cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Seni Tari
ISSN : 22526714     EISSN : 25032585     DOI : -
Core Subject : Art,
Arjuna Subject : -
Articles 328 Documents
NILAI ESTETIKA BARONGAN WAHYU AROM JOYO DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI Komariyah, Isti; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 1 (2017): Jurnal Seni Tari
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.212 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i1.12106

Abstract

Barongan Wahyu Arom Joyo adalah salah satu kelompok kesenian tradisional kerakyatan yang mementaskan barongan di Kabupaten Pati serta memiliki nilai keindahan. Keindahan pertunjukan barongan dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan pertunjukan barongan. Masalah yang dikaji adalah bagaimana nilai estetika barongan dengan kajian pokok bentuk, isi dan penampilan Barongan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai estetika barongan yang dilihat dari bentuk, isi dan penampilan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian estetis dan koreografis yaitu keindahan yang dilihat dari aspek-aspek atau struktur koreografisnya. Peneliti juga mengambil pendekatan Emik dimana data diperoleh dari pengkategorian fenomena budaya menurut warga setempat yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok-kelompok tertentu serta Etik dimana data yang diperoleh dari sudut pandang peneliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan  analisa tari berdasarkan teori Adshead. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi atau pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai estetika Barongan dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan. Bentuk pertunjukan kesenian barongan nampak pada pola pertunjukannya yaitu pertunjukan pembuka, inti dan penutup serta aspek-aspek yang mendukung pertunjukan barongan yaitu gerak, tema, alur cerita atau alur dramatik, penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana, musik, panggung, properti, pencahayaan, dan setting. Isi pertunjukan nampak pada gagasan yang berasal dari tema dan cerita yang dibawakan, suasana yang ramai dan pesan yang berisi spirit kehidupan. Penampilan nampak pada bakat dari keturunan orang tua, keterampilan dari latihan dan sarana atau media yang mendukung pertunjukan. Pertunjukan barongan yang tersusun dari gerak yang menirukan binatang dan bersifat improvitatif dengan iringan yang meriah memberikan kesan pertunjukan barongan yang khas dan unik serta nampak nilai estetika dari pertunjukan barongan tersebut.   Kata Kunci : Nilai Estetika, Bentuk Pertunjukan, Barongan   ABSTRACT Barongan Wahyu Arom Joyo is one of the popular traditional arts group that showed the barongan in Pati regency. This study aims to determine and describe the aesthetic value of barongan seen from the form, content and appearance. The method used is descriptive qualitative. Researchers used aesthetic and choreographic research approach that is the interest of the views of the aspects or choreographic structure. Researchers also took emic approach in which the data obtained from the categorization of the cultural phenomenon according to local residents who give an idea as carefully as possible about an individual, the state, or the symptoms of certain groups and ethics where the data obtained from the perspective of the researcher. Data collection techniques in this study using an observation, interview and documentation. Data were analyzed using dance analysis based on the Adshead’s theory. Technique authenticity of data using triangulation techniques or comparison. The results showed that the aesthetic value of Barongan Wahyu Arom Joyo Art can be seen from the form, content and appearance of the barongan performances. The forms show of artistic performances barongan evident in the pattern of presentation is the presentation of the opening, the core and the cover as well as aspects that support barongan performances that motion, theme, storyline or groove dramatic, dancer, floor patterns, facial expressions, makeup, fashion, music, stage, props, lighting, and setting. The contents of the show appeared on the idea from theme and story, the noisy atmosphere and  and the message to contain spirit of life in the barongan performances. Appearance appears on the talents from descendant of parents, skills from  practice and means or media that support barongan performances. Barongan performances composed of imitate an animal motion and improvisation with music  to complete distinctive and unique and apparent aesthetic value of the barongan performances.    
SEXY DANCE GRUP ALEXIS DANCER DI LIQUID CAFE KOTA SEMARANG DENGAN KAJIAN KOREOGRAFI DAN MOTIVASI PENARI Widyawanti, Wiwit; Lanjari, Restu
Jurnal Seni Tari Vol 5 No 2 (2016): Vol. 5 No 2 (2016)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.761 KB) | DOI: 10.15294/jst.v5i2.12327

Abstract

Sari Sexy Dance merupakan tari modern yang erotis, didukung dengan gerak dan busana yang sexy atau terbuka. Keunikan Alexis Dancer adalah pada bentuk koreografi gerak setiap bentuk gerak menggunakan istilah paket gerak dan gerak akrobatik diakhir pertunjukan. Sexy dancer mendapat kritikan dari masyarakat diketahui bahwa masyarakat tidak menerima keberadaan sexy dancer, kurangnya sikap apresiatif masyarakat terhadap sexy dancer. Berdasarkan paparan hal tersebut dan melihat keunikan pertunjukan grup Alexis Dancer, maka muncul beberapa pertanyaan mengenai bagaimana bentuk koreografi grup Alexis Dancer ? dan Apa motivasi penari Alexis Dancer ? Tujuan penelitian adalah menganalisis dan mengetahui bentuk koreografi Alexis Dancer dan mengetahui apa motivasi penari Alexis Dancer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok-kelompok tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi. Teknik keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian, pada bentuk koreografi menggunakan istilah paket gerak dan terdapat aksi akrobatik. Aspek-aspek koreografi atau pertunjukan yang meliputi gerak, iringan / musik tari, tata rias, kostum tari dan properti / perlengkapan. Proses pembuatan koreografi melewati sebuah tahapan yaitu meliputi tahap eksplorasi, improvisasi dan pembentukan/komposisi sehingga dapat tercipta gerakan yang sexy, enerjik, dan erotis. Motivasi penari Alexis untuk terjun dalam pekerjaan ini adalah berawal dari hoby menari dan sering datang ke tempat hiburan malam. Alexis Dancer mampu bertahan dan memberikan wadah penyaluran hobi bagi remaja yang ingin bekerja sambil berkarya. Saran penelitian ini adalah bentuk koreografi sangat diutamakan bagi seluruh pertunjukan sebagai salah satu cara agar tetap diminati masyarakat. Implikasi bagi dunia pendidikan, seni tari modern secara global dapat dijadikan sebagai media apresiasi pada kegiatan extrakurikuler di sekolah. Bagi Alexis Dancer, dapat lebih profesional dalam menjalankan pekerjaan dengan membuat koreografi yang lebih kreatif dan inovatif. Ekspresi panggung para penari agar lebih bisa dibentuk baik senyum maupun mimik wajah, karena menari harus sejalan dengan gerak, irama dan rasa serta penggunaan tata rias busana tari agar lebih kreatif.       Kata Kunci: Sexy Dance, Koreografi, Motivasi Penari.       Sexy Dancer of Alexis Dancer Group at Liquid Café Semarang with Choreography Study and Dancer’s Motivation   ABSTRACT   Sexy Dance is an erotic modern dance, supported by motion and sexy costume. The uniqueness of Alexis Dancer was in the form of choreography, every form of motion using the term of package motion and acrobatic motion at the end of the show. Sexy dancer got some critics from the public, it was known because the public does not accept the existence of a sexy dancer, and the lack of public appreciation toward sexy dancer.Based on the explanation and see the uniqueness of the Alexis Dancer group’s show, then some questions appeared about how the form of Alexis Dancer group’s choreography? and, what is the motivation of the dancers of Alexis Dancer? The aim of the research is to analyze and determine the choreography form of Alexis Dancer and to know what the motivation of the dancers of Alexis Dancer is. This research used descriptive qualitative method which gave a description as accurate as possible about an individual, state, symptom, or certain groups. Data collection techniques used in this study was observation, interviews and documentation. Data analysis techniques in this study used data reduction, data presentation, drawing conclusions, and verification. Validity technique of data was used triangulation of sources, methods, and theory. The results of the study, from the form of choreography used the term motion package and there were some stunts. Aspects of choreography or performances included movement, accompaniment / music of dance, makeup, costumes of dance and properties / equipment. The process of making choreography was passing through a phase which included the exploration, improvisation and the formation / composition, so as to create sexy, energetic, and erotic choreography. Motivation of the dancers of Alexis to engage in this work was started from their hobby and coming often to the nightlife spots. Alexis Dancer was able to survive and provide a place for teenagers’ hobbies and some of them who want to work while creating a work. Suggestions of this study are form of choreography should be very principal aspect for the entire show as a way to keep people interested. Implications for education, modern dance globally can be used as a appreciation media in extracurricular activities at school. For Alexis Dancer, they should be more professional in carrying out the work to make the choreography more creative and innovative. Expression of the dancers onstage can be further formed such as smile or facial expression, because dance should be in line with the movement, the rhythm and flavor as well as the use of makeup and costumes to be more creative.      
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TARI SORENG DI DESA LEMAHIRENG BAWEN KABUPATEN SEMARANG Khairunnisa, Anis; lanjari, restu
Jurnal Seni Tari Vol 5 No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.057 KB) | DOI: 10.15294/jst.v5i2.12559

Abstract

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TARI SORENG DI DESA LEMAHIRENG BAWEN KABUPATEN SEMARANG Anis Khairunnisa Restu Lanjari Alumni Mahasiswa Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang Email: anisdewangga11@gmail.com     Sari                 Tari Soreng merupakan jenis tari kerakyatan yang berada di Desa Lemahireng. Tari Soreng menggambarkan semangat para pasukan prajurit pilihan pemberani yang siap untuk berperang laga. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: Persepsi Masyarakat terhadap Tari Soreng di Desa Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat di Desa Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang dan untuk mengetahui upaya yang harus dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan melakukan penelitian dengan metode pendekatan sosiologi. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari beberapa persepsi yang diperoleh dari masyarakat tentang Tari Soreng. Persepsi yang tidak mendukung terdapat pada pada masyarakat usia anak-anak (12-17 Tahun) dan usia muda (17-25 Tahun) dan yang mendukung cenderung masyarakat pada usia tua (25-85 Tahun). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap Tari Soreng di Desa Lemahireng Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang adalah yang melatar belakangi lahirnya persepsi dimasyarakat seperti tingkat pendidikan yang tinggi membuat cara pandang masyarakat lebih terbuka dan modern. Adapun Upaya yang harus dilakukan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang yaitu melakukan pembinaan Tari Soreng harus dimulai dengan masyarakatnya sendiri di daerahnya masing-masing, juga dilakukan oleh kelompok paguyuban Soreng kridho wargo budhoyo, salah satu bentuk pembinaan yang efektif adalah dengan mengadakan festival atau lomba.Simpulan dari penelitian adalah : Permasalahan persepsi disuatu masyarakat tergantung pada sudut pandang dan cara melihat suatu kesenian. persepsi tentang Tari Soreng berubah di berbagai elemen masyarakat Desa Lemahireng seiring dengan semakin majunya jaman. Saran untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Semarang, untuk lebih memaksimalkan upaya pelestarian dalam pemanfaatan Tari Soreng dalam bidang ilmu pengetahuan dan pariwisata. Generasi muda diharapkan dapat lebih mudah memelajari Tari Soreng dan diharapkan dapat melestarikan dan mengembangkannya.                                   Kata Kunci : Tari Soreng, Persepsi Masyarakat Di Desa Lemahireng;                               THE PUBLIC PERCEPTIONSTOWARDS SORENG DANCE AT LEMAHIRENG VILLAGE BAWEN SEMARANG   AnisKhairunnisa Restu Lanjari Graduate Students of Dance and Music Departement, Languanges and Arts Facull, Semarang State University Email: anisdewangga11@gmail.com     ABSTRACT                   Soreng dance is a kind of populist dance in the village Lemahireng. Dance Soreng describe the morale of the troops brave choice soldiers prepared for war games. Issues examined in this study are: Public perception of the Dance in the Village Lemahireng Soreng Bawen District of Semarang District. Goals to be achieved in this research is to determine the public perception in the village Lemahireng Bawen District of Semarang District and to determine the measures to be undertaken by the Department of Education and Culture. This study uses qualitative research methods and conduct research with a sociological approach method. Data were analyzed using data reduction, data presentation and conclusion. The results showed that of some perceptions obtained from the community about Tari Soreng. Perception is not present in the community to support children age (12-17 years) and younger age (17-25 years) and that support tends society in old age (25-85 years). Factors that affect the public perception of dance in the village Soreng Lemahireng Bawen District of Semarang District is the background for the birth of the perception of the community as a high level of education makes way people view more open and modern. The effort to do Office of Education and Culture of Semarang District is to provide guidance Dance Soreng should start with their own community in their respective regions, also carried out by a group of community Soreng kridho Wargo budhoyo, one form of effective formation is to hold a festival or competition. The conclusions of the study are: Problems sector in the public perception depends on your viewpoint and how to view an art. Dance Soreng perception of change in different elements of society Lemahireng village along with the advancement of age. Suggestions for the Education and Culture District of Semarang, to further maximize conservation efforts in the utilization of Dance Soreng in science and tourism. The younger generation is expected to be more easily studied dance Soreng and is expected to preserve and develop it.           Keywords : soreng Dance, public perceptions of lemahireng village;  
Makna Simbolik Tari Lengger Solasih di Sanggar Satria Kabupaten Wonosobo Handayani, Tri; Putra, Bintang Hanggoro
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 1 (2017): Jurnal Seni Tari
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jst.v6i1.13181

Abstract

Tari Lengger Solasih adalah tari tunggal putri yang bisa di tarikan secara kelompok. Tari ini bertemakan penggambaran pertumbuhan seorang gadis remaja yang penuh dinamika dalam pertumbuhan hidupnya, bersukaria atas segala keberhasilan dan selalu bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan penelitian ini untuk memahami dan mendiskripsikan makna simbolik yang ada pada tari Lengger Solasih. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Unsur yang ditampilkan pada pertunjukan tari Lengger Solasih terdiri dari beberapa elemen diantaranya: penari, gerak, musik, tata rias, busana dan pola lantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna simbolik tari Lengger Solasih memiliki gambaran kehidupan manusia, pada saat manusia masih dalam usia anak-anak masih di didik oleh kedua orang tua, pada saat remaja manusia akan bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan dan pada saat manusia menginjak usia dewasa mereka akan lepas dari kedua orang tuanya dan memulai kehidupan mandiri. Makna simbolik terdapat pada gerak, musik, tata rias, busana, dan pola lantai yang sesuai dengan kondisi sosial budaya Kabupaten Wonosobo. Kata kunci:Makna Simbolik, tari Lengger Solasih   Abstract Solasih Lengger is a traditional Javanese dance which is usually solo performed by a single female dancer but also occasionally by a group. The theme of the dance strongly epitomizes the growth phase of a teenage girl whose life is full of dynamics, rejoicing fruitfulness, and expressing gratitude to the Deity. The purpose of this study is to comprehend and describe the symbolic meanings which are embodied within Lengger Solasih dance. This study uses descriptive qualitative. The main elements which are shown on Lengger Solasih consists of several parts including: the dancers, the movements, the music, cosmetology, the outfits and the floor patterns.The research results show that the symbolic meaning of the dance Lengger Solasih portrays the growth phase of human life. Starting when they are younglings who are taught by both of their parents, adolescences who are bound to interact with the community and their surroundings, and finally reaching adulthood where they will be separated from parents and start living responsibly and independently.Every symbolic meanings of Solasih Lengger dance are expressed within the choreography, music, cosmetology, outfits, and floor patterns that correspond to the social and cultural conditions of Wonosobo district. Keyword : Symbolic Meaning, Lengger Solasih Dance
Interaksi Sosial Dalam Pembelajaran Seni Tari Kumala Andriani, Riski Widya; hartono, hartono
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 1 (2017): Jurnal Seni Tari
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jst.v6i1.13199

Abstract

Abstrak                 Pembelajaran seni tari di sekolah termasuk dalam pelajaran muatan lokal. Pembelajaran seni tari mengajarkan tentang interaksi sosial antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara perorangan dengan perorang, perorangan dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Interaksi sosial dapat terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Interaksi sosial yang terjadi didalam pembelajaran meliputi kerjasama, akomodasi, persaingan dan konflik. Tujuan dalam penelitian ini mengetahui interaksi sosial dalam pembelajaran seni tari. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data pada penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian ini adalah untuk menggambarkan interaksi sosial dalam pembelajaran seni tari.             Kata Kunci  : Interaksi Sosial, Pembelajaran                       Learning of dancing at school includes in the local content. Learning of dancing at school teach about social interaction between teacher with students and also among the students. The social interaction is mutual relationship between individuals, individual with group or among the groups. The social interaction can ocur in teaching and learning process. They are including cooperation, accomodation, competition, and conflicts. The research purpose is to know the social interaction in learning of dancing. It is using qualitative method. The data collection techniques is conducted by the researcher consists o observation, interviews, and documentation. And the validity of the examination is using triangular techniques. They are collecting data so the result of the study is to describe the social interaction in learning of dancing. Keywords: Social interaction, learning  
NILAI ESTETIKA PERTUNJUKIAN KUDA LUMPING PUTRA SEKAR GADUNG DI DESA RENGASBANDUNG KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES Sobali, Akhmad; indriyanto, indriyanto
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 2 (2017): Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.676 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i1.16067

Abstract

Keindahan Kuda Lumping Putra Sekar Gadung dapat dilihat dari segi bentuk, isi, dan penampilan. Masalah yang dikaji adalah nilai estetika dengan kajian pokok, bentuk pertunjukan, isi pertunjukan dan penampilan pertunjukan Kuda Lumping Putra Sekar Gadung di Desa Rengasbandung Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan estetis koreografi, pendekatan etik dan emik. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan teori Adshead.Berdasarkan analisa data, nilai estetika yang ada pada pertunjukan Kuda Lumping Putra Sekar Gadung dapat dilihat dari segi bentuk, isi dan penampilan. Bentuk pertunjukan terdiri dari ragam gerak, musik iringan, tata rias dan busana, tata lampu, tata suara, dan tempat pertunjukan. Komponen bentuk pertunjukan memberikan kesan lincah, gagah/tegas,dan dinamis. Isi terdiri dari gagasan/idea, suasana, dan pesan yang didalamnya mengandung nilai-nilai kebersamaan, gotong-royong, kerjasama, dan mistis. Penampilan pertunjukan Kuda Lumping didukung dengan potensi yang terdapat dalam diri pelaku seni berupa bakat dan keterampilan yang dicapai melalui latihan rutin.Saran peneliti untuk pelaku seni adalah untuk menambah aktivitas latihan rutin dan lebih memperhatikan gerakan-gerakan dasar tari yang diinginkan agar terlihat lebih indah. Kata kunci: nilai estetika, bentuk pertunjukan, tari kuda lumping The beauty of Kuda Lumping Putra Sekar Gadung can be seen in terms of shape, content, and appearance. The problem studied is the aesthetic value with the main study, the form of performances, the contents of performances and showing performances of Kuda Lumping Putra Sekar Gadung in Rengasbandung Village, Jatibarang Sub-district, Brebes Regency. The research method used is descriptive qualitative by using aesthetic approach of choreography, ethical and emic approach. Technique of collecting data by observation, interview, and documentation. The data obtained then analyzed by using the theory of Adshead. Based on data analysis, the aesthetic value that existed in the show of Kuda Lumping Putra Sekar Gadung can be seen in terms of shape, content and appearance. Performing form consists of motion range, music accompaniment, makeup and clothing, lighting, sound system, and place of performances. The components of the show form give the impression lively, brave/firm, and dynamic. Content consists of ideas, atmosphere, and messages that contain values ​​of togetherness, mutual cooperation, cooperation, and mystical. The performance of Kuda Lumping show is supported by the potential that is found in the artist in the form of talent and skill achieved through regular training. The researcher's suggestion for the artist is to do exercise more routine and pay more attention to the basic dance movements that are desired to look more beautiful. Aesthetic value; form of performance; Kuda Lumping dance
Bentuk Penyajian Tari Bedana Di Desa Terbaya Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus Lampung Yustika, Mega; Bisri, Mohammad Hasan
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 1 (2017): Jurnal Seni Tari
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.788 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i1.16108

Abstract

Abstrak Tari Bedana adalah salah satu Tari tradisional Lampung. Tari ini dipercayai bernapaskan ajaran agama Islam dan mengambarkan tata kehidupan dan budaya masyarakat di Lampung yang ramah dan juga terbuka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Bentuk Penyajian Tari Bedana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan menggunakan pendekatan etnografi.  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi metode yaitu, pengecekan kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap objek yang diteliti. Hasil penelitian ini mendeskripsikan Bentuk Penyajian Tari Bedana Di Sanggar Siakh Budaya Desa Terbaya Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus meliputi gerak, tema, iringan, tata rias, tata busana, pola lantai, dan tempat pertujukan. Tari Bedana diiringi dengan alat musik seperti rebana, ketipung, gambus dan gong dan diiringan syair Bedana dan Penayuhan. Tema dari Tari Bedana ini adalah pergaulan yaitu Tari Bedana ini tidak diperbolehkan bersentuhan dengan pasangannya karena bukan muhrim. Kata kunci:Bentuk Penyajian, Tari Bedana Abstract Bedana Dance is one of traditional Lampung Dance. This dance is believed to teach the teachings of Islam and describes the life and cultural life of people in Lampung are friendly and also open. The purpose of this study is to know how the Presentation Form of Bedana Dance. This research uses descriptive qualitative method and using ethnography approach. In this research, researcher use technique triangulation method that is, checking trust of some data source with same method that is observation, interview, and documentation to object studied. The results of this study describe the Presentation of Bedana Dance Presentation at Sanggar Siakh Budaya Desa Terbaya Kecamatan Kotaagung Tanggamus District includes motion, theme, accompaniment, cosmetology, clothing, floor pattern, and place of reference. Bedana dance is accompanied by musical instruments such as tambourine, ketipung, gambus and gong and the Bedana and Penayuhan poetry. The theme of this Bedana Dance is the association of Bedana Dance is not allowed in contact with his partner because it is not muhrim. Keyword:Form of presentation, Bedana Dance
PROSES PEMBELAJARAN GERAK DAN LAGU YANG KREATIF BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI TK MIRYAM SEMARANG Kurnianti Sudjono, Elisabeth Tri; Kusumastuti, Eny
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 2 (2017): Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.624 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i2.17446

Abstract

This study aims to describe the learning process of motion and creative songs based on the Curriculum 2013 in Miryam Semarang Kindergarten. The method used in this research is descriptive qualitative research. The result of research is the learning process of motion and song covering the planning stage, implementation stage, and result. The planning stage consists of RPP. The implementation stage consists of opening activities, core activities, and closing activities. Result of this research is the students have participate in a intellectual and emotional learning procces, student have found learning concept and have responsibility to finishing task together.
MAKNA SIMBOLIK TARI MATIRTO SUCI DEWI KANDRI DALAM UPACARA NYADRAN KALI DI DESA WISATA KANDRI Martyastuti, Wahidah Wahyu; Utina, Usrek Tani
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 2 (2017): Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.386 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i2.17644

Abstract

ABSTRAK Tari Matirto Suci Dewi Kandri adalah tarian yang hanya ditampilkan dalam upacara Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri, yakni setiap Kamis Kliwon pada bulan Jumadil Akhir. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk dan makna simbolik tari Matirto Suci Dewi Kandri dalam upacara Nyadran Kali di Desa Wisata Kandri Kecamatan Gunungpati Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan etnokoreologi. Hasil penelitian berupa bentuk tari Matirto Suci Dewi Kandri dimunculkan melalui elemen dasar tari dan elemen pendukung tari. Elemen dasar tari terdiri dari gerak, ruang, dan waktu. Elemen pendukung tari terdiri dari musik, tema, tata busana, tata rias, tempat pentas, tata lampu/cahaya dan suara, serta properti. Tari Matirto Suci Dewi Kandri memiliki keunikan yang dapat dilihat pada tata buasan yang digunakan, berupa kain putih. Serta, musik yang digunakan untuk mengiringi tarian merupakan musik Kempling (alat musik khas Desa Wisata Kandri). Makna simbolik tari Matirto Suci Dewi Kandri muncul melalui gerak, musik, tema, tata rias, tata busana, dan properti.   Kata Kunci: Bentuk Tari; Desa Wisata Kandri; Makna Simbolik; Tari Matirto Suci Dewi Kandri; Upacara Nyadran Kali.   ABSTRACT Matirto Suci Dewi Kandri dance is a dance which is only performed in Nyadran Kali ceremony in Kandri tourisme village, which is held every Thursday Kliwon on Jumadil Akhir (sixth month in lunar based Islamic Hijri Calendar). This study aimed to describe the symbolic formation and meaning of Matirto Suci Dewi Kandri dance in Nyadran Kali ceremony in Kandri tourisme village, Gunungpati Subdistrict, Semarang. This study used qualitative method with ethnochoreology approach. From the study, it was found that the Matirto Suci Dewi Kandri dance formation was emerged through the dance basic and the dance proponent elements. The dance basic element consists of movement, space, and time zone while the dance proponent element consists of music, theme, clothing, make up, stage, lighting and sound system, and properties. Matirto Suci Dewi Kandri dance has a unique side which can be seen from the clothing used which white fabric. In addition, music used to accompany the dance is Kempling (typical musical instrument from Kandri Village). The symbolic meaning of Matirto Suci Dewi Kandri dance appears on the movement, music, theme, make up, clothing, and properties. Keywords: Dance form; Kandri Tourism Village; Matirto Dewi Kandri Dance; Nyadran Kali Ceremony; Symbolic Meaning.
PELESTARIAN KESENIAN BABALU DI SANGGAR PUTRA BUDAYA DESA PROYONANGGAN KABUPATEN BATANG Endarini, Adilah; Malarsih, Malarsih
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 2 (2017): Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.038 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i2.18280

Abstract

ABSTRAK Kesenian Babalu merupakan kesenian yang digunakan sebagai alat untuk siasat perang dalam melawan penjajah pada jaman dahulu. Kesenian Babalu berasal dari Kabupaten Batang yang dilestarikan di Sanggar Putra Budaya Desa Proyonanggan Kabupaten Batang. Usaha pelestarian Kesenian Babalu dilakukan dengan usaha perlindungan, pemanfaatan dan pengembangan. Pelestarian Kesenian Babalu berjalan dan berkembang di masyarakat Kabupaten Batang yang didukung dengan adanya Sanggar Putra Budaya dan Pemerintah Kabupaten Batang. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan bentuk pertunjukan Kesenian Babalu, mendiskripsikan upaya pelestarian Kesenian Babalu di Sanggar Putra Budaya Desa Proyonanggan Kabupaten Batang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik keabsahan data diperiksa dengan metode triangulasi sumber. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian pada bentuk pertunjukan Kesenian Babalu terdiri dari tiga tahapan, yakni awal, inti, dan akhir. Persiapan awal dalam pertunjukan Kesenian Babalu ditandai dengan bunyi peluit oleh penari Kesenian Babalu lalu penari memasuki panggung dengan ragam gerak kaki doublestep. Inti pertunjukan Kesenian Babalu ditandai dengan ragam gerak diantaranya yaitu ragam gerak langkah tepuk dan ragam gerak silat. Penutup dalam pertunjukan Kesenian Babalu ditandai dengan ragam gerak jalan ditempat lalu para penari keluar panggung. Bentuk Kesenian Babalu dimunculkan melalui elemen dasar tari dan elemen pendukung tari. Elemen dasar tari terdiri dari gerak, ruang, dan waktu. Elemen pendukung tari terdiri dari musik, tata busana, tata rias, tempat pentas, waktu pelaksanaan, tata suara, properti dan penonton. Upaya pelestarian Kesenian Babalu dilakukan melalui tiga tahap yaitu perlindungan, pemanfaatan, dan pengembangan. Upaya perlindungan kesenian Babalu dilakukan melalui pelatihan tari di Sanggar Putra Budaya, Upaya pemanfaatan dilakukan melalui pementasan-pementasan Kesenian Babalu dan upaya perkembangan dilakukan melalui perkembangan gerak, iringan dan tatabusana dalam kesenian Babalu.  Saran bagi 1) Sanggar Putra Budaya agar terus mengembangkan bentuk Kesenian Babalu menjadi lebih baik lagi, 2) Pengelola Sanggar agar terus mengadakan pementasan-pementasan kesenian Babalu 3) Penari Kesenian Babalu agar lebih baik dalam mengekspresikan gerak dalam Kesenian Babalu, 4) Masyarakat di Desa Proyonanggan dan masyarakat di Kabupaten Batang agar ikut serta dalam melestarikan Kesenian Babalu.

Page 2 of 33 | Total Record : 328