; Castrawijaya, Cecep
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3780

Abstract

Leadership is one of the important aspects in a da'wah institution, because an effective leader can influence the success and progress of the institution in achieving its goals. In the context of da'wah, leadership is not only about giving orders and supervising the implementation of tasks, but also about influencing and motivating members to achieve the goals that have been set. Da'wah institutions need leaders who can understand and apply the principles of Islamic leadership, as well as relevant leadership theories. Effective leaders in da'wah institutions must be able to combine various leadership styles wisely, adjusting to the needs and goals of the da'wah institution. These findings provide insight into the concept of leadership in da'wah institutions, including the principles of Islamic leadership and relevant leadership theories. In addition, various leadership styles that can be applied in da'wah institutions will also be discussed, as well as the importance of effective leadership in achieving the goals of da'wah institutionsKeywords: Leadership Model, Dakwah Management; Dakwah Institution.Kepemimpinan merupakan salah satu aspek penting dalam lembaga dakwah, karena pemimpin yang efektif dapat mempengaruhi keberhasilan dan kemajuan lembaga dalam mencapai tujuannya. Dalam konteks dakwah, kepemimpinan tidak hanya tentang memberikan perintah dan mengawasi pelaksanaan tugas, tetapi juga tentang mempengaruhi dan memotivasi anggota untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Lembaga dakwah memerlukan pemimpin yang dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan Islam, serta teori-teori kepemimpinan yang relevan. Pemimpin yang efektif dalam lembaga dakwah harus dapat memadukan berbagai gaya kepemimpinan dengan bijaksana, menyesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan lembaga dakwah. Temuan ini memberikan wawasan tentang konsep kepamimpinan dalam lembaga dakwah, termasuk prinsip-prinsip kepemimpinan Islm dan teori-teori kepemimpinan yang relevan. Selain itu, juga akan dibahas tentang berbagai gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam lembaga dakwah, serta pentingnya kepemimpinan yang efektif dalam mencapai tujuan lembaga dakwah. Kata kunci: Model Kepemimpinan; Manajemen Dakwah; Lembaga Dakwah.
The 3M Program (Mosque, Meal, and Gathering): An Innovative Approach by Al-Furqon Mosque Management to Enhance Mosque-based Da'wah Activities Noor, Fadzil Muhammad; Pratiwi, Clara Sinta
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3641

Abstract

This study explores how mosques can serve not only as places of worship but also as vibrant centers for social engagement, education, and community-based da'wah. Focusing on the Al-Furqon Mosque in Trenggalek, East Java, the research examines an innovative approach called the 3M Program (Masjid Makan-Makan or Mosque and Meals), which integrates shared meals into religious and community activities. Using a qualitative case study method, the study collects data through interviews, observation, and documentation. The analysis follows the steps of data reduction, presentation, and conclusion drawing. Findings reveal that the 3M Program successfully revitalizes mosque activities by fostering emotional connections between congregants and the mosque through cultural practices like communal eating. This approach aligns with the concept of “logistical da'wah,” which emphasizes addressing the real needs of the community—such as food—as an entry point for deeper spiritual engagement. Despite facing challenges in funding, volunteer consistency, and media management, the program proves effective in increasing participation and turning the mosque into a dynamic and inclusive space for all.Penelitian ini berangkat dari kesadaran bahwa masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga memiliki peranan penting sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan dakwah dalam kehidupan umat Islam. Latar belakang ini mendorong pertanyaan utama: Bagaimana strategi dakwah yang diterapkan oleh takmir Masjid Al-Furqon dalam menghidupkan kegiatan keagamaan melalui program 3M (Masjid Makan-Makan)? Penelitian menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif yang fokus pada analisis strategi dakwah berbasis kebutuhan jamaah (dakwah logistik) di lingkungan masjid. dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis dilakukan secara sistematis melalui tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggambarkan secara rinci pelaksanaan program 3M, strategi komunikasi dakwah yang digunakan, serta tantangan-tantangan yang dihadapi takmir dalam pelaksanaan program tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program 3M efektif dalam menarik minat masyarakat untuk datang ke masjid, mempererat hubungan antarjamaah, dan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas keagamaan yang lebih hidup. Strategi dakwah juga didukung oleh pemanfaatan media sosial dan partisipasi jamaah melalui infak. Meski menghadapi tantangan seperti ketidakstabilan dana, keterbatasan tim media dan relawan, serta fluktuasi semangat pengurus, program ini tetap memberikan dampak positif dan menjadi bentuk nyata dari dakwah logistik yang memperhatikan kebutuhan jamaah secara langsung.
DINAMIKA MAKNA HIJAB: Antara Kesalehan Personal dan Industri Fashion Global Alina, Aurellia Iva; Sa’adah, Nayla Mu’linatus; Niswah, Arina Zaenan; 'Ubudiyah, Farikhatul
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3757

Abstract

The use of hijab in the modern era has experienced a shift in meaning, from being a shar'i obligation to being part of a fashion trend and lifestyle expression. Social media and the fashion industry have made hijab a commodity that is influenced by aesthetics, social status, and popular culture, rather than solely by religious motivations. Many women wear hijab to look fashionable or because of environmental demands, rather than as a form of obedience to Allah. Therefore, the purpose of this research is to analyze the shifting meaning of hijab from a symbol of sharia observance to a commodity in the contemporary fashion industry, as well as the impact of social media in shaping the construction of the meaning of hijab for the Muslim generation. This research uses a qualitative library research method, with secondary data collected from various relevant literatures. These sources include scientific journals, academic books, and verses of the Qur'an. The results of the study can be seen that the use of hijab in the modern era has experienced a shift in meaning from syar'i obligations to fashion trends, so that it often loses its spiritual value and emphasizes aesthetic aspects and social status. Therefore, it is necessary to reorient the meaning of hijab based on tawhid so that its use becomes a form of servitude to Allah, not just an expression of external appearance.Penggunaan hijab di era modern telah mengalami pergeseran makna, dari yang awalnya merupakan kewajiban syar’i menjadi bagian dari tren fashion dan ekspresi gaya hidup. Media sosial dan industri fashion telah menjadikan hijab sebagai komoditas yang dipengaruhi oleh estetika, status sosial, dan budaya populer, bukan semata-mata karena motivasi religius. Banyak perempuan mengenakan hijab untuk tampil modis atau karena tuntutan lingkungan, selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pergeseran makna hijab dari simbol ketaatan syariat menjadi komoditas dalam industri fashion kontemporer, serta dampak media sosial dalam membentuk konstruksi makna hijab bagi generasi muslim. Penelitian ini menggunakan metode library research (studi pustaka) yang bersifat kualitatif, dengan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur yang relevan. Sumber-sumber tersebut meliputi jurnal ilmiah, buku-buku akademik, serta ayat-ayat Al-Qur’an. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan hijab di era modern telah mengalami pergeseran makna dari kewajiban syar’i menjadi tren busana, sehingga seringkali kehilangan nilai spiritualnya dan lebih menonjolkan aspek estetika serta status sosial. Oleh karena itu, perlu adanya reorientasi makna hijab berdasarkan tauhid agar penggunaannya kembali menjadi wujud penghambaan kepada Allah, bukan sekadar ekspresi penampilan luar.
METODE DAKWAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK MAHASISWI DI ASRAMA PUTRI STIBA AR RAAYAH SUKABUMI JAWA BARAT Hidayat, Tatang; Amalia, Sinta; Istianah, Istianah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3495

Abstract

The phenomenon of moral decay of adolescents, both boys and girls, is very alarming today. This country could lose the successor of leadership and the first madrasa for the next generation in the future because of the moral decay that occurs. To improve the state of moral crisis, a good da'wah method is needed by a preacher or da'wah institution. This study aims to analyze the method of da'wah in fostering the morals of female students in the STIBA Ar Raayah Sukabumi women's dormitory. In the process of collecting data, the author uses observation techniques, interviews, and literature review studies. This research is descriptive qualitative field research. The result of this study is that the visible da'wah method used in the STIBA Ar-Raayah women's dormitory is the Al Mauizah Al Hasanah method or good advice and the Al Qudwah Al Hasanah method or exemplary. The da'wah method used has a good impact on the behavior and habits of female students.
DAKWAH PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT: STUDI PADA KELOMPOK TANI WANITA DALAM PENGELOLAAN BUDIDAYA KOPI DI DUSUN GOLAT, DESA HUTA TINGGI Syarah, Dewi Mai; Siagian, Taufik Saidi; Siregar, Windi Erika; Hasibuan, Khairul Anwar; Hasibuan, Siti Sahara; Imran, Ali Imran
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3875

Abstract

AbstractThis study explores the practice of da‘wah through economic empowerment among women farmers who manage coffee plantations in Dusun Golat, Huta Tinggi Village, Parmonangan District, North Tapanuli. The main question addressed in this research is how the involvement of women in coffee cultivation can serve as a form of da‘wah bil hal an act of preaching through real actions while simultaneously improving community welfare. Traditionally, women in the area have been confined to domestic roles, yet they now participate actively in farming, sharing responsibilities with their husbands and contributing significantly to household income. However, limited knowledge and time management challenges have led to low productivity and poor maintenance of coffee plants. This study positions itself within the framework of Islamic community empowerment, emphasizing the integration of religious values into sustainable economic practices. The research employs the Participatory Rural Appraisal (PAR) approach combined with Free Prior Informed Consent (FPIC), as well as the POAC (Planning, Organizing, Actuating, and Controlling) model, complemented by continuous monitoring and evaluation. The activities were carried out collaboratively with Green Justice Indonesia as a facilitating institution. The findings reveal that the implementation of structured coffee cultivation training and collective work ethics not only improved the quality and productivity of coffee but also strengthened the women’s sense of responsibility, cooperation, and spiritual awareness. Thus, this empowerment process reflects an effective model of da‘wah that integrates economic, social, and religious dimensions within a rural Muslim community.Keywords: women farmer groups, coffee cultivation, economic empowerment, da‘wah bil hal, rural development AbstrakPenelitian ini mengkaji praktik dakwah melalui pemberdayaan ekonomi umat yang dilakukan oleh kelompok tani wanita pengelola kebun kopi di Dusun Golat, Desa Huta Tinggi, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara. Pertanyaan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana keterlibatan perempuan dalam pengelolaan budidaya kopi dapat menjadi bentuk dakwah bil hal yakni penyampaian ajaran Islam melalui tindakan nyata sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara tradisional, perempuan di wilayah ini berperan sebagai ibu rumah tangga, namun kini mereka turut aktif mengelola kebun kopi bersama suami dan berkontribusi terhadap ekonomi keluarga. Keterbatasan pengetahuan dan waktu dalam perawatan kebun menyebabkan hasil panen yang kurang optimal. Penelitian ini memposisikan diri dalam kerangka pemberdayaan masyarakat berbasis nilai-nilai Islam dengan menekankan integrasi antara aspek religius dan ekonomi. Metode yang digunakan meliputi Participatory Rural Appraisal (PAR) dan Free Prior Informed Consent (FPIC) atau persetujuan berdasarkan informasi di awal tanpa paksaan, serta pendekatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling), disertai kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan. Kegiatan pendampingan dilaksanakan bersama lembaga Green Justice Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan perawatan dan budidaya kopi secara terstruktur serta penerapan etos kerja kolektif mampu meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi, menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, serta kesadaran spiritual anggota kelompok tani wanita. Dengan demikian, proses pemberdayaan ini mencerminkan model dakwah yang efektif karena mengintegrasikan dimensi ekonomi, sosial, dan keagamaan dalam konteks masyarakat pedesaan Muslim.Kata Kunci: kelompok tani wanita, budidaya kopi, pemberdayaan ekonomi, dakwah bil hal, pembangunan pedesaan 
DAKWAH ISLAM DAN DINAMIKA IDENTITAS SOSIAL MASYARAKAT PESISIR SUMATERA UTARA Harahap, Nurhanipah; Harahap, Nurhasanah
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3883

Abstract

This article examines the historical process of the spread of Islam and the dynamics of the formation of social identity in the coastal areas of North Sumatra, with a focus on how Islamic preaching, cultural acculturation, and social interactions shaped the region's distinctive religious and social character. The coastal areas of North Sumatra, including areas such as Barus, Sibolga, and Tapanuli, have held a strategic position as international trade hubs from the 7th century until the colonial period. It was through this trade route that Islam was first introduced by Arab, Persian, and Gujarati traders, which were then disseminated further by Islamic scholars and local figures through a cultural and social preaching approach. This study uses a social and cultural history approach with a descriptive qualitative method, combining literature studies, colonial records, local manuscripts, and interviews with community leaders in the coastal areas. The results show that Islamic preaching in this region did not take place in a confrontational manner, but rather with an accommodative approach that emphasized the integration of Islamic values into the local cultural order. This process resulted in acculturation that is evident in social traditions such as traditional ceremonies, arts, religious language, and the community's moral value system. In this context, Islam serves as a multi-layered source of social identity formation: as a religious, cultural, and social identity closely intertwined with local traditions. During the colonial period, the dynamics of social identity underwent significant shifts with the introduction of Western education systems, colonial bureaucracy, and the flow of modernization. Theoretically, this article asserts that the process of Islamization in coastal North Sumatra cannot be understood simply as the spread of religion, but as a socio-historical process that shapes the construction of collective identity.Keywords: Spread of Islam, Social Identity, Islamization of Coastal North Sumatra[Artikel ini mengkaji proses sejarah penyebaran Islam dan dinamika pembentukan identitas sosial masyarakat di wilayah pesisir Sumatera Utara, dengan fokus pada bagaimana dakwah Islam, akulturasi budaya, dan interaksi sosial membentuk karakter keagamaan an sosial yang khas di kawasan tersebut. Wilayah pesisir Sumatera Utara meliputi daerah seperti Barus, Sibolga, dan Tapanuli memiliki posisi strategis sebagai simpul perdagangan internasional sejak abad ke-7 hingga masa kolonial. Melalui jalur perdagangan inilah Islam pertama kali diperkenalkan oleh para pedagang Arab, Persia, dan Gujarat, yang kemudian disebarluaskan lebih jauh oleh ulama dan tokoh lokal melalui pendekatan dakwah kultural dan sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial dan kultural dengan metode kualitatif deskriptif, menggabungkan studi literatur, catatan kolonial, naskah lokal, dan wawancara dengan tokoh masyarakat di wilayah pesisir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dakwah Islam di wilayah ini tidak disebarkan secara konfrontatif, melainkan dengan pendekatan akomodatif yang menekankan integrasi nilai-nilai Islam ke dalam tatanan budaya lokal. Proses ini menghasilkan akulturasi yang tampak dalam tradisi sosial seperti upacara adat, kesenian, bahasa keagamaan, dan sistem nilai moral masyarakat. Dalam konteks ini, Islam menjadi sumber pembentukan identitas sosial yang berlapis: sebagai identitas religius, budaya, dan sosial yang terjalin erat dengan tradisi lokal. Pada masa kolonial, dinamika identitas sosial mengalami pergeseran signifikan seiring masuknya sistem pendidikan Barat, birokrasi kolonial, dan arus modernisasi. Secara teoritis, artikel ini menegaskan bahwa proses Islamisasi di pesisir Sumatera Utara tidak dapat dipahami hanya sebagai penyebaran agama, tetapi sebagai proses sosial-historis yang membentuk konstruksi identitas kolektif.]Kata Kunci: Penyebaran Islam, Identitas Sosial, Islamisasi Pesisir Sumatera Utara. 
STRATEGI LEMBAGA DAKWAH DALAM INOVASI KEWIRAUSAHAAN DI ERA DISRUPTIF Syahrizal, Syahrizal; Castrawijaya, Cecep
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3876

Abstract

The disruptive era will add to increasingly open global competition, many challenges faced by today's society. Each country must compete by highlighting the superiority of its respective resources, which is called entrepreneurship. Considering the importance of entrepreneurship, an entrepreneurial spirit needs to be instilled as early as possible. At the same time, in entrepreneurial outcomes, something called innovation is needed which has an important role in developing a number of new ideas, before being transformed into a product, the previous innovation must be evaluated to study whether the product will be successful on the market. Therefore, an institution needs to have the right strategy in marketing. Likewise with missionary institutions, in order to encourage goodness and prevent evil, there needs to be a strategy for innovation in the field of entrepreneurship. When an institution only focuses on traditional methods and does not look at modern things, the da'wah institution will position itself as an institution that only includes a vision and mission without any changes. Especially in this disruptive era, da'wah institutions are required to be part of immediately adapting to various advances in technology and knowledge. The research results show that da'wah institutions must have an innovation strategy in preaching, namely developing entrepreneurship programs, technological innovation in preaching, where da'wah institutions are not blind to the existence of technology that offers efficiency in the entrepreneurial development process in a disruptive era, collaboration that creates cooperation with various parties who have the same ideology and vision, and creates new business models.Keywords: Da'wah Institutions, Entrepreneurship, Innovation, Disruptive Era[Era disruptif akan menambah persaingan global yang semakin terbuka, banyak tantangan yang dihadapi oleh Masyarakat sekarang ini. Setiap negara yang harus bersaing dengan menonjolkan keunggulan sumberdaya masing-masing yang disebut dengan wirausaha. Mengingat pentingnya kewirausahaan maka jiwa wirausaha perlu ditanamkan sedini mungkin. Tatkala dengan itu, dalam hasul wirausaha maka diperlukan yang Namanya inovasi yang memiliki peran penting dalam mengembangkan sejumlah ide-ide baru, sebelum ditransformasikan menjadi produk, inovasi sebelumnya harus dievaluasi untuk dikaji apakah produk tersebut akan berhasil dipasarkan. Maka dari itu sebuah lembaga perlu mempunyai strategi yang tepat dalam pemasaran. Begitu pula dengan lembaga dakwah, dalam mengajak kebaikan danm mencegah kemungkaran perlu adanya strategi dalam melakukan inovasi dalam bidang wirausaha. Tatkala lembaga hanya berfokus pada cara tradisional dan tidak melirik pada hal modern, maka lembaga dakwah tersebut akan meletakkan posisinya sebagai lembaga yang hanya mencantumkan visi misi tanpa adanya perubahan. Terutama pada era disruptif, lembaga dakwah dituntut untuk menjadi bagian yang segera beradaptasi dengan berbagai kemajuan teknologi dan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga dakwah harus memiliki strategi inovasi dalam berdakwah yaitu pengembangan program kewirausahaan, inovasi teknologi dalam dakwah, Dimana lembaga dakwah tidak buta terhadap adanya teknologi yang memberikan tawaran efisiensi dalam proses perkembangan kewirausahaan di era disruptif, kolaborasi yang menciptakan Kerjasama dengan berbagai pihak yang mempunyai ideologi dan visi yang sama, dan menciptakan model bisnis baru]. Kata Kunci: Lembaga Dakwah, Kewirausahaan, Inovasi, Era Disruptif
ANALISIS TANTANGAN DAN PELUANG DAKWAH DIGITAL DALAM MENANGKAL HOAKS DAN DISINFORMASI KEAGAMAAN: Kajian Literatur Berbasis Teori Komunikasi Dakwah Trizuwani, Siti; Robaiyadi, Robaiyadi; Jaya, Canra Krisna
Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah Vol 19, No 1 (2025)
Publisher : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/jhjd.v19i1.3888

Abstract

The development of digital technology has significantly changed the patterns of religious communication in the modern era. Social media has become a new space for preachers to spread religious messages with a wider and faster reach. However, this progress also presents a major challenge in the form of rampant hoaxes and religious disinformation that can cause unrest and division among the people. This article is a literature review that aims to analyze the challenges and opportunities of digital da'wah in dealing with the phenomenon of religious hoaxes using Agenda Setting Theory, Uses and Gratifications Theory, and Da'wah Communication Theory. Through a synthesis of previous studies, this review finds that dai play an important role as agents of digital literacy who are able to instill the value of tabayyun (information verification) in society. Adaptive communication strategies, collaboration with religious authorities, and principles based on rahmatan lil 'alamin (a blessing for all) da'wah are the keys to success in dealing with religious disinformation in the digital space. Thus, this study reinforces the view that digital da'wah is not merely an activity of spreading religious messages, but also a form of literacy and community empowerment towards a healthy and ethical information ecosystem.[Perkembangan teknologi digital telah mengubah secara signifikan pola komunikasi dakwah di era modern. Media sosial kini menjadi ruang baru bagi para dai untuk menyebarkan pesan keagamaan dengan jangkauan yang lebih luas dan cepat. Namun, kemajuan ini juga menghadirkan tantangan besar berupa maraknya hoaks dan disinformasi keagamaan yang dapat menimbulkan keresahan dan perpecahan umat. Artikel ini merupakan kajian literatur yang bertujuan untuk menganalisis tantangan dan peluang dakwah digital dalam menghadapi fenomena hoaks keagamaan dengan menggunakan Teori Agenda Setting, Uses and Gratifications, dan Teori Komunikasi Dakwah. Melalui sintesis berbagai penelitian terdahulu, kajian ini menemukan bahwa dai berperan penting sebagai agen literasi digital yang mampu menanamkan nilai tabayyun (verifikasi informasi) dalam masyarakat. Strategi komunikasi yang adaptif, kolaboratif dengan otoritas keagamaan, serta berbasis prinsip dakwah rahmatan lil ‘alamin menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi disinformasi keagamaan di ruang digital. Dengan demikian, kajian ini memperkuat pandangan bahwa dakwah digital bukan sekadar aktivitas penyebaran pesan agama, tetapi juga bentuk literasi dan pemberdayaan masyarakat menuju ekosistem informasi yang sehat dan beretika].Kata Kunci: Komunikasi Dakwah; Era Digital; Disinformasi Keagamaan

Page 1 of 1 | Total Record : 8