cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Geologi Kelautan: Media Hasil Penelitian Geologi Kelautan
ISSN : 16934415     EISSN : 25278851     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geologi Kelautan (JGK), merupakan jurnal ilmiah di bidang Ilmu Kebumian yang berkaitan dengan geologi kelautan yang diterbitkan secara elektronik (e-ISSN: 2527-8851) dan cetak (ISSN: 1693-4415) serta berkala sebanyak 2 kali dalam setahun (Juni dan Nopember) oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 284 Documents
SEDIMENTASI PASIR SEPANJANG PANTAI KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Yogi Noviadi; Deny Setiady
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1577.386 KB) | DOI: 10.32693/jgk.18.1.2020.583

Abstract

Pesisir Kulon Progo secara fisiografi merupakan bagian dari zona pegunungan selatan Jawa, berbatasan disebelah timur nya adalah zona Solo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses sedimentasi endapan pasir pantai dan kemungkinan batuan sumber, berdasarkan data pemetaan karakteristik pantai, pengambilan sedimen pantai, georadar, dan analisis kimia di sepanjang pantai Perairan Kulon Progo. Sedimen Pasir tipe 1, di sepanjang pantai Kulon Progo merupakan pasir abu-abu yang merupakan campuran mineral hitam, kuarsa dan pecahan terumbu karang, dimana geomorfologi pantai datar sampai bergelombang (0o–30o). Sedimen pasir tipe 2, merupakan pasir hitam didominasi pasir besi, sedikit mineral kuarsa menempati morfologi sedimen pasir pantai yang datar. Berdasarkan data georadar kondisi geologi bawah permukaan sedimen pasir pantai Kulon Progo terdiri dari 2 sekuen yaitu sekuen A dan sekuen B. Sekuen A dicirikan oleh citra rekaman georadar parallel sampai medium amplitudo, merupakan lapisan sedimen pasir. Sekuen B dicirikan oleh pola paralel sampai amplitudo lemah yang tidak menerus, mengindikasikan sebagai pelapukan batuan pasir. Berdasarkan analisa kimia kandungan Rutil (TiO2), Besi (Fe), (FeO) dan (Fe2O3) banyak ditemukan pada sedimen pasir pantai daerah penelitian. Besi (Fe) merupakan unsur logam yang banyak ditemukan di daerah ini, kandungan Fe antara 1,26% - 10,52%. Sedangkan Rutil (TiO2) kandungannya antara 0,98 % sampai 1,4%.Kata kunci: sedimentasi, pantai, sedimen, pasir, dan besi, Kulon Progo The coastal of Kulon Progo physiographically is part of the Southern Mountain Zone of Java, where to the east is bordered by the Solo Zone. The aim of the study is to know sand sedimentation process, based on coastal characteristics map data, coastal sediment sampling, georadar data, and chemical analysis along the coastline of the Kulon Progo. Sand sediments type 1 along the Kulon Progo coastal composed of gray sand that mixed with opaque mineral, quartz and coral reef fragments, where the geomorphology of the coast is flat to undulating (0o – 30o). Sand sediment type 2 composed of black sand dominated by iron sand and minor quartz occupies the flats sand sediments morphology. Based on georadar data, subsurface geological conditios consists of 2 sequences, namely sequence A and sequence B. Sequence A is characterized by georadar image of parallel - medium amplitude, indicating sand sediment. Sequence B is characterized by parallel to discontinous weak amplitude, indicating a weathered sandstone. Based on chemical analysis Rutil (TiO2), Iron (Fe), (FeO) and (Fe2O3) are found in coastal sand sediments in the study area. Iron (Fe) is a metal element that many found in this area, Fe content is between 1.26%-10.52%. While Rutile (TiO2) is contains between 0.98%-1.4%.Keywords: sedimentation, coastal, sediment, sand and iron Kulon Progo
ANALISIS KANAL-KANAL LANDSAT 8 OLI UNTUK PEMETAAN BATIMETRI DI SEKITAR PULAU PUTRI, KOTA BATAM Nineu Yayu Geurhaneu; Tri Muji Susantoro
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5251.758 KB) | DOI: 10.32693/jgk.18.1.2020.648

Abstract

Batimetri mempunyai peran penting dalam perencanaan wilayah pesisir sehingga pemetaan batimetri dangkal sangat diperlukan. Penginderaan jauh merupakan salah satu metode yang efisien, mudah dan murah untuk pemetaan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kanal-kanal terbaik pada Landsat 8 OLI untuk memetakan batimetri dan kedalaman optimum yang dapat dipetakan sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam memanfaatkan data penginderaan jauh untuk pemetaan tersebut. Lokasi kajian dilakukan di pulau Putri, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Analisis regresi linear menunjukkan kanal tunggal terbaik untuk pemetaan batimetri adalah kanal hijau (kanal 3), diikuti oleh kanal merah (kanal 4) dan kanal inframerah dekat (kanal 5). Namun pemetaan batimetri dengan kombinasi kanal menghasilkan koefisien determinasi yang lebih baik. Analisis best subset menunjukkan pemetaan batimetri pada kedalaman  0 – 20 m menggunakan kanal 2, 3, 5, dan 6 dengan koefisien determinasi (R2) 85,4%; kedalaman 0 – 25 m menggunakan kanal 1, 3, 5, 6, dan 7 dengan R2 75%; dan pemetaan kedalaman 0 – 50 m  menggunakan kanal 1, 3, dan 4 dengan R2 49,1%. Hasil pemetaan batimetri menggunakan Landsat 8 OLI secara umum lebih efektif dan mempunyai akurasi tinggi pada kedalaman 0 – 20 m dan semakin berkurang kemampuannya pada kondisi perairan yang semakin dalam.Kata kunci: Batimetri, Landsat 8 OLI, kanal, algoritma. Bathymetry has an important role in planning coastal areas so that mapping of shallow bathymetry is needed. Remote sensing is one of the efficient, easy and inexpensive methods for mapping. This study aims to analyze the best channels in Landsat 8 OLI for mapping bathymetry and optimum depth that can be mapped so that it can be used as a reference in utilizing remote sensing data for mapping. The location of the study was conducted on the  Putri island, Batam City, Riau Islands Province. Linear regression analysis shows the best single channel for bathymetry mapping is the green channel (channel 3), followed by the red channel (channel 4) and the near infrared channel (channel 5). But bathymetry mapping with channel combinations produces a better coefficient of determination. Best subset analysis shows bathymetry mapping at depths of 0-20 m using channels 2, 3, 5, and 6 with a coefficient of determination (R2) of 85.4%; depth of 0 - 25 m using channels 1, 3, 5, 6, and 7 with R2 75%; and mapping depth 0 - 50 m using channels 1, 3, and 4 with R2 49.1%. The results of bathymetry mapping using Landsat 8 OLI are generally more effective and have a high accuracy at a depth of 0-20 m and are increasingly reduced in conditions of deeper water conditions. Keywords: Bathymetry, Landsat 8 OLI, Band, Algorithm 
ESTIMASI KEDALAMAN BATUAN DASAR CEKUNGAN JAWA TIMUR UTARA MENGGUNAKAN METODE SOURCE PARAMETER IMAGING DAN ANALISIS SPEKTRUM DATA GEOMAGNET Subarsyah Subarsyah; Shaska Ramadhan Zulivandama
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.662

Abstract

Studi mengenai cekungan hidrokarbon selalu berkaitan dengan ketebalan sedimen. Ketebalan sedimen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya hidrokarbon. Cekungan Jawa Timur Utara merupakan cekungan terbukti hidrokarbon namun wilayah kerja aktif produksi ataupun eksplorasi hanya tersebar di bagian timur dan selatan dari cekungan tersebut. Studi ini dilakukan untuk melihat adanya area lain pada Cekungan Jawa Timur Utara yang berpotensi mengandung hidrokarbon berdasarkan ketebalan sedimennya dalam hal ini berasosiasi dengan kedalaman batuan dasar. Metode yang digunakan untuk menghitung kedalaman batuan dasar ialah metode Source Parameter Imaging (SPI) dan analisis spektrum menggunakan data anomali magnet total. SPI merupakan metode semi-otomatis perhitungan kedalaman batuan dasar. Akurasi yang dihasilkan mirip dengan metode Euleur Deconvolution, namun metode SPI memiliki keunggulan dalam menghasilkan estimasi kedalaman batuan dasar koheren yang lebih lengkap. Pada Cekungan Jawa Timur Utara ketebalan sedimen menipis ke bagian utara sehingga secara umum wilayah bagian utara kurang potensial untuk terjadinya pembentukan hidrokarbon. Namun di bagian utara P. Kangean terdapat area dengan ketebalan sedimen maksimum 6500 km, area ini diperkirakan memiliki potensi untuk terjadinya pembentukan hidrokarbon.Kata Kunci: Kedalaman batuan dasar, Analisis Spektrum, Geomagnet. The study of hydrocarbon basins is always related to sediment thickness. Sediment thickness is one of the factors that influence the hydrocarbons forming. The North East Java Basin is a proven hydrocarbon basin but either active or exploration working area is only spread in the eastern and southern parts of the basin. This study was conducted to see the existence of other areas in the North East Java Basin that could potentially contain hydrocarbons based on the thickness of the sediment that associated with basement depth. The method used to calculate sediment thickness is the Source Parameter Imaging (SPI) and spectrum analysis methods using total magnetic anomaly data. SPI is a semi-automatic method to calculate basement depth. Result accuracy is similar to that of Euler Deconvolution, however SPI has the advantage of producing a more complete set of coherent solution points. In the North East Java Basin, the sediment thickness is thinning to the northern part of basin, therefore the northern region is less potential for hydrocarbon formation. However, in the northern part of Kangean Island there is an area with a maximum sediment thickness of 6500 km, this area is estimated to have the potential for hydrocarbon formation.Key words: Basement depth, Spectral Analysis, Geomagnet.
Karakteristik Kawasan Pesisir Pantai Cilamaya (Teluk Blanakan dan Teluk Ciasem), Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat Ipranta, Ipranta; Mawardi, Soni; Hanafi, Mustafa; Christiana, Immaculata
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.667

Abstract

Kawasan pesisir utara Pulau Jawa merupakan kawasan yang sering mengalami perubahan akibat proses hidrometeorologi termasuk pesisir Cilamaya. Paling tidak ada 4 sungai yang mengalir bermuara antara lain Citarum (lama), Blanakan, Cilamaya dan Ciasem. Secara geomorfologi relatif datar yang tersusun dari proses proses fluvial dan proses asal laut sebagai endapan dataran banjir, endapan alur sungai, endapan estuari dan endapan laut. Endapan limpah banjir tersusun oleh lempung lanauan dan lempung kadang dijumpai adanya kerakal dan brangkal, dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai Sawah, tanaman padi. Pasir, karekal dan berangkal merupakan material penyusun endapan alur sungai. Estuari terdiri dari material organik dan lempung. Daerah ini tertutup oleh hutan mangrove dan tambak. Endapan laut didominasi endapan yang berukuran halus lempung dan pasir (halus – kasar) dengan dibeberapa tempat kadang dijumpai pecahan cangkang.Kata kunci: Cilamaya, Kawasan Pesisir, estuariCoastal area in the northern of Java island is part of the always changes caused by hidrometeorogy aspect include the Cilamaya costal area. At least there are four river flow are (old) Citarum, Blanakan, Cilamaya and Ci Asem river. Geomorphologically the relief ralatively flat from the fluvial and marine proccesses, as floodplain, river (channel), estuaries (wet land), marine deposits. The floodplain deposits consists of silty clay and clay some time with pebble, use for the paddy field and some urban area. Sand, pebble and coble are from the river (channel). Estuary consists of organic material and clay, very weak. In the estuary cover by mangrove forest and fish pond. The marine deposits dominantly clay and sand (fine to coarse) with some place found broken shell. The hazards relation with the condition should be mitigate are subsidance, flood from the river and tide (rob).Keyword: Cilamaya, coastal area,  estuaries
INTERPRETASI GEOLOGI CEKUNGAN BERAU - PAPUA DAN SEKITARNYA, BERDASARKAN ANALISIS DATA GAYABERAT Imam Setiadi; Tumpal Bernhard Nainggolan; Ali Albab
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.671

Abstract

Cekungan Berau merupakan cekungan yang mempunyai potensi menghasilkan hidrokarbon seperti halnya cekungan Bintuni dan Salawati. Penelitian yang telah dilakukan pada cekungan ini umumnya membahas studi tektonik dan stratigrafi regional serta geokimia. Analisis mengenai pola sub-cekungan dan konfigurasi batuan dasar belum pernah dilakukan pada daerah ini. Pada eksplorasi hidrokarbon, informasi mengenai tebal sedimen pola struktur dan pola tinggian diperlukan sebagai informasi awal dalam memetakan keberadaan deposenter yang ditindaklanjuti dengan survei lebih detail menggunakan metode seismik sehingga penelitian ini penting dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengestimasi keberadaan sub-cekungan sedimen, mengidentifikasi pola struktur geologi, dan konfigurasi batuan dasar pada cekungan Berau berdasarkan analisis data gayaberat. Metode yang dilakukan yaitu dengan menganalisis data gayaberat menggunakan analisis spektral, filter polinomial, dan pemodelan 2D. Hasil analisis spektral menunjukkan bahwa ketebalan batuan sedimen rata-rata diperkirakan 3.38 Km, orde yang dipilih dari hasil filter polinomial yaitu orde 6 yang digunakan untuk menentukan anomali regional dan residual. Sub-cekungan yang didelineasai berdasarkan hasil anomali residual gayaberat yaitu sebanyak 6 sub-cekungan sedimen, sedangkan pola struktur yang teridentifikasi yaitu berupa pola tinggian, graben, dan patahan/sesar. Hasil pemodelan 2D menunjukkan bahwa batuan dasar pada cekungan Berau yaitu batuan metamorfik dengan nilai rapat massa sebesar 2.8 gr/cc, lapisan di atasnya di interpretasikan sebagai batuan sedimen berumur PraTersier dengan nilai rapat massa 2.5 gr/cc, di atas batuan PraTersier di interpretasikan sebagai batuan sedimen berumur Paleogen dengan nilai densitas sebesar 2.3 gr/cc, lapisan yang paling atas diinterpretasikan sebagai batuan sedimen berumur Neogen dengan nilai rapat massa sebesar 2.4 gr/cc. Berdasarkan hasil analisis gayaberat menunjukkan bahwa Cekungan Berau mempunyai lapisan batuan sedimen yang cukup tebal dan beberapa struktur tinggian yang diduga sebagai tempat migrasi hidrokarbon yang menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui keberadaan hidrokarbon.Kata Kunci : Gayaberat, Analisis Spektral, Polinomial, Pemodelan 2D, Cekungan Berau, Papua BaratBerau Basin is one of basin that potential to produce hydrocarbons like Bintuni and Salawati Basin. Research that has been carried out in these basins is generally tectonic and stratigraphic regional and geochemical studies. Analysis of sub-basin patterns and basement configurations haven’t been done in these area. In hydrocarbon exploration, information about sediment thickness, structure lineament and basement hight patterns is needed as initial information to mapping the depocenter existence which is followed by a more detailed survey such as seismic methods, so that this study is important to do. The research was conducted to delineate sediment sub-basin, to identify geological structure patterns, and basement configuration in the Berau basin based on gravity data analysis. The method used by analyzing gravity data by using spectral analysis, polynomial filtering and 2D forward modeling. The spectral analysis result showed that the average thickness of sedimentary rocks estimated 3.38 Km. The polynomial order chosen from the results of the polynomial filter is order 6 which is used to determine regional and residual anomalies. The sub-basins were delineated based on the results of gravity residual anomalies were 6 sediment sub-basins, while the structural patterns identified are basement height, graben, and fault. The 2D modeling results show that the basement of the basin is metamorphic rock with a mass density value of 2.8 gr/cc, the upper layer of the basement is interpreted as PraTersier sedimentary rock with a mass density value of 2.5 gr/cc, on PraTersier rocks is interpreted as Paleogene sedimentary rocks with a density value of 2.3 gr/cc, the top layer is interpreted as a Neogene sedimentary rock with a mass density value of 2.4 gr/cc. Based on the results of gravity analysis shows that the Berau Basin has a thick layer of sedimentary rocks and some basement height structures that are suspected as places of migration of hydrocarbons which are interesting to be explored further to determine the presence of hydrocarbons.Keywords : Gravity, Spektral Analysis, Polynomial, 2D Modeling, Berau Basin, West Papua
DINAMIKA PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PERAIRAN TELUK BANTEN DAN SEKITARNYA Tubagus Solihuddin; Joko Prihantono; Eva Mustikasari; Semeidi Husrin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.596

Abstract

Penelitian ini berlokasi di Perairan Teluk Banten dan sekitarnya yang secara geografis terletak di ujung barat pantai utara Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan garis pantai, dinamika sedimen, dan batas sel pantai melalui pengolahan data citra satelit, peta tematik, dan observasi lapangan. Karakteristik pantai Teluk Banten dan sekitarnya didominasi oleh pantai berlumpur yang sebagian besar ditumbuhi mangrove seperti di daerah Lontar, Pontang, Sawah Luhur, Kasemen, dan Kramatwatu. Karakteristik campuran pantai berbatu dan berpasir menempati bagian barat Teluk Banten, tepatnya di Bojonegara. Beberapa tempat seperti di Bojonegara kondisi pantainya sudah mengalami modifikasi berupa reklamasi, infrastruktur pelabuhan, jeti, dan struktur pantai lainnya. Dinamika pantai menunjukkan perubahan morfologi yang signifikan di daerah Tanjung Pontang akibat abrasi, serta Delta Ciujung Baru dan Sawah Luhur akibat akresi. Ketidakseimbangan sedimen yang dipicu oleh pengalihan Sungai Ciujung Lama dan alih fungsi lahan mangrove menjadi faktor pemicu terjadinya proses abrasi di Tanjung Pontang. Penempatan struktur breakwater dan hybrid engineering sebetulnya telah dilakukan untuk perlindungan pantai, namun dinilai kurang berhasil. Strategi rehabilitasi dengan membuka aliran air Sungai Ciujung Lama, pemasangan pemecah gelombang ambang rendah, dan penanaman mangrove sangat direkomendasikan untuk mengatasi permalahan abrasi.Kata kunci: dinamika, garis pantai, Teluk Banten, abrasi, transpor sedimen. This research is located at Banten Bay and surrounding areas where geographically positioned on the western end of the north coast of Java. This study aims to determine the shoreline changes, sediment dynamics, and coastal cell boundaries through satellite and thematic map studies, and on-ground observations. The coastal characteristic of the Banten Bay and surrounding areas is dominated by the muddy coast with mangrove vegetation such as in Lontar, Pontang, Sawah Luhur, Kasemen, and Kramatwatu. Whilst, mixed rocky and sandy coasts occur on the west side of Banten bay such as in the Bojonegara industrial area. Some coasts, e.g. Bojonegara, have been modified becoming reclamation areas, ports, jetties, and other coastal structures. The coastal dynamics show significant morphological changes including at Tanjung Pontang due to abrasion, while at new Ciujung delta and Sawah Luhur were experiencing accretion. Sediment imbalances derived by the diversion of the Ciujung Lama River and mangrove area conversions are the main cause of the abrasion in Tanjung Pontang. The installation of the breakwater and hybrid engineering structures has been conducted for coastal protection but is considered to be less successful. Rehabilitation strategies by re-canalizing the Ciujung Lama River, installing submerge breakwaters, and planting mangroves are highly recommended to overcome the abrasion.Keywords: dynamics, shoreline, Banten bay, abrasion, sediment transport.
ANALISIS PROSES SEDIMENTASI DI TAPAK PELABUHAN PALABUHANRATU-KABUPATEN SUKABUMI Dida Kusnida; Mira Yosi; Sonny Mawardi; Joni Widodo; Lukman Arifin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.673

Abstract

Di Palabuhanratu - Kabupaten Sukabumi, sedang dibangun pelabuhan baru untuk mempermudah konektivitas antar wilayah di Jawa Barat selatan dan diharapkan dapat menjadi pelabuhan lintas provinsi yang mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi khususnya di bidang wisata bahari. Namun demikian, saat ini perkembangan pembangunan pelabuhan tersebut nampaknya menghadapi masalah sedimentasi yang cepat di kedua sisi jembatan dan dermaga. Untuk itu, analisis proses sedimentasi di tapak pelabuhan ini dibuat dengan tujuan sebagai bahan referensi studi kasus. Data citra satelit resolusi tinggi menunjukan bahwa luasan sedimentasi di tapak pelabuhan ini sudah mendekati 20,000 m2, sedangkan data hidro-oseanografi mensiratkan bahwa bangunan pemecah gelombang di lepas pantai, diduga membangkitkan difraksi gelombang laut dan arus sepanjang pantai sekaligus sebagai perangkap sedimen membentuk tembolo.Kata kunci : Pelabuharatu, sedimentasi, pemecah gelombang, arus memanjang pantai, tembolo.In Palabuhanratu - Sukabumi Regency, a new port is being built to facilitate the connectivity between regions in southern West Java and is expected to become an inter-provincial port that can promote economic growth, especially in the field of marine tourism. However, at present the development of port construction seems to face the problem of rapid sedimentation on both sides of the trestle and jetty. Therefor,the analysis of the sedimentation process at the port site is intended as a reference of case study. Analysis of high-resolution satellite imagery data shows that the area of sedimentation at this port site is approaching 20.000 m2, while hydro-oceanographic data analysis implies that offshore breakwater is thought to generate wave difraction and longshore current as well as sediment trap forming tembolo. Keywords:Palabuhanratu, sedimentation, breakwater, longshore current, tembolo.
KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR TANAH BERDASARKAN PENAFSIRAN DATA GEORADAR DI PESISIR PANTAI BARAT DAYA PULAU ROTE Muhammad Zulfikar; Fauzi Budi Prasetio; Undang Hernawan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.619

Abstract

Pulau Rote merupakan pulau bagian selatan wilayah Indonesia yang terbentuk akibat adanya kolisi antara dua lempeng benua antara Australia – Asia, sehingga terjadi pengangkatan yang membentuk daratan hingga saat ini. Formasi batuan yang tersingkap di permukaan bagian timur - selatan Pulau Rote tersusun atas endapan-endapan Kuarter dan Formasi Batuan berumur Kuarter yang terdiri dari Endapan Aluvium dan Endapan Pantai (Qa), Endapan Konglomerat (Qac), Batugamping Koral (Ql), Formasi Noele (Qtn). Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi endapan kuarter bawah permukaan dan kemunginan keberadaan air tanah. Survei ini menggunakan peralatan Ground Peneterating Radar (GPR) tipe Sirveyor 20, antenna (MLF) frekuensi 40 MHz dan software Radan 5 untuk pemrosesan data. Hasil identifikasi fasies radar menunjukkan bahwa kondisi geologi di bawah permukaan pada kedalaman 15 – 30 meter merupakan batupasir yang dapat disebandingkan dengan Formasi Noele (Qtn). Pada kedalaman 2-15 meter merupakan lapisan yang tersusun atas batugamping bioklastik (batugamping koral) yang dapat disebandingkan dengan Batugamping Koral berumur Kuarter (Ql). Pada kedalaman 0-1 meter merupakan endapan pantai berumur Holosen yang dapat disebandingkan dengan Endapan Alluvium dan Endapan Pantai (Qa). Keberadaan air tanah diperkirakan berada pada lapisan Batugamping Koral dengan kedalaman sekitar 12-15 meter.Kata kunci: Georadar, GPR, endapan Kuarter, Pulau Rote, fasies radarRote Island is the southern part of Indonesia which was formed by two continental plates collision between Australia and Asia plates, so that there will be an uplift that forms the land until now. The Quaternary rock units are well exposed in the east-south part of Rote Island, which are composed of Alluvium and Coastal Deposits (Qa), Conglomerate Deposits (Qac), Coral Limestone (Ql), and Noele Formation (Qtn). This study provides lithological characteristics of quaternary deposit and possibility of ground water presence by using georadar data interpretation. This survey using Sirveyor 20 GPR equipment type with MLF antenna frequency 40 Mhz and Radan 5 as processing software. Result of radar facies identification showed geological condition at 15-30 depth was sandstone that can be compared to the Noele Formation (Qtn). At 2-15 meter depth is a layer composed of bioclastic limestone (coral limestone) which can be compared to Quaternary coral limestone (Ql). At 0-1 meter depth is Holocene deposit that can be compared to Alluvium and Coastal Deposit (Qa). The presence of ground water is estimated to be in the coral limestone layer at 12-15 meter depth.Keywords: Georadar, GPR, Quaternary deposit, Rote Island, radar facies
POTENSI ENERGI GELOMBANG LAUT DI PERAIRAN MENTAWAI Irwan Hidayat Suherman; Purnomo Raharjo
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 18, No 2 (2020)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.18.2.2020.564

Abstract

Berdasarkan data sekunder kejadian gelombang signifikan tahunan dan dari hasil pemodelan distribusi gelombang.di perairan Mentawai, tercatat tinggi gelombang di daerah tersebut adalah antara 1,4 – 2,3 meter dengan perioda sekitar 7,8 – 8,3 detik dari 35% total frekuensi kejadian gelombang tahunan. Perhitungan potensi energi gelombang dikaji dengan menggunakan pemodelan yang dirata-ratakan untuk periode sepuluh tahun antara 2006 dan 2015 dengan mempertimbangkan variabilitas tahunan dan musiman. Dari persamaan perhitungan potensi energi gelombang, didapat rata-rata daya gelombang tahunan sekitar 8-16 kW/m dengan daya maksimum 16-20 kW/m di area pantai barat Pulau Siberut (PKST). Sementara perubahan rata-rata bulanan daya gelombang selama 10 tahun (2009-2018) dihitung dengan mengacu dari data satelit AVISO pada koordinat 04o-01o LS dan 98o-101o BT dengan resolusi spasial sebesar 1ox1o dengan data batimetri GEBCO resolusi 1 menit. Dari hasil pemodelan didapat musim timur (Juni-Juli-Agustus) dan musim peralihan ke-2 (September-Oktober-November) mencapai 17 kW/m di perairan Pasakiat Teileleu. Hasil verifikasi model gelombang terhadap data altimetri menunjukkan tingkat korelasi hingga 76,23%.Kata kunci: Tinggi gelombang signifikan (Hs), daya gelombang (P), variabilitas musim, Mentawai. Based on secondary data of significant annual wave events and from the results of wave distribution modeling in the Mentawai waters, recorded wave height in the area is between 1.4 - 2.3 meters with a period of about 7.8 - 8.3 seconds from 35% of the total frequency annual wave events.Calculation of wave energy potential is assessed using averaged modeling for the ten years period between 2006 and 2015 taking into account annual and seasonal variability. From the equation of the calculation of wave energy potential, the average annual wave power is around 8-16 kW / m with a maximum power of 16-20 kW / m in the western coast area of Siberut Island (PKST). While the change in monthly average wave power for 10 years (2009-2018) is calculated by referring to the AVISO satellite data at coordinates 04o-01o S and 98o-101o E with 1ox1o spatial resolution with GEBCO bathymetry data 1 minute resolution. From the modeling results, the east monsoon (Juny-July-August) and the second transition monsoon (September-October-November) reached 17 kW/m in the waters of Pakasiat Teleleu. The results of the verification of the wave model against the altimetry data showed a correlation level of up to 76.23%.Key word: Significant Wave Height (Hs), Wave Power (P), seasonal variability, Mentawai.
REVIEW: SEDIMENTASI DAN PENYEMPITAN MIXING ZONE DI PERAIRAN PESISIR MUARA TAWAR, KABUPATEN BEKASI - JAWA BARAT Ir. Dida Kusnida, M.Sc.; Sonny Mawardi; Lukman Arifin; Mira Yosi; Nineu Gerhaneu
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.709

Abstract

Kajian geologi kelautan berdasarkan data citra satelit resolusi tinggi dan data hidro-oseanografi regional Teluk Jakarta yang dipublikasikan, menunjukan adanya perubahan lingkungan eksternal di sekitar tapak PLTGU Muara Tawar secara signifikan. Perubahan tersebut berupa penyempitan dan pendangkalan perairan di daerah Mixing Zone seluas kurang lebih 90-an Ha dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Situasi seperti ini menunjukan penurunan mutu lingkungan di area mixing zone, yaitu tempat bercampurnya air bahang dari kondensor melalui outfall dengan airlaut baku yang masuk melalui saluran intake. Kajian ini mensiratkan perlunya usulan pengendalian alih lahan di pesisir perairan Muara Tawar serta adanya pemeliharaan dan pendalaman area mixing zone terutama di dekat mulut outfall agar cukup memberi waktu bagi proses pendinginan air bahang dari pembangkit.