Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PENGARUH DIFUSI DALAM BIDANG MUSIK TEHADAP KARAWITAN (The Influence Diffusion of Music to Karawitan) Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 3, No 2 (2002)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v3i2.687

Abstract

Keberadaan karawitan sebagai sebuah unsur kebudayaan tidak bisa mengisolasi diri dan proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan di muka bumi ini, terutama dari unsur kebudayaan yang sejenis dalam hal ini musik. Pengaruh penyebaran unsur-unsur kebudayaan di bidang musik terhadap keberadaan karawitan nampak dari peminjaman alat musik non karawitan ke dalam karawitan. Terdapatnya kesamaan antara instrumen karawitan dengan instrumen musik yang lain. Diterimanya budaya tulis dalam kehidupan karawitan. Juga adanya perpaduan sajian musik karawitan dengan musik non karawitan. Fakta-fakta tersebut tentunya menjadi fenomena baru dalam musik karawitan. Dengan demikian perjalanan sejarah kehidupan karawitan sampai mencapai ujudnya yang sekarang ini, tidak bisa lepas daripengaruh budaya-budaya musik non karawitan baik di dalam Jingkup regional maupun international. Fenomena ini sebaiknya dipandang sebagai suatu perjalanan sejarah di bidang musik secara umum, dan lebih khusus lagi di dalam bidang karawitan. Kata kunci: Kebudayaan, difusi, musik, karawitan.
JEJAK CAMPURSARI (The History of Campursari) Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 2 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i2.783

Abstract

Seiring popularitas campursari, berkembang pula pertanyaan siapasebenarnya penggagas ataupun penemu campursari tersebut Seiring puladengan semakin merosotnya popularitas campursari, pertanyaan tersebutbelum mendapat jawaban yang pasti. Berangkat dari pertanyaan tersebut,penulis berusaha mencari jawaban tentang jejak campursari denganharapan dapat member! kepastian tentang awal-mula atau asal-usulcapursari tersebut, Berdasar penelusuran yang penulis lakukan,campursari diperkenalkan pertama kali oleh para seniman RRI Semarangyang dipelopori oleh R.M Samsi yang tergabung dalam kelompokCampursari RRI Semarang pada tahun 1953-an. Sejak diperkenalkanpertama hingga kurun waktu tahun 70-an, tidak banyak aktivitas yangdilakukan kelompok ini kecuali secara rutin mengisi siaran RRISemarang setiap Rabu malam. Memasuki tahun 70-an, kelompok inibekerja sama dengan perusahaan rekaman swasta Ira Rekord, berhasilmenyelesaikan 9 album casset rekaman campursari. Biarpun sudahmenelorkan 9 album, ternyata tidak berpengaruh banyak terhadapeksistensi Campursari RRI Semarang. Keberadaannya hanya bersifatlokal dan tidak dikenal secara luas oleh masyarakat Memasuki tahun 90-an,berkat sentuhan tangan kreativ Manthous, campursari muncul kembalidenagn format yang berbeda dengan Campursari RRI Semarang.Kemunculan campursari pada era ini ternyata mendapat sambutan yangluar biasa dari masyarakat, dan akhirnya campursari ini dikenal secaraluas tidak hanya bersifat lokal, tetapi lebih luas lagi yakni nasional danbahkan dunia.Kata kunci: campursari, jejak.
CAMPURSARI: SUATU BENTUK AKULTURASI BUDAYA DALAM MUSIK Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.775

Abstract

Kebudayaan selalu elastis dan lebih bersifat adaptif, oleh karenanya tidak ada sebahkebudayaan yang mandek kecuali pendukungnya musnah tanpa sisa. Begitu juga musik, selaludan selalu bergerak mengikuti arus pergeseran waktu. Campursari salah satu jawaban akan tidakmandek-nya sebuah kebudayaan khususnya musik tersebut. Musik ini baik dilihat dari segiinstrumentasi maupun musiklitasnya, merupakan musik hasil dari perpaduan beberapa genremusik yang berbeda-beda. Berdasar wujud campursari tersebut nampaknya campursari menarikuntuk dikaji dari sudut pandang Antropologi khususnya pada perubahan kebudayan pada prosesakulturasi. Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengkaji campursari berdasar pada sebuahgenre musik yang muncul akibat dari proses akulturasi tersebut.Metode penelitian inimengnakan metode kulitatif, data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dandokumentasi. Selanjutnya data dianalisis berdasar analisis kuitatif mengikuti alur Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa campursari dapat dikategorikan sebuah genre musik yanglahir akibat dari proses akulturasi pada kategori sinkritisme. Di kategorikan demikian karena,campursari merupakan sebuah genre musik yang terbentuk atau dibangun dari perpaduanbeberapa genre msik yang berbeda latar budayanya baik dilihat dari segi fisik atau instrumentasimaupun dari segi musikalitasnya. Selanjutnya dapat di jelaskan bahwa musik-musik yangberakulturasi membentuk campursari tersebut adalah, Langgam Keroncong, Gamelan Jawabeserta ragam garap yang bersifat kedaerahan, jaipongan dan dangdut.Kata kunci: campursari, akulturasi, sinkritisme
MOTIVASI MASUKNYA CAMPURSARI KE DALAM PERTUNJUKAN JARAN KEPANG Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v12i1.2217

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi yang mendorong para pendukug Kesenian Jaran Kepang Turonggosari memasukan campursari kedalam pertunjukannya serta dampak yang dirasakan oleh para pendukungnya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif diskriptif. Hasil Penelitian menunjukkan bahawa Motifasi yang mendorong para pendukung kesenian Jaran Kepang Turonggosari, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal untuk memadukan atau mengkolaborasikan dengan campursari didorong oleh  rasa tanggung jawab untuk tetap menjaga kesenian warisan nenek moyang tersebut tetap hidup dan digemari masyarakat sehingga tidak ditinggalkan masyarakat. Usaha para pendukung kesenian jaran kepang tersebut diatas masuk dalam kategori kebutuhan penghargaan, motif intrinsik, ekstrinsik, motif sadar, dan sosiogenetis. Masuknya campursari ke dalam pertunukan jaran kepang membawa dampak psikologis dan ekonomi kepada para pendukung jaran kepang  baik penari maupun pengrawit. This research is aimed to find out the motivation that encouraged the participants of Jaran Kepang Turonggosari Performing Arts to blend campursari into the performance as well as the impacts on the participants. The research used descriptive-qualitative method. The research finding shows that the motivation of the participants in blending and collaborating with campursari is encouraged by sense of responsibility to keep preserving ancestral arts and familiarizing the society with the arts. The efforts of the participants are categorized into the need for reward, intrinsic and extrinsic motives, conscious and sociogenetic motives. The blending of campursari into Jaran Kepang performance brings psychological and economic impacts on the participants, either on the dancers or pengrawit (the music players).
KOLABORASI ANTARA JARAN KEPANG DENGAN CAMPURSARI: SUATU BENTUK PERUBAHAN KESENIAN TRADISIONAL Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 11, No 1 (2011)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v11i1.1497

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mediskripsikan bentuk dan materi pertunjukan kesenian Kuda Kepang Turanggasari. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagai daya tarik dari sisi pertunjukan, menjadi tari dan musik. Selain materi pertunjukan, perubahan juga terjadi pada unsur-unsur pendukung pertunjukan yang meliputi peraga, tata rias, tata busana, musik, tata suara dan tempat pentas. Perubahan yang terjadi adalah penonton yang semula pasif sekarang menjadi penonton aktif. Artinya, mereka memiliki kontribusi dalam pertunjukan.   Collaboration between Jaran Kepang (Plated Horse Play) and Campursari: an Inovation of Traditional Art Abstract The purpose of this study was to describe  the form and material art performance of a group of dancers, Kuda Kepang Tutanggasari at Tambahsari Village, Limbangan district, Regency of Kendal. The research method used was qualitative descriptive. The results showed that to make the performance attractive, the dancers bring campursari in Jaran Kepang performance. The change is discernible in performer or its audience. In view of the performer, the performance topics changed, from the former dance to the latter dance and music. Besides, the change also appears in the supporting properties of  the performance including visual aids, make-up, costume, music, sound effects and stage. The change in the audience was that the audience no longer became passive but participating spectators. It means that they has given some contributions to the performance. Keywords: jaran kepang, campursari, bentuk perubahan, kesenian tradisional
Puppet Visual Adaptation on Playing Cards as Educational Media Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v16i2.5816

Abstract

This study aims at presenting an effective media in a form of puppet picture playing cards as a means to introduce traditional puppet to the society. Research and Development (R&D) was chosen as the method to develop the playing cards. Results were presented in a form of the design of puppet picture playing cards as many as 54 cards as well as 54 puppet characters as the background pictures. The design of the playing cards is adjusted to the common playing cards which are distributed widely in the society, including both the sizes and symbols, like the pictures of spade, heart, diamond, and club. In detail, the design comprises: (1) the size of playing cards which is 6 cm width of the upper and lower sides and 9 cm length for the left and right sides. (2) The playing cards’ background is in a bright color so does the puppet picture on the card can be seen clearly.
NILAI ESTETIKA BARONGAN WAHYU AROM JOYO DI DESA GUNUNGSARI KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI Komariyah, Isti; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Tari Vol 6 No 1 (2017): Jurnal Seni Tari
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.212 KB) | DOI: 10.15294/jst.v6i1.12106

Abstract

Barongan Wahyu Arom Joyo adalah salah satu kelompok kesenian tradisional kerakyatan yang mementaskan barongan di Kabupaten Pati serta memiliki nilai keindahan. Keindahan pertunjukan barongan dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan pertunjukan barongan. Masalah yang dikaji adalah bagaimana nilai estetika barongan dengan kajian pokok bentuk, isi dan penampilan Barongan.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan nilai estetika barongan yang dilihat dari bentuk, isi dan penampilan. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Peneliti menggunakan pendekatan penelitian estetis dan koreografis yaitu keindahan yang dilihat dari aspek-aspek atau struktur koreografisnya. Peneliti juga mengambil pendekatan Emik dimana data diperoleh dari pengkategorian fenomena budaya menurut warga setempat yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok-kelompok tertentu serta Etik dimana data yang diperoleh dari sudut pandang peneliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan  analisa tari berdasarkan teori Adshead. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi atau pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai estetika Barongan dapat dilihat dari bentuk, isi dan penampilan. Bentuk pertunjukan kesenian barongan nampak pada pola pertunjukannya yaitu pertunjukan pembuka, inti dan penutup serta aspek-aspek yang mendukung pertunjukan barongan yaitu gerak, tema, alur cerita atau alur dramatik, penari, pola lantai, ekspresi wajah/polatan, rias, busana, musik, panggung, properti, pencahayaan, dan setting. Isi pertunjukan nampak pada gagasan yang berasal dari tema dan cerita yang dibawakan, suasana yang ramai dan pesan yang berisi spirit kehidupan. Penampilan nampak pada bakat dari keturunan orang tua, keterampilan dari latihan dan sarana atau media yang mendukung pertunjukan. Pertunjukan barongan yang tersusun dari gerak yang menirukan binatang dan bersifat improvitatif dengan iringan yang meriah memberikan kesan pertunjukan barongan yang khas dan unik serta nampak nilai estetika dari pertunjukan barongan tersebut.   Kata Kunci : Nilai Estetika, Bentuk Pertunjukan, Barongan   ABSTRACT Barongan Wahyu Arom Joyo is one of the popular traditional arts group that showed the barongan in Pati regency. This study aims to determine and describe the aesthetic value of barongan seen from the form, content and appearance. The method used is descriptive qualitative. Researchers used aesthetic and choreographic research approach that is the interest of the views of the aspects or choreographic structure. Researchers also took emic approach in which the data obtained from the categorization of the cultural phenomenon according to local residents who give an idea as carefully as possible about an individual, the state, or the symptoms of certain groups and ethics where the data obtained from the perspective of the researcher. Data collection techniques in this study using an observation, interview and documentation. Data were analyzed using dance analysis based on the Adshead’s theory. Technique authenticity of data using triangulation techniques or comparison. The results showed that the aesthetic value of Barongan Wahyu Arom Joyo Art can be seen from the form, content and appearance of the barongan performances. The forms show of artistic performances barongan evident in the pattern of presentation is the presentation of the opening, the core and the cover as well as aspects that support barongan performances that motion, theme, storyline or groove dramatic, dancer, floor patterns, facial expressions, makeup, fashion, music, stage, props, lighting, and setting. The contents of the show appeared on the idea from theme and story, the noisy atmosphere and  and the message to contain spirit of life in the barongan performances. Appearance appears on the talents from descendant of parents, skills from  practice and means or media that support barongan performances. Barongan performances composed of imitate an animal motion and improvisation with music  to complete distinctive and unique and apparent aesthetic value of the barongan performances.    
NILAI MORAL PADA KESENIAN BUNCIS DI DESA TANGGERAN KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS Sabar, Sri Sabandiyah; Wiyoso, Joko
Jurnal Seni Tari Vol 7 No 2 (2018): Vol 7 No 2 (2018)
Publisher : Jurnal Seni Tari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.302 KB) | DOI: 10.15294/jst.v7i2.25540

Abstract

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui dan mendeskrisikan mengenai tiga aspek nilai moral pada Kesenian Buncis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan sosiologi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Teknik analisis data berdasarkan model Milles and Huberman. Hasil penelitian mengenai nilai religius pada Kesenian Buncis terdapat dalam sejarah, bentuk pertunjukan dan keadaan masyarakat seni. Bentuk pertunjuk meliputi: pola pertunjukan dan elemen-elemen pertunjukan. Nilai religius terdiri dari: sikap percaya kepada Tuhan, toleransi, kerukunan hidup, cinta damai, bersahabat. Nilai gotong royong tercermin dari rasa solidaritas sosial para pelaku seni, kerjasama, tanggung jawab, toleran, peduli lingkungan, peduli sosial, disiplin, kerja keras, dan kreatif baik dalam kehidupan bermasyarakat, latihan dan pertunjukan. Nilai cinta tanah air terlihat dari semangat kebangsaan, menghargai prestasi dan cinta damai, serta semangat dalam melestarikan warisan budaya dengan cara berkesenian dan berlatih. Kata Kunci: Nilai moral; Kesenian Buncis  
PROFIL KERAJINAN GAMELAN KARYA INDAH DI DUSUN TAWANG DESA SEMPUKEREP KECAMATAN SIDOHARJO KABUPATEN WONOGIRI wiyoso, joko; purnomo, frendy
Jurnal Seni Musik Vol 6 No 1 (2017): June 2017
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (518.283 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v6i1.19017

Abstract

DAFTAR PUSTAKA Bastomi, Suwaji. 1986. Seni Kriya Apresiasi dan Perkembangannya. Semarang: IKIP Semarang Press. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Endraswara. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. (Cetakan ke-2). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kotler dan Armstrong. 2008. Dasar–Dasar Pemasaran. Alih bahasa oleh Alexander Sindoro dan Tim Mark Plus. Jakarta: PT. Indeks Gramedia Kotler dan Keller. 2007. Marketing Management, Global Edition. New Jersey: Pearson Education. Poerwadarminta. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka. Raharjo, Timbul. 2009. Bisnis Seni Kerajinan Bikin Londho Keranjingan, Kewirausahaan Bidang Seni Kriya. Yogyakarta: Program Pascasarjana ISI Santoso, Hadi. 1986. GAMELAN “Tuntunan Memukul Gamelan“. Semarang: Dahara Prise Sitohang, 2009. Dalam Artikel Profil. Sitohanguntuktapanuli.wordpress.com (di unduh pada 3 November 2016).
Kreativitas Group Musik Dangdut Pro Divana Remabang -, joko wiyoso
Jurnal Seni Musik Vol 7 No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.779 KB) | DOI: 10.15294/jsm.v7i2.26819

Abstract

Creativity is essentially the ability of a person to produce something new, both in the form of ideas and real work, both in the form of new works. Can be a group or a community that in the process of art can create new things. The research method used in this study is qualitative descriptive. Data collection techniques by observation, interviews and documentation studies with data validity techniques are data triangulation. The results of this study are the creativity of the Dangdut Pro Divana music group in Rembang implementing 4 stages, namely (1) Preparing (preparation), creative preparation of Pro Divana. (2) Incubation (incubation), Pro Divana is dangdut which is one of the entertaining dangdut for dangdut music fans. (3) llumunitasion (illumination), in addressing fans of Dangdut Music, by asking Pro Divana to bring foreign songs to be heard. (4) Verification (verification), from the results conducted by Pro Divana is to add material to dangdut songs. Based on the results of research and discussion, the creativity of pro divana aims to develop their musicality in music and give a different nuance to dangdut music fans in enjoying dangdut songs.