cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Jl. Dr. Junjunan No. 236 Bandung-40174
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Geologi Kelautan: Media Hasil Penelitian Geologi Kelautan
ISSN : 16934415     EISSN : 25278851     DOI : -
Core Subject : Science,
Jurnal Geologi Kelautan (JGK), merupakan jurnal ilmiah di bidang Ilmu Kebumian yang berkaitan dengan geologi kelautan yang diterbitkan secara elektronik (e-ISSN: 2527-8851) dan cetak (ISSN: 1693-4415) serta berkala sebanyak 2 kali dalam setahun (Juni dan Nopember) oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 284 Documents
KARAKTERISTIK PANTAI PULAU LAUT-SEKATUNG (SALAH SATU PULAU TERLUAR NKRI) Kris Budiono; Godwin Latuputty
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 11, No 2 (2013)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1945.789 KB) | DOI: 10.32693/jgk.11.2.2013.233

Abstract

Pulau Laut-Sekatung adalah salah satu pulau terluar Negara Republik Indonesia yang berbatasan dengan perairan Malaysia Timur. Pulau ini terletak di laut Cina Selatan sebagai bagian dari Kepulauan Natuna dan secara administratif termasuk Provinsi Kepulauan Riau. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan tipologi kawasan pantai berdasarkan metoda geologi dan geofisika kelautan seperti pemetaan geologi kawasan pantai, pengambilan contoh sedimen, serta data-data penunjang seperti pengamatan pasang surut, pengukuran arus dan batimetri. Berdasarkan metoda-metoda tersebut, kawasan pantai Pulau Laut dapat dibedakan 3 jenis yaitu, pantai berpasir, pantai berbatuan dan pantai berbakau. Pantai tipe I adalah pantai berpasir menempati bagian selatan dan timur daerah penelitian, merupakan pasir hasil metasedimen dan terumbu karang. Pantai tipe II adalah pantai berbakau, menempati bagian tenggara daerah penelitian dan merupakan endapan rawa dengan morfologi pedarataran. Pantai tipe III merupakan pantai berbatuan menempati bagian timur dan utara daerah penelitian, merupakan singkapan batuan metasedimen dan batuan beku berumur Kapur yang berasal dari Formasi Bunguran. Tipe pasang surut di perairan Pulau Laut-Sekatung adalah harian tunggal (diurnal tide). Morfologi dasar laut perairan pantai sebelah barat dan timur berbeda, dimana sebelah barat dari garis pantai morfologinya curam sedangkan sebelah timur morfologinya landai. Perubahan garis pantai dicirikan oleh erosi pantai dibagian barat dan akrasi dibagian timur. Kata kunci: Pulau Laut-Sekatung, pulau terluar, karakteristik pantai The Sekatung-Laut Island is one of the outer island of the Republic Indonesia which bordered with the East of Malaysia waters. This island is located in the South China Sea as part of Natuna island and administratively within the Province of Riau islands. The purpose of this study is to know the characteristic and typology of coastal area. To support this purpose, the geology and geophysical survey method such as coastal mapping, sediment sampling, tide, current and bathymetry measurement have been done. Based on these method, the coastal area of Sekatung-Sea island can be distinguished in to 3 type. Coastal type I is a sand coast which is located in the south and east of the island where sand material is derived from meta-sediment rock and coral reef. Coastal type II is a mangrove coast which is located in the south east of study area. This coast is characterized by swamp deposits, mangrove plantation and plain area. Coastal type III is a rocky coast. This coast is characterized by the steep cliff of Cretaceous meta-sediment and volcanic rock of Bungaran Formation. Tide characteristic of study area is diurnal tide and the maximum current velocity is about 1.6 meter/second and is dominated by north direction. The morphology of water coast at west coast is very steep and in the eastern part is very flat. The coast line change is characterized by the erosion in the eastern part and akrasi to sable coast in the western part. Key words: Laut-Sekatung island, outer island, coastal characteristic
POLA SEBARAN GAS CHARGED SEDIMENT DASAR LAUT DI PERAIRAN SIDOARJO JAWA TIMUR Nyoman Astawa; Priatin Hadi Widjaja; Wayan Lugra
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 9, No 2 (2011)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1697.98 KB) | DOI: 10.32693/jgk.9.2.2011.201

Abstract

Gas charged sediment dalam rekaman seismik dicirikan oleh tidak adanya gambar pantul dalam (free reflector), karena gas charged sediment merupakan media penyerap energi. Dari hasil penafsiran rekaman seismik dapat dibuat Peta Pola Sebaran Gas Charged sediment di daerah penelitian. Pola sebaran gas charged sediment di daerah penelitian cukup luas yaitu mulai dari Perairan Sukolilo hingga ke muara Kali Porong. Di bagian selatan daerah penelitian (L-12), sebaran gas charged sediment relatif lebih luas jika dibandingkan dengan di bagian utara (L-19). Kata kunci : seismik, penafsiran, peta pola sebaran gas charged In the seismic record gas charged is characterized by free reflectors, because the gas charged is an energy absorber media. From the interpretation of the seismic record, the maps of gas charged distribution pattern in the study area can be created. Gas charged distribution pattern in the study area is extend from Sukolilo Waters to the estuary of Porong River. In the soothern part of the study area (L-12), the distribution of gas charged is relatively broader than in the northern part (L-19). Keywords: seismic, interpretation, map distribution pattern of biogenic gas
KETERDAPATAN MINERAL ZIRKON DAN HUBUNGANNYA DENGAN BATUAN METAMORFIK DI TELUK WONDAMA, PAPUA Lili Sarmili; Jevie F.X.
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 7, No 1 (2009)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1251.244 KB) | DOI: 10.32693/jgk.7.1.2009.169

Abstract

Mineral Zirkon sebagai mineral primer umumnya ditemukan pada batuan beku, batugamping kristalin, sekis, dan genes, juga di dalam batuan sedimen sebagai sedimen plaser yang diendapkan di pantai dan di muara sungai. Hasil analisis petrografi dari empat lokasi contoh di teluk Wondama Papua Barat, menunjukan WDM06-20 adalah amfibolit, WDM06-21 adalah mica schist, WDM06-22 adalah amfibolit, dan WDM06-23 adalah schist. Hasil analisis kimia lainnya menunjukan bahwa batuan asal termasuk kedalam batuan yang bersifat siliceous-alkali-calsic rock, sedangkan keterdapatan zirkon di daerah penyelidikan berada di dalam lingkungan batuan metamorf. Hasil ploting tipologi, mineral zirkon yang diambil dari percontohan di sepanjang pantai, termasuk kedalam tipe utama granite terutama berasal dari kerak benua dan berdasarkan populasi dan bentuk kristal termasuk ke dalam (Sub)autochthonous Monzogranit and Granodiorites. Berdasarkan data analisis kimia dan bukti-bukti di lapangan bahwa batuan asal dapat ditafsirkan sebagai batuan bersifat granitik yang telah mengalami proses granitisasi menjadi batuan metamorfik. Kata Kunci : Mineral zirkon, batuan metamorf, granit, Teluk Wondama Papua. A zircon mineral as a primary mineral is generallly formed in the igneous rocks, crystalline limestones, schists, and gneisses also in sedimentary rocks in beaches and rivers as placer deposits. The petrographical analyses from four differents samples shows that WDM 06-20 is amphibolite, WDM 06-21 is micca schist, WDM 06-22 is amphibolite and WDM 06- 23 is schist. From other chemical analyses show that the source rocks belong to siliceous-alkali-calsic rocks whereas the occurrences of zircon minerals in the study area are correlates to metamorphic rocks. On typological evolution trends, zircon minerals from samples taken alongs the shoreline are plotted as granitic rocks of continental crust, and based on their population and crystallographical forms they are in (sub) autochthonous Monzogranite and Granodiorite. Based on data of chemical analyses and fieldworks, the source rock can be interpreted as granitic rocks which have been substituted by granitization process to be metamorphic rocks. Keyword : Zircon mineral, metamorphic rock, granite, the Wondama Bay of Papua.
POLA REGIONAL UNSUR UTAMA DAN MINERALOGI PERAIRAN UTARA JAWA TIMUR Noor C.D. Aryanto; Udaya Kamiludin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 5, No 2 (2007)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1144.749 KB) | DOI: 10.32693/jgk.5.2.2007.137

Abstract

Berdasarkan analisis megaskopik, jenis sedimen permukaan di daerah ini sebagian besar tersusun oleh sedimen berbutir halus berukuran lempung – lanau. Berdasarkan analisa 6 contoh sedimen dasar laut dengan menggunakan metode AAS, berhasil diidentifikasi jenis dan kandungan unsur utamanya dimana unsur-unsur tersebut memperlihatkan beberapa pola, seperti: (1) Pola linier negatif untuk CaO terhadap SiO2 (2) pola linier positif untuk K2O terhadap. SiO2 dan Al2O3 vs. SiO2 serta (3) Pola linier yang rata/datar, seperti telihat pada unsur Na2O, MgO dan Fe2O3 terhadap SiO2 . Semua ini menjelaskan tipe batuan asal di daratnya, seperti batugampingan yang tercerminkan oleh kandungan CaO dan MgO yang tinggi selain memperlihatkan pula bahwa sedimen dasar laut di lokasi telitian bersifat lempungan yang dicerminkan oleh kandungan Al2O3 (yang merupakan senyawa penyusun lempung) yang tinggi. Kata kunci: unsur utama, AAS (Atomic Absorption Spectrometry) dan Perairan utara Jawa Tengah-Jawa Timur. Based on megascopic analysizes, the sea floor surface sediment types on this area consist of fine grain sediment (from clay to silt). Atomic Absorption Spectometry (AAS) method was carried out to the 6 sea floor sediment samples that succeed to identified the different types and major element contents such as: (1) negative linier pattern for CaO to SiO2; (2) positive linier pattern for K2O to SiO2 and Al2O3 to SiO2; and (3) flat linier pattern is showed by Na2O, MgO and Fe2O3 to SiO2 . All these patterns are influenced by their source rocks on land, such as calcareous rocks have more contents of CaO and MgO where Al2O3 contents are closed to clay minerals. Key words: major element, AAS (Atomic Absorption Spectrometry) and northern central and east Java waters.
KANDUNGAN LOGAM BERAT (Cd, Cu, Pb, dan Zn) DALAM AIR LAUT DI PERAIRAN PANTAI TIMUR PULAU ROTE Nineu Yayu Gerhanae; Yani Permanawati
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3993.984 KB) | DOI: 10.32693/jgk.13.2.2015.265

Abstract

Pulau Rote merupakan gugusan pulau terdepan NKRI paling selatan yang berbatasan dengan Australia. Pada tahun 2009 terjadi tragedi meledaknya sumur minyak Montana di Blok Atlas Barat Laut Timor yang mengakibatkan pencemaran di perairan Pulau Rote. Hal ini berpotensi dampak pada penurunan kualitas air, ikan tangkap, rumput laut, budidaya mutiara dan rusaknya terumbu karang serta tanaman mangrove. Penelitian Lingkungan dan Geologi Pantai di Perairan Pantai Timur Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur dilakukan pada bulan September-Oktober 2012. Dalam penelitian ini, diambil 40 sampel air secara acak dan sesaat tanpa memperhatikan waktu/musim. Tujuan sampel air terpilih digunakan untuk analisis logam berat yaitu kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), dan Seng (Zn) dengan menggunakan metoda Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi karakteristik kimia air laut untuk mendukung kegiatan wisata bahari. Kualitas logam berat dalam satuan ppm yang terukur berkisar antara : Pb (<0.001-0.017); Cu (<0.001-0.015); Zn (0.008-0.275); Cd (0.0002-0.0005). Nilai status mutu air laut berdasarkan kualitas logam berat yang terukur menurut Metode Storet diketahui : kualitas air laut di perairan termasuk kelas B baik (tercemar ringan) skor -2.Kata kunci kualitas air, logam berat, nilai status mutu, timur Pulau Rote Rote Island is a outers island of southern NKRI which bordering Australia. In 2009, tragedy explosion of oil wells in Block Atlas Montana West Timor which resulted in the pollution of the waters of the island of Rote. This could potentially impact on the quality of water, catching fish, seaweed, pearl cultivation and destruction of coral reefs and mangroves. Environmental and Coastal Geological Research in the Coastal Waters of East Coast Rote Island, East Nusa Tenggara was conducted in September-October 2012. In this study, 40 samples were taken at random and instantaneous water regardless of time / season. Purpose water samples selected for analysis of heavy metals, such as Cadmium (Cd), Cuprum (Cu), Plumbum (Pb), and Zinc (Zn) using the method of Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The purpose of this study was to obtain data and information on the latest chemical characteristics in seawater to support marine tourism activities. Heavy metals quality in ppm ranges between: Pb (<0.001-0.017); Cu (<0.001-0.015); Zn (0.008-0.275); Cd (0.0002-0.0005). The water quality status value is based on the quality of heavy metals measured according to Storet methods, whereabout : sea water quality status value belongs to the class B good (lightly polluted) score of -2. Keywords: water quality, heavy metal, quality status value, east Rote Island
STRATIGRAFI SEISMIK PERAIRAN KELUNGKUNG-KARANGASEM DAN SEKITARNYA, PROPINSI BALI Nyoman Astawa; Agus Setyanto; Dida Kusnida
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 2, No 1 (2004)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (285.527 KB) | DOI: 10.32693/jgk.2.1.2004.105

Abstract

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali, daerah telitian didominasi oleh endapan volkanik. Dari rekaman seismik pantul dangkal saluran tunggal,runtunan seismik daerah telitian dapat dibagi menjadi 2 ( dua) runtunan yaitu runtunan A (di bawah) dan runtunan B (di bagian atas). Runtunan A diduga sebagai basemen. Berdasarkan sifat reflektornya di duga runtunan ini berupa batuan yang kompak dan keras, dan dapat disebandingkan dengan Formasi Ulakan . Runtunan B dicirikan oleh pola refleksi paralel. Pola refleksi ini biasanya berupa sedimen yang diendapkan pada lingkungan tenang. Kontak antar runtunan A dan B adalah kontak ketidakselarasan kontak "onlap". Based on geological map of Bali Sheet, the study area is dominated by volcanic products. The shallow, single channel, seismic reflection records show that the seismic sequence can be divided into two sequences those are, sequence A (underneath) and sequence B (above). Sequence A is interpreted as a seismic basement. Based on its reflecting characteristics, this sequence is suggested of the hard and dense rocks, and can be correlated with the Ulakan Formation. Parallel reflectors characterize sequence B. These types of reflectors indicate that the sediments were deposited in a calm environment. The contact between sequence A and B is an unconformity, as shown by onlap contact.
STRUKTUR GEOLOGI DI PERAIRAN PASANG KAYU, SULAWESI BARAT Mustafa Hanafi; Lukman Arifin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 8, No 3 (2010)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (841.417 KB) | DOI: 10.32693/jgk.8.3.2010.192

Abstract

Daerah penelitian dicirikan oleh morfologi dasar laut yang terjal dan bergelombang dengan kedalaman bervariasi dari 40 meter di bagian timur hingga 2150 meter di bagian utara. Berdasarkan data rekaman seismik pantul dapat diidentifikasi adanya struktur geologi berupa sesar, lipatan, dan diapir. Kenampakan struktur-struktur tersebut ditandai dengan adanya lapisan yang patah, bergelombang, dan bentuk kubah. Sesar umumnya berarah timurlaut-baratdaya, dimana perkembangannya diduga sangat dipengaruhi tektonik regional terutama sesar utama Palu-Koro yang ada di daratan Pulau Sulawesi dan menerus ke laut sekitar lokasi penelitian. Kata kunci: morfologi, struktur geologi, sesar Palu-Koro, Pasangkayu The study area is characterized by the steep sea floor morphology with the depth from 40 metres in the east to 2150 metres in the north. On the basis of reflection seismic records, the geological structures such as faults, folds, and diapirs can be recognized. The appearance of such structures is signed by the faulted, wavy and domed layers. The faults in general have NE –SW direction, where it development possibly influenced by the regional Palu-Koro Fault present in Sulawesi island that continue to the study area. Keywords: morphology, geological structures, Palu –Koro Fault, Pasangkayu
KARAKTERISTIK AKUSTIK DAN FENOMENA GEOLOGI ENDAPAN SEDIMEN KUARTER DELTA MAHAKAM - KALIMANTAN TIMUR Dida Kusnida; Lukman Arifin
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 6, No 3 (2008)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.644 KB) | DOI: 10.32693/jgk.6.3.2008.160

Abstract

Teknik stratigrafi sekuen resolusi tinggi yang dikembangkan dari konsep stratigrafi seismik, digunakan untuk mengidentifikasi sekuen pengendapan dalam runtunan sedimen Kuarter di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam studi ini dilakukan usaha untuk menghubungkan pola umum refleksi endapan delta terhadap sifat-sifat akustik. Lapisan sedimen mengandung gas secara akustik biasanya dicirikan oleh zona yang bersifat keruh, diperkirakan berupa diapir lumpur dan/atau akumulasi gas biogenik menghasilkan kontras akustik relatif terhadap batuan sekitarnya. Data penampang seismik di lepas pantai menunjukan sedikitnya empat interval akustik (sekuen pengendapan) yang dipisahkan oleh bidang ketidakselarasan serta menunjukan fenomena akustik yang menyertainya. Kata kunci : Delta Mahakam, akustik, erosi, stratigrafi seismik, sedimen, diapir. High-resolution sequence stratigraphic technique, which is originally derived from the concepts of seismic stratigraphy, is applied to identify depositional sequences within Quaternary strata in Mahakam Delta, East Kalimantan. In this study an effort is made to relate the general pattern of reflection obtained over the submerged delta to the acoustical characteristics. Sediment bearing gas in particular acoustically is indicated by their turbid zones, suspected as mud diapirs and/or accumulation of biogenic gas produce acoustical contrasts with respect to country rock. Offshore seismic profile data indicate at least four acoustic intervals (depositional sequences) separated by unconformities and its associated acoustical phenomena. Keywords : Mahakam Delta, acoustic, erosion, seismic stratigraphy, sediments, diapir.
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DASAR LAUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN KECEPATAN ARUS LAUT DI SELAT LAMPA, NATUNA, KEPULAUAN RIAU Purnomo Raharjo; Mario Dwi Saputra
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2944.908 KB) | DOI: 10.32693/jgk.15.1.2017.367

Abstract

Kondisi morfologi dasar laut dari suatu perairan khususnya di selat dapat mempengaruhi kecepatan arus laut. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki banyak pulau dan selat. Bertambahnya kecepatan arus laut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi yang ramah lingkungan. Selat Lampa yang berada di Pulau Natuna merupakan salah satu wilayah dari pulau-pulau kecil di Provinsi Kepulauan Riau yang masih mengalami krisis energi listrik. Hasil pengukuran kedalaman laut di lokasi penelitian secara keseluruhan berkisar antara 0 meter dan 59,59 meter. Dari hasil penelitian diketahui bentuk morfologi bawah laut pada lokasi ini pada umumnya relatif landai dengan kemiringan sekitar 5o– 10o. Namun pada bagian selat antara Pulau Setanau dan Pulau Setahi memiliki morfologi yang agak curam yang ditunjukkan oleh kontur yang lebih rapat dengan kedalaman berkisar 5 meter sampai dengan 30 meter. Hasil pengukuran dan pemodelan kecepatan arus laut menunjukkan bahwa pada lokasi selat antara Pulau Setanau dan Pulau Setahi memiliki kecepatan arus laut berkisar antara 0,3 meter/detik sampai dengan 1,28 meter/detik. Sehingga lokasi ini sesuai untuk penempatan turbin pembangkit listrik tenaga arus laut.Kata Kunci : Morfologi dasar laut, Kecepatan arus laut, Energi arus laut, Pulau-pulau kecil terluar, Selat Lampa, Pulau Natuna, Kepulauan Riau, Potensi energi listrik tenaga arus lautThe morphology condition of the seabed, especially in the strait, can affect the velocity of ocean currents in these waters. Indonesia as an archipelagic country has many islands and straits. Increasing the speed of ocean currents will be very potential to be utilized as one source of alternative energy that is environmentally friendly. Lampa Strait located on the island of Natuna is one of the small islands in Riau Islands Province which is still experiencing energy crisis. This location was chosen as the location of research for the potential energy of Tidal current. The results of sea depth measurements at the study sites overall ranged between 0 meters and 59.59 meters. From the results of the research is known the underwater morphology at this location is generally relatively sloping with a slope of about 5o to 10o But in the strait between the island of Setanau and Setahi Island has a rather steep morphology shown by a more dense contour with a depth ranging from 5 meters to with 30 meters. The result of ocean current measurement and modeling shows that at the location of the strait between Setanau Island and Setahi Island has a stronger ocean current speed ranging from 0,3 meters / second to 1,28 meters / second. So this location is suitable for the placement of turbines of Tidal current power plants.Keywords : Sub Bottom Profile, Ocean Current speed, Tidal Current Energy, Small outer islands, Lampa Strait, Natuna Island ,Riau Island, potential energy of Tidal current.
REKONSTRUKSI PROSES SEDIMENTASI PERAIRAN "LAGOON SAGARA ANAKAN" Ediar Usman; Lili Sarmili
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 3, No 3 (2005)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.932 KB) | DOI: 10.32693/jgk.3.3.2005.128

Abstract

Proses sedimentasi di Laguna Sagara Anakan tidak terlepas dari proses transportasi oleh S. Citanduy. Tetapi jauh sebelum tahun 1944, sebelum sungai-sungai yang lebih muda terbentuk, proses transportasi dan sedimentasi oleh S. Citanduy dengan Daerah Aliran Sungai mencapai bagian utara hingga ke Kabupaten Kuningan - Jawa Barat. DAS Citanduy mencapai 1.675.000 ha (167,5 km2). Perkembangan garis pantai Laguna Sagara Anakan sejak tahun 1944 hingga 2002 menunjukkan pertumbuhan seluas 64,73 ha per-tahun. Berdasarkan perkembangan tersebut dapat dilakukan prediksi dan rekonstruksi tahapan kedudukan garis pantai hingga stadia terakhir. Jika pada tahun 2002, luas kolam air Laguna Sagara Anakan sebesar 1.596,11 ha dan pada saat stadia akhir proses sedimentasi tinggal 1.065,05 ha maka pertumbuhan daratan mencapai luas 531,06 ha. Bila laju sedimentasi per-tahunnya 64,73 ha, maka stadia akhir sedimentasi Sagara Anakan akan terjadi 8,20 tahun kemudian atau 8 tahun 2,4 bulan sejak tahun 2002. Dengan demikian dapat diprediksi stadia akhir sedimentasi di Sagara Anakan akan terjadi pada tahun 2010. Sedimentation process in Lagoon Sagara Anakan is not quit of transportation process by S. Citanduy. But far before year 1944, before more formed young rivers, transportation process and sedimentation by S. Citanduy with Catchment Area till to Kuningan District - West Java. Catchments Area of S. Citanduy is 1.675.000 ha (167,5 km2). Coastline Lagoon Sagara Anakan growth since year 1944 till 2002 showing growth for the width of 64,73 ha per-year. Pursuant to the growth can be predicted and reconstructed step domicile coastline till last stadia. If on 2002, wide of Lagoon Sagara Anakan basin equal to 1.596,11 ha and at the time of final stadia of sedimentation process remain 1.065,05 ha hence growth of coastline 531,06 ha. If accelerateing its sedimentation per-year 64,73 ha, the final stadia of Lagoon Sagara Anakan sedimentation will happened 8,20 year later (8 years 2,4 months) since year 2002. The final stadia of sedimentation can be predicted in Sagara Anakan will happened in the year 2010.

Page 1 of 29 | Total Record : 284