Jurnal Jamu Indonesia
Jurnal Jamu Indonesia (JJI) didedikasikan untuk pertukaran informasi dan pemahaman keilmuan yang meluas mengenai pengembangan dunia jamu melalui penerbitan makalah-makalah Ilmiah. Tema makalah ilmiah yang menjadi lingkup JJI meliputi tema riset jamu dari hulu kehilir yang tidak terbatas pada riset etnobotani dan pengetahuan lokal, eksplorasi, Konservasi, Domestikasi sumberdaya hayati terkait jamu, pemuliaan varietas, pengembangan Good Agricultural and Collection Practices (GACP) bahan baku jamu, pengembangan standar bahan baku dan produk jamu, pengembangan produk jamu, Identifikasi senyawa aktif serta sintesisnya, Mekanisme kerja bioaktivitas formula jamu, aspek sosial dan ekonomi terkait dengan pengembangan jamu.
Articles
137 Documents
Metode Ekstraksi dan Pemisahan Optimum Untuk Isolasi Xantorizol dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Wulan Tri Wahyuni;
Herdiyanto Herdiyanto;
Mohamad Rafi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (981.946 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i2.31
Xantorizol merupakan senyawa penciri utama temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Penelitian ini bertujuan menentukan metode ekstraksi dan pemisahan optimum untuk isolasi xantorizol dari rimpang temulawak. Maserasi dan sokletasi digunakan untuk mengekstraksi xantorizol dengan pelarut metanol, dietil eter, dan n-heksana. Pemisahan dilakukan dengan kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif dan hasil pemisahan dikarakterisasi berdasarkan spektrum inframerah dan kromatografi gas-spektrum massa (KG-SM), sementara persentase kemurniannya ditentukan dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Ekstrak n-heksana dari teknik maserasi memiliki kandungan xantorizol lebih tinggi dibanding ekstrak lainnya yaitu sebesar 168 mg/g sampel. Fraksi ke-4 hasil pemisahan kolom terhadap ekstrak n-heksana memberikan dua spot pada KLT dengan Rf 0.54 dan 0.68, spot dengan Rf 0.54 diduga merupakan xantorizol (dikonfirmasi dengan KG-SM). Pemurnian lebih lanjut dengan KLT preparatif terhadap fraksi ke-4 menghasilkan xantorizol dengan rendemen sebesar 0.016 % berdasar bobot sampel dan tingkat kemurnian sebesar 87.40 %.
Pengaruh Pola Tanam Tumpang Sari terhadap Produktivitas Rimpang dan Kadar Senyawa Aktif Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Poppy F. Arifin;
Lucky Lia Faiza;
Waras Nurcholis;
Taufik Ridwan;
Irmanida Batubara;
Raphael Aswin Susilowidodo;
Rosalina Wisastra
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (931.799 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i2.32
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb. Synm. Curcuma javanica) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang memiliki khasiat multifungsi. Namun jangka waktu panen temulawak yang cukup lama (sekitar 9-12 bulan) menyebabkan para petani enggan menanam tanaman temulawak. Untuk itu pengembangan metode penanaman perlu dilakukan agar menguntungkan secara ekonomis bagi petani, salah satu metode yang dapat digunakan adalah tumpang sari. Tumpang sari adalah penanaman lebih dari satu tanaman pada waktu yang bersamaan atau selama periode tanam pada satu tempat yang sama. Beberapa keuntungan dari metode tumpang sari antara lain pemanfaatan lahan kosong disela-sela tanaman pokok, penggunaan cahaya, air serta unsur hara yang lebih efektif, mengurangi resiko kegagalan panen, dan menekan pertumbuhan gulma. Penelitian temulawak dilakukan dengan menggunakan rancangan petak-petak terbagi (split plot design). Rancangan acak kelompok (RAK) dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan variabel jarak tanam, jumlah tunas, dan waktu panen. Parameter agronomi yang diamati adalah bobot rimpang basah dan kering yang mengindikasikan produktivitas per tanaman dan jumlah per bagian rimpang. Kandungan bioaktif xanthorrhizol dan kurkuminoid pada temulawak ditentukan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Hasil pengukuran kurkuminoid dan xanthorrhizol pada temulawak menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar kedua metabolit sekunder dari penanaman dengan dan tanpa tumpang sari. Dapat disimpulkan bahwa metode penanaman tumpang sari dapat tidak mempengaruhi kadar metabolit sekunder dari temulawak sebagai tanaman utama, sehingga dapat menjadi pilihan metode pertanian untuk meningkatkan manfaat ekonomi para petani temulawak.
Penapisan Virtual Senyawa–Senyawa dalam Famili Zingiberaeae sebagai Antiinflamasi Menggunakan Protokol EE_COX2_V.1.0
Esti Mulatsari;
Esti Mumpuni;
Feriza Sandayu
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1247.258 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i2.33
Berbagai penelitian tentang sifat-sifat anti-inflamasi dan anti-kanker dari berbagai senyawa dalam tanaman familia Zingiberaceae telah dilakukan baik secara in vivo maupun in vitro. Enzim yang diinduksi dan diekspresikan pada sel-sel inflamasi dan kanker dianggap sebagai target obat yang ideal untuk menghambat peradangan dan tumorgenesis, salah satunya adalah enzim siklooksigenase-2 (COX-2). Dalam penelitian ini telah dilakukan penapisan virtual senyawa dalam tanaman Kaemferia galanga, Curcuma domestica Val., Zingiber officinale dan Curcuma xanthorrhiza. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas senyawa-senyawa tersebut sebagai penghambat enzim COX-2 secara in-silico. Penelitian ini menggunakan EE_COX2_V.1.0, protokol Structure Based Virtual Screening (SBVS) yang telah divalidasi oleh Mumpuni et al. 2014. Protokol EE_COX2_V.1.0 menggunakan berbagai aplikasi terintegrasi seperti SPORES, PLANTS, BkChem, OpenBabel dan PyMOL. Elusidasi moda ikatan dilakukan terhadap senyawa representatif aktif dan tidak aktif untuk melihat interaksi asam amino dalam binding site senyawa. Berdasarkan skor ChemPLP sebagai hasil dari simulasi docking yang dilakukan pada 27 senyawa, ada 3 senyawa yang berpotensi aktif dalam menghambat COX-2, senyawa tersebut antara lain 2-butil-3- (4-metoksifenil) -2- asam propenoat dengan 6 residu asam amino aktif, 6-shogaol dengan 10 residu asam amino aktif dan desmetoksikurkumin dengan 4 residu asam amino yang aktif.
Analisis Kebutuhan Pendampingan dan Kompetensi Pendamping Pelaku Usaha Industri Jamu
Ninuk Purnaningsih;
Titi Mawasti;
Yudhistira Saraswati
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 2 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (976.466 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i2.34
Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah adalah pusat industri pengolahan dan pemasar jamu di Indonesia. Terdapat sekitar 60 pengusaha dan pedagang jamu (dari skala kecil, menengah, hingga besar) yang tergabung dalam Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI). Pada tahun 2012, Kecamatan Nguter diresmikan sebagai “Kampung Jamu”. Dalam perkembangannya, industri jamu Nguter mengalami permasalahan diantarannya sulitnya mendapatkan izin edar dari Badan POM karena produk belum memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP). Kemampuan para pelaku usaha, sulitnya mendapatkan bahan baku yang berkualitas dan penerapan teknologi yang sederhana menjadi penyebab utama sulitnya menghasilkan produk terstandar. Berdasarkan hal tersebut dan dalam rangka menghadapi globalisasi perdagangan, maka diperlukan pendampingan kepada pelaku usaha industri jamu. Kompetensi pendamping sangat penting perannya dalam mendampingi para pengusaha industri jamu. Kompetensi yang diperlukan pendamping antara lain pengetahuan mengenai Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kaji tindak, yang menggabungkan antara metode survey dengan aksi pemberdayaan di masyarakat. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi studi literatur/ dokumentasi, survey, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan workshop.
Cardioprotective Effect of Quercetin in 5/6-Nephrectomized Rats: Focus on Myocardial fibrosis and Oxidative Stress
Tri Yuliani;
Melva Louisa;
Wawaimuli Arozal;
Vivian Soetikno;
Nafrialdi Nafrialdi;
Indah D Dewijanti
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (994.684 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i3.37
Uremic cardiomyopathy is the leading cause of death in patients with chronic kidney disease. Fluid overload and oxidative stress play important roles in its pathogenesis. This study aims to determine the effect of quercetin on uremic cardiomyopathy in 5/6-nephrectomized rats. To our knowledge, its cardioprotective effect on uremic cardiomyopathy induced in rats by 5/6 nephrectomy has not been investigated yet. Uremia was induced surgically in male Sprague-Dawley rats via 5/6 nephrectomy. Quercetin was administered per orally at a dose of 100 mg/kg/day for 8 weeks prior to sacrifice. Meanwhile, captopril was administered at a dose of 10 mg/kg/day. Lipid peroxidation was assessed using TBARS reaction, while GPX activity was determined to explore the endogen antioxidant mechanism. Myocardial fibrosis was analyzed using Massons’ Trichrome staining and the level of NT-proBNP in plasma was measured as a marker of cardiac dysfunction. Nephrectomy 5/6 had no effects on plasma NT– proBNP levels, cardiac and plasma MDA levels, but induced mild myocardial fibrosis and significant increase in cardiac GPX activity in comparison with normal rat (p<0.05). However, administration of quercetin or captopril did not ameleriote those mild myocardial fibrosis and increased GPX activity. Uremic cardiomyopathy induced by 5/6 nephrectomy demonstrated mild myocardial fibrosis but preservation of cardiac function demonstrated by NT-proBNP levels. Increased of GPX activity in the nephrectomized-rats compared to the control rats (p<0.05) suggests induction of antioxidant defense mechanisms that might not be exhausted yet. This condition highlighted a compensatory phase which was unchanged following chronic administration of either quercetin or captopril.
Antidiarrheal Activity of The Combination of Ethanol Extracts of Turmeric Rhizomes, Gall oak Leaves, Guava Leaves and Meniran Herbs
Sumi Wijaya;
Lisa Soegianto
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (989.182 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i3.38
Diarrheal disease is an endemic disease in Indonesia and also a potential disease that can cause death. In practice, the use of traditional medicines derived from plants still being considered by society due to its viability, economic factors and safety reasons. Several plants worked as antidiarrheal agents with the mechanism actions of (1) antibacterial (inhibited the growth of Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Shigella flexneri, Staphylococcus aureus and Salmonella Typhi); (2) reduced the contraction of intestinal as results in the reduction of pain and the reduction of frequency of defecation or; (3) both mechanism of actions. Thus the purpose of the present study is to evaluate antidiarrheal activity of the combination of plant extracts which have been proved to have antidiarrheal activity. Turmeric (Curcuma domestica) rhizomes, gall oak (Quercus lusitanica) leaves, guava (Psidium guajava) leaves and meniran (Phyllanthus niruri) herbs were used for this combination. The purpose of this combination was to minimize the doses (based on literature reviews turmeric at 5% and Meniran 10% inhibited the growth of Escherichia coli and Staphylococcus aureus, meanwhile guava leaves at 150 mg/kg BW and gall oak leaves at 10% reduced diarrhea in animal tested). Maceration was chosen for the extraction method using ethanol 96% as the solvent. Protection and transit intestinal method with loperamide HCl as comparison drug and castor oil for the induction of diarrhea were used for antidiarrheal activity, meanwhile diffusion and dilution methods using, inhibition zones, minimum inhibition concentration and minimum bactericidal concentration parameters were used for antibacterial activity. Tetracycline HCl with the concentration of 30 µg was used for the control. The results revealed that the combination of plant extract with the doses of 200 mg/KgBW (1:1:1:1) reduced diarrhea in mice with relaxation of smooth muscle and showed weak antibacterial effects on Eschericia coli and Staphylococcus aureus but strongly inhibited the growth of Salmonella Typhi.
Analisis Nilai Tambah Dan Sistem Pemasaran Lidah Buaya di Kabupaten Bogor
Rizky Lutfi Suprabowo;
Ratna Winandi;
Siti Jahroh
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1494.013 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i3.39
Produksi komoditas lidah buaya di Kabupaten Bogor sampai saat ini mengalami penurunan, meskipun pernah dicanangkan menjadi daerah pengembangan komoditas lidah buaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah dalam usaha pengolahan produk lidah buaya, serta menganalisis sistem pemasaran lidah buaya dari petani hingga konsumen akhir. Hasil penelitian ini dijelaskan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Komoditas lidah buaya dari petani di Kabupaten Bogor telah diolah menjadi produk olahan seperti jus, koktail, rainbow cake, kerupuk dan teh kulit lidah buaya. Berdasakan perhitungan nilai tambah dengan metode hayami, produk olahan rainbow cake memiliki nilai tambah paling besar. Terdapat 6 saluran pemasaran lidah buaya di Kabupaten Bogor, yaitu 3 saluran pemasaran grade A dan 3 saluran pemasaran grade B. Petani dalam memasarkan lidah buaya masih melibatkan tengkulak. Saluran pemasaran 1, 2 dan 4 adalah saluran yang mudah diakses oleh petani. Saluran pemasaran 2 (Petani → Suplayer → Supermarket → Konsumen) merupakan saluran yang relatif efisien, karena harga yang diterima petani relatif lebih tinggi, nilai marjin saluran pemasaran yang relatif lebih kecil dan nilai farmer’s share yang relatif lebih tinggi dari saluran yang lainnya.
Efek Sedativa dan Kebugaran Teh Celup Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis L)
Muhammad Totong Kamaluddin;
Yuliarni Yuliarni;
Yeni Agustin;
Nita Parisa;
Rahmat Hidayat;
Tri Wahyuni;
Citra Yuliana;
Perryanis Perryanis
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (975.362 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i3.40
Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis) sejak lama telah digunakan masyarakat Kabupaten Bangka Tengah untuk menangkal keletihan akibat gangguan tidur ringan. Minuman yang diramu dari daun Gaharu yang diiris-iris lalu dijemur sebentar kemudian disedu air hangat kuku ternyata berkhasiat untuk menimbulkan rasa kantuk dan setelah bangun dari terlelap sejenak maka tubuh akan menjadi lebih segar. Penelitian ini ingin membuktikan manfaat tersebut di atas. Sejumlah 60 orang sukarelawan sehat terdiri dari 30 orang laki-laki dan 30 orang wanita dengan rentang umur 18 – 60 tahun berpartisipasi untuk membuktikan efek sedativa dan pengaruh kesehatan lainnya. Dengan disain pre-post test serta kerelaan sukarelawan sehat ini (dengan mengisi informed consent) sebagai responden, maka semuanya diberi minum teh celup Gaharu yang berisi 1 g simplisia kering/saset setiap hari selama 3 minggu berturut-turut. Setelah selesai satu sesi minum, semuanya diwawancarai pemeriksaan fisik, mental dengan menggunakan kuesioner model Pittsburgh Insomnia Rating Scale (PIRS) serta dikoleksi darah intravenanya. Hasil menunjukkan bahwa 32 % responden timbul rasa kantuk ringan, 10 % merasa lebih segar walaupun terasa sakit kepala ringan, serta berkurangnya rasa pegal dan nyeri sendi namun nafsu makan bertambah. Profil darah rutin tidak berubah namun kadar hormon seks seperti testosteron, progesteron, estradiol dan FSH meningkat ringan tanpa LH serta penurunan fibrinogen dan hs-CRP. Sedangkan transaminase hepar tidak berubah. Dari temuan ini disimpulkan bahwa konsumsi rutin teh gaharu memperbaiki profil tidur dan kesegaran jasmani namun tidak bersifat hepatotoksik. Perubahan kadar hormon seks, fibrinogen dan hs-CRP perlu dikaji lebih lanjut.
Konsumsi Ekstrak Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap Volume Urin Tikus Putih Jantan Galur Spraque Dawley
Pertamawati Pertamawati;
Sriningsih Sriningsih;
Fahri Fahrudin;
Julham Efendi
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 2 No. 3 (2017): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (889.212 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v2i3.41
Secara empiris secang (Caesalpinia sappan L.) dimanfaatkan sebagai bahan untuk mengatasi penyakit, namun bagaimana pengaruhnya terhadap pengeluaran urin belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi ekstrak secang terhadap pengeluaran urin. Percobaan dilakukan terhadap hewan coba tikus putih jantan galur Spraque dawley dengan sampel uji ekstrak etanol 96% kulit kayu secang. Hewan coba dibagi dalam 7 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor, yaitu kelompok normal, kelompok positif (Furosemide 10mg/200g BB), kelompok negatif (air 2ml/200g BB), kelompok sampel uji dosis I (62.5 mg/kg BB), dosis II (125mg/kg BB), dosis III (250mg/kg BB) dan dosis IV (500mg/kg BB), tigapuluh menit setelah pemberian sampel uji, hewan coba diberi air minum 4ml/200g BB dilakukan melalui sonde lambung, selanjutnya hewan coba dimasukkan ke dalam kandang metabolit selama 16 jam (overnight). Hewan coba dengan dosis II menghasilkan volume urin paling besar (8.00 mL) yaitu hampir dua kali lipat dibandingkan urin yang dihasilkan oleh kelompok normal (4.50 mL) Volume urin berkurang jika konsumsi ekstrak secang bertambah pada dosis III dan IV. Disimpulkan bahwa hewan coba yang diberi ekstrak kulit secang dengan dosis 125 mg/kg BB (dosis II) rata-rata mampu mengeluarkan urin lebih banyak daripada hewan coba dalam kelompok lainnya.
Ekstrak Metanol Rhizopora apiculata Sebagai Biosensor Penghambatan Aktivitas Tirosinase Menggunakan Elektrode Pasta Karbon Termodifikasi Ferosena Dan Zeolit
Zulhan Arif;
Maryani Yunita;
Latifah Kosim Darusman
Jurnal Jamu Indonesia Vol. 3 No. 1 (2018): Jurnal Jamu Indonesia
Publisher : Tropical Biopharmaca Research Center, IPB University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1036.725 KB)
|
DOI: 10.29244/jji.v3i1.43
Ekstrak metanol tanaman Rhizopora apiculata telah dibuat untuk biosensor inhibitor enzim tirosinase menggunakan elektrode pasta karbon dengan termodifikasi zeolit dan mediator ferosena. Enzim tirosinase merupakan enzim yang mengkatalisis 2 tahap reaksi biosintesis melanin pada mamalia dan berperan dalam reaksi pencokelatan enzimatis. Enzim diimobilisasi pada permukaan transduser untuk menjaga aktivitas enzim. Aktivitas tirosinase diukur menggunakan substrat L-DOPA. Kondisi optimum aktivitas tirosinase berdasarkan pengoptimalan respon adalah tirosinase 50 U/mL dan zeolit 150 mg/mL dalam larutan penyangga fosfat. Penggunaan mediator ferosena dan material penyangga zeolit meningkatkan aktivitas tirosinase. Nilai KMapp dan Imaks app tirosinase ditentukan dengan metode Lineweaver-Burk. Nilai KM app dan Imaks app sebesar 6.04 mM dan sebesar 6.42 mM. Biosensor menggunakan zeolit sebagai matriks imobilisasi dan ferosensa sebagai mediator mempunyai stabilitas respon sampai 2 jam, dengan penurunan aktivitas sebesar 19%.