cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Geologi Kelautan: Media Hasil Penelitian Geologi Kelautan
ISSN : 16934415     EISSN : 25278851     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geologi Kelautan (JGK), merupakan jurnal ilmiah di bidang Ilmu Kebumian yang berkaitan dengan geologi kelautan yang diterbitkan secara elektronik (e-ISSN: 2527-8851) dan cetak (ISSN: 1693-4415) serta berkala sebanyak 2 kali dalam setahun (Juni dan Nopember) oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 284 Documents
SEBARAN ARUS GEOSTROPIK DAN TRANSPOR MASSA AIR DI PERAIRAN PULAU SUMBA, NUSA TENGGARA TIMUR Tanto, Try Al; Hartanto, Tri
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.691

Abstract

Arus geostropik dapat terjadi akibat perbedaan gradien tekanan, serta dipengaruhi oleh gaya coriolis sehingga menyebabkan pembelokkan arah aliran yang terjadi. Tujuan kajian adalah untuk mengetahui sebaran arus geostropik dan transport massa air di perairan barat daya P. Sumba - NTT pada musim berbeda (musim timur dan peralihan I). Data yang digunakan adalah data sekunder, data hasil reanalysis karakteristik massa air seluruh lautan dunia. Pengolahan data dilakukan dalam perangkat lunak ODV, juga perhitungan grafik arus geostropik dengan pengolah data Excel. Kisaran nilai densitas potensial (σt) adalah 1022.18 – 1027.61 kg/m3(musim timur) dan 1021.33 – 1027.60 kg/m3 (musim peralihan I), nilai densitas pada musim timur lebih tinggi. Sebaran kedalaman dimanik menunjukkan aliran air terjadi dari ST 5 yang berada pada laut lepas dari P. Sumba menuju ST 1 berdekatan dengan pesisirnya, searah dengan angin muson tenggara. Arus geostropik terjadi terutama menuju ke arah barat, dengan pembelokkan oleh gaya coriolis. Kecepatan arus geostropik pada musim timur antara ST 1 dan ST 2 adalah 0.09 – 10.45 cm/s, ST 2-3 sebesar 0.07 – 14.52 cm/s, ST 3-4 sebesar 0.03 – 7.14 cm/s, dan ST 4-5 sebesar 0.02 – 2.49 cm/s. Kecepatan aliran arus pada musim peralihan I antara ST 1 dan ST 2 sebesar 0.03 –8.55 cm/s, ST 2-3 sebesar 0.06 – 9.71 cm/s, ST 3-4 sebesar 0.0037 – 3.32 cm/s, dan ST 4-5 sebesar 0.0004 – 0.99 cm/s. Nilai transport massa air pada perairan barat daya P. Sumba musim timur mencapai 1.35 - 4.46 Sv, untuk musim peralihan I lebih rendah sebesar 0.32 – 3.43 Sv.
ASOSIASI FASIES & REKONSTRUKSI PALEOGEOGRAFI PADA ZONA TRANSISI FORMASI TALANGAKAR, CEKUNGAN ASRI, LEPASPANTAI BLOK TENGGARA SUMATRA, INDONESIA Ralanarko, Dwandari; Iqbal Ramadhan, M.; Fauzielly, Lili; ⠀, Winantris; Syafri, Ildrem; ⠀, Abdurrokhim
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.736

Abstract

Lapangan Widuri terletak pada konfigurasi antiklin tersesarkan yang terletak pada back arc basin Cekungan Asri, Sumatera Tenggara yang berumur Paleogen. Lapangan Widuri pertama kali dilakukan pemboran sumur eksplorasi pada tahun 1988 pada reservoir Batupasir Formasi Talangakar. Penelitian terdahulu belum pernah mengintegrasikan data sumur dan data seismik 3D untuk mengidentifikasi penyebaran reservoir batupasir dan rekonstruksi paleogeografi, sehingga dilakukan penelitian pada interval reservoir 35-A dan 34-B yang merupakan dua dari enam reservoir produktif di Lapangan Widuri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pengkarakterisasian asosiasi fasies dan rekonstruksi paleogeografi dengan mengintegrasikan data deskripsi batuan inti, petrografi, log tali kawat, biostratigrafi, uji sumur, dan seismik 3D. Metode yang digunakan meliputi analisis fasies dan lingkungan pengendapan, analisis stratigrafi sikuen, pemetaan struktur, geometri reservoir, hingga rekonstruksi pengendapan.. Hasil analisis pada interval 35-A dan 34-B tersusun atas sembilan litofasies yaitu, F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, F8, F9. Interval 35-A menunjukkan lingkungan pengendapan Fluvial dengan 3 asosiasi fasies yaitu, Fluvial Channel, Floodplain, dan Swamp, sedangkan pada interval 34-B menunjukkan lingkungan pengendapan Fluvio-Tide Delta dengan 3 asosiasi fasies yaitu, Distributary Channel, Tidal Flat, dan Swamp. Distribusi fasies Channel digambarkan pada analisis geometri, stratigrafi sikuen, dan seismik 3D yang menunjukkan arah pengendapan dengan arah Baratlaut – Tenggara.  Data biostratigrafi berupa kemunculan akhir fosil polen berumur Oligosen Akhir dan kemunculan awal fosil foraminifera berumur Miosen Awal menunjukkan perubahan paleoenvironment secara gradual dari terrestrial (darat) menjadi transisi, serta paleoclimate dari iklim basah menjadi iklim kering yang terjadi pada rentang umur Oligosen Akhir – Awal Miosen. Berdasarkan data batuan inti yang menunjukkan perubahan litofasies Batupasir simpang siur dan Batulempung masif menjadi  Batupasir flaser dan Batulempung lenticular mencirikan pengaruh dari pasang surut air laut yang dikontrol oleh curah hujan dan iklim. Paleogeografi pada Interval 35-A dan 34-B secara umum mengikuti dua tahapan perekahan tektonik yaitu: 1) fase Late Syn-Rift dicirikan oleh lingkungan sungai berkelok dan dataran Alluvial pada interval 35-A (Oligosen Akhir); 2) fase Early Post-Rift, dicirikan oleh lingkungan sungai berkelok dan Deltaic pada interval 34-B (Miosen Awal).
BIOZONA DELTA MAHAKAM MODERN BERDASARKAN KUMPULAN FORAMINIFERA BENTIK KECIL DAN POLEN KALIMANTAN TIMUR Jurnaliah, Lia; ⠀, Winantris
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.742

Abstract

ABSTRAKLokasi penelitian terletak di Delta Mahakam, Kalimantan Timur.  Sebanyak 83 sampel sedimen diambil dari 3 bagian delta, yaitu Delta Plain, Delta Front dan Distributary Channel.  Analisis foraminifera bentik kecil dan polen dilakukan dengan metode kuantitatif.  Selanjutnya, Analisis kluster digunakan dalam penentuan biozona Delta Mahakam.  Hasil penelitian menunjukkan Delta Mahakam terbagi menjadi 4 biozona, yaitu Biozona I (Polen palmae) terletak di Delta Plain, Biozona II (Foraminifera “A”) dan  Biozona III (Foraminifera “B”) terletak di Delta Front.  Sementara itu,  Biozona IV (Polen non mangrove) terletak di Delta Plain, Delta Front dan Distributary Channel.  Berdasarkan pola penyebaran biozona, Bagian Utara Delta Mahakam mempunyai biozona yang lebih beragam dibandingkan dengan bagian Selatan Delta Mahakam. Kata Kunci:  Delta Mahakam, foraminifera bentik kecil, polen, biozona.
STUDI IDENTIFIKASI DASAR LAUT DALAM PENDETEKSIAN PIPA BAWAH LAUT (STUDI KASUS PIPA PERTAMINA BALIKPAPAN) Abimanyu, Alin; Primana S., Dyan; Rechar, Janjan
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.711

Abstract

Pada tanggal 31 Maret 2018 telah terjadi pencemaran laut yang diakibatkan oleh tumpahnya minyak bumi di perairan Balikpapan. Hasil survei ditemukan bahwa tumpahan minyak di perairan tersebut terjadi karena patahnya pipa bawah laut milik Pertamina. Dalam upaya identifikasi pipa tersebut, digunakan 3 peralatan survei bawah laut yakni Multibeam echosunder (MBES), Side Scan Sonar (SSS) dan Magnetometer. Peralatan survei yang digunakan, berbeda pada tahap akusisi maupun tahap analisis dalam memperoleh informasi yang akan disajikan, oleh karena itu, diperlukan metode serta analisis tertentu untuk mempercepat identifikasi suatu objek dibawah laut. Selain menyediakan informasi batimetri, MBES memiliki fitur informasi hambur balik (backscatter) yang dapat digunakan untuk memperoleh nilai intensitas akustik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis sedimen (substrat dasar laut) dan objek dasar laut lain berdasarkan tingkatan nilai intensitas akustik. Dengan nilai intensitas akustik tersebut suatu objek bawah laut dapat segera diidentifikasi di lapangan. Hasil identifikasi dengan nilai intensitas akustik di area perairan Balikpapan diperoleh material pipa bawah laut memiliki intensitas akustik sebesar 24,1 dB dan sedimensi berupa Lanau sedang (Medium Silt) dan Pasir sangat halus (Very Fine Sand).
STRUKTUR GEOLOGI SELAT MADURA JAWA TIMUR Arifin, L.; ⠀, Susilohadi; Setyadi, D.; Silalahi, I. R.; Kristanto, N. A.; Rahardjo, P.; Purwanto, C.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.737

Abstract

Penelitian dilakukan di perairan Selat Madura yang berada diantara Pulau Madura dan Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kondisi geologi dan pola sedimentasi yang ditafsirkan dari data rekaman seimik pantul. Orientasi struktur geologi Selat Madura berarah barat-timur, serupa dengan orientasi zona Kendeng di daratan Jawa Timur. Struktur antiklin yang berkembang di darat menerus hingga Selat Madura yang ditunjukkan di beberapa pulau seperti P. Kambing dan P. Ketapang yang merupakan puncak-puncak antiklin.Pada lereng selatan antiklin P. Gili Genting dan P. Gili Raja batuan berumur Pliosen Akhir dan batuan Quarter mencirikan adanya penurunan cekungan yang cepat dan menerus. Poros cekungan ini diperkirakan diisi oleh sedimen dengan ketebalan lebih dari 500  m, dimana pada bagian antiklin kemungkinan ditempati oleh batuan berumur Tersier Akhir sebanding dengan batuan yang tersingkap pada kedua pulau di atas.
ANALISIS INPUT SEDIMEN SEJAK PLEISTOSEN AKHIR DI PERAIRAN UTARA PAPUA, SAMUDRA PASIFIK Damanik, Adrianus; Maryunani, Khoiril Anwar; Nugroho, Septriono Hari; Putra, Purna Sulastya
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.663

Abstract

Perairan Indonesia, salah satunya Perairan Utara Papua, memiliki peran penting dalam sirkulasi global, yaitu sebagai salah satu pintu masuk Arlindo yang mengalir dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia. Rekonstruksi perubahan input sedimen sejak ~19 ribu tahun lalu dilakukan pada sampel sedimen laut dalam (OS-07) sepanjang 246 cm yang diambil dari kedalaman 4327 m di Perairan Utara Papua, Samudra Pasifik. Sampel diambil pada Ekspedisi Nusa Manggala 2018 dengan menggunakan penginti gravitasi pada Kapal Riset Baruna Jaya VIII. Rekonstruksi input sedimen dilakukan berdasarkan data kandungan unsur kimia Fe, Ti, dan Rb dan normalisasi unsur darat terhadap unsur laut. Input sedimentasi yang tinggi ditunjukkan pada Plesitosen Akhir (~19.5-16 ribu tahun BP) yang kemudian menurun pada pada ~12.5-10 ribu tahun BP yang diinterpretasikan berkaitan dengan peristiwa Younger Dryas. Pada Kala Holosen, input sedimen yang tinggi ditunjukkan pada ~8-5 ribu tahun BP dan ~2-0,5 ribu tahun BP, dan input sedimen yang rendah pada ~11-8 ribu tahun BP dan ~5-2 ribu tahun BP.
SEBARAN SEDIMEN BERDASARKAN ANALISIS PARAMETER UKURAN BUTIR DI PERAIRAN MUARA SUNGAI SAMBAS KALIMANTAN BARAT Warsidah Warsidah; Risko Risko; Dicky Wahyuda Saputra; Muliadi Muliadi; Zan Zibar; Heni Susiati
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 2 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.2.2021.723

Abstract

Studi tentang sebaran sedimen dasar laut ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase nilai fraksi, jenis dan parameter statistik ukuran butir. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2021 di perairan muara Sambas, Kecamatan Pemangkat, Kalimantan Barat. Hasil persentase fraksi sedimen dasar laut dari pasir di lokasi ini diperoleh nilai rata-rata sebesar 23,11 %, lanau 63,33 % dan lempung 13,56 %. Dari hasil tersebut secara keseluruhan didapatkan sebaran jenis sedimen dasar di perairan ini didominasi oleh lanau. Berdasarkan parameter ukuran butir sedimen dasar diperoleh nilai ukuran butir rata-rata (Mz) berkisar antara 1,04 – 2,47. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemusatan sedimen di lokasi penelitian berada pada klasifikasi pasir halus (fine sand) dan pasir sedang (medium  sand). Kemudian nilai sortasi yang diperoleh dari seluruh stasiun berkisar antara 0,93 - 1,50 dengan klasifikasi terpilah sedang (moderately sorted) dan terpilah buruk (poorly sorted), nilai skewnes berkisar antara 0,54 – 1,45 dengan klasifikasi condong sangat halus dan nilai kurtosis pada setiap stasiun berkisar antara 0,61 – 1,17 dengan klasifikasi platycuric, mesokurtic, very platykuric dan leptokurtic.
STUDI IDENTIFIKASI PERANGKAP HIDROKARBON PALEOGEN - NEOGEN DI PERAIRAN WOKAM ARU UTARA, PAPUA BARAT: DATA UTAMA HASIL SURVEI GEOMARIN III Wijaya, Priatin Hadi; Setiady, Deny; Jusfarida, Jusfarida; Wibowo, R.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 19, No 1 (2021)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.19.1.2021.694

Abstract

ABSTRAKPerairan Wokam Aru Utara, Papua Barat merupakan bagian tepi utara passive margin Mesozoik Arafura – Australia. Hasil survei dengan KR. Geomarin III di perairan Wokam 2014 diperoleh lintasan seismik Multi Kanal 1.182 km, dan pemeruman batimetri/sub bottom profiles (SBP) 1.510 km. Metode dilakukan interpretasi penampang seismik hasil survei, pengikatan sumur pemboran dan seismik, analisis petrofisika dan pemetaaan geologi bawah permukaan. Pada penampang seismik telah dilakukan interpretasi aspek struktur geologi dan perlapisan sedimen yang sebelumnya telah diikat dengan data sumur ASA-1X, ASM-1X dan ASB-1X untuk tiga horizon yaitu Top Neogen, Top Paleogen dan Base PaleogenPeta bawah permukaan Paleogen – Neogen menunjukan beberapa klosur yang berpotensi di bagian batas paparan dengan palung Aru serta bagian barat. Pada bagian Tenggara terdapat kenampakan onlapping sedimentasi Tipe struktural yang berkembang sebagai perangkap secara dominan berupa graben – half graben dan tilted faul. Onlaping sedimentasi yang mebaji juga dapat berpotensi.Struktur geologi pada area penelitian secara umum dikontrol oleh sesar utama Zona Sesar Palung Aru Utara di tepian paparan sampai lereng, mengarah utara - timur laut ke selatan - barat daya. Struktur ikutan yaitu sesar-sesar normal mengarah utara - timur laut ke selatan - barat daya di paparan sebelah timur zonar sesar utama.Studi awal potensi migas ini teridentifikasi empat lokasi potensi perangkap hidrokarbon dari umur Paleogen - Neogen, yaitu satu lokasi dari Peta Base Paleogen, dua lokasi Top Paleogen dan satu lokasi Top Neogen. kata kunci: Wokam, Aru, migas, seismik, struktur, interpretasi, jebakan, Geomarin III ABSTRACTThe waters of Wokam North Aru, West Papua are part of the northern edge of the Mesozoic passive margin of Arafura - Australia. Survey results with KR. Geomarin III in the waters of Wokam 2014 obtained a multi-channel seismic trajectory of 1,182 km, and bathymarism/sub bottom profiles (SBP) 1,510 km. The method is to interpret the seismic cross-section of the survey results, tie drilling and seismic wells, petrophysical analysis and mapping the subsurface geology. In the seismic section, an interpretation of the structural aspects of the geology and sediment layers has been carried out previously tied to data from the ASA-1X, ASM-1X and ASB-1X wells for three horizons, namely Top Neogen, Top Paleogene and Base Paleogene.The subsurface map of the Paleogene - Neogeneous surface shows several potential closures in the exposure boundary with the Aru Trench as well as the western part. In the Southeast, there is the appearance of sedimentation onlapping. Structural types that develop as traps are predominantly graben - half graben and tilted fault. The onlaping sedimentation also has potential. The geological structure in the study area is generally controlled by the main fault of the North Aru Trench Zone on the edge of the exposure to the slope, heading north - northeast to south - southwest. Follow-up structures are normal faults pointing north - northeast to south - southwest on the eastern exposure of the main fault zone.This preliminary study of oil and gas potential identified four potential locations for hydrocarbon traps from the Paleogene - Neogene age, namely one location from the Paleogene Base Map, two Top Paleogene locations and one Top Neogen location.Keyword: Wokam, Aru, oil and gas, seismic, structure, interpretation, traps, Geomarin III
Mekanisme Pengendapan Berdasarkan Metoda Statistik Sedimen Dasar Laut (Pasir Laut) Di Perairan Bintan Selatan Dan Sekitarnya, Propinsi Kepulauan Riau Setyanto, Agus; Setiady, Deny
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 20, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.20.1.2022.756

Abstract

Daerah penelitian secara geografis terletak pada koordinat 0° 46' - 0° 50' Lintang Utara dan 104° 28' 30" - 104° 37' 30" Bujur timur, merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Fenomena yang menarik di daerah perairan Bintan Selatan ini adalah bagaimana kita mengetahui konsep mekanisme sedimentasi yang pendekatannya sangat akurat dengan menggunakan pemanfaatan dengan alat banti metoda statistik. Metoda penelitian yang dilakukan adalah pengambilan sedimen dasar laut, analisis besar butir (granulometri) dan parameter statistik besar butir. Pararameter statistik untuk mengetahui karakteristik tansportasi sedimen, dimana analisis perubahan spasial dalam parameter ukuran butir (rata-rata, sortasi dan skewness) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk identifikasi proses transportasi dan pengendapan sedimen. Setelah perhitungan ukuran rata-rata butir didapat, selanjutnya dihubungkan dengan keterdapatan batupasir dengan metode analisis regresi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Proses pengendapan berdasarkan metoda statistik Ukuran Butir pada sedimen dasar laut (pasir laut) di Perairan Bintan Selatan dan Sekitarnya. Berdasarkan penentuan analisis parameter ukuran butir menunjukkan bahwa perairan Bintan Selatan pada daerah prospek area A, B, C, dan D didominasi oleh pasir sangat halus – kasar. Proses pengendapan dengan energi tinggi dan berubah-ubah tersebut dicirikan dengan terendapkannya sedimen berukuran sangat halus – kasar. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pengaruh ukuran butir signifikan pada sedimen batupasir daerah penelitian
Sebaran Granit Klabat Berdasarkan Interpretasi Seismik Saluran Tunggal Di Perairan Utara Tanjung Berikat Muhammad Zulfikar; Budi Muljana; Ildrem Sjafri
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 20, No 1 (2022)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.20.1.2022.753

Abstract

Perairan Tanjung Berikat merupakan salah satu perairan di daerah Pulau Bangka yang dilalui oleh jalur granit Asia Tenggara. Keberadaan jalur granit ini berhubungan erat dengan keterdapatan batuan granit yang berperan sebagai batuan sumber pembawa timah baik di daratan dan perairan. Namun demikian, keterdapatan Granit Klabat yang diketahui pada daerah Tanjung Berikat hanya batuan granit yang terlihat di darat saja. Sementara itu, jika melihat keterdapatan granit dalam bentuk singkapan maupun bongkah-bongkah pada wilayah pantai Tanjung Berikat dan sekitarnya, maka diduga adanya sebaran Granit Klabat ini menerus hingga ke arah laut. Metode yang digunakan ialah seismik saluran tunggal (single channel) dengan sumber suara berupa Boomer Single Plate dengan energi sebesar 400 Joule dan frekuensi 300 – 600 Hz. Dari rekaman seismik diinterpretasikan menjadi 4 (empat) unit dimana Unit-1, Unit-2, dan Unit-3 yang berada di atas basement akustik diduga berumur Kuarter. Basement akustik yang berumur Trias Awal kemudian diterobos oleh batuan yang diduga sebagai Granit Klabat. Selanjutnya dilakukan konturing menggunakan metode convergence interpolation. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran batuan Granit Klabat di daerah penelitian terlihat hingga area ±2,5 km dari garis pantai dengan kedalaman berkisar antara 20-80 milisecond pada bagian tengah-timur daerah penelitian dan 40-80 milisecond pada bagian barat daerah penelitian.