cover
Contact Name
Muhammad Najib Habibie
Contact Email
najib.habibie@gmail.com
Phone
+6285693191211
Journal Mail Official
jurnal.mg@gmail.com
Editorial Address
Jl. Angkasa 1 No. 2 Kemayoran, Jakarta Pusat 10720
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
ISSN : 14113082     EISSN : 25275372     DOI : https://www.doi.org/10.31172/jmg
Core Subject : Science,
Jurnal Meteorologi dan Geofisika (JMG) is a scientific research journal published by the Research and Development Center of the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG) as a means to publish research and development achievements in Meteorology, Climatology, Air Quality and Geophysics.
Articles 310 Documents
KARAKTERISTIK KIMIA AIR HUJAN SAAT KEBAKARAN HUTAN DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT DAN SUMATERA SELATAN Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 14, No 1 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v14i1.139

Abstract

Permasalahan kebakaran hutan di berbagai propinsi di Indonesia terutama di Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan mulai marak seiring dengan meningkatnya laju penebangan hutan serta tingginya tekanan penduduk akan pemenuhan kebutuhan hidup melalui sumber daya kawasan hutan. Kebakaran hutan berpengaruh terhadap lingkungan berupa penurunan kualitas udara. Untuk mengetahui dampak kebakaran hutan terhadap karakterisitik kimia air hujan dan kondisi partikulat di Pontianak dan Palembang dilakukan analisa parameter anion, kation, dan pH air hujan serta Suspended Particulate Matter (SPM) selama periode 2002 hingga 2008. Data kimia air hujan dan SPM diperoleh dari pengamatan Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak dan Stasiun Klimatologi Kenten, Palembang, sedangkan analisanya dilakukan di BMKG Pusat menggunakan Kromatografi Ion. Untuk mengetahui jumlah kebakaran hutan digunakan parameter titik api dari Satelit Terra dan Aqua MODIS yang dikumpulkan dan dikelola oleh Stasiun Bumi Satelit NOAA, Kementerian Kehutanan. Dari hasil kajian diketahui bahwa kenaikan jumlah titik api baik di daerah Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan diiringi oleh kenaikan konsentrasi deposisi asam dan SPM beberapa saat kemudian. Baik di Pontianak dan Palembang telah terjadi hujan asam dengan presentasi kejadian berturut-turut adalah 61,1 % dan 71,8 %. Komposisi kimia penyusun air hujan di Pontianak dan Palembang baik pada saat titik api tinggi ataupun rendah didominasi oleh unsur Cl-, NH4+, Ca2+, dan Na+. Tingginya konsentrasi NH4+, Ca2+, dan Na+ selama kurun waktu 2002 hingga 2008 berperan sebagai faktor penetral keasaman air hujan sehingga kecenderungan pH mengalami kenaikan. Baik di Pontianak dan Palembang, kenaikan titik api diiringi dengan kenaikan konsentrasi SPM dengan koefisien korelasi masing-masing 0,836 dan 0,678. Forest fire which occurs in many provinces in Indonesia especially in West Kalimantan and South Sumatera increases along with the high and rapid deforestation and people demand. Forest fire affects directly to environment such as decreasing of air quality condition. To study the impact of forest fire on chemical characteristic of rainwater and Suspended Particulate Matter (SPM) from 2002 to 2008, analyses has been conducted. Rainwater and SPM samples in Pontianak and Palembang were obtained respectively from Supadio Meteorological Station and Kenten Climatological Station; while the analyses were conducted at BMKG using Ion Chromatography. Hotspot parameter was derived from Terra satellite and Aqua MODIS which were collected by NOAA Earth Satellite Station, , Ministry of Forestry. The study showed that the increase of hotspot number was followed with the increase of acid deposition and SPM concentrations in a few moments later both in West Kalimantan and South Sumatera. Acid rain also occured in that region with percentages of 61.1 % and 71.8 %, respectively. Chemical composition of rainwater in West Kalimantan and South Sumatera during highest and lowest hotspot is dominated with Cl-, NH4+, Ca2+, and Na+. High concentration of NH4+, Ca2+, and Na+ played important role in neutralizing the acidity of rainwater so that the pH tends to increase during period of 2002 to 2008, both in Pontianak and Palembang. The coefficient correlations of the increase of hotspot number followed by the increase of SPM concentration are 0,836 and 0,678, respectively.
KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN PAMEUNGPEUK, BELITUNG, DAN SARMI BERDASARKAN METODE ADMIRALTY Eko Supriyadi; Siswanto Siswanto; Widodo Setiyo Pranowo
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 19, No 1 (2018)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v19i1.518

Abstract

Penentuan konstanta harmonik pasang surut, datum dan tipe pasang surut air laut sangat dipengaruhi oleh lokasi, posisi bulan dan matahari yang mempunyai nilai periode tersendiri setiap waktunya. Penelitian ini mengunakan data observasi pasang surut perairan Pamengpeuk, Belitung dan Sarmi bulan Juni 2016 yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial (BIG). Dalam artikel ini, konstanta harmonik pasang surut dihitung menggunakan metode Admiralty.  Analisis menghasilkan 8 konstanta harmonik yang selanjutnya digunakan untuk menentukan bilangan Form dan datum muka air perairan tersebut.  Karakterisasi bilangan Form menunjukkan bahwa wilayah perairan Pamengpeuk dan Sarmi memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda sedangkan perairan Belitung memiliki tipe pasang surut harian tunggal. Sedangkan karakterisasi datum menggunakan analisis elevasi tinggi muka laut didapatkan hasil pada perairan Pamengpeuk. Belitung, dan Sarmi masing-masing memiliki tinggi muka air tertinggi pada saat pasang purnama yaitu 2,14 m; 3,56 m; dan 3,59 m.  Tinggi muka air terendah pada saat surut purnama masing-masing memiliki nilai 0,32m; 0,39; dan 1,70 m. The determination of a tidal harmonic constant, tidal datum and tidal type are influenced by the location and the positions of the moon and the sun which have specific periods. This research utilized observation tidal data during June 2016 at Pameungpeuk, Belitung and Sarmi waters obtained from Badan Informasi Geospasial (BIG). In this paper, the admiralty method is applied to determine the tidal harmonic constant. Eight harmonic constants obtained and used to determine the Form number and water level datum. The results showed that Pamengpeuk and Sarmi waters have a mixed tide prevailing semidiurnal type while the Belitung waters have a diurnal tide type. The datum characterization determined by analysis of sea-level elevation indicates that the Highest High Water Level (HHWL) values in Pameungpeuk, Belitung and Sarmi waters are 2,14 m, 3,56 m, and 3,59 m, respectively, while the Lowest Low Water Level (LLWL) values are 0,32 m, 0,39 m, 1,7 m, respectively. 
ANALISIS KECEPATAN GELOMBANG GESER (Vs) DI CILACAP, JAWA TENGAH SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA GEMPABUMI Pupung Susilanto; Drajat Ngadmanto
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 16, No 1 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v16i1.263

Abstract

Cilacap merupakan daerah yang sering merasakan dampak guncangan gempabumi. Populasi penduduk yang besar dan keberadaan obyek penting pemerintah menjadi suatu pertimbangan diperlukannya kajian efek guncangan gempabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan daerah yang memiliki potensi mengalami kerusakan akibat guncangan gempabumi berdasarkan jenis tanah hasil analisis kecepatan gelombang geser (Vs) sebagai salah satu upaya mitigasi bencana gempabumi. Nilai Vs didapatkan dari pengukuran Multichannel Analysis of Surface Wave (MASW) pada 14 lokasi dan pengolahan menggunakan perangkat lunak WinMASW untuk mendapatkan profil Vs 1D. Selanjutnya dibuat sayatan selatan – utara dan barat daya–timur laut untuk mendapatkan gambaran Vs secara 2D. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki nilai Vs rata-rata (0-30 m) antara 153 m/s – 355 m/s. Berdasarkan sayatan 2D tersusun oleh jenis tanah lunak (Vs ≤ 175 m/s), jenis tanah sedang (175 < Vs ≤ 350m/s), dan jenis tanah keras (Vs ≥ 350 m/s), dengan dominasi utama adalah tanah sedang dengan endapan sedimen yang cukup tebal. Hal ini menyebabkan daerah penelitian terutama di bagian selatan, tengah, dan barat berpeluang besar mengalami guncangan yang lebih besar ketika terjadi gempabumi, sehingga berpotensi mengalami kerusakan yang lebih besar. Sedangkan daerah yang relatif aman untuk pengembangan wilayah berada di sisi utara dan timur daerah penelitian karena tersusun atas endapan sedimen tipis dan tanah yang keras. Cilacap is an area that often suffers earthquake shocks impact. A large population and the existence of important government object becomes a consideration for a study related to earthquake shocks effect. This study aims to map areas that have potential damages due to earthquake, based on soil type from shear wave velocity (Vs) analysis, as an effort to earthquake disaster mitigation. Vs obtained from Multichannel Analysis of Surface Wave(MASW) at 14 locations and processed using WinMASW software to obtain a 1D velocity profile. Further, a 2D incision was made for south-north (A-A') and southwest-northeast (B-B') to obtain a 2D Vs profile. The results showed an average value of Vs (0-30m) between 153 - 355 m/s. Based on 2D incision result, the soil is arranged in layers by soft soil (Vs ≤ 175 m/s), medium soil (175 <Vs ≤ 350 m/s), and hard soil (Vs ≥ 350 m/s), with major dominant is the medium soil with a fairly thick sediment deposition. It causes research areas in the south, central, and west areas will have a greater shocks impact when an earthquake occurs, thus potentially suffer greater damages. Whilst, relatively safe areas for rural development are in North and East sides because they are composed of thin sediments and hard soils.
THE IMPACT OF COVID-19 OUTBREAK ON AIR POLLUTION LEVELS USING ARIMA INTERVENTION MODELLING: A CASE STUDY OF JAKARTA, INDONESIA Dyah Makutaning Dewi; Ariful Romadhon; Istu Indah Setyaningsih; Ika Yuni Wulansari
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 23, No 3 (2022): Special Issue
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v23i3.791

Abstract

Jakarta is a region with a high number of COVID-19 cases in Indonesia. This study investigates the impact of the COVID-19 pandemic and the resulting large scale social restriction on air pollution levels in Jakarta, Indonesia, by studying particulate matter (PM10) levels. This study employs ARIMA intervention using daily COVID-19 case data from January 1, 2020 to September 30, 2020 (the period before and after the first case of COVID-19 in Indonesia on March 2, 2020). The analysis shows COVID-19 started to impact PM10 in Jakarta on the 11th day after confirming the first case in Indonesia, which is indicated by an unordinary increase in PM10 level. However, on the 12th day after intervention, the PM10 level decreases. This occurred at the beginning of the period when large-scale social restrictions are imposed. However, one month after intervention, PM10 increases again and continues to increase until the end of the study. This is allegedly because people are accustomed to being ignorant and bored with the pandemic situation. Social restrictions and movements are no longer effective, which results in the rise of PM10 levels again. Hence, it can be concluded that COVID-19 impacts air quality in Jakarta even though the impact is minimal and in the short term.
ANALISA PERBANDINGAN ANOMALI GRAVITASI DENGAN PERSEBARAN INTRUSI AIR ASIN (STUDI KASUS JAKARTA 2006-2007) Litanya Octonovrilna; I Putu Pudja
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 10, No 1 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v10i1.32

Abstract

Aplikasi pada bidang geofisika, berupa pengukuran gravitasi dilakukan di lapangan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan untuk mendeteksi perubahan kondisi bawah permukaan bumi. Dalam hal ini dilakukan pengukuran gravitasi di wilayah Jakarta untuk mendeteksi perubahan kondisi hidrologi Jakarta dalam kaitannya dengan fenomena intrusi air asin. Secara geografis daerah penelitian berada pada -6.35158 s.d -6.08655 LS dan 106.689 s.d. 106.955 BT. Pengolahan data gravitasi wilayah Jakarta dilakukan dalam 2 periode, yaitu periode I (September 2006) dan periode II (November–Desember 2007). Anomali gravitasi  tertinggi terdapat pada bagian pusat dan barat Jakarta ini mengindikasikan terjadinya fenomena subsidensi dan kekosongan massa akibat eksploitasi air tanah serta tekanan dari sejumlah gedung tinggi yang berpusat pada daerah tersebut. Anomali gravitasi terendah terdapat di bagian barat laut Jakarta yang bersesuaian konsentrasi nilai kepayauan tertinggi, mengindikasikan adanya intrusi air asin yang diakibatkan oleh adanya fenomena Conate Water yang menyusup  pada aquifer air tanah akibat eksplotasi air tanah berlebih. Hubungan pola aliran sungai dengan nilai kepayauan air, membuktikan adanya pengaruh sungai aquifer air tanah, namun dampaknya tidak terlalu berpengaruh terlebih pada aquifer dalam. Gravity measurements are conducted in the field within a certain period in order to detect changes in the earth's surface conditions. We conducted gravity measurements in Jakarta to detect changes in hydrologic conditions in connection to salt water intrusion phenomena. The data processing performed in the two periods, the first period is September 2006 and the second one is November-December 2007. The highest gravity anomalies are in central and western parts of Jakarta. This implies the occurrence of mass subsidence and void due to the exploitation of ground water and the pressure from a number of high buildings based on the area. The lowest gravity anomaly takes place in the northwest of Jakarta. This condition is corresponding to the highest concentrations and show that there is salt water intrusion. The intrusion caused by Connate water that infiltrated the groundwater aquifer due to ground water overexploitation. The relationship between river flow patterns and salt concentration show that there is influence of groundwater aquifer of the river, but the influence is insignificant to deep aquifer.
ANALISIS HAZARD GEMPA DAN ISOSEISMAL UNTUK WILAYAH JAWA-BALI-NTB Jimmi Nugraha; Guntur Pasau; Bambang Sunardi; Sri Widiyantoro
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 15, No 1 (2014)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v15i1.168

Abstract

Jawa, Bali dan NTB merupakan wilayah rawan bencana gempa. Untuk meminimalisasi dampak bencana tersebut, upaya mitigasi perlu dilakukan secara optimal. Salah satunya melalui penelitian hazard kegempaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hazard gempa dan isoseismal daerah penelitian. Tahapan penelitian meliputi studi literatur, pengumpulan dan pengolahan data gempa, pemodelan dan karakterisasi sumber gempa serta analisis hazard gempa dan isoseismal. Analisis hazard gempa dilakukan dengan menggunakan teori probabilitas total dan pemodelan sumber gempa tiga dimensi. Penelitian ini menggunakan katalog BMKG tahun 1903 – 2010, kedalaman 0 – 300 km dan Mw ≥5 serta data PGA yang tercatat di jaringan BMKG. Hasil analisis hazard gempa menunjukkan nilai percepatan tanah maksimum (PGA) di batuan dasar Pulau Jawa, Bali dan NTB  bervariasi dari 0,05 g - 0,5 g. Secara umum, rentang nilai percepatan tersebut relatif hampir sama dengan Peta Gempa Indonesia 2010. Kurva hazard gempa di beberapa kota besar di Pulau Jawa menunjukkan gempa dalam sangat berpengaruh di Kota Serang, Jakarta dan Surabaya. Sumber gempa sesar dominan mempengaruhi hazard di Kota Bandung, Yogyakarta dan Semarang. Analisis isoseismal gempa Tasikmalaya 2 September 2009 dan 26 Juni 2010 menunjukkan daerah di selatan Pulau Jawa bagian barat mengalami guncangan yang cukup kuat sekitar VII – VIII MMI (0,25 g – 0,3 g) yang bersesuaian dengan peta hazard hasil combine source.Java, Bali, and NTB are earthquake-prone areas. One mitigation efforts to minimize the disaster impact is carried out through seismic hazard research. The purpose of this study is to analyze the earthquake hazard and isoseismal for the study area. The stages of the research include the literature study, collecting and processing seismic data, seismic sources modeling and characterization, earthquake hazard and isoseismal analysis. Seismic hazard analysis for the 10% probability of exceedance in 50 years was carried out using the total probability theory and three-dimensional earthquake source modeling. This study used the BMKG catalog from 1903 – 2010, 0-300 km depth, Mw ≥ 5 and PGA data recorded at the BMKG network. The results of this study show the PGA values varied from 0.05 to 0.5 g. In general, the acceleration ranges relatively close to the Indonesian Earthquake Map 2010. Seismic hazard curves in some big cities in Java showed that the deep earthquake was very influential in Serang, Jakarta, and Surabaya. The fault source dominant influence in Bandung, Yogyakarta, and Semarang. Isoseismal analysis of Tasikmalaya earthquakes on September 2, 2009, and June 26, 2010, shows the area in the southwestern part of Java experience strong shocks around VII - VIII MMI (0.25 - 0.3 g) which corresponds to the hazard maps result of combine source.
PENGARUH MICROBURST DAN LOW-LEVEL WIND SHEAR (LLWS) PADA KASUS KECELAKAAN PENDARATAN PESAWAT LION AIR TANGGAL 13 APRIL 2013 DI BALI Achmad Sasmito; Donaldi S. Permana; Alfan S. Praja; Urip Haryoko
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 21, No 1 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v21i1.549

Abstract

Pada tanggal 13 April  2013 pukul 14.00-15.00 WIB telah terjadi musibah jatuhnya pesawat Lion Air Boeing 737-800 di laut Bali sebelum mencapai ujung landas pacu 09 di bandara Ngurah Rai, Bali. Informasi meteorologi yang yang lengkap sangat diperlukan untuk membantu mengungkap penyebab terjadinya peristiwa tersebut. Kajian dilakukan dengan menggunakan data satelit, data radar, model global JMA, data AWOS dan Flight Data Recorder (FDR). Berdasarkan analisis data satelit MTSAT menunjukkan bahwa di sekitar bandara terdapat pertumbuhan awan Cumulus yang berkembang menjadi awan Cumulonimbus (Cb) dengan suhu puncak awan -42o C, hasil analisis data radar cuaca menunjukkan bahwa di sebelah barat landasan sekitar 5 km dari ujung landasan yang biasa digunakan untuk touch down pesawat ditengarai terdapat awan Cumulus dan Cb dengan tinggi dasar awan sekitar 500 meter.  Selain itu, hasil analisis data NWP model global dan AWOS menunjukkan adanya LLWS yakni angin permukaan dominan dari timur sedangkan angin lapisan atasnya (lapisan1000 mb) dominan angin dari timur-laut dengan kecepatan antara 10-15 knot. Dengan mempertimbangkan seluruh data meteorologi yang tersedia, jalur penerbangan, dan kerusakan pesawat diduga kuat bahwa saat akan mendarat pesawat Lion Air berada dibawah awan Cb, dan mengalami microburst sebelum sempat mendarat.   On April 13, 2013 at 14.00-15.00 WIB (07.00 – 08.00 UTC) the Lion Air Boeing 737-800 aircraft crashed in the Bali sea before reaching the end of runway 09 in Ngurah Rai airport, Bali. This study aims to analyze the potential occurrence of microburst and LLWS as the causes of this accident based on satellite, weather radar, JMA global models, AWOS and aircraft FDR data. Satellite data showed that cumulus clouds developed into Cb clouds with peak temperatures of -52.5 oC around the airport. Radar data showed that in the west of the runway around 2 - 3 km there were suspected cumulus and Cb clouds with a cloud base height of about 500 meters. Besides, model data and AWOS showed the existence of LLWS indicated by the easterly surface wind and the northeasterly upper layer winds (925 mb) with speeds between 10-15 knots. This was supported by aircraft FDR data which showed a very strong downburst which caused the aircraft to drop drastically with an average of 375 meters/minute from 6000 feet at 07.00 UTC to 1000 feet at 07.04 UTC before finally crashed at 07.10 UTC. This indicates the potential for a microburst that results in an aircraft accident.
EL NIÑO MODOKI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU CURAH HUJAN MONSUNAL DI INDONESIA Ela Hasri Windari; Akhmad Faqih; Eddy Hermawan
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 13, No 3 (2012)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v13i3.130

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kejadian El Niño Modoki dan pengaruhnya terhadap keragaman curah hujan bertipe monsunal di Indonesia. Selain itu, di dalam penelitian ini juga dikaji perbedaan antara El Niño Modoki dengan El Niño konvensional yang telah dikenal selama ini. Analisis Power Spectral Density terhadap data indeks aSML periode 1979–2010 menghasilkan perbedaan karakteristik temporal antara keduanya. El Niño Modoki memiliki siklus 6–8 tahunan sedangkan El Niño konvensional memiliki siklus 4–5 tahunan. Hasil ini juga didukung oleh hasil analisis Wavelet yang menunjukkan pola osilasi dominan El Niño konvensional ~4 tahunan sedangkan El Niño Modoki  hampir mendekati pola dekadal (~10 tahunan). Hasil analisis komposit dari tujuh kejadian El Niño Modoki, yaitu tahun 1986/87, 1990/91, 1992/93, 1994/95, 2002/2003, 2004/2005, dan 2009/2010 menunjukkan bahwa anomali hangat yang berkaitan dengan peristiwa El Niño biasanya konsisten melampaui nilai threshold sekitar periode Juli–Maret. Fase pertumbuhan mulai terlihat sekitar Maret atau April hingga Januari kemudian mulai turun sekitar bulan Februari. Puncak anomalinya terjadi pada bulan Agustus–Januari. Menurut hasil analisis regresi anomali curah hujan terhadap EMI periode 1971-2000, El Niño Modoki memberikan pengaruh yang jelas terhadap penurunan curah hujan di wilayah Sumbawa Besar, Makassar, dan Banjar Baru pada musim JJA dan semakin kuat pengaruhnya pada musim SON. Wilayah Lampung hanya merasakan pengaruh Modoki dengan jelas pada musim JJA saja sedangkan Indramayu pada musim SON. Penggunaan indeks EMI yang memasukkan informasi aSML di sekitar wilayah Indonesia menyebabkan nilai korelasi silang yang signifikan antara anomali curah hujan dengan EMI hanya menghasilkan jeda maksimum satu bulan. This study aims to investigate El Niño Modoki phenomenon and its influence to monsoonal rainfall behavior over Indonesia. The study is also intended to identify the differences between the El Niño Modoki and the well-known El Niño events, referred in this study as Conventional El Niño. Power Spectral Density and Wavelet analysis shows a different strength in the temporal cycle of both events, four years interannual cycles of Nino-4 index and nearly decadal (~10 years) cycles of EMI data. The composite of seven El Niño Modoki events in 1986/87, 1990/91, 1992/93, 1994/95, 2002/03, 2004/05, and 2009/10, shows the El Niño Modoki events indicated by the raise of EMI exceeding its defined threshold occurred from July to March. The growing phase started from March or April until January then   continued by decaying phase around February. Regression analysis resulted the El Niño Modoki strongly influence monsoonal rainfall bahavior over Sumbawa Besar, Makassar, and Banjar Baru during both June-July-August (JJA) and September-October-November (SON) periods, over Lampung only during JJA, and Indramayu during SON. The use of EMI which includes SST anomaly around Indonesia led to a significant cross-correlation values between monsoonal rainfall anomaly and EMI with only maximum of one month lag time.
KARAKTERISTIK GEOTEKNIK STASIUN ACCELEROMETER TANJUNG PRIOK (JATA) DAN DEPOK (JAUI) Widjojo A. Prakoso; Yunus Daud; Surya Aji Pratama
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 12, No 2 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v12i2.98

Abstract

Karakteristik geoteknik hingga kedalaman 30 m lokasi accelerometer yang berada di lingkungan Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, Jakarta (JATA) dan yang berada di lingkungan Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok (JAUI) dibahas dalam makalah ini. Karakteristik geoteknik ditentukan melalui uji fisik berupa uji cone penetrometer, deskripsi visual-manual contoh tanah dari hasil bor dalam, dan uji standard penetration serta melalui uji geofisik berupa uji seismic downhole. Keempat uji tersebut kemudian dievaluasi untuk membuat model dan melakukan analisis karakteristik geoteknik. Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata berbobot stasiun JATA adalah 188,1 m/s dan termasuk dalam jenis "Tanah Sedang", tetapi analisis lebih lanjut perlu dilakukan. Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata berbobot stasiun JAUI adalah 239,8 m/s dan termasuk dalam jenis "Tanah Sedang". Geotechnical characteristics to a depth of 30 m for accelerometer location within Stasiun Meteorologi Maritim Klas I Tanjung Priok, Jakarta (JATA) and for accelerometer location within FMIPA Campus of Universitas Indonesia, Depok (JAUI) are discussed in this paper. Geotechnical characteristics were evaluated based on phyisical test results of cone penetration tests, visual-manual soil evaluation, standard penetration tests, and geophysical test results of seismic downhole tests.  From these four tests, for each location, a geotechnical characteristic model was developed and a geotechnical characteristic analysis was performed.  Weighted average of shear-wave velocity of JATA station was found to be 188,1 m/s and can be classified as "Stiff Soil", but it appears that a further characterization study needs to be conducted. Weighted average of shear-wave velocity of JAUI station was found to be 239,8 m/s and can be classified as "Stiff Soil".
PENGOLAHAN DAN PEMULIHAN DATA RADAR CUACA MENGGUNAKAN WRADLIB BERBASIS PYTHON Donaldi Sukma Permana; Thahir Daniel F. Hutapea; Alfan S. Praja; Fatkhuroyan Fatkhuroyan; Linda F. Muzayanah
Jurnal Meteorologi dan Geofisika Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31172/jmg.v17i3.350

Abstract

Informasi dari radar cuaca sangatlah penting bagi BMKG dalam memberikan pelayanan terkait prakiraan cuaca jangka pendek (near real time). Perangkat lunak wradlib berbasis python dapat menjadi salah satu solusi alternatif untuk pemanfaatan, pengolahan dan pemulihan data radar cuaca di BMKG. Beberapa kelebihan yang dimiliki wradlib-python adalah berlisensi sumber terbuka sehingga mengurangi ketergantungan terhadap perangkat lunak dari produsen radar tertentu, dapat mengolah dan menampilkan data radar cuaca secara masif, memulihkan dan menyimpan luaran data radar dalam koordinat kartesian (tidak dalam koordinat polar) dan format NetCDF sehingga memudahkan pengguna dalam pengolahan data radar lebih lanjut. Studi ini hanya memfokuskan pengolahan data radar volumetric (.vol) luaran produk Gematronik dan data NetCDF (.nc) luaran produk Enterprise Electronics Corporation (EEC). Beberapa skrip berbasis python telah dirancang untuk membaca Plan Position Indicator (PPI) dan menghitung nilai Constant Altitude PPI (CAPPI) dari data reflektifitas radar per 10 menit dan memulihkannya menjadi luaran data NetCDF dalam koordinat kartesian. Dalam proses pengolahannya dibutuhkan waktu sekitar 1-3 menit menggunakan Personal Computer (PC) dengan spesifikasi processor setara Intel(R) Core(TM) i7 dengan ukuran luaran data sebesar 4-7 MB tergantung kepada radius jangkauan radar, jumlah PPI dan jumlah ketinggian CAPPI. Oleh karena itu, studi ini merekomendasikan penggunaaan wradlib sebagai alternatif solusi untuk pengolahan dan visualisasi data radar cuaca di Pusat Meteorologi Publik dan untuk pemulihan dan penyimpanan data radar cuaca di Pusat Database BMKG.